"Oma.... Laras masih ngantuk..."
ucap gadis yang masih berada di dalam selimutnya, dengan suara khas orang yang enggan bangun,
"sayang... ini sudah jam 8, kamu sudah ada jadwal menemui klien mu jam 9 ini kan???
ini kasus penting"
seorang nenek dengan laten membangunkan cucunya, yang ia lihat masih sangat lelah,
lelah... pasti... karena Laras selalu telat tidur akhir-akhir ini, karena banyaknya kasus yang harus ia tangani,
Laras adalah seorang sarjana hukum yang kini telah menjadi seorang pengacara sukses, semua kasus yang ia tangani bahkan selalu ia menangkan, banyak pejabat-pejabat tinggi yang ingin merekrutnya menjadi pengacara pribadi, tentunya dengan bayaran yang fantasi,
ya sekarang ia memang sudah menjadi pengacara pribadi keluarga Arora,
keluarga yang sangat terpandang, dan juga kekuasannya dalam dunia bisnis sudah tidak di ragukan lagi, namun meski begitu, saat Laras, tidak ada kasus dalam keluarga Arora yang harus ia tangani, ia menjadi pengacara umum, ia lebih senang membantu orang-orang yang tidak mampu menyewa pengacara karena faktor ekonomi yang kurang,
memang sekarang adalah zaman nya dimana uang yang berkuasa, hingga orang rendahan tidak punya pembelaan karena tidak bisa menuntut keadilan meski, kadang mereka berusaha namun, tetap mereka dalam situasi bersalah,
seperti hari ini, kasus yang ingin di tangani Laras adalah kasus pemerkosaan, namun... karena sang gadis adalah orang tak mampu maka tuduhannya pemerkosaan itu menjadi suka sama suka, gadis yang Laras lihat menangis, meratapi nasibnya yang kini tidak tau harus bagaimana, orang tua yang terlihat rapuh, menyerah karena tak mampu melindungi dan memberi anak gadisnya pembelaan
Laraa terperanjat bangun dari tidurnya, seraya menatap Omanya,
"Oma... aku harus memenangkan kasus ini, bagaimanapun caranya, gadis itu harus mendapatkan keadilan"
"sayang...membantu sesama adalah hal yang mulia, kasus ini penting bagi Oma, karena kehormatan wanita yang akan di pertaruhkan"
"Laras benci dengan kasus ini Oma, meskipun nanti kita menang, tetap saja kita yang akan kalah, wanita itu sudah kehilangan masa depan nya, dan itu akan Ter expos di semua berita"
"tapi setidaknya, dia menerima keadilan, dan orang-orang tau kalau dia adalah korban,
"baiklah Oma, semangat...."
Laras memberi semangat untuk diri sendiri, dan langsung meninggalkn Omanya, Omanya hanya tersenyum, melihat cucu satu-satunya masuk ke dalam kamar mandi,
Laras pun sudah rapi dengan pakaian dinasnya, ia menguncir rambut nya seperti ekor kuda, memperlihatkan leher jenjangnya,
ia tersenyum menuruni tangga melihat opa dan Oma nya sudah duduk di meja makan, Oma dan opa nya sengaja menunggu cucunya bangun untuk sarapan pagi, ini sudah lewat dari kata pagi,
"kalian menungguku....????"
seraya tersenyum kearah opa dan omanya
"siapa lagi yang akan kami tunggu, sayang makanlah...."
"opa...Oma... aku sayang kalian"
Laras memanyunkan bibirnya, memeragakan ciuman langsung ke opa dan Oma nya, opa dan Oma nya hanya tersenyum melihat tingkah cucunya, saat dirumah ia bukan seprti seorang pengacara terkenal, melainkan seprti gadis yang masih menginjak remaja, namun saat mereka melihatnya menangani kasus, mereka melihat sosok lain di diri cucu mereka,
*******
"apa yang kamu kerjakan..."
lemparan berkas di lantai sudah berserakan, karyawan tertunduk, takut akan kemarahan direktur nya,
"apakah kamu masih ada otak..."
teriakannya sudah bergema di seluruh ruangan itu, sungguh ini adalah direktur mereka, direktur yang tidak ingin menerima kesalahan sekecil apapun,
hei.. direktur.. mereka manusia kali... bukan robot, yang bisa di stel kemampuannya, iya kan teman-teman.
"maafkan saya direktur, ini sepenuhnya kesalahan saya, saya yang salah...."
lemparan kertas diaatas meja pun melayang ke wajah pria yang terduduk di depan meja kerjanya,
"kamu sudah lama kerja di perusahaan ini, dan kamu paling tau, saya tidak suka ada nya kesalahan, seperti kelahiranmu, kelahiranmu adalah kesalahan dalam semesta...."
direktur itu telah dalam keadaan marah yang memuncak, direktur yang paling termuda dalam kalangan bisnis, jarang tersenyum namun sering berganti pasangan layaknya pakaian,
Iyas Arora, putra sulung tuan Arya Arora, terkenal arogan, dan membahayakan, tidak akan ada yang berani membuat masalah dengannya,
melihat karyawannya yang sudah bercucuran keringat, ia menatap lekat wajah yang penuh kerutan itu, ia melihat kelesuhan di wajahnya, ia sudah dengar dari sekretarisnya, bahwa pria tua itu dalam keadaan yang tidak stabil, keluarga nya dalam renggung masalah yang besar, mungkin itu penyebabnya ia membuat kesalahan ini,
"ku beri kau satu kesempatan, selesai kan masalah keluargamu, setalah itu kembali lah bekerja"
"terimaksh tuan, terimaksih,"
karyawan tua itu berulang kali menganggukan sujud di hadapan Iyas,
pria tua itu pun berdiri dari duduknya dan hendak pergi, saat ia sudah memegang handle pintu, suara Iyas terdengar lirih di telinga nya
"apakah kau sudah punya pengacara????
bagaimana kau sebodoh itu, dalam kasus pertama mu kau sudah kalah, berani menuntut tapi tidak membawa pengacara 1pun"
pria tua itu pun berbalik dan menghadap lagi ke arah tuannya
"ya tuan, sidang pertama saya memang kalah, karena saat itu pengacara umum yang kami andalkan sedang berada di luar negri, tapi kali ini dia datang bahkan dengan secara langsung menemui keluarga ku, ingin membantu kami yang orang tidak punya ini"
tanpa terasa air mata pria tua itu keluar, mengingat kejadian yang menimpa putri nya,
" pengaacar berhati mulia itu, adalah pengacara keluargamu tuan, nona Laras Pramudya"
seakan tidak percaya, Iyas menatap lekat kedua mata pria tua itu, ia memang belum pernah bertatap muka dengan pengacara wanita itu, namun ia sangat tau, dia adalah pengacara top yang di pilih keluarganya,
beberapa kali ia menyaksikan kasusnya di layar tv namun wajahnya selalu tak terlihat, dia di juluki gadis tak bermata,
setiap kasus yang ia tangani selalu menang dalam genggamannya, bahkan namanya melambung sampai keluar negri,
"sehebat itukah????"
"saya belum tau pasti akan kehebatannya tuan,tapi saya pastikan, hatinya sangat mulya"
"baiklah... uruslah masalahmu"
pria tua itupun keluar dari ruangan direkturnya, ia mengisyaratkan sekretarisnya agar mendekatinya,
"ia tuan???"
"kapan sidang berikutnya, aku ingin tau sehebat apakah gadis itu???"
"lusa tuan, dia gadis yang cekatan dalam menangani kasus tuan, saat dia memenangkan kasus tuan besar, dia mendapatkan gelar gadis tak bermata, karena dalam sekejap ia sudah bisa mengumpulkan bukti yang akan memberatkan lawan, umurnya masih muda, sekrang umurnya masih 22tahun, tapi sudah menjadi wanita top dalam negara ini,
apakah anda ingin melihat deteil profilnya tuan"
"tidak penting, aku hanya ingin lihat bagaimana dia akan menangani masalah ini,
masalah pemerkosaan di negara kita adalah hal yang paling akurat, salah selangkah saja, kehidupan wanita itu benar-benar akan hancur, aku akan lihat hasil dari kerjanya,"
Iyas kembali ke tempat duduknya, menyandarkan kepalanya ke kursi yang secara otomatis akan ber putar,
di negara ini hukum adalah no 1, pemerkosaan adalah kasus yang paling mencekam dalam negara itu, jika wanita itu terbukti bersalah,maka wanita itu akan di asingkan, jika tuduhannya benar, maka sang pria akan benar-benar tersiksa dalam penjara, karena para narapidana paling tidak suka dengan kasus pemerkosaan,
Laras sudah berada dalam kantornya, ia di sambut ramah oleh teman-temannya,
"Hai nona... hari ini kan hari liburmu???
kenapa masih masuk nona???"
goda salah satu rekan Laras
"Ada berkas yang harus ku ambil, setelah ini saya juga akan pergi... jadi tenanglah.. aku tidak akan berlama-lama disini tuan ...... "
Senyuman tersirat di bibir manis Laras, ia tahu bahwa temannya hanya menggodanya.
"Nona jangan berprasangka buruk terhadap saya, saya hanya...."
"Bercanda kali tuan", sambil mengambil berkas yang ada di dalam laci mejanya,
Laras pun melangkah keluar dari ruangan dengan diikuti teman prianya tersebut,
"Apakah benar kau akan menangani kasus itu,???"
"Eh kenapa nada bicaramu berubah tuan????" sambil terus melangkah kan kakinya,mereka bicara tanpa henti,
"Ya, aku akan menangani kasus ini, bahkan dengan gratis, kamu tau sendiri, kasus ini akan menentukan harga diri seorang perempuan, dan saya akan memastikan pria itu akan mendapatkan balasan yang setimpal"
Amarah yang ada di hati Laras sedikit demi sedikit terpancar di wajahnya, tangannya geram sambil memangku berkas, saat ia ingin masuk ke dalam mobilnya dering ponselnya menghentikan langkahnya,
"Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu ..."
".........
"Oh baiklah nyonya, saya akan langsung menuju kesana"
"....,.......
"Ok sama-sama nyonya"
Laras pun mematikan ponselnya dan langsung menghidupkan mesin mobilnya, memutar mobilnya kearah yang berlawanan dengan tujuannya.
Beberapa saat kemudian ia sudah sampai di depan gedung tinggi, ia menatap gedung itu lalu menghembuskan nafas beratnya,
ia memasuki perusahaan itu dengan tenang dan langkah bagai model, semua mata tertuju padanya, sebagian sudah mengenalnya, mereka menundukkan kepala ramah kepada Laras
"Nona.... anda sudah di tunggu di ruangan presdir, namun saat ini ia masih berdiskusi dengan kepala direktur, Presdir harap anda tidak keberatan untuk menunggu"
"Baiklah, terimakasih,"
senyuman di bibir Laras terlihat jelas, karyawan itu pun menuntun Laras sampai keruangan Presdir mereka, sedikit menunggu akhirnya pintu ruangan itu terbuka,
karyawan itu membungkuk memberi hormat, saat sang direktur keluar dari pintu, sekilas direktur itu memandang Laras begitupun dengan Laras, tatapan mereka bertemu namun tidak ada senyum di bibir direktur itu, membuat senyum yang berada di bibir Laras pun menyusut,
Laras pun masuk dengan panduan karyawan itu yang tak lain lagi adalah asisten tuan presdirnya,
"Silahkan duduk nona Laras...."
"Terimakasih tuan...."
Laras pun duduk berhadapan dengan presdir yang sudah cukup berumur, ya dia adalah tuan Pradipta, pemilik utama perusahaan Pradipta group,
"Istriku ... pasti dia yang menyuruh nona kemari"
"Iya tuan..."
"Baik lah sepertinya anda terlihat sangat terburu-buru, saya hanya ingin mendiskusikan masalah yang terjadi dalam perusahaan, saya hanya butuh saran dari nona, sebelum saya mengambil jalur hukum adakah jalan lain????"
Presdir itu pun menceritakan deteil masalah yang terjadi, tentunya adalah masalah yang tadi pagi terjadi di ruang direktur.
"Kita harus mencari bukti, tidak harus langsung menyalahkan karyawan anda tuan, jelas dalam rekaman cctv ini, karyawan anda tidak melakukan hal yang salah, jika ini di bawa ke rana hukum, karyawan anda yang akan paling di rugikan, dan tentunya anda juga,"
Laras menjelaskan semua tentang pengetahuan nya di rana hukum, membuat Presdir itu terkagum dengan tindakan yang Laras berikan, ia terkesan dengan pengacara muda itu, matanya terus menatapnya, senyuman di bibirnya penuh dengan arti,
"Baiklah tuan, jika sudah tidak ada urusan, bisakah aku meninggalkan ruangan ini???
"Baiklah nona, hati-hatilah di jalan semoga hari mu menyenangkan, "
Dengan ramah tuan Presdir mengantarnya hingga keluar ruangan, Laras menundukkan tubuhnya memberi hormat dan segera meninggalkan perusahaan itu, 4 ekor mata terus mengawasi langkan Laras dari bilik ruangan,
"Apakah dia....?"
"Iya tuan... dia adalah nona Laras Pramudya"
tersirat senyum di bibir Iyas, ia terus menatap langkah Laras yang lama-kelamaan sudah menghilang dari jangkauan matanya,
Hari ini jadwal Laras sangat padat, pertama ia harus kerumah sakit, lanjut dengan bertemu seseorang yang selalu jadi kaki tangannya, lanjut menemui keluarga korban yang akan ia bantu,
"Kamu jangan menyerah... tetaplah semangat"
Terlihat jelas gadis itu sudah tidak bersemangat menjalani hari, bagaiamana ia bisa tenang, saat semua orang di lingkungannya sudah memvonisnya sebagai wanita murahan, demi uang ia rela naik ranjang pengusaha, dan menuntutnya tanpa ada rasa malu,
Itulah kata-kata yang sering ia dengar,
"Nona, anda percaya saya...."
"Tapi nona.. meskipun kita akan menang, desas desus itu tidak akan hilang"
"Aku akan mengurus semuanya, kamu tenanglah... aku akan memberikan keadilan untukmu, tapi aku membutuhkan bantuan mu untuk satu hal"
"Apa itu nona..."
"Seperti saran ku sebelumnya, anda barus terus membawa alat itu, saya yakin pria itu akan menemui anda esok atau nanti,"
"Apakah nona yakin itu,?"
"Beberapa bukti sudah ada di genggaman saya, jadi tenanglah, bersikaplah santai, agar orang tuamu juga bisa bersemangat, ingat hidupmu masih panjang, oke..."
"Terimakasih nona..... terimaksih banyak"
ucap gadis itu sambil menangis di pelukan Laras, gadis itu masih berumur 20 Tahun, namun kasus ini sudah benar-benar mencoreng nama baiknya,
***
"Brayen.... kamu bantu sedikit pengacara itu, saya juga ingin memberikan hukuman kecil untuk pria itu"
ucap Iyas sambil menatap arah jendela,
"Tapi tuan.... orang itu bukanlah orang yang bisa di anggap sepele, dunia gelapnya sangat membahayakan tuan, saya belum yakin, apakah nona Laras bisa memenangkan kasus ini, jika ia menang maka keselamatan nona Laras akan terancam tuan???"
"Apakah kau takut Bray ....???"
"Bukan begitu tuan, saya hanya mengkhawatirkan keselamatan anda, jika anda ikut campur dalam hal ini, mereka pasti juga akan mengincar anda tuan???"
"Beri bukti atas nama wanita itu,"
"Itu akan membahayakan non Laras tuan???"
"Saya tidak peduli itu, dan juga saya ingin tau lebih, sampai mana kemampuan wanita itu,
pertemuan pertama tadi, saya sudah bisa melihat mata singa di dirinya, ada keberanian yang tidak pernah di miliki orang lain, jadi lakukanlah apa yang saya katakan, saya ingin besok bukti itu sudah ada di pengadilan"
"Baik tuan, akan saya laksanakan"
Setelah berkata, Brayen pun meninggalkan ruangan Iyas, terlihat senyum samar di bibir Iyas, entah apa yang di rencanakan Iyas untuk Laras,
["Benarkah itu dia... jika memang dia adalah dia, kemana dia???? mata elangnya yang mengingatkanku akan 5 tahun yang lalu, dimana dia??? bagaimanapun kabarnya??
ckk.... mengingatnya saja,sudah membuatku marah,"] ucap Iyas dalam hatinya
Iyas menggerakkan giginya, geram dengan masa lalu nya yang terlihat di matanya,
jam berjalan seakan begitu cepat,
Kini Laras sudah ada di dalam perjalanan ingin pulang, dering ponselnya membuatnya tidak fokus mengemudi, tangan kirinya meraba kursi sebelahnya sedangkan tangan kanannya fokus mengemudi,
"Ya hallo"
"Sayang.... ada dimana?"
"Ini di jalan Oma, sudah hampir sampai rumah kok, ada apa Oma??"
"ahh tidak sayang... ada tamu di rumah, ia ingin bertemu denganmu"
"siapa Oma??"
"Oma tidak mengenalnya sayang, cepatlah,dia sudah lama menunggu"
Mobil Laras pun terparkir di garasi rumah nya, ia melepas ikat pengamannya seraya berkata
"Siapa jam segini bertamu dan mencari ku???
apakah salah satu klien ku??? tapi... barusan aku sudah dari sana..."
Laras pun turun dari mobilnya, dan langsung masuk ke dalam rumahnya, matanya terkejut saat bertatapan dengan tamu yang Oma nya maksud,
pandangan mereka bertemu satu sama lain, tanda tanya memenuhi isi kepala Laras.
"Sedang apa dia... apa tujuannya... "dalam hati
begitulah pertanyaan yang ingin dia lontarkan, namun ia tidak berani bertanya seperti itu,
"Selamat malam nona Laras pramudya"
tamu itu mengulurkan tangannya ke hadapan Laras,
"selamat malam tuan,"
Laras menerima uluran tangan itu tanda kesopanannya, mata mereka masih bertatap, tersirat ambisi di mata keduanya,
"Silahkan duduk tuan valko...apakah sudah lama menunggu???"
"Tidak begitu lama, hanya sekitar 40 menitan"
Laras pun duduk dengan penuh berwibawa, ia tau tamu laki-laki di hadapannya ini adalah seseorang yang penuh dengan kelicikan, Laras sudah sering menemukan hal seperti ini, jadi ia sudah terbiasa dengan tak tik murahan yang di lakukan valko, pengacara yang akan menjadi lawannya besok,
"Apa tujuan anda kemari tuan????"
"Nona Laras...saya tau anda akan berusaha memenangkan kasus besok,tapi pikirkanlah, apa yang akan anda dapatkan setelah memenangkan kasus ini,uang ..tidak mungkin... karena mereka tidak akan mampu membayar pengacara sehebat anda, tapi, jika anda berpihak pada klien saya besok dan memastikan klien saya menang, berapapun yang anda minta klien saya pasti akan memberikan kepada anda," ucap pengacara Valko
Laras langsung terperanjat dari duduknya, berjalan menyendekapkan kedua tangan nya di dadanya, mengitari kursi yang di duduki oleh Valko,
"Apakah anda takut tuan valko...?
anda tidak usah khawatir, jika klien anda memang tidak bersalah, aku pastikan dia akan menang dalam kasus besok, tapi ... itu mustahil... kedatangan anda kemari sudah menunjukkan jika klien anda memang seorang yang bejat, tuan valko... baiklah...aku akan mundur menjadi pengacaranya besok dengan satu syarat"
"syarat apa yang andai minta nona,"
senyuman kemenangan terpancar di bibir valko, ia tidak begitu yakin akan apa yang ia dengar barusan,
"Syaratnya mudah,aku ingat tuan valko mempunyai seorang adik perempuan, bagaimana... kalau saya menyuruh orang untuk memperkosanya,dan saya akan membuat laporan jika adik anda dan orang suruhan saya melakukan dengan suka sama suka, pasti akan menyenangkan bukan...."
senyum yang muncul di bibir Laras, bukan senyum biasanya, senyum itu menunjukkan kemarahannya,isyarat bahwa dia akan benar- benar melakukan apa yang dia ucapkan, seketika wajah valko memias,ia tidak menyangka bahwa Laras akan mengatakan hal itu,
"Bagaimana tuan... apakah anda setuju dengan syarat saya...?"
Dengan masih menahan amarah, Laras mencoba membaca pikirannya valko,
"Tuan valko diningrat, lawanlah saya besok dengan rencana matang dan cerdas, dan saya akan pastikan, klien anda tidak akan bisa mengelak seperti kemaren lagi, sekarang anda pergilah..."usir Laras
Wajah valko masih sama, menahan amarahnya, ia menatap Laras dengan rasa kessal,
"Nona Laras bersiap-siap lah, saya akan membuat anda mengerti posisi anda sebagai perempuan, perempuan memang sudah kodratnya berada di bawah kaki laki-laki, dan besok saya akan membuat anda hancur di bawah kakiku"ucap Valko penuh amarah
"Akan saya tunggu saat-saat itu tuan, dan perlu anda tahu juga, saya juga akan membuktikan derajat wanita bisa sepadan dengan laki-laki," tantangan Laras
Langkah kaki Valko menciptakan bunyi tersendiri di marmer putih ruang tamu itu, Laras yang menatap punggung besar itu sudah mulai menjauh sedikit merasa lega.
***
"Bagaimana pa... bukannya sangat cocok??" dia cantik, baik,sopan,ramah, dari keluarga baik-baik, dan sekarang sudah mendapatkan gelar pengacara terbaik, menurut papa bagaiamana??"
"Ma... mama tau sendiri bagaimana watak putra mu, apakah dia akan mau kita jodohkan, mengingat tempramen dia sangat kasar, papa takut akan menyakiti wanita itu,"
"Ada kita yang akan menjaga mereka, kita akan mengawasi mereka pa, mama sangat menyukai wanita itu, sangat dan sangat menyukainya, bahkan jika putramu tidak mau, rasanya mama ingin menjadikan dia putriku, dia sangat manis,"
Tuan Arya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang sangat menginginkan wanita itu,
"Pa.. bagaimana kalau kita undang dia dan keluarganya makan malam,"
"kapan??"
"besok"
"Tidak bisa.. wanita itu ada sidang penting besok,"
"Benarkah.... dia pasti butuh dukungan, kita kesana ya pa... kita lihat calon mantu kita,"
Istrinya mengkhayal, entah apa yang di khayalannya, wajahnya penuh dengan senyuman, membuat Tuan Arya sulit untuk tidak mewujudkan keinginan istrinya itu,
"Baiklah kita akan hadir besok,"
"Apa kita ajak saja Iyas pa...dia pasti akan sangat menyukai wanita itu,"
"Tidak usah ma, dia besok ada meeting keluar kota,"
"Ya.. gagal lagi.... "
"Kita bisa mengundangnya lain hari, saat sidang nya selesai, jadi mama jangan sedih begitu"
"Benarkah....papa memang yang terbaik"
***
"Loh... sayang... kemana tamunya??"
"Dia sudah pergi Oma, lain kali jangan biarkan dia masuk,Laras tidak menyukai nya,"
"Apa dia mengganggu mu??"
"Dia pengacara lawan Laras besok di persidangan Oma, dia kesini ingin bernegosiasi dengan ku, dia menyuruhku mundur untuk kasus ini, dengan imbalan kliennya akan memberikan apapun yang Laras minta,sudah jelas kan, laki-laki itu yang salah, kalau Aqilla mundur entah bagaimana nasib wanita lain di kemudian hari,"
Laras menghembuskan nafas beratnya, terlihat jelas kelelahan di wajahnya, di tambah lagi dengan datangnya tamu yang tidak di undang itu, membuat mood nya semakin buruk saja.
Gelap nya langit sudah semakin mengaupi alam, terang rembulan dan remang-remang bintang mengindahkan malam itu, Laras berdiri dekat jendela kamar nya, menikmati indahnya langit malam ini,
Ia tersenyum getir saat terlintas bayangan seseorang,
"Kau tau.... aku tidak menemukan orang itu, kau bilang dia kan muncul seperti seorang pangeran, huh.. itukan khayalan mu, kau menyumpahi ku untuk sulit jatuh cinta... hei sahabat bodohku...kau puas sekarang, dengan sumpah mu itu, sampai sekarang aku masih jomblo, tidak ada pria satupun yang mendekatiku.... aku mengutuki mu sungguh mengutuki mu... sahabat jahat ku,
kakak....aku merindukanmu..."
air mata jatuh saat ia menengadahkan kepalanya, ia teringat seseorang yang 2 tahun lalu sudah pergi jauh meninggalkannya, dia kakak sekaligus saudra Laras, karena nya Laras menjadi seperti yang sekarang, melupakan mimpinya yang ingin menjadi polwan, dan mengganti nya dengan menjadi seorang pengacara.
***
"Tuan sudah waktunya Anda pulang"
"Kau ingin mengaturku... pergilah....sudah kau jalani perintahku"
"Sudah tuan, bukti itu sudah saya selipkan di salah satu bukti yang di miliki nona aqilla,"
"Baiklah... wanita manis... terimalah kejutan dariku.... aku pria baik kan .... "
Entah apa yang di rencanakan Iyas, namun senyum di bibirnya mengisyaratkan ada motif di baliknya,
"Sayang... beneran kamu tidak mau ku layani malam ini,aku menginginkan lebih dari ini sayang..."
Wanita di sampingnya merajuk ingin segera menerima sentuhan, namun Iyas tidak menginginkan nya, langkah kaki wanita itu terlintas di depannya, membuat Iyas langsung mendorong wanita di sampingnya dan langsung berdiri.
"Anda kenapa tuan..."
"Sayang... apa yang kau lakukan"
teriak wanita yang tersungkur di bawah lantai,
"Kamu pergilah, ini tips buat kamu, jangan berharap lebih dariku, aku hanya butuh teman baut minum bukan untuk tidur mengerti...."
Iyas langsung meninggalkan tempat itu,diikuti oleh sekertaris pribadinya, wanita itu berdecak kesal,semua rencana yang wanita itu susun gagal sia-sia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!