NovelToon NovelToon

Bayangan Cinta Sang Mafia

Kelaparan!

Hayy Guys.. Ketemu lagi sama Author Wilia, disarankan untuk membaca Novel Psychopat Husband Author dulu karna ini kelanjutan kisah anak-anaknya ya biar berasa karakter tokohnya. Ok kita Garcep.. Selamat membaca.

....................

Tatapan lemah wajah pucat lesu itu lansung menatap sebungkus roti yang ada ditangannya, tangan mungil putih pucat itu telah berlumur lumpur karna mencari bahan untuk menambah energi, namun sangat disayangkan hari ini ia tak dapat satu orangpun untuk dipakai jasanya. ia tak bisa membantu para Nelayan di Laut Eropa sana untuk mendapatkan uang, hanya ini yang ia dapat dari seharian memerah keringat beningnya.

Namun, senyum kecil itu tak pernah lekang dari wajah pucat lesu namun bersemangkat itu, ia menatap serigala berbulu abu dan berloreng putih yang selalu menemaninya setiap saat,

"Hari ini kita akan berlatih daya tahan tubuh! biar kalau kita sudah besar akan punya banyak uang!"

Suara lembutnya mengalun seraya tangan yang mengelus kepala Hewan buas ini, namun baginya ini adalah Boneka sekaligus malaikat penolong bagi Amoera.

Yah, dialah Amoera si mungil dengan wajah polos nan dungu itu, ia selalu berkeliaran didekat Pelabuhan Gousel Pres yang menjadi jalur lalu lintas Pedaggangan Maritim, disinilah banyak orang yang membutuhkan jasanya untuk membantu membawa barang-barang serta hasil tangkap laut Eropa yang melimpah.

Namun, tak setiap saat ia bisa makan, seperti sekarang perut datar mungil itu sedang berperang merebut ludah yang selalu ia telan saat hidangan menggiurkan yang tercium oleh cacing-cacing disalam sana.

"Hey! Kau!!"

Amoera lansung gemetar saat melihat 4 orang pemuda pemabuk yang setiap malam melewati jalan sunyi ini, tapi ia tak tahu kenapa harus ia yang dijadikan sasaran emosi.

"I..Iya Kak?"

Mereka lansung terbahak mendengar suara ciut Amoera yang meringkuk disudut tembok sana, pakaian kumuh dengan rambut panjang pirang yang sudah lengket akan keringat itu membuktikan kalau Mahluk ini adalah kotoran jalanan.

"Hey! sudah berapa kali ku bilang untuk melebarkan jalan ini!"

"Ta..Tapi aku tak bisa dan..!"

Bugh..

Amoera didorong kuat ke jalan yang si Aspal itu menyebabkan lututnya berdarah untuk yang kesekian kalinya, jalan ini sangatlah lebar dan panjang tapi 4 Pemuda itu selalu mendesaknya untuk memperkecil.

"lebarkan jalannya!!! Atau kau akan kami Bunuh!"

"Ta..Tapi jalannya sudah lebar! da..dan..!"

Byur...

Amoera disembur air berkumur dari seorang pria berambut pirang dengan tubuh oleng itu, ia malah tertawa senang melihat Amoera yang menangis dalam diam merasa sangat takut.

"Hahaha!!! Kau menangis, hm? ayolah.. kau itu Kotoran sempit disini! ayo luaskan jalannya!!"

Gerrr!!!

Serigala yang ada disamping Amoera menggeram menatap 4 pemuda yang malah terdiam seraya menegguk botol alkohol yang ada ditangan masing-masing, mata mereka sayu-sayu terbuka memperjelas keadaan.

"Ouhh! Jadi ini peliharaan Kotoran ini? lumayan kalau di jual!"

"Tidak!! jangan, Ki..Kiki tak salah, Kak!"

"Ouhh, namanya Kiki! Pantas dia sepertimu, KOTORAN..!"

Mereka kembali terbahak lalu menendang tubuh Amoera yang hanya menerima seraya meringkuk memeluk Kiki serigala yang berusaha melawan mengigit kaki-kaki tak berguna itu.

Bughh..Bugh..

"Jika kami datang lagi, jangan sampai jalan ini sempit, Kau mengerti!!!!"

"I..Iya, hiks!"

"Ciuhh!!"

Mereka meludahi kepala Amoera yang berusaha memeggang Kiki yang ingin melawan, ia takut 4 Pemuda berbadan kekar itu malah menjual Mahluk kesayangannya ini.

Grrrrr...

"Ki..Kiki, aku tak apa!"

Namun Serigala itu menjilati luka dibetis, pipi dan kening Amoera yang selalu begini setiap dijahati setiap Manusia tak bertanggung jawab.

"Ayo pulang! pasti Kakak sudah menunggu!"

Namun Kiki hanya diam menarik ujung baju Amoera yang hanya memakai Dress kumu putih yang sudah usam dimakan waktu, ditarik pelan saja pasti akan terkoyak. bukan tanpa alasan Kiki selalu tak ingin Amoera pulang, selain gadis dungu ini dianiaya ia juga mendapat perlakuan yang tak mengenakan karna hanya membawa pulang satu Bungkus roti Gandum saja, itupun entahlah bisa dimakan atau tidak karna telah diremas kuat setelah jatuh tadi.

"Ayo pulang! Kakak pasti sudah menunggu!"

Akhirnya Kiki menurut seraya ikut melangkah disela seokan kaki kecil ini, sesekali Amoera meringis saat perutnya begitu perih dan sesak, namun ia tetap menegguk ludahnya untuk membasahi kerongkongan yang sakit.

Setelah beberapa lama melangkah melewati Keramian yang tak memandangnya, ia sampai ke sebuah Rumah kecil yang sangat jauh dari Pusat kota, banyak ranting-ranting tajam yang mengikis kulit belia itu.

Melihat lampu Rumah yang masih menyala, ada rasa takut dihati Amoera, jika ia masuk maka kedua Kakaknya akan lansung menanyai makanan dan uang, lalu bagaimana dengan Kakaknya Kemal yang sedang jatuh sakit?

grett..

Deritan kayu yang dipijaki kaki mungil itu, rumah ini sudah begitu rapuh dengan timbunan Dedaun pohon yang menua, setiap lebaran pintu itu menuai kecaman bagi Amoera yang gemetar ditempat.

"Kau pulang?"

Degg..

Amoera meneggang ditempatnya saat melihat Pria berbadan tinggi besar dan gemuk melebihi batas Normal itu menatapnya dengan tajam namun penuh rasa lapar, ia,mendekati Amoera yang mematung ditempat.

"Ka..Kakak!"

"Mana makananku?"

"Ta..Tadi Ora hanya..hanya dapat ini!"

Plakk..

Satu tamparan panas itu membuat Amoera lansung tersungkur dengan Tragis, pipi lembut itu lansung bengkak dengan lelehan darah yang keluar disudut bibirnya, tangis itu pecah namun hanya tertahan oleh bibir Mungil sang gadis.

"Kau pikir aku biaa kenyang dengan sebungkus roti yang sudah tak layak ini, ha?"

"Ta..Tapi Ora ha..hanya dapat itu, hiks!"

"Sedari pagi kau pergi dan sekarang sudah malam tapi kau hanya dapat sebungkus ini, memang tak berguna!!"

Maki Boby yang menatap Amoera menyala-nyala, gumpalan lemak diperutnya sudah bergejolak untuk memakan sebuah Roti gandum ini, apalagi ia tak akan kenyang dengan benda ini.

"Bob! Aku lapar, dan berikan itu padaku!"

"Kau pikir aku tak lapar? sedari tadi aku juga menunggu ini!"

"Berikan padaku!"

"Aku yang dulu mendapatkannya!"

Dario si Pria berkepala botak dengan tubuh berotot itu lansung merampas Sebungkus roti yang ada ditangan Boby sigendut gempal. keduanya bertengkat bahkan nyaris memukul membuat Amoera lansung berlari menuju kamar Kakaknya yang tertua.

"Ora!"

Seorang Pria dengan tatapan lembut itu menatap Amoera yang mengendap-ngendap masuk kedalam kamarnya, dialah Kakak tertua dari Amoera adalah Justin, pria itu menderita kelumpuhan sejak usia remaja hingga tak bisa menjadi penyokong Kehidupan fana ini sedari Kedua orang tua mereka meninggal.

"Kak! Kakak tak apa-apa kan?"

"Ayo kesini!"

Langkah kecil Amoera lansung tercipta mendekati Justin yang hanya bisa terbaring diatas Kasur lusuh dengan selapis kain yang menutupi tubuhnya, ia mengulur tangan menggapai pinggang gadis itu namun Amoera menolak.

"Kak! Ora belum mandi, nanti Kakak bertambah sakit!"

"Tidak, Kakak akan sehat jika kau selalu disini!"

"Tapi..!"

"Kau sudah makan?"

Amoera terdiam sesaat lalu tersenyum memberikan kebahagiaan dan keceria'an yang tak pernah hilang dari wajah dungu nan cantik itu.

"Sudah! bahkan Ora makan sangat banyak!"

"Benarkah?"

"Iya, Kak! tadi Makanannya sangat enak, jadi Ora sisakan ini untuk, Kakak!"

Amoera mengeluarkan sepotong Roti dari bajunya, ia sempat menyembunyikan ini dari kedua Mahluk buas diluar sana yang masih terdengar bertengkar keras.

"Roti?"

"Hm, yah! nanti lain kali Ora akan membawa Kakak ke Restoran besar, tadi disana sangat ramai jadi Ora bisa makan!"

Justin hanya diam dengan mata yang menggenang, si cantik ini begitu bodoh membohonginya, mana ada Restoran ramai dan mewah seperti itu mau membiarkan gadis jalanan dan kotoran ini makan begitu saja, bahkan dari tampilan dan Aroma tubuh Amoera tak akan ada yang mau mendekat.

"Kau makan saja, Kakak tak lapar!"

"Ora sudah makan, Kak! ini Spesial untuk Kakak!"

Amoera membuka bungkusan itu dengan tangan yang bergetar, rasanya sangat lapar dan lemah melihat makanan ini tapi ia sekuat tenaga menahannya.

"Ini! Kakak makan saja, Ora mau kedapur!"

Namun Justin menarik tangan mungil itu hingga Amoera kembali terduduk menatap lembut wajah lemah Kakaknya, Justin sudah sangat tak kuat melihat Penderitaan Adiknya.

"Ma..Maafkan, Kakak!"

"Kenapa menangis? Ora tak apa-apa, ayo makan!"

Justin menggeleng membagi Roti kecil itu menjadi 3 bagian, lalu meletakan satu potong demi potongan ketangan Amoera dan juga Kiki yang lansung memakannya.

"Kak!"

"Makanlah, begini baru adil kan?"

Bibir Amoera lansung bergetar dan berhambur memeluk Justin yang juga memberi dekapan hangatnya, pria itu begitu menyayangi sang adik yang masih belia ini.

"Ma..Maafkan Ora hiks! Ora tak bisa cari uang banyak, hiks hiks! maaf!"

"Sudahlah, sekarang ayo makan dan istirahat!"

.......

..............

Vote and Like Sayang..

Sifat buruk!

"Mian!!!!"

Bentakan seorang pria dengan netra setajam Elang itu lansung menggelegar membuat seisi bangunan mewah itu berdengung dibuatnya, kepalan tangannya menguat menatap geram ikan-ikan Piranha, yang ia Pelihara dibelakang Manshion ini seketika hilang begitu saja akibat Saudara kembar tak Identiknya itu.

"Zo! kenapa, Nak?"

"Umi, Mian membuat Piara'an ku lepas!"

Umi Shena yang sedang berdiri dipinggir kolam sana seketika bergidik melihat lingkungan yang tak jauh dari Manshion ini menjadi berantakan dengan ikan-ikan yang sudah pergi entah kemana, padahal ia tahu Putra Tampannya ini sangat suka bermain dengan Ikan-Ikan pemakan dagging itu.

"Nak! lain kali jangan memelihara di belakang sini! bahaya, Zo!"

"Hm, tapi mereka itu sudah besar-besar, Umi!"

"Memangnya mau kau apakan kalau sudah besar begitu?"

"Tidak ada! hanya ingin bermain!"

Ucap Denzo memeluk Umi Shena yang tertutup oleh Tubuh kekar Sang Putra, Denzo tumbuh dengan sempurna selayaknya Mark sang Abi yang terus mengajarinya hal-hal yang berguna untuk nanti.

Denzo berumur 27 Tahun, ia merupakan Pemuda Amerika yang begitu Berprestasi dengan Gelar Mister President yang turun padanya, Perusahaan-Perusahaan Abinya turun tepat dikekuasaan Denzo, kalau Damian si kembar satu itu ia lebih menyukai Seni hingga membuat Galery sendiri di Pusat kota, begutulah keduanya hidup, Denzo lebih tertutup dan Misterius sedangkan Damian ia tumbuh dengan kemanja'an dan Kepedulian semua orang mengingat Pria tampan satu itu sangatlah ramah dan mudah tersenyum.

"Umi! kemana Mian?"

"Entahlah, tadi dia bersama Abimu!"

Denzo manggut-manggut mengerti, ia berjalan seraya membelit lembut pinggang ramping Uminya yang masih saja tetap cantik dan mempesona, selalu membuat ia kagum akan pahatan sempurna ini.

"Umi! nanti Tidur denganku, ya?"

"Umi tak menjamin, Zo! Abimu tak akan mau ditinggal sendiri, Nak!"

"Tapikan Umi juga Miliku! Abi sudah tua, jadi dia harus memperbanyak sendiri!"

Umi Shena hanya terkekeh pelan mengecup pipi tirus Denzo yang begitu iri dengan Mark suaminya, dua Mahluk berkarakter sama ini selalu membuat keributan bersama Damian yang sangat Posesif pada Sasyarea adik perempuan keduanya.

"Umi!!!"

Teriak Damian yang sedang duduk dibelakang Pria paruh baya yang masih tampak kekar dan gagah, Brewokan sedikit tebal itu tampak menambah kesan yang Dewasa dan matang, wajah Denzo dan Sang Abi memang tak jauh berbeda, Denzo memiliki bulu tipis di rahang dan dagunya membuat penampilan Pria itu selalu tampak Cool dan Berwibawah.

"Mian! kemana ikanku?"

"Yang mana? aku tak tahu apapun!"

"Aku sudah memeliharanya selama 7 Tahun dan kau malah melepasnya? kesini kau!"

Denzo menarik lengan Damian yang tak mau beranjak dari duduknya, ia masuh memeluk tubuh Abinya yang selalu pusing dengan Kedua Mahluk langka ini.

"Denzo! itu hanya ikan, lagi pula kau bisa beli yang baru!"

"Tapi itu penting bagiku! kau mau ku rendam didalam kolam itu, ha?"

Damian lansung tercekat, ia menatap wajah Tampan kelam Denzo yang tak pernah bermain-main dengan ucapannya, Pria ini selalu membuat ia takut sekaligus kesal beriringan.

"Abi! aku hanya menjadikan Ikan-Ikan Denzo untuk Objek lukis ku saja, dan dia malah marah-marah padaku!"

"Bagaimana aku tak marah, ha? Kau punya berbagai Media dan Objek tapi jangan Barang-Barangku!"

"Tapi apa yang kau miliki itu semuanya punya Aura, Zo! aku sangat tertarik melukisnya!"

Jawab Damian tanpa rasa bersalah menatap mereka dengan sendu, untuk sesaat Denzo terdiam mengepalkan tangannya kuat dengan Umi Shena yang mengulum senyum geli akan Tabiat Putra satunya ini.

"Haiss! Aku tak mau tahu, besok pagi Ikan-Ikanku sudah ada di Tempatnya!"

"Kau mau kemana?"

Tanya Abi Mark yang melihat Denzo ingin melangkah pergi, pria ini sangat jarang diKediaman Alfoenzo karna sibuk dengan pekerjaan dan Dunia bawah tanah yang ia pimpin dengan Bijaksana.

"Aku ke Perusahaan, Abi!"

"Abi ingin bicara!"

Denzo terdiam menatap Umi Shena yang mengelus kepalanya lembut menyalurkan rasa aman, memang Suaminya harus tegas pada Denzo yang sering lepas kendali karna Emosi itu meluap.

"Dengarkan, Abimu! nanti saja Perginya, hm?"

"Baiklah!"

"Sayang! aku kekamar dulu!"

Umi Shena mengecup bibir Suaminya kilas lalu melangkah pergi meninggalkan Denzo, Damian dan Abi Mark yang mulai serius menatap mereka dengan Intens, Denzo duduk tepat dihadapan Abinya dengan Damian yang sudah tak ingin bercanda dalam situasi serius ini.

"Ada apa?"

"Kemana kau semalam?"

Denzo lansung bungkam, ia mengalihkan pandangannya kearah lain karna tak berani untuk bersiteggang dengan Abinya yang sama-sama memiliki Tempramental yang tinggi.

"Hanya mencari hiburan!"

"Kau membunuhnya?"

"Dia yang pertama mengusikku!"

Tekan Denzo kuat seraya aura yang berubah kelam dengan tatapan yang membunuh, semalam ia menghabisi seorang Pria yang telah menganggu Adiknya. ia tak suka jika Keluarganya di usik orang lain.

"Aku tak masalah jika kau menghabisi orang yang merusak! tapi tidak dengan Membakar Kampus Adikmu, Denzo!!"

"Kau tak perduli! Disana bukanlah tempat yang baik bagi Rea! banyak yang ingin mengusiknya!"

Geram Denzo lalu berdiri menyambar Jaketnya di Sofa sana dengan wajah yang sudah merah padam menahan amarah, ia sangat membenci Manusia tak berguna di Dunia ini.

"Berhenti menuruti ***** membunuh mu itu!"

"Hanya mencari Mangsa!"

Jawab Denzo datar lalu melangkah mendekati Abi Mark dan mengecup punggung tangan pria itu lalu pergi, ia akan mencari para Manusia yang merusak dan memang perlu dihabisi, dengan itulah Denzo melepaskan Hasrat Psychonya tanpa diketahui sang Umi, ia rasa itu tak salah dengan membantu meratakan para Sampah itu ia bisa membantu Negara ini untuk lebih maju.

"Bi! Denzo kenapa bisa begitu?"

"Dia hanya perlu pembina'an, Abi akan selalu memantaunya!"

Damian mengangguk patuh saja, ia melakukan hal yang sama yang tadi Denzo lakukan lalu pamit pergi ke Luar sana, ia harus ke Galery yang baru buka cabang hari ini.

Sedangkan Denzo yang telah memasuki Mobilnya itu melampiaskan kegeramannya, ia memacu Mobil kuat karna tak suka dengan Sikapnya yang selalu keterlaluan pada Abinya.

"Sial!! kenapa aku bisa begini?"

Umpat Denzo memukul-muluk Stir Mobilnya, ia selalu tak bisa mengendalikan Perkataan yang bisa saja menghancurkan hati semua orang, tapi ia sudah berusaha meredam jiwa kelam ini namun setiap ia ingin menekan maka rasa itu akan semangkin kuat membelah batinnya.

Drett..

Ponselnya berdering, dan tentu saja itu Leon yang menjadi Asisten sekaligus kaki tangannya di Dunia bawah tanah, tentu semuanya sudah Denzo atur dengan sangat teliti.

"Hm!"

"Anda harus pergi ke Wilayah Lord Devil, King!"

Denzo terdiam sesaat, berarti ada lagi yang mengusik kekuasaannya disana, seringain iblis itu tercipta, setidaknya ia tak lagi mencari Objek untuk mengukir malam ini.

"Hm! kau siapkan saja semuanya!"

"Baik, King!"

..............

Keringat dingin itu keluar saat mengangkat satu keranjang penuh dengan ikan ini, kulit putihnya sedari tadi sudah memerah karna goresan benda-benda kasar ini, belum lagi ia harus mengangkat beban tak sesuai dengan kemampuan normal tubuhnya itu sering membuat Amoera terjatuh ke Pasir sana.

"Hey!! kau bisa angkat atau tidak?"

"Bi..Bisa!"

Jawab Amoera terbata-bata seraya menyeret kakinya menuju Kapal besar di ujung sana, di sepanjang perjalanan ia terus di pandang jijik oleh Orang-Orang putih berambut pirang itu, seakan ia ini adalah Budak yang dijadikan Kacung di Pelabuhan ini.

"Hey!!! cepatlah!!"

"I..Ini Tuan!"

Amoera meletakan keranjang itu didekat Tong besar sana dengan kaki yang sudah bergetar tak mampu menahan bobot berat, namun ia sekuat tenaga untuk mencapai tempat kapal.

"Ciuhh! Bekerjamu saja sudah seperti Bebek!"

"Ma..Maaf! tapi aku hanya mampu mengangkat yang ini saja!"

"Bilang saja kau malas!"

Pria itu melempar 1setengah Euro kewajah Amoera yang hanya menerima dan mengambilnya dengan senang hati, setidaknya ia bisa membeli bebrapa Roti dengan selembar kertas ini.

"Lain kali bekerjalah lebih giat!"

"Baik, Tuan!"

Amoera menatap kepergian Tuan Bignas pria berkulit hitam itu dengan senyuman cantiknya, ia sudah sangat senang menerima upah sebesar ini, bahkan ia tak bisa berkata-kata lagi seakan mendapat air dari dahaganya.

"Lihatlah Babu itu! baru 1 Euro saja dia sudah seperti mendapatkan Berlian!"

Amoera hanya diam mendengar cacian para Anak kapal itu, ia melangkah keluar dengan Kiki yang selalu menjaga langkahnya aggar tak jatuh.

.......

Vote and Like Sayang

Ini untuk Visual Amoera ya say

Lau yg ini untuk Visual babang Denzo kita😁

Ikut aku!!

Kemerlap malam ini sudah membayang, deru angin mulai mendesak kulit untuk segera ditutupi dengan Pakaian tebal itu, namun siapa sangka Si Gadis berpakaian kumu itu malah tahan berdiam dipojok kiri tempat sampah Restoran ini, mata polosnya menatap Puluhan orang yang berkumpul didepan Bangunan mewah ini entah untuk apa otak dungunya pun tak merespon.

Ia ingin sekali menyelip dikerumunan itu tapi ia takut Semua orang malah mengusirnya dan merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

"Kiki! memangnya siapa yang datang hingga mereka sibuk begitu?"

Kiki hanya diam menatap wajah penasaran Amoera yang perlahan mendekat mengintip dari tirai-tirai yang sedikit tersingkap akibat hembusan angin yang tadinya menguat.

"Jangan sampai ada yang kurang! dan rapikan pakaian, kalian!"

"Baik!"

Para Kariawan dan Pelayan Restoran ini lansung melihat penampilan mereka di Cermin yang disediakan khusus untuk malam ini, Tampak sopan dengan rok span pertengahan lutut serta dada yang tertutup, jantung mereka sedari tadi tak mau diam karna takut jika Mister President AIC generagi pertama itu malah tak suka dengan hasil kerja mereka.

Brumm..

Deru mobil hitam mewah itu lansung melewati jalan tepat disamping Amoera yang mematung dengan mulut yang terbuka lebar melihat Kemewahan Mobil-Mobil yang hanya menunjukan rupa dihadapannya, ia semangkin dibuat Penasaran dengan siapa yang disambut oleh banyaknya orang ditempat ini.

Perlahan para Pria berbadan kekar berstelan Jas hitam formal itu lansung keluar dari mobil masing-masing lalu berderet menjaga Sang penguasa Benua disebelah Negara ini,perlahan kaki jenjang tegas itu keluar dari Mobil dengan sepatu yang klimis begitu bersih dan menunjukan kasta, tegukan ludah itu mengalir ditenggorokan mereka yang mulai gemetar akan keberadaan Pria ini.

Degg..

Amoera lansung bergetar saat melihat pahatan sempurna dari wajah Sexsi dan berwibawah Pria bertubuh kekar itu, mulutnya terbuka lebar tak menyangka ada Mahluk setampan itu di Muka bumi. maklum saja ia tak pernah tahu apapun tapi entah kenapa Pria berewokan tipis di rahang itu membuat ia melamun.

Bugh..

Tubuh Amoera di dorong oleh seorang Pemulung yang juga terlihat menatapnya benci dan jijik, wanita itu tampak sangat mengidolakan Pria sexsi itu.

"Minggir! kau hanya akan menjadi Nyamuk disini!"

"Ta..Tapi aku hanya ingin melihat Orang itu!"

Wanita berpakaian kumuh dengan rambut gimbal itu terkikik kecil, ia merampas Roti yang dipeggang Amoera dengan kasar.

"Berikan!"

"Jangan!! i..itu punya Kakaku!"

"Jangan sok polos! kau mencuri Roti disini kan, makanya kau mengintai sedari tadi!"

Amoera lansung menggeleng seraya ingin mengambil sebungkus roti yang tadi ia beli untuk Kakaknya Justin, tapi ia tak menyangka akan ada yang merampasnya.

"Kak, kembalikan hiks!"

"Tidak akan pernah, ini punyaku dan kau cari yang lain saja!"

"Tidak, itu..itu punya ku!"

Amoera menyentak kasar lengan wanita itu hingga barang-barang yang tadi dibawanya lansung terpental dan berantakan di jalan sana menimbulkan suara yang nyaring.

Prank..

Mereka lansung menatap ke sudut Restoran didekat bunga-bunga sana, dan seketika Meneger yang bertugas disitu lansung terkejut sekaligus geram melihat Amoera yang terdiam kaku diperhatikan banyak orang, ia menunduk meremas roti yang sudah ia dapatkan seraya tak berani menatap Pria Tampan yang tampak acuh tak perduli sama sekali.

"Hey, Pengemis!!!"

Bibir Amoera bergetar mendengar kata itu, ia ingin pergi tapi jalannya sudah dihadang para Penjaga Resto ini menatapnya jijik sekaligus geram.

"Apa-Apa'an kau kesini? ini bukan tempat untuk binatang!"

"Ta..Tapi dia yang mengambil Rotiku, Tuan!"

"Pergi kau dari sini!"

Amoera didorong ke jalan sana tanpa belas kasih, bahkan ia diteriaki banyak orang ditempat itu dengan tanpa malu dan kasihan sama sekali, ia tak tahu harus berbuat apa karna ia hanya ingin menatap Keramaian dari jauh saja.

"Pergi!!"

"I..Iya, hiks!"

Amoera berdiri dan menyeok kaki mungilnya melangkah kebelakang sana, tapi ia sangat takut karna teringat kejadian malam itu dimana Pemuda yang sering mabuk itu selalu melewati jalan ini.

Melihat Amoera yang tak kunjung pergi, para Pihak keamanan itu lansung bertindak mendekati Amoera yang gemetar takut.

"Apa yang kau tunggu, ha? Makanan sisa tidak ada!"

"Tu..Tuan, sa..saya takut untuk..!"

Plakkk..

Denzo lansung mengepalkan tangannya kuat saat mendengar suara nyaring itu berkumandang ditelinganya, aura Intimidasi yang kuat itu tersebar membuat seisi tempat itu mendingin dan kelam.

Maneger Cansune lansung tak berani menatap Denzo yang mengeraskan wajahnya kuat merasa sangat terpancing dengan perlakuan kasar Pihak kemanan itu.

"Cepat u..usir dia!"

"Ta..Tapi aku takut, hiks! disana..disana banyak orang jahat hiks, bi..biarkan saya lewat di Gerbang Depan, Tuan hiks!"

Namun tangisan Amoera tak diterima hingga tangannya diseret menuju tempat gelap sana dengan kasar.

"Tuan!! Tuan lepas hiks, saya..saya..!"

"Kau selalu menerbar kotoran disini! pergilah ketempat asalmu!"

Bugh..

Tubuh Amoera dilempar ke Truk pembuangan sampah didekat Restoran ini dengan Kiki yang sudah menggongong meraung mengigit ujung celana Petugas keamanan itu namun ia malah ditendang kuat membentur Ban Mobil.

"Kiki!!"

"Cihh! Sekali lagi kau menjejak tanah ini, kau tak akan bisa hidup!"

Amoera tak perduli, ia meloncat memeluk Kiki yang teelihat terjepit Ban Mobil membuat gadis mungil ini menangis meminta tolong pada semua orang yang malah tak mendengarnya.

"Tu..Tuan hiks! Tolong..Tolong, Kiki hiks!"

"Kau memang mencari mati!"

"Tunggu!!"

Glek..

Mereka semua menegguk kudahnya berat mendengar suara berat dingin Mister President AIC ini berkumandang menimbulkan dengungkan kuat.

"Mi..Mister President! abaikan saja, dia hanya pengemis jalanan!"

Denzo hanya diam seraya langkah tegas dengan aura keberadaan yang kuat itu menuju Amoera yang menangis mencoba mendorong Truk sampah ini tapi tenaganya tak cukup kuat untuk itu.

"To..Tolong hiks, Tolong Kiki, Tolong!!"

Petugas Keamanan itu menunduk saat Mister President berkuasa ini malah berdiri tepat disampingnya, namun ia tak kuasa bertahan hingga mundur satu langkah kebelakang tubuh gagah ini.

"Kiki hiks, Tolong Kiki!"

"Mi..Mister! dia..dia hanya pengemis disini, anda tak perlu khawatir untuk..!"

"Tutup Resto ini!"

Duarr...

Mereka semua terkejut mendengar suara dingin itu, Maneger Cansune lansung mendekati Denzo yang hanya diam menatap tajam Amoera yang tak perduli, gadis itu masih menangisi Kiki yang menggeram sakit.

"Ki..Kiki, hiks! To..Tolong, Tuan!"

Asisten Leon lansung menatap para Anggota mereka yang beegegas memerintahkan Supir Truk untuk memajukan Mobil ini kedepan hingga perlahan kaki Kiki lansung terlepas dari himpitan Ban Mobil dan lansung berhambur kepelukan Amoera.

"Ki..Kiki hiks, Kiki!"

Namun Amoera lansung terigap saat tak ada lagi sebungkus roti yang tadi ia peggang, ia berdiri menatap sekelilingnya yang gelap dan tatapannya terhenti ke atas Truk timpukan sampah dimana Bungkusan makanan itu sudah terjepiit kantong Plastik.

"Ro..Rotinya!"

Gret..

Tangan mungil itu lansung ditahan Tangan besar Denzo yang menatap tajam Amoera yang menunduk takut, pria ini sangat menyeramkan namun ia suka melihat wajah tampan ini.

"Ikut aku!"

......

Vote and Like Sayang..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!