NovelToon NovelToon

Dendam Sang Anak Angkat

Chapter 01 Tragedi

Dor... Dor... Terdengar suara tembak di sebuah rumah elit kawasan kota Jakarta.

"Cepat serahkan kunci brankas kalian!" ancam pria bertopeng pada dua orang yang kini sedang tengkurap di lantai karena ketakutan.

"Tolong jangan lakukan ini, siapa kalian kenapa kalian ingin merampok rumah kami?" tanya pria si pemilik rumah itu.

"Kau tidak perlu banyak bacot serahkan saja cepat!" perampok itu langsung menendang si pria paruh baya hingga tersungkur ke samping.

"Ayah!!" teriak sang istrinya seketika bergerak menghampiri suaminya namun naasnya si perampok itu justru terkejut dan tanpa sengaja melepas tembakan hingga mengenai kepala si istri.

"Ibu!!" si suami berteriak melihat istrinya yang kini bersimbah darah.

Perampok yang panik langsung menembak si pria pula hingga tewas. Kejadian itu ternyata di saksikan oleh bocah laki-laki dari balik tembok ketakutan. Melihat kedua orang tuanya sudah tewas air mata bocah itu langsung pecah dan entah dari mana dia mendapatkan keberanian berlari mendorong si perampok hingga tersungkur ke lantai sedangkan pistolnya terlempar. Reyhan yang melihat pistol itu langsung meraihnya kemudian diarahkannya ke perampok.

"Kenapa kau membunuh ayah dan ibuku, akan ku bunuh kau juga!" dengan ketegasannya anak kecil itu mengancam si perampok.

Akan tetapi saat ia hendak menarik pelatuknya tidak terjadi apa-apa karena peluru dalam pistol itu sudah habis. Si perampok pun langsung mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Reyhan dan segara berlari. Namun, sebelum itu si perampok berteriak untuk memancing warga datang. Benar saja, saat mendengar teriakannya para tetangga langsung bergegas menuju rumah.

"Bodoh!" cela si perampok sebelum menghilang. Dia kabur lewat jendela meninggalkan Reyhan yang panik.

"Ya tuhan pembunuh....Apa yang kau lakukan, hah!" salah satu tetangga yang pertama kali tiba di sana sangat terkejut melihat peristiwa mengerikan itu. Apalagi saat melihat Reyhan memegang pistol dan pemilik rumah sudah tergeletak tak bernyawa di lantai dengan darah di mana mana.

Reyhan diam membisu tubuhnya bergetar dan langsung menjatuhkan pistol di tangannya. Lalu satu orang langsung menelpon polisi untuk melaporkan kejadian ini.

****

Tak butuh waktu lama polisi tiba dan langsung melakukan olah TKP, kedua jenazah di bawah ke rumah sakit untuk di otopsi. Para tetangga memberi keterangan kepada polisi bawah mereka melihat Reyhan memegang pistol.

"Anak kecil ini pelakunya pak, saya melihatnya dia yang memegang pistol itu!" papar Bu Endang menyeret Reyhan ke hadapan polisi.

"B-bukan saya om polisi, hiks." Rayhan mencoba membelah diri sambil menangis.

"Alla, dasar tidak tahu diri sudah di angkat jadi anak tapi dia justru menghabisi nyawa orang tua angkatnya. Sungguh sial pak Andi dan bu Rika telah mengadopsi anak iblis seperti ini!" Para tetangga murka, bahkan ada yang ingin menyakiti Reyhan.

"Sabar, jangan main hakim sendiri biar kami yang akan menangani kasus ini." Pak polisi mencoba menenangkan para warga. kemudian membawa Reyhan naik ke mobil untuk di bawah di kantor polisi menjalani pemeriksaan interogasi atas tuduhan yang di arahkan kepadanya.

Setelan tiba di kantor polisi, bocah itu langsung di bawah ke ruang interogasi di mana di ruangan itu ada seseorang yang sudah menunggunya

"Siapa namamu?" Tanya pria tinggi besar berseragam polisi dengan wajah sangarnya, namanya adalah Riko.

Reyhan tidak menjawab karena merasa takut melihat wajah garang Riko, tatapannya yang tajam seolah akan menerkam bocah malang itu.

"Siapa namamu!" Riko kembali bertanya namun kali ini dengan tegas.

"Reyhan..." Jawab bocah itu.

"Rayhan, berapa usiamu?" Tanya Riko lagi.

"Dua belas tahun om." Jawabnya dengan suara yang gemar.

"Dua belas tahun tapi sudah berani melakukan pembubuhan." Riko tertawa kecil menanggapinya. Lalu sedetik kemudian dia memukul meja dengan keras hingga membuat Reyhan terperanjat kaget.

"Dasar bajingan, kenapa kau melakukan itu!" dengan mata melotot di serta bentakan keras, Riko menatap Reyhan.

Tubuh bocah itu semakin ketakutan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia di hakimi atas apa yang tidak diperbuatnya.

"JAWAB!!" Bentak Riko.

Riko memang di kenal sangat tegas, dia tidak memilih-milih orang. Baik itu tua, mudah bahkan anak kecil sekali pun dia akan tetap bertindak kasar pada mereka.

"B-bukan aku yang melakukannya, tadi ada orang yang masuk ke rumah membawa tembak dan membunuh ibu dan ayah." Jawab Reyhan mengatakan yang sebenarnya.

"Orang, apa kau tahu orang itu bisa kau mengenalinya?" Tanya Riko mendekati wajahnya ke wajah Reyhan seolah mengintimidasi anak kecil itu.

Perlakuan ini membuat Reyhan panik hingga menggelengkan kepala karena takut. Lalu tak berapa lama ada seseorang yang datang dan memperlihatkan hasil olah TKP pada Riko, yang isinya hanya di temukan sidik jari Reyhan di pistol itu.

hal ini kemudian menjadikan Renyah sebagai tersangka utama dalam kasus pembunuh orang tuanya. bocah ini pun tidak tahu harus berbuat apa lagi dan dengan terpaksa menerima tuduhan atas dirinya.

***

Tibalah hari persidangan untuk kasus ini di pengadilan. Keluarga korban begitu sangat terpukul terutama Adinda, anak dari pasangan Andi dan Rika yang begitu bersedih atas kepergian orang tuanya.

"Atas bukti yang telah di kumpulkan yang mengarahkan semua tuduhan pada Ananda Reyhan, maka pengadil memutuskan bahwa dia akan di penjara selama 10 Tahun."

Reyhan menangis, merengek dan memohon bahwa dia tidak bersalah. Akan tetapi tidak ada satupun orang yang berbelas kasihan terhadapnya. Sebaliknya dia justru sangat di benci oleh orang-orang yang hadir dalam persidangan itu.

Saat akan dibawah ke sel tahanan, tanpa sengaja dia melihat seseorang yang tidak asing di kerumunan. Setelah di pikirkan, ia akhirnya menyadari jika orang tersebut adalah pelaku yang sebenarnya.

"Om polisi itu dia pelakunya, tangkap dia!" Reyhan langsung memberitahu polisi, akan tetapi tidak dihiraukan.

Sedangkan si pembunuh justru tersenyum padanya seraya melambaikan tangan setelah itu bergegas pergi.

"Jangan biarkan dia kabur, tangkap dia om polisi dia yang sudah melenyapkan ayah dan ibu, huwaa!" Reyhan berteriak dan terus merengek pada pak polisi namun tak ada satupun yang memperdulikannya

Setelah dimasukkan ke sel, Reyhan terus memikirkan wajah pembunuh itu. Matanya melotot membayangkan peristiwa yang ia saksikan di malam tragedi.

"Orang itu telah membunuh ayah dan ibu, kenapa semua orang tidak percaya padaku bahwa aku bukan berlakunya." Ucapnya dengan derai air mata.

"Aku tidak akan mengampuni orang yang telah membunuh ayah dan ibu, suatu saat nanti aku pasti akan menemukannya dan akan membalas dendam padanya." Reyhan, seorang anak kecil yang polos ini berubah. Bahkan sudah memiliki pikiran untuk membalas dendam atas apa yang telah menimpa dirinya.

"Aku bersumpah akan menghabisi orang itu seperti dia menghabisi ayah dan ibu!" kebencian dalam dirinya seolah tumbuh dan ambisi untuk membalas dendam semakin besar.

***

Hari-hari berlalu, kehidupan Renyah dipenjara tidaklah mudah. Usianya yang masih belia membuat dirinya diperlakukan semena-mena oleh narapidana lain termasuk para polisi. Setiap saat dia disiksa, dipukuli bahkan dilecehkan.

Menghadapi semua kesulitan itu, Reyhan hanya bisa pasrah menerimanya. Dan dari kejadian ini pula api dendam dalam dirinya semakin membara bukan hanya untuk membalas membunuh orang tuanya tapi juga orang-orang yang telah memperlakukannya seperti binatang di dalam penjara ini.

Chapter 02 Kehidupan Sebelum Diadopsi

Di tengah teriknya matahari, terlihat seorang anak laki-laki yang berjalan menelusuri kota tanpa menggunakan alas kaki, penampilannya yang kucil dan wajah pucat seolah menahan kesakitan.

Namanya Renyah, Seorang bocah kira-kira usianya 12 tahun dia adalah anak yatim piatu yang kabur dari panti asuhan sebab tidak tahan dengan kekerasan yang selalu di dapatkan dari pemilik panti. Dia memutuskan kabur di saat ada kesempatan, dan sekarang terpaksa pontang-panting di jalanan kepanasan dan kelaparan.

"Ohh perutku sakit sekali, ibu." Ringisnya memegang perut yang sakit karena belum makan.

"Kemana aku akan pergi hiks, aku tidak punya siapa siapa." Di bawah pohon rindang di tepi jalan dia duduk meratapi nasibnya sambil menangis.

Saat tengah istirahat, di seberang jalan ada sebuah rumah makan. Reyhan bisa mengamati orang-orang yang tengah menikmati hidangan lezat mereka. Dia hanya bisa menelan selivanya melihat pemandangan itu dan membuat perutnya meronta-ronta ingin segera di isi makanan.

Karena sudah tidak tahan, Reyhan berdiri berniat menghampiri kedai itu untuk meminta belas kasihan. Tetapi saat ia akan menyebrang jalan, tanpa sengaja ia melihat seseorang gadis kecil yang tengah berlari mengejar balon gasnya menuju jalan raya.

"Adek jangan, itu bahaya!" Reyhan berteriak memperingati gadis kecil itu akan tetapi tidak di dengarkan.

Reyhan yang panik langsung melupakan rasa laparnya. Karena mereka bersebrangan, jadi Reyhan kesulitan untuk menghentikan anak kecil itu dan sialnya tidak satupun orang yang menyadari jika gadis kecil itu dalam bahaya.

Karena peringatannya tak kunjung di gubris oleh si gadis kecil . Dia pun memutuskan untuk berlari menyebrangi jalan yang kala itu sangat ramai, Reyhan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa menyelamatkan gadis itu.

Brukkk... Terdengar benturan keras yang membuat semua orang di sekitar tempat itu terkejut dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Reyhan memang berhasil menyelamatkan gadis kecil, meskipun dia sendirilah yang harus tertabrak. Karena tabrakan itu, tubuhnya terpental jauh hingga terluka parah.

Orang-orang berlari mengerumuni Renyah yang tergeletak lemah bersimbah darah. Lalu ada seorang pria menghampiri dan khawatir melihat kondisinya.

"Ohh Tuhan, kenapa kalian hanya menonton cepat panggil ambulance!" teriak pria itu, namanya Andi dia adalah ayah dari gadis kecil yang Reyhan selamatkan.

"Papa, karena menyelamatkan Adinda dia jadi seperti ini." Tiba -tiba istrinya datang sambil menggendong gadis kecil tadi untuk memberitahukan hal ini pada sang suami.

"Apa, ohh tidak cepat ma panggil ambulance segara!!" Andi syok saat mendengar ucapan sang istri.

"Saya sudah menghubunginya pak, sebentar lagi ambulance akan tiba." Ucap salah seorang yang ada di kerumunan itu.

Benar saja tak butuh waktu lama akhirnya ambulance tiba di lokasi. Mereka kemudian memasukkan Reyhan ke dalam mobil dan langsung bergegas menuju rumah sakit. Andi dan keluarganya pun turut dalam ambulance itu.

Sesampainya di rumah sakit, Renyah langsung di larikan ke ruangan operasi mengingat dia terluka cukup parah. Andi beserta anak istrinya menunggu di luar dengan cemas.

"Aw... mama, papa lutut Dinda sakit." Di saat tengah menunggu, Adinda seketika mengeluh sakit pada kedua orangtuanya, Benar saja saat di cek lutut ternyata terluka.

"Ya ampun Dinda. Pah, kamu tetap di sini ya aku akan menemani Dinda untuk mengobati lukanya dulu." Ucap Rika (istri Andi)

"Iya ma."Jawab Andi.

***

Waktu terus berjalan, kini sudah hampir satu jam Reyhan di ruangan operasi. Andi dan istrinya senantiasa menunggu dengan perasaan was-was.

"Pa, semoga anak itu baik-baik saja mama takut jika terjadi sesuatu padanya, pasti orang tuanya akan marah." Ungkap Rika sungguh cemas.

"Tenaga saja ma, aku yakin dokter akan menyelamatkannya saat ini kita hanya bisa mendoakan agar anak itu bisa selamat." Ucap Andi menangkan istrinya.

10 menit berlalu, mereka melihat lampu ruang operasi akhirnya mati. Dengan perasaan yang masih cemas mereka menunggu dokter keluar dari sana, tak berselang lama orang yang mereka tunggu akhirnya muncul. Andi langsung menghampirinya untuk mencari keadaan Reyhan.

"Dokter bagaimana keadaan anak itu?"

"Tadinya kondisinya sangat kritis tapi sekarang dia sudah aman, Dia akan kami pindah ke ruang rawat segera jadi kalian bisa menemuinya di sana nanti." Jelas sang dokter.

"Syukurlah kalau begitu." Andi akhirnya menghela nafas lega mendengar pertanyaan itu. Dirinya sangat berterima kasih pada dokter karena sudah menyelamatkan Reyhan.

***

Kini Reyhan sudah ada di ruang rawat, namun dia masih belum siuman. Andi dan sang istri datang untuk melihatnya mereka berdua merasakan kasih terhadapnya.

"Ya Tuhan pa, mama merasa begitu bersalah melihat keadaan anak ini, karena putri kita dia sampai mengalami kecelakaan." Ucap Rika sambil mengusap rambut Reyhan.

"Iya ma, pasti orang tuanya merasa cemas mencarinya saat ini, mereka tidak tahu jika anaknya kini terbaring di rumah sakit." Ucap Andi.

"Papa benar, kita harus segera mencari tahu siapa orang tua dari anak ini." Jawab Rika.

"Tapi bagaimana caranya, kita kan tidak tahu di mana bocah ini tinggal." Kebingungan di wajah Andi langsung terlihat.

"Jalan satu-satunya untuk mengetahui itu hanya satu, yaitu kita harus menunggu anak ini sadar dan barulah kita bisa bertanya padanya." Ucap Rika.

"Ma, mending sekarang kau pulang bawah Dinda, kasihan dia sudah tertidur biar papa yang akan menemani anak ini di sini." Melihat anaknya yang tertidur pulas di sofa dalam ruangan itu, membuat Andi meminta istrinya pulang.

"Iya pa, kalau begitu mama pamit ya nanti mama akan meminta sopir untuk membawa makanan untukmu." Sebelum pergi terlebih dahulu Rika berpamitan pada suaminya.

Saat istrinya telah pulang, Andi menghilangkan kebosanannya dengan membaca berita di handphone miliknya. Hingga tak terasa senja menjelang akan tetapi Reyhan tak kunjung siuman. Namun, meskipun begitu Andi masih tetap setia menemaninya mengingat jasa yang Reyhan lakukan untuk putrinya.

Akhirnya penantian Andi berakhir, Reyhan kini sudah mulai membuka mata. Secara perlahan dia mencoba memperbaiki pandangnya.

"Di mana aku?" dengan suara yang lemah dia mencoba mengucap kalimat.

Mendengar suara Reyhan, Andi langsung bergegas mendekatinya. Dia merasa senang karena akhirnya Reyhan sadar.

"Nak, bagiamana perasaanmu?" Andi mencoba berkomunikasi pada Reyhan, akan tetapi karena masih lemah dia tidak mendapat respon.

Andi kemudian memanggil dokter untuk memberi tahu jika pasien sudah siuman. Tak lama dokter datang dan langsung memeriksanya.

"Di mana aku?" Kalimat yang sama ia ucapkan kembali.

"Tenang kau jangan bergerak dulu, karena tubuhmu masih lemah." Dokter memperingatinya agar jangan banyak bergerak, karena jika tidak dia akan merasakan sakit.

"Nak, Sekarang kau ada di rumah sakit karena tadi kau mengalami kecelakaan." Andi mencoba menjelaskannya secara perlahan.

"Kecelakaan?" Tanya Reyhan bingung.

"Sudahlah nak, kau istirahat saja dulu nanti saat kau agak baikan om akan menceritakan semuanya."

Capter 03 kehidupan di panti

Reyhan hanya terpaku menatap Andi sambil mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Beberapa menit dia bengong akhirnya ingatannya kembali saat dia mendorong seorang gadis kecil dan dia ingat betul bagaimana tubuh kecilnya di hantaman oleh mobil.

"Bagiamana keadaan adik itu paman, apa dia baik-baik saja?" Tanyanya justru khawatir tentang Adinda.

Mendengar kecemasannya, membuat Andi begitu tersentuh. Dia benar-benar takjub dengan jalan pikiran anak itu yang justru menghawatirkan orang lain padahal dia sendiri sedang terluka.

Andi duduk di sebelah Reyhan, kemudian menggenggam tangan bocah itu seraya berkata dengan lembut.

"Terima kasih karena telah menyelamatkan hidup putriku."

"Jadi itu anaknya paman, dia baik-baik saja kan?" Tanya Reyhan lagi.

Andi mengangguk sambil tersenyum lalu mengusap kepala Reyhan. Lalu Andi teringat dia belum mengenal anak ini dan siapa orangnya.

"Ohh iya siapa namamu?" Andi mulai menanyai Renyah.

Akan tetapi karena Efek obat, Reyhan merasa mengantuk hingga belum sempat dia menjawab Andi, dia sudah tertidur. Andi pun merasa sedikit kecewa akan tetapi dia mesti menunggu anak ini bangun kembali agar di bisa mendapatkan jawabannya atas pernyataan.

"Huff.. mungkin dia masih lemah, aku yang salah seharusnya aku tidak mengajaknya ngobrol di saat seperti ini." Ucap Andi, kemudian kembali ke sofa menunggu Renyah bangun lagi.

Tak berapa lama menunggu, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu ruangan. Saat di lihat itu ternyata Rika istrinya.

"Mama, kok mama yang ngantar makannya bukan sopir?" Andi bingung sambil bertanya.

"Iya papa, Tadinya mama berencana meminta sopir yang mengantarnya tapi setelah mama pikir-pikir Mama sendiri aja yang ngantar mumpung Adinda tidur bersama Bi Lea." Jelas Rika.

Andi cuma angguk-angguk mendengar penjelasan istrinya. Lalu Rika menyajikan makanan yang ia bawah pada suaminya itu karena kebetulan hari sudah malam dan sudah waktunya makan malam.

Saat Andi makan, Rika bangkit berjalan mendekati Reyhan yang masih tertidur pulas. Rika berdiri menatap lekat-lekat wajah Reyhan yang terlihat lebam.

"Pa, anak ini sudah siuman apa belum?" Rika kemudian beralih menanyai sang suami.

"Tadi sekitar 2 Jam lalu dia siuman ma, mungkin karena efek obat membuatnya terlelap." Jawab Andi yang terus menyantap makanannya.

Rika duduk di samping Reyhan dan sesekali mengusap rambutnya bahkan merapikan selimutnya. Entah mengapa Rika merasa jika pertemuannya bersama anak ini akan berlangsung lama.

"Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkan hidup putriku. Jika kau tidak ada mungkin sekarang putriku yang ada di posisi ini." Rika mencoba berbicara pada Reyhan yang masih terlelap.

Sesaat setelah Rika mengatakan itu, tiba-tiba Reyhan terbangun dan membuat Rika terkejut dengan kalimatnya

"Ibu, apakah itu kau?" Dengan setengah sadar Reyhan mengira jika Rika adalah ibunya.

Rika tertegun mendengar Reyhan memanggilnya ibu. Dia kemudian memanggil suaminya dengan sedikit panik.

"Papa, sepertinya dia sudah bangun!" Ucapnya.

Andi yang sementara makanan langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung mendekati bangsal. Sedangkan Reyhan masih berusaha untuk sepenuhnya bisa sadar.

"Nak, kau sudah bangun?" Andi mencoba bicara dengannya.

Reyhan yang masi Ling-lung melihat dua orang asing di hadapannya hanya bisa terdiam dan enggan menjawab pertanyaan Andi. Matanya menatap nanar ke arah dua orang itu.

"Nak, saya Andi orang yang sama tadi saat kau di periksa dokter, masih ingatkan?" Ucapnya dengan pelan-pelan.

Reyhan mengangguk menanggapinya. Andi tersenyum kemudian mulai memperkenalkan Rika istrinya pada Reyhan.

"Ini istri saya, ibu dari anak kecil yang kamu selamat." Ucapannya, Rika kemudian tersenyum pada Renyah begitu pun sebaliknya.

"Halo, namanya siapa sayang?" Rika kemudian menyapanya.

"Nama saya Reyhan tante." Jawabnya dengan Pasih.

"Wah, Nama yang sangat bagus bagaimana perasaanmu nak, apa kau merasa sakit?" Rika bertanya lagi.

Reyhan menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak merasa sakit sedikit pun karena dia belum mencoba mengerakan tubuhnya.

"Anak yang kuat, ohh iya Tante boleh bertanya lagi nggak?" Reyhan lagi-lagi mengangguk tanda setuju.

"Pertama-tama Tante mau berterima kasih karena keberanian kamu yang mengorbankan diri demi menyelamatkan anak kami, kedua Tante ingin tahu siapa mama dan papanya Reyhan?" Ucap Rika.

Mendapat pertanyaan itu, Reyhan terdiam dan hanya menatap Rika dengan tatapan sendu. Rika bingung kenapa dia diam dan tidak menjawab pertanyaan.

"Ada apa Rey?"

"Om, Tante, Reyhan anak yatim-piatu." Dan akhirnya Reyhan mengungkapkan jati dirinya yang tidak memiliki orang tua.

Sontak Andi dan Rika terkejut mengetahui kebenaran itu dan merasa bersalah karena telah menanyakan hal itu.

"Ya ampun, maafkan aku karena tidak mengetahuinya." Rika kemudian meminta maaf padanya.

Reyhan kini telah meneteskan air mata karena merasa begitu bersedih sebab pertanyaan tadi. Rika pun ikut bersedih melihat kesedihan anak itu, dia kemudian menatap Ke arah sang suami dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Kemudian Andi memberi isyarat padanya agar tidak meneteskan air mata dihadapan Reyhan

"Reyhan, maafin kelancangan Om dan Tante. Tapi kalau boleh tahu kau tinggal bersama siapa, maksudnya apa kau memilih nenek atau keluarga lain?" Andi dengan hati-hati bertanya lagi.

"Reyhan, tidak punya siapa-siapa dan tidak punya tempat tinggal karena Renyah kabur dari panti asuhan, Om." Jawabnya.

"kabur, tapi kenapa nak?" Andi yang penasaran lagi-lagi bertanya.

Reyhan, kemudian menceritakan kehidupannya saat masih tinggal di panti. Di mana setiap hari mereka akan di paksa bekerja dan hanya di beri makan sehari sekali itupun di waktu siang setelah semua pekerjaan beres. Dan yang lebih parahnya, saat ada anak-anak yang sakit pemilik panti tidak pernah memberi obat ataupun membawanya ke puskesmas.

Pada puncaknya, di mana Reyhan memutuskan kabur. Dua hari sebelumnya, Ada salah satu anak yang sakit. Anak itu demam tinggi hingga membuat mereka semua khawatir, hingga akhirnya Reyhan dan dua orang temannya berencana mencuri uang dari si pemilik panti agar mereka bisa membeli obat untuk temannya itu.

Di tengah aksinya, mereka berhasil mendapat uang. Akan tetapi di saat ingin keluar dari ruangan mereka di temukan oleh si pemilik panti. Melihat uang yang di pegang oleh Rayhan membuat pemilik itu murka.

"Kalian mencuri, beraninya kalian ya!" Ucap Si pemilik panti dengan begitu marahnya.

Reyhan dan kedua teman ketakutan dan hanya bisa menunduk di hadapan orang itu.

"Benar-benar tidak tahu malu, sini uangnya dan terima hukuman kalian!" Si pemilik panti merebut uang itu dari Reyhan.

"Jangan Bu, Siti sakit uang ini untuk membeli obat untuknya." Di saat itu Reyhan mencoba menjelaskannya, akan tetapi si pemilik panti sama sekali tidak peduli.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!