Entah sudah berapa lama pria dengan postur tubuh tinggi, atletis dan rambutnya yang gondrong dibiarkan tergerai berantakan menutupi sebagian wajahnya. Ia mondar mandir dari dalam kamar lalu berjalan ke balkon memperhatikan pintu gerbang dari kamar lantai dua rumah milik pria tersebut.
Pria itu bernama Ken Mahardika, pria kaya pemilik perusahaan Mahardika Group. Memiliki dua putra kembar bernama Gerhana Mahardika dan Galaksi Mahardika, yang baru berusia 8 tahun.
Dua jam yang lalu, istrinya yang bernama Elmira berpamitan untuk ke toko makanan membeli keperluan dua putranya. Meski tidak biasa Elmira membeli keperluan putranya sendirian, tapi Ken mengizinkan Elmira pergi sendirian.
Dua jam berlalu, namun Elmira tak kunjung kembali. Membuat Ken menjadi Khawatir, dan meminta salah satu bodyguard nya untuk menyusul Elmira ke toko yang biasa mereka datangi. Namun sang anak buah mengatakan kalau Elmira tidak ada di toko tersebut meski sudah di cari ke semua penjuru toko.
Hari semakin siang, Ken masih bersikap tenang dan berpikir kalau istrinya mampir dulu ke rumah teman atau tantenya. Namun sampai sore menjelang, Elmira tidak kunjung datang. Akhirnya Ken menghubungi semua temannya tapi tak satupun yang tahu di mana Elmira berada. Kemudian Ken mencari istrinya di tempat tempat yang biasa di kunjungi. Namun sampai malam hari, Elmira tidak di temukan sama sekali. Bak di telan bumi, Ken kehilangan sosok Elmira, wanita yang sangat ia cintai.
Ken sama sekali tidak dapat memejamkan mata hingga pagi menjelang. Pagi itu ia memutuskan untuk pergi ke kantor Polisi dan melaporkan hilangnya Elmira.
Saat itu juga laporan Ken langsung di proses karena Elmira sudah menghilang selama 24 jam. Ken tidak berhenti mencari dan di bantu pihak berwajib. Namun sampai satu minggu, keberadaan Elmira sama sekali tidak di temukan.
Ken tidak putus harapan, terus mencari dan mencari hingga batas pencarian dari pihak berwajib habis masanya.
ken terus mendesak pihak berwajib untuk memperpanjang pencarian Elmira. Tidak hanya itu, anak buahnya ia kerahkan untuk mencari dan terus mencari.
Hari berlalu, minggu berganti bulan. Pihak berwajib terpaksa menghentikan kasus pencarian Elmira dan menutupnya. Ken tidak putus harapan, meski hatinya sedih dan hancur tatkala kedua putra kembarnya mempertanyakan keberadaan sang bunda.
"Kau di mana Elmira?" tanya Ken kepada dirinya sendiri. Duduk melamun di kursi balkon kamar memperhatikan pintu gerbang rumahnya.
"Ayah!"
Ken menoleh ke belakang, lalu tersenyum mengembang. Merentangkan kedua tangannya menyambut kedua putra kembarnya yang berlari menghampiri lalu memeluk Ken dan duduk di pangkuannya.
"Ayah, bunda belum pulang?" tanya Galaksi salah satu putra kembarnya, lebih cerewet di banding Gerhana.
"Bunda masih di luar Negeri, kalau urusannya sudah selesai pasti bunda kalian pulang." Kata Ken memberikan alasan supaya kedua putranya diam dan tidak bertanya lagi. Ken sama sekali tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kalau ibu mereka sudah meninggalkan rumah tanpa pesan atau jejak yang di tinggalkan. Ponsel satu satunya milik Elmira tidak bisa di hubungi sama sekali sejak peryama kali Elmira meninggalkan rumah.
"Maafkan kami ayah, bukan maksud kami membuat ayah sedih. Tapi kami sangat merindukan bunda." Timpal Gerhana, tangannya terulur mengusap pipi sang ayah.
Ken hanya menggelengkan kepala, lalu mencium pipi kedua putranya.
"Tidak sayang, aku tidak bersedih." Kata Ken lalu memeluk keduanya dengan erat.
****
Dua tahun berlalu, rasa cinta dan harapan tak pernah pudar di hati Ken. Ia masih gigih mencari keberadaan Elmira, meski teman temannya selalu memberi saran untuk berhenti mencari Elmira.
Suatu hari, Ken membuka aplikasi instagram. Ia ingin menyimpan foto foto kebersamaannya dengan Elmira dan berpikir, siapa tahu ada yang mengenali Elmira dan mendapatkan petunjuk tentang dia.
Tiba tiba ia melihat sebuah foto, jantungnya serasa berhenti berdetak. Kakinya terasa lumpuh dan sulit di gerakkan. Ken tidak percaya melihat foto kebersamaan istrinya dengan seorang jutawan berasal dari Hongkong.
Foto pernikahan dan foto Elmira tengah menggendong seorang bayi di pelukannya. Ken ragu apakah itu Elmira istrinya atau bukan. Kemudian Ken mencari informasi lebih detail lagi tentang foto Elmira dan alamat tempat tinggalnya.
Setelah ia mengumpulkan informasi, barulah Ken percaya. Kalau foto di instagram itu memang istrinya. Elmira sengaja meninggalkan Ken dan putra kembarnya dan kembali kepada mantan kekasihnya, di ketahui pria itu sudah menjadi jutawan di Negaranya.
Seketika hati Ken hancur berkeping keping tapi tetap tidak mengurangi rasa cintanya terhadap Elmira. Ken memutuskan untuk tidak memberitahu putra kembarnya di karenakan mereka masih anak anak dan mereka belum mengerti apa apa.
"Biarlah rahasia ini aku simpan sendiri." Gumam Ken.
Enam tahun berlalu sejak kepergian istri tercinta. Ken merawat dan membesarkan putra kembarnya sendirian. Hingga keduanya tumbuh dengan baik namun tidak dengan karakter dan prilaku kesehariannya. Galaksi kerap berbuat ulah di sekolah dan membolos, tapi memiliki IQ yang tinggi. Sehingga Ken seringkali di panggil kepala sekolah untuk membicarakan putranya, Galaksi.
Berbeda dengan Gerhana, anak itu cenderung pendiam, penurut tapi selalu mendapat nilai merah di sekolahnya. Ia kerap kali di buli karena satu kali tidak naik kelas.
Setiap hari Ken selalu di repotkan dan kewalahan mengurus kedua putranya itu.
"Ayah tidak mau tahu, kalau kau tidak bisa memperbaiki kelakuanmu di sekolah. Ayah antarkan kau ke yayasan." Ancam Ken menatap kesal putranya Galaksi yang acuh tak acuh.
Namun reaksi Galaksi berdiri, lalu mengambil tasnya dan beranjak pergi ke luar dari ruang makan. Ken menarik napas dalam, mengusap wajahnya kasar menatap kepergian Galaksi.
"Ayah." Gerhana berdiri, kepalanya tertunduk. Melirik ke arah Ken sesaat.
"Kau juga, belajar yang benar. Mau jadi apa kau dewasa nanti?!" ucap Ken tanpa menoleh ke arah Gerhana.
"Aku berangkat ke sekolah dulu." Gerhana balik badan lalu melangkahkan kakinya pelan, keluar dari ruangan.
"Gerhana, Galaksi, sama saja. Selalu buatku repot." Gumam Ken.
***
Di sekolah Botania School.
Galaksi sudah berbuat ulah. Ia sudah membuat menangis salah satu siswa perempuan lalu kabur dari sekolah bersama dua temannya yang lain.
"Galaksi!" seru seorang guru wanita bernama Abel yang selama ini menjadi wali kelas Galaksi.
Gerhana terdiam menatap ke arah sang guru lalu beralih menoleh ke arah Galaksi dan dua temannya yang berlari menuju pintu gerbang.
"Tuk tuk tuk!" suara sepatu bu Abel, berjalan tergesa gesa lalu berdiri di hadapan Gerhana bertolak pinggang.
"Saudaramu selalu buat ulah, padahal sekarang ini kesempatan terakhir Galaksi memperbaiki sikapnya." Ujar bu Abel kesal lalu balik badan beranjak pergi dari hadapan Gerhana.
"Bengong!!" seseorang menepuk pundak Gerhana cukup keras membuatnya terhuyung satu langkah ke depan lalu menoleh ke belakang membenarkan kaca matanya.
"Keyla?" sapa Gerhana pelan. "Kau membuatku kaget saja."
"Huu cemen! seru Keyla menjulurkan lidahnya. "Jadi cowok itu yang kuat." Keyla menepuk lengannya berkali kali menunjukkan pada Gerhana.
"Minggir lu!" Keyla mendorong lengan Gerhana lalu berjalan mendahului Gerhana.
"Aku sudah tidak tahan sekolah di sini." Gumam Gerhana pelan.
Sementara di lain tempat.
Ken sedang menyelesaikan semua pekerjaannya di kantor. Tiba tiba ponselnya berdering. Ia acuh tak acuh tidak memperdulikan ponselnya yang terus berdering hingga terputus. Tak lama kemudian ponselnya kembali berdering, mau tidak mau Ken mengambil ponsel di atas meja lalu menatap layar ponsel.
"Papa?" ucapnya pelan, lalu menggeser icon berwarna hijau, ponsel ia dekatkan di telinganya.
"Ken!" terdengar suara memanggil namanya dengan nada kesal.
"Papa maaf, aku se-?" ucapan Ken terpotong.
"Lusa Papa dan Mamamu ke Indonesia. Papa mau mewariskan semua harta papa yang ada di Indonesia." Jelas papanya Ken yang bernama Bagaskoro.
"Baik Pa!" sahut Ken. "Pa, aku-?" kata kata Ken terputus sebab Bagaskoro memutus sambungan teleponnya tanpa menunggu ucapan Ken selanjutnya.
Ken meletakkan ponselnya di atas meja, menangkup kepalanya gusar.
"Apa yang harus aku lakukan? bagaimana kalau papa tahu kalau istriku sudah meninggalkanku dan dua putra kami?" ucapnya bingung.
Bagaskoro sudah lama tinggal di Belanda sejak ia menikah lagi dengan Aldara, wanita blasteran Indonesia dan Belanda. Bagaskoro sudah berpuluh tahun tinggal di Belanda bersama istri keduanya. Bagaskoro tidak pernah tahu wajah Elmira bahkan Ken tidak pernah mengajak Elmira dan kedua putranya untuk menemui kedua orang tuanya. Sejak Ken menolak perjodohan dan memilih Elmira untuk menjadi pasangan hidupnya, Bagaskoro dan istrinya memutuskan untuk tinggal di Belanda.
Setelah sekian lama, Bagaskoro baru menghubunginya dan akan berkunjung ke rumahnya.
"Bagaimana jika Papa tahu kalau wanita pilihanku ternyata telah mengkhianatiku? papa pasti marah besar dan menjodohkanku lagi dengan Dokter Ayu." Ucap Ken semakin di landa kebingungan.
Galakdi anak yang kuat rasa ingin tahunya, akan ingin mencoba banyak hal, pendirian kuat untuk mengeksplor hal baru seringkali tidak sesuai keinginan orangtua, sehingga Galaksi dianggap berperilaku nakal bagi sebagian teman di sekolah Karena, eksplorasi hal-hal baru ini kerap kali melanggar aturan sosial dan berlawanan dengan kehendak orangtua.
Bisa jadi, Ken dan teman temannya saja yang belum bisa mengikuti pikiran Galaksi. Secara permukaan, terdapat beberapa kesamaan perilaku antara anak cerdas dan anak nakal; seperti sikap keras kepala, egois, ingin bebas, hingga sulit diatur, berbeda dengan Gerhana.
Ken menarik napas panjang panjang, tangannya sudah gatal ingin sekali menampar wajah Galaksi putranya.
"Kau itu kenapa Galaksi? sudah habis kesabaran menghadapi sikapmu tidak berubah sama sekali. Maumu apa??!" ucap Ken tidak habis pikir, dari cara lembut hingga kasar dudah di lakukan. Namun Galaksi tetap tidak berubah.
"Dan kau!" Menunjuk wajah Gerhana yang tertunduk. "Gonta ganti guru les, tetap saja kau bodoh!!"
"Maafkan aku, ayah...." jawab Gerhana tidak berani mengangkat wajahnya.
"Maaf, maaf! berapa kali kau minta maaf?" tanya Ken suaranya mulai menurun. "Lusa, kakek dan nenek kalian akan datang. Bersikaplah dengan baik, jangan permalukan ayah terus terusan." Pesan Ken.
"Derrtttt!!" suara ponsel milik Ken berbunyi di saku celananya.
"Jangan kemana mana, ayah belum selesai bicara." Ken balik badan, melangkahkan kakinya menjauh dari kedua putranya.
Sepeninggal Ken, Galaksi berdiri dari kursi yang sedari tadi ia duduki.
"Kau mau kemana? jangan pergi dulu. Ayah belum selesai bicara." Kata Gerhana tengadahkan wajahnya menatap Galaksi raut wajahnya terlihat kesal.
"Bukan urusanmu, urus saja dirimu sendiri. Bodoh!" cemooh Galaksi dan berlalu begitu saja.
"Aku tidak bodoh, aku hanya ingin ayah mengerti aku." Gumam Gerhana, lalu berdiri. "Andai aku punya ibu." Gerhana melangkah gontai menuju kamar pribadinya.
Tak lama kemudian, Ken kembali. Namun kedua putranya sudah tidak ada di tempatnya.
"Sudah kuduga." Ucapnya menatap kursi.
***
Di rumah sakit jiwa.
Ken memutuskan untuk menemui Dokter yunita, wanita yang dulu pernah ia cintai. Maksud kedatangannya untuk meminta Dr Yunita menikah dengannya. Selama ini, meski hubungan mereka gagal karena kehadiran Elmira, tetapi hubungan keduanya terjalin erat layaknya sepasang kekasih. Yunita tidak menyimpan dendam terhadap Ken.
"Silahkan duduk." Dr Yunita mempersilahkan Ken duduk di kursi.
"Terima kasih Yu." Kata Ken, lalu duduk di kursi berhadapan dengan Yunita.
"Tumben kau datang ke sini?" tanya Yunita menatap wajah Ken.
"Yu, aku datang kesini untuk mengajakmu menikah." Jawab Ken tanpa ragu ragu mengutarakan maksud kedatangannya dan berharap Yunita menerimanya.
Yunita tersenyum lebar, memainkan balpoin di dagunya. "Maaf Ken, aku tidak bisa. Aku belum siap harus menjadi ibu kedua putramu yang nakal itu."
"Sekali lagi aku bertanya padamu, maukah kau menikah denganku?" tatapnya tajam menanti jawaban yang berbeda dari bibir mungil Yunita.
"Tidak." Tegas Yunita.
Ken menarik napas panjang. menatap kecewa Yunita. Lalu berdiri dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Baiklah." Ken tersenyum samar, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Yunita.
Sepanjang lorong rumah sakit jiwa, Ken berpikir keras harus bagaimana lagi dan pada siapa ia meminta bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.
Langkahnya terhenti di ujung lorong, tatapannya lurus ke depan. Memperhatikan seorang gadis bertubuh mungil bertelanjang kaki memeluk boneka harimau yang sudah rusak. Rambutnya tergerai hitam legam, sebagian berantakan menutupi wajahnya.
Dari ujung lorong, Ken bisa mendengar dengan jelas. Seorang wanita paruh baya, berpakaian mahal dan seorang pria di sampingnya. Kalau di lihat dari wajahnya, pria itu seusia Ken.
"Anak saya gila, dia selalu berusaha mencelakai orang rumah." Kata wanita tersebut, kepada salah satu Dokter, di timpali pria muda yang ternyata suami si wanita paruh baya tersebut.
"Saya setiap hari harus mengurungnya, jika tidak. Anak ini akan membunuh saya." Kata pria tersebut. "Sebagai ayah, saya sangat khawatir."
Ken menduga kalau gadis yang memeluk boneka itu adalah putri dari wanita tersebut.
"Cantik cantik gila." Gumam Ken. Kemudian Ken melanjutkan langkahnya, saat berpas pasan dengan gadis itu, Ken melirik bertepatan dengan gadis tersebut menatapnya sendu.
Ken terus berjalan, namun tatapan sendu gadis itu mengusik pikirannya. Ia berhenti melangkah lalu menoleh, menatap gadis itu yang ternyata masih menatapnya dengan tatapan sendu.
Ken menghela napas dalam, lalu melanjutkan kembali langkahnya. Membuka pintu utama rumah sakit. Sempat ia menoleh lagi dan terlihat dengan jelas, gadis itu dengan posisi yang sama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!