Ketika saya membuka mata, hal pertama yang dilihat adalah seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang lalu pria yang terlihat cukup keren dengan kaus cokelat.
(Mungkinkah mereka ini orang tuaku?)
Pikiran seperti itu muncul di pikiranku dan yang membuatku bertanya-tanya sekarang adalah
(Siapakah kakek tua ini?)
Ia adalah orang tua. Ia juga seorang pria tua kelas atas yang dengan anggun mengibaskan janggut putih panjang.
Dapat dikatakan bahwa ibu saya tidak dapat menyadarinya.
Orang tua itu menatapku sambil melayang di udara dan bergumam dengan suara yang berat dan tegas.
“Selamat atas kelahiranmu”
Aku langsung bingung.
Saya langsung menyadari bahwa orang tua ini adalah orang tua yang berbahaya.
Tidak tahu kapan saya akan dimakan, saya menangis sekuat tenaga untuk memberi tahu ibu saya tentang bahaya saya.
“Oh, kamu anak yang sangat energik.”
Perasaanku tidak sampai ke ibuku meski kosong.
Pada saat inilah hatiku hancur.
Saya diam-diam menutup mata, meminta dia untuk tidak melakukannya, apakah itu direbus atau dipanggang.
Namun, hal berikutnya yang saya dengar adalah tawa lucu kakek itu.
“Fufu, jangan takut. Aku tidak akan memakannya secara terpisah.”
(……Betulkah?)
“Memang benar, tapi apa alternatifnya, tapi Dewa punya permintaan.”
Mari dengarkan.
“Tolong buat kontrak dengan saya.”
(Kontrak?)
“Oh, yakinlah. Tidak ada ikatan kontrak. Itu hanya memberikan kekuatan saya kepada anda secara sukarela.”
(Bisakah saya mendapatkannya secara gratis?)
“Oh, oh. Gratis. Sebaliknya, Anda pasti akan memiliki masa depan yang sejahtera.”
(Kalau begitu tolong.)
“Namaku Zeus. Yah, tidak masuk akal menyebut diriku lagi.”
Jadi saya menandatangani orang tua- Zeus.
Tidak ada yang istimewa terjadi pada kontrak.
Satu-satunya hal yang aneh adalah bahwa lelaki tua yang menyebut dirinya Zeus itu memiliki wajah yang sangat sedih.
“Jadi aku serahkan sisanya padamu.”
Pada akhirnya, Zeus mengatakannya dan menghilang dengan kilau.
...----------------...
*Satu bulan berlalu
Sudah sepuluh bulan sejak saya dilahirkan, sejak saat itu aku tidak melihat kakek Zeus itu.
Orang tuaku sepertinya adalah pasangan muda karena mereka terlihat seperti berumur 20-an.
Kami bukan orang kaya yang memiliki harta berlimpah, kami hanya keluarga kecil yang tinggal di desa.
Aku tidak melihat adanya lampu seperti yang dipasang di luar rumah. cahaya rumah kami berasal dari lilin dan lentera.
Awalnya aku berpikir kalau kami keluarga yang cukup mampu karena ada seseorang yang mengenakan pakaian pelayan di rumah kami.
Tapi mungkin saja si pelayan adalah saudari salah satu orang tuaku. Adalah hal yang normal baginya, ikut membersihkan rumah.
...----------------...
*Setengah tahun berlalu.
Setelah mendengarkan percakapan orang tuaku selama setengah tahun terakhir ini, aku sudah mulai memahami berbagai hal sedikit demi sedikit.
Pada saat ini, aku bisa merangkak.
Mampu bergerak adalah hal yang indah.
Sebelumnya, aku tidak pernah merasa begitu bersyukur ketika bisa bergerak seperti ini.
”Dia akan lari ke tempat lain ketika mataku tidak mengawasinya.“
”Bukankah baik kalau dia bergerak dengan aktif? Dia bahkan hanya menangis sesaat, ketika lahir. “
”Dan sekarang, dia tidak menangis.“
Orang tuaku saling berdiskusi sembari melihatku merangkak kesana-kemari.
Bagaimanapun juga, pemikiranku saat ini bukanlah seperti bayi yang hanya bisa menangis ketika kelaparan.
Bagaimanapun, saya sudah dewasa sejak saya lahir.
Ini bukan tentang tubuh. Itu Rohnya.
Karena pertemuanku dengan kakek Zeus.
Meskipun aku hanya bisa merangkak, setelah aku melakukannya, aku mengerti banyak hal.
Pertama-tama adalah rumah ini tingkat dua, terbuat dari kayu, dan terdapat lebih dari lima ruangan. Mereka pun memperkerjakan seorang pelayan wanita.
Pada awalnya aku pikir bahwa pelayan wanita ini adalah bibiku atau semacamnya, tapi sikap hormatnya pada orang tuaku membuatnya tidak mirip seperti bagian keluarga.
Tempat ini adalah sebuah desa.
Dari pemandangan yang bisa kulihat lewat jendela, nampak suasana ladang yang tenang.
Ada beberapa rumah lain yang tersebar di sekitarnya, dan pada salah satu sisi ladang gandum, aku bisa melihat dua, atau tiga rumah tangga.
Seharian aku hanya mengelilingi rumahku dan pada siang hari aku naik ke untuk kursiku untuk melihat pemandangan ladang. Ketika aku melihat ke luar jendela, aku heran.
Ayah sedang berjongkok sambil memetik sesuatu di cuaca yang sangat panas ini.
(Apa yang dia lakukan di cuaca yang terik seperti ini?)
Dia berbalik dan mata kami bertemu, ia tersenyum segar kepadaku dan itu membuatku terkejut, aku pun terjatuh dari kursi.
Tanganku yang masih belum berkembang berhasil meraih kursi, tapi tidak dapat mendukung berat tubuhku, lantas kepalaku terjatuh ke lantai.
“Kyaa!“
Aku mendengar jeritan ketika tubuhku membentur lantai.
Ibu melihatku dan segera menjatuhkan pakaian-pakaian yang baru saja dicuci, karena kedua tangannya dia sumpalkan ke mulut. Ibu pun melihatku dengan wajah pucat bagai mayat.
“Ren! Apakah kau baik-baik saja !?“
“Tuan muda!?”
Ibuku dan pelayan, bergegas menuju ke arahku dengan panik, lantas menggendongku.
Dengan tatapan lega, dia melihat mataku, lantas meletakkan tangan di dadanya.
”..... Fiuh, syukurlah kau tampaknya baik-baik saja.“
Jika dilihat dari seberapa cemas ekspresi di wajahnya, tampaknya aku jatuh dengan cara yang cukup berbahaya.
Mungkin saja aku bisa menjadi bodoh karena hantaman keras di kepala. Bukan berarti bahwa akan berbeda.
Ada rasa sakit yang berdenyut di belakang kepalaku. Paling tidak, kecepatan jatuhku berkurang saat aku berhasil meraih kursi tadi.
Karena reaksi ibuku tak terlampau panik, aku pun berasumsi bahwa darah tidak merembes dari kepalaku. Mungkin aku hanya mengalami pembengkakan.
Dengan hati-hati, ibu memeriksa kepalaku.
Ekspresinya seakan mengatakan, jika ada cedera, maka itu akan serius.
“Untuk amannya.”
Ibuku meletakkan kedua tangannya diatas kepalaku.
“Biarkan berkah dewa menyelimuti dan berikan mereka yang telah kehilangan kekuatan dapat berdiri lagi. [Healing].”
Tiba-tiba tangan ibuku memancarkan cahaya redup dan dalam sekejap rasa sakit menghilang.
Melihat itu membuatku kagum dan penasaran secara bersamaan. Meskipun aku sudah pernah melihat kilau saat kakek Zeus ingin pergi, namun aku sangat penasaran dengan rasa sakit yang tiba-tiba lenyap begitu saja.
“Lihat, sekarang kau baik-baik saja.”
“Apa yang terjadi?!”
Ayahku segera mendobrak pintu, ketika ia mendengar ibuku berteriak.
Wajahnya penuh keringat karena ia baru saja menanam.
“Dengarkan aku, sayang. Ren benar-benar naik di atas kursi ..... dan hampir mendapat luka parah.”
“Yahh, bagaimanapun juga, seorang anak lelaki harus suka bergerak dengan aktif.”
Ibu sedikit khawatir, dan ayah tidak menganggapnya sebagai hal yang serius, kemudian dia menenangkan ibu.
Tapi, ibuku masih saja bersikeras, mungkin karena bagian belakang kepalaku membentur lantai terlebih dahulu.
“Tunggu sebentar, sayang. Umur anak ini bahkan belum genap setahun. Tunjukkan sedikit rasa khawatirmu dong!”
“Meskipun begitu, anak laki-laki harus sering jatuh agar menjadi kuat. Dengan begitu, dia justru akan semakin sehat. Lagipula, walaupun dia cedera, bukankah kau hanya perlu menyembuhkannya?”
“Tapi aku benar-benar khawatir, aku terus berpikir bahwa dia mendapatkan luka berat, sehingga aku tidak mampu menyembuhkannya ......”
“Dia akan baik-baik saja.”
Ayahku mulai mengusap kepala ibu dengan lembut dan wajah ibu memerah.
Ayahku segera menghampiriku dan menatapku.
“Hei nak, apa kau baik-baik saja?”
Aku mengangguk untuk menjawab.
Nia pernah sekali menjadi seorang petualang rank S.
Petualang adalah seseorang yang bekerja di sebuah guild.
Petualang biasanya akan melakukan quest apapun yang tertera pada mading permintaan. Dimulai dari berburu monster, mencari tanaman obat atau mengawal seseorang.
Nia menjalani tugasnya dengan baik bersama rekan-rekannya. Selama melakukan quest bersama regunya, dia tidak pernah mengeluh meskipun hanya seorang pemanah.
Tetapi sebagai pemanah, kemampuannya biasa-biasa saja.
Pada suatu hari, dia mendapatkan quest mengawal seorang pedagang kaya bersama regunya menuju sebuah kota.
Namun sehari sebelum sampai pada tujuan mereka, mereka beristirahat dan memasang tenda.
Saat pedagang itu tertidur, Nia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara yang berisik.
Dia melihat keluar tenda dan melihat seluruh rekannya sedang diam-diam mengambil barang milik pedagang dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung besar.
Seluruh rekannya terkejut dan panik saat Nia datang melihat, takut akan dilaporkan kepada si pedagang.
Salah satu rekannya berteriak dan membangunkan si pedagang.
Si pedagang terbangun dan melihat sesuatu yang tidak terduga olehnya.
Seluruh rekannya membuat argumen dan menuduh bahwa Nia mencoba merampok si pedagang.
Si pedagang percaya dengan ucapan mereka dan melaporkan pada guild.
Akhirnya Nia dikeluarkan dari Guild dan diusir dari kota. Nia menerima nasibnya dengan ikhlas dan pergi meninggalkan kota.
Dia berjalan jauh selama berhari-hari dan akhirnya pingsan di jalan. Saat ia sadar, ia sedang berbaring di kasur.
Jelas Nia sangat terkejut dan bingung dengan dirinya yang berada di atas kasur yang empuk. Namun, tidak lama terdapat suami-istri datang sambil membawakan makanan.
Pasangan suami-istri itu begitu ramah dan merawatnya dengan baik. Dia diberitahu bahwa dia berada di desa Zaroth.
Desa yang dikenal sebagai desa paling subur dan paling kecil.
Mendengar hal itu, dia hanya berterima kasih kepada pasangan itu dan karena membutuhkan uang dan tempat tinggal. Nia mengajukan agar bisa membantu pasangan itu, awalnya pasangan itu menolaknya namun Nia sangat bersikukuh, pasangan itu akhirnya menerimanya.
selama satu bulan dia bekerja sebagai pelayan di rumah pasangan itu, sang istri bernama Mio, hamil.
Sang suami bernama, Clovis. Sangat senang istrinya hamil dan memberi tahu ke seluruh warga desa. Hingga mengadakan pesta di desanya.
...----------------...
Akhirnya anak itupun lahir.
Tidak ada masalah sama sekali. Bayinya lahir dengan sukses.
Bayi itu sangat tenang dan tiba-tiba menangis walaupun hanya sebentar.
Nia sangat bingung saat bayi itu menangis tangannya menunjuk seolah-olah ingin memberi tahu bahwa ada seseorang.
Namun tidak ada siapapun disana.
Namun bayi itu terlihat senang setelah beberapa saat kemudian. Itu membuat Nia bingung.
Nama anak itu Ren.
Dia anak yang luar biasa, dia tidak pernah menangis atau rewel.
Pada awalnya orang-orang beranggapan bahwa dia anak yang kurang sehat atau tidak normal, karena dia hampir tidak menangis.
Namun, gagasan tersebut hanya terjadi di awal.
Setelah Ren belajar merangkak, ia mulai bergerak kemana-mana, pada setiap sudut rumah.
Dia hampir menelusuri setiap sisi rumah seperti: dapur, pintu belakang, gudang, ruang peralatan pembersih, tungku ...... dll
Dia bahkan naik ke lantai dua, dan tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana dia bisa melakukan itu.
Ia akan menghilang setiap kali orang-orang lengah mengawasinya.
Tapi, dia akan selalu ditemukan pada suatu tempat di rumah itu.
Ren tidak pernah meninggalkan rumah.
Dia kadang-kadang melihat ke luar jendela, tapi sepertinya dia takut untuk pergi ke luar.
Secara naluriah, Nia sedikit kagum dengan bayi ini, dan orang-orang penasaran sejak kapan fenomena ini terjadi.
Ini mungkin terjadi saat Nia menemukan bayi itu setelah menghilang beberapa saat.
Namun, Ren hampir tidak pernah tersenyum.
Kadang-kadang ia melihat sayuran, menatap api lilin yang berkedip-kedip atau hampir masuk ke dalam sumur yang berada di belakang rumah.
Sumur itu memiliki kedalaman yang cukup dalam bahkan tidak dapat melihat dasar sumur dari atas.
Jika bukan karena Nia yang selalu berada di belakang rumah, mungkin saja Ren tenggelam di dalam sana.
Nia kagum dengan rasa penasaran yang dimiliki oleh Ren, namun semakin lama ia perhatikan rasa penasarannya membuatnya takut.
Akhirnya ia menggendong Ren dan mengajaknya berkeliling rumah namun setiap kali dibawa keluar rumah, ia memeluk Nia dengan erat dan membenamkan wajahnya di dadanya.
Nia pun bingung dengan sikapnya yang takut keluar rumah, pelukannya semakin kencang saat Nia berjalan keluar dan ia masuk kembali ke dalam rumah agar tidak membuatnya trauma.
Hari kedua, saat pagi hari. Nia memakaikan topi yang ia buat untuk bayi tuannya itu, namun bayi itu melepaskan topi itu dan melemparkannya ke lantai.
(Apakah sebegitu takutnya ia keluar rumah?)
Pikiran seperti itu terbesit di benak Nia, namun saat melihat keluar jendela, akhirnya Nia mengetahui alasan mengapa bayi itu sangat tidak ingin pergi keluar rumah.
Alasannya bukan karena takut pergi keluar rumah melainkan, ia sangat tidak suka terkena panasnya cuaca.
...----------------...
Selama setahun bekerja untuk keluarga ini, dia masih berusaha untuk membuatnya tidak takut dengan panasnya matahari.
Tapi dia tidak menyadari ketika gerakan tak terduga dari Ren mulai berubah.
Dia tidak lagi suka menghilang, dan dia punya kebiasaan baru, yaitu berdiam diri di ruangan belajar, pada lantai dua.
Yang dimaksud ruang belajar adalah, sebuah ruangan yang terdapat beberapa buku di dalamnya.
Ren berdiam diri di sana, dan tidak lagi suka menghilang. Nia diam-diam mengamati dia, dan mendapati dia sedang bergumam sendiri sambil membaca buku.
Itu adalah gumaman tanpa arti.
Masih terlalu dini baginya untuk belajar bagaimana cara berbicara. Tentu saja, dia juga belum diajari bentuk-bentuk huruf.
Dia hanyalah seorang bayi, yang melihat sebuah buku, dan membuat suara acak.
Ya, harusnya sih seperti itu, jika tidak…. Maka itu terlalu aneh.
Namun Nia selalu menduga bahwa suara-suara yang dikeluarkan oleh mulut bayi itu memiliki arti dan susunan kalimat.
Ren tampaknya memahami isi buku itu.
Itu terlalu menakutkan ..... Nia selalu berpikir demikian, ketika ia mengamati Ren dari celah kusen pintu.
Nia mulai merasa bahwa si bayi adalah seorang yang baik dan pekerja keras.
Melihat sikapnya yang seperti itu, mengingatkannya pada tuannya, Clovis. Yang selalu menanam dan berburu dari pagi hingga sore.
Sekitar dua tahun telah berlalu sejak saya dilahirkan ke dunia ini.
kaki dan pinggang sudah cukup kuat untuk menopang kaki saya.
Saya mulai memahami bahasa dan tulisan di dunia ini.
Saya juga bingung apa yang harus saya lakukan saat ini, belajar? Olahraga?
Saya mulai memikirkan kegiatan apa yang bisa kulakukan sebagai seorang bayi.
Saya mengelilingi isi rumah sekali lagi dan mencari sesuatu yang menarik, dan Saya menemukan sebuah ruangan yang berisi buku-buku.
Saya penasaran apakah ayah dan ibu adalah seorang yang gemar membaca? Melihat mereka berdua rasanya mereka tidak terlalu suka membaca.
Tapi melihat buku-buku yang berjejer rapi di atas rak benar-benar membuat saya kagum.
Ada begitu banyak buku disini tapi saya terlalu pendek untuk mengambil buku di rak atas. Jadi saya hanya mengambil buku yang bisa saya raih saja.
Ada tiga buku yang membuat saya tertarik dan ketiga buku ini berada di rak paling bawah jadi saya bisa mengambil dan menyimpannya sesuka hati saya.
Buku pertama berjudul
⟨The Legend of Dark Knight⟩
Itu adalah buku dongeng yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang lahir dari istri simpanan seorang raja. Dia dan ibunya diasingkan dan ditelantarkan namun suatu hari saat anak laki-laki itu menginjak usia 14 tahun, ibunya di bunuh oleh seseorang yang dikirim oleh ayahnya. Dan dari sana ia menjadi kuat dengan kekuatan hitam dan mulai membunuh ayahnya dan semua yang memiliki hubungan dengan ayahnya.
Itu adalah buku pertama dan favoritku. Buku yang menceritakan tentang balas dendam. Meskipun banyak sekali adegan dewasa seperti ****, pembunuhan dan lainnya itu merupakan kisah yang sangat seru.
Saya tidak mau mengalami nasib yang sama dengan pemeran utama dalam kisah ini namun saya ingin memiliki kekuatan seperti pemeran utama dalam kisah ini.
Lalu buku yang kedua adalah
⟨Panduan sihir⟩
Ini adalah buku yang aku gunakan untuk belajar mengenai tentang sihir. Dimulai dari cara penggunaan sihir dan cara mengatasinya dan beberapa penjelasan tentang atribut sihir.
Atribut sihir memiliki delapan jenis yaitu api, air, tanah, angin, petir, es dan dua atribut yang cukup langka yaitu cahaya dan kegelapan.
Menurut buku, sihir sudah menjadi bagian dari dunia itu sendiri. Dan manusia hanya memiliki satu atribut dari tubuh mereka, tidak ada manusia yang tidak memiliki atribut sihir.
Manusia yang memiliki dua atribut sangatlah langka dan ada teori yang mengatakan jika ada manusia yang bisa menggunakan elemen sihir lebih dari dua maka dia memiliki hubungan dengan dewa atau roh.
Ada juga cara mengetahui jenis atribut apa yang kita miliki tanpa harus menggunakan bola kristal.
Yaitu saya cukup menutup mata dan berkonsentrasi, dengan begitu saya bisa mengetahui jenis elemen sihir apa yang saya miliki.
Saya mengikuti sesuai yang dikatakan oleh buku dan ada tiga warna bersinar di kepala saya.
Merah, kuning dan hitam.
Merah yang artinya api, Kuning yang artinya petir dan hitam yang artinya kegelapan.
Saya cukup terkejut dengan atribut yang kumiliki ini, tidak hanya api dan petir, aku juga bisa menggunakan atribut sihir kegelapan seperti pemeran utama dalam cerita ⟨The Legend of Dark Knight⟩.
Beruntungnya saya, bukan hanya memiliki hubungan dengan dewa tapi juga saya bisa menjadi seperti pemeran utama dalam dongeng.
Pertama, agar bisa seperti pemeran utama dalam dongeng itu. Saya harus menyembunyikan kekuatanku.
Buku yang ketiga adalah buku
⟨Monster, Ekologi dan kelemahan⟩
Sebuah buku yang mendeskripsikan monster yang berada di seluruh dunia dan cara untuk menangani mereka.
Kesampingkan buku ⟨The Legend of Dark Knight⟩, dua buku lainnya adalah buku yang harus aku pelajari.
Untuk menjadi ksatria kegelapan aku tidak boleh tidak berpengetahuan.
Saya mencoba beberapa skill dari dalam buku sesuai dengan atribut sihir yang saya miliki. Tampaknya saya tidak bisa menggunakan skill yang elemen sihir lain selain ketiga atribut sihir itu.
Saya mencoba merapal sihir air tapi tidak ada yang terjadi, dan saya langsung menyimpulkan bahwa saya tidak bisa menggunakan atribut sihir lain.
Saat membaca buku ⟨Panduan sihir⟩ tanpa saya sadari hari sudah malam dan matahari sudah terbenam.
Saya benar-benar fokus hingga lupa waktu, saya menyimpan kembali buku-buku ke tempatnya dan turun ke ruang makan sambil membawa buku ⟨Monster, Ekologi dan Kelemahan⟩. Alasannya jika saya membawa buku ⟨The Legend of Dark Knight⟩ akan sangat berbahaya apalagi isinya sepertinya bukan untuk anak usia 2 tahun dan jika aku membawa buku ⟨Panduan sihir⟩ mereka akan tahu kalau aku diam-diam belajar sihir.
Saya menarik kursi, meletakkan buku di atas meja dan duduk di kursi. Ayah dan ibu melihat saya dengan senyuman, seketika saya bingung dengan arti dari senyuman itu.
Apakah mereka tahu saya sedang belajar sihir? Tidak, tidak. Saya tidak boleh berprasangka buruk pada mereka.
"Ren, apakah kau suka di ruang belajar?" Ibuku bertanya dengan senyum dan nada yang ceria.
Seperti biasa, ibu terlihat sangat aktif dan ceria. Dan ayah menatapku seolah wajahnya mengatakan 'Aku Bangga padamu nak' begitu.
"Ya, Saya menyukainya."
"Fufu."
"Nak, ayah tahu kalau kau sangat suka dengan buku tapi apa kau bisa membacanya? Mungkin ayah bisa membacakannya untukmu."
Ayah terlihat perhatian sekali. Yah, bukannya aku tidak suka tapi entah kenapa dadaku terasa hangat. Mungkinkah ini yang namanya kasih sayang?
"Tidak, saya bisa."
"Begitu kah? Baiklah, jika ada sesuatu yang tidak kau mengerti kau bisa tanyakan pada ayah."
Ayah terlihat bangga sekali pada dirinya sendiri, kurasa dia ingin terlihat keren di hadapanku.
Tenang saja ayah, kau sangat keren lho.
Setelah selesai makan malam, ayah dan ibu pergi ke kamar mereka sementara Nia sedang mencuci piring di dapur.
Dan waktu inilah yang sangat tepat, untukku menjadi seorang ksatria kegelapan seperti diriku yang kita butuhkan pertama adalah kostum.
Untuk kostum haruslah berwarna hitam, warna yang tidak dapat dilihat di tempat gelap.
Saya masuk ke gudang dimana barang yang sudah tidak terpakai lagi disimpan. Tepat di pojok ruangan terdapat peti yang cukup besar.
Ini sangat kotor dan berdebu, melihat tutupnya yang sedikit terbuka kurasa kuncinya rusak. Saya membuka peti itu dan debu keluar dari dalam hingga membuat saya batuk.
Di dalamnya ada banyak sekali barang dan pakaian bekas, saya mengeluarkan semua pakaian bekas itu. Beberapa sudah rusak dan sobek, jadi aku memisahkan pakaian yang bisa dipakai dan yang tidak.
Ada 3 pakaian yang masih bisa digunakan dan kebetulan salah satunya adalah jubah hitam.
Meskipun ini terlalu besar untuk saya tapi yang lebih penting adalah bisa digunakan.
Dan ada hal yang ingin saya coba. Saya menyimpan kembali semua ke dalam peti kecuali jubah hitam ini. Dan segera saya bawa ke dalam ruang belajar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!