NovelToon NovelToon

Ibu Untuk Keponakanku

1. Datang ke Jakarta

Annisa menapakkan kakinya di stasiun Gambir. Ini pertama kali baginya ke Jakarta sendiri tanpa ditemani orang tuanya.

“Ke Jakartanya sendiri saja. Jangan diantar Mama dan Bapak, kasihan nanti mereka harus bulak-balik cape,” begitu pesan Ua Elly saudara sepupu Mamanya yang tinggal di Jakarta.

“Nggak usah takut. Nanti akan ada yang menjemput Annisa di stasiun.”

Dan sekarang Annisa sudah sampai di stasiun Gambir tinggal mencari orang yang menjemputnya.

Terdengar suara dering ponselnya.  Annisa menepi dulu ke pinggir, karena banyak

penumpang kereta api yang berjalan ke arah pintu keluar. Setelah mendapat tempat yang aman barulah Annisa mengangkat teleponnya.

“Assalamualaikum Annisa. Ini Ua Elly.”

“Waalaikumsalam Ua.”

“Annisa sudah sampai di Gambir?”

“Sudah Ua. Ini baru mau turun ke lantai dasar stasiun.”

“Nanti kalau sudah sampai lantai dasar, cari Pak Maman di pas pintu keluar stasiun.”

“Iya Ua.”

“Mang Maman pegang kertas yang tertulis nama Annisa. Jadi Anissa cari Pak Maman sampai dapat, ya.”

“Iya Ua,”

“Kalau tidak ketemu dengan Pak Maman telepon Ua, ya! Jangan mau ikut dengan orang lain!”

“Iya Ua,”

“ Ya sudah Ua tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam Ua.”

Ua Elly menutup teleponnya, lalu melanjutkan jalannya menuju pintu ke luar.

Seseorang laki-laki paruh baya mengangkat kertas yang bertuliskan namanya.

Senyum Annisa mengembang lalu dihampiri laki-laki paruh baya itu.

“Pak Maman?” tanya Annisa pada laki-laki paruh baya itu.

Laki-laki itu mengerutkan alisnya.

“Non siapa?” tanya laki-laki paruh baya itu.

“Saya Annisa, keponakannya Ibu Elly,” jawab Annisa.

Mendengar nama Ibu Elly, barulah laki-laki itu yakin jika wanita muda ini adalah keponakan majikannya yang ia cari.

“Oh….. Non Annisa. Mari Non mobilnya di parkir sebelah sini,” Pak Maman menunjuk tempat parkir.

“Biar saya yang bawakan tas, Non,” kata Pak Maman yang hendak mengambil tas yang sedang dipegang Annisa.

“Eh…jangan Pak, tasnya berat,” tolak Annisa.

“Biar sama saya saja, Non. Kasihan Non cape baru datang harus membawa tas berat,” kata Pak Maman.

Akhirnya Annisa memberikan tasnya kepada Pak Maman untuk dibawakan. Lalu Pak Maman jalan lebih dahulu dan Annisa mengikuti dari belakang. Akhirnya sampailah mereka pada sebuah mobil sedan. Pak Maman membuka pintu bagasi dan memasukkan barang-barang Annisa ke bagasi mobil. Setelah itu Pak Maman membukakan pintu belakang untuk Annisa.

“Silahkan, Non,” kata Pak Maman.

Annisapun masuk ke dalam mobil dan mobilpun berjalan menembus jalanan ibu kota.

Setelah seperempat jam lamanya perjalanan akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah mewah di daerah selatan kota Jakarta.

Seorang wanita yang agak lebih tua dari Mamanya menghampiri Annisa.

“Assalamualaikum,” Annisa mengucapkan salam.

“Waalaikumsalam warohmatullohi wabaroktuh,” jawab wanita itu.

“Annisa apa kabar, Nak,” wanita itu memeluknya.

“Alhamdullilah Annisa baik, Ua,” jawab Annisa.

Lalu wanita itu melepaskan pelukannya dan mengulurkan tangannya. Annisa mencium tangan wanita itu.

“Ayo kita masuk. Kita bicara di dalam. Biar tasmu Pak Maman yang bawakan,” wanita itu merangkul punggung Annisa membawanya masuk ke dalam rumah. Rumah Ua Elly cukup besar dan luas mungkin karena suami Ua seorang pengusaha.

“Ayo kita ke kamarmu,” ajak Ibu Elly.

Mereka menaiki tangga menuju ke lantai atas. Ibu Elly mengajak Annisa menuju ke kamar di seberang tangga. Ibu Elly membuka pintu kamar.

“Ini kamar tidurmu,” Ibu Elly memperlihatkan kamar untuk Annisa.

Annisa terpanah melihar kamar tidurnya yang begitu besar dan rapih.

“Ua ini kamar Annisa?” tanya Annisa agar lebih yakin.

“Iya, kenapa? Annisa tidak suka?” tanya Ibu Elly.

“Annisa suka sekali Ua. Hanya saja ini kamarnya terlalu besar dan terlalu bagus untuk Annisa,” jawab Annisa dengan pelan-pelan

“Oh…. Ua kira Annisa nggak suka dengan kamarnya. Sengaja Ua bikin kamar yang besar dan nyaman. Agar Annisa betah tinggal di sini,” kata Ibu Elly.

“Ua harap kamu betah tinggal di sini. Kamu kan tau anak Ua yang sulung sudah meninggal. Elsa ikut suaminya tugas di Singapura. Roland anak Ua yang bungsu sibuk dengan kuliahnya. Tapi sekarang ada Annisa yang menemani Ua,” kata Ibu Elly.

Pak Maman datang dengan membawa tas milik Annisa.

“Permisi Bu, Ini tasnya mu ditaruh dimana?” tanya Pak Maman.

“Taruh di kamai ini, Pak Maman,” jawab Ibu Elly.

Pak Maman masuk ke dalam kamar Annisa dan menyimpan tas Annisa.

“Terima kasih, Pak Maman,” ucap Annisa.

“Sama-sama Non,” balas Pak Maman.

“Ada lagi yang harus saya kerjakan, Bu?” tanya Pak Maman.

“Tidak ada. Pak Maman boleh istirahat,” kata Ibu Elly.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Bu,” Pak Maman keluar dari kamar Annisa.

“Sekarang Annisa ganti baju dan sholat dulu. Sudah itu kita makan,” kata Ibu Elly.

“Ini kamar mandinya,” Ibu Elly membuka pintu yang berada di kamar Annisa.

Sebuah kamar mandi berukuran minimalis ada wastafel, shower dan toilet. Ini benar-benar mewah buat Annisa yang biasa tinggal di desa yang biasanya kamar mandinya harus bergantian dengan orang tuanya dan adik-adiknya.

“Ua ini terlalu berlebihan untuk Annisa,” kata Annisa.

“Sengaja biar Annisa betah dan bisa kuliah sampai selesai,” jawab Ibu Elly.

“Udah sekarang kamu bersih-bersih dulu terus sholat. Ua tunggu di bawah, ya. Kita makan siang . Pasti Annisa sudah lapar,” Ibu Elly keluar dari kamar Annisa.

“Iya, Ua,” jawab Annisa.

Setelah Ibu Elly pergi Annissa menghela napas. Kemudian ia duduk di atas tempat tidurnya. Ia teringat sebulan yang lalu ketika Annisa baru pulang dari melamar kerja.

“Ua Elly tadi menelepon Mama, katanya ia ingin membiayai kuliahmu. Ua Elly ingin kamu kuliah di Jakarta. Semua biaya kuliahmu dan kebutuhanmu Ua Elly yang menanggung,” kata Mama.

Annisa kaget mendengarnya. Setahu Annisa Uak Elly adalah kakak sepupu Mama bukan saudara kandung. Tapi mengapa dia begitu baik hendak membiayai kuliahnya?

“Ua Elly merasa kesepian. Rilandi anak sulung Ua Elly sudah meninggal karena kecelakaan. Elsa anak kedua Uak Elly ikut suaminya kerja di Singapura. Putra bungsunya Roland sibuk dengan kuliah dan teman-temannya. Jadi Ua Elly cuma berdua dengan Ua Supardi di rumahnya yang besar,” kata Mama seolah-olah membaca pikiran Annisa.

“Terus Mama nanti sama siapa di rumah?” tanya Annisa.

“Kan masih ada Bapak dan adik-adikmu. Mama tidak akan kesepian,” jawab Mama.

Dan sekarang di sinilah ia berada di rumah Ua Elly. Dengan tekad yang bulat dan niat demi masa depannya dan demi  memajukan keluarganya, Annisa menerima tawaran Ua Elly untuk kuliah di Jakarta.

Annisa menghapus air matanya yang menggenang di peluk matanya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu dan langsung sholat agar perasaannya menjadi tenang.

.

.

.

.

.

.

. semoga suka dengan novel baru saya.

. jangan lupa tinggalin jejak like dan komentar, ya

, diusahakan up setiap hari😁

2. Roland

Setelah sholat dzuhur dan bersih-bersih Annisa keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Terlihat Ibu Elly sedang menonton tv. Annisa mendekati Ua nya dan duduk di sebelahnya.

“Sudah sholatnya, Nis?” tanya Ibu Elly.

“Sudah Ua,” jawab Annisa.

“Kalau begitu ayo kita makan,” Ibu Elly mengajak Annisa menuju ke ruang makan.

Annisa duduk di kursi makan di sebelah Ibu Elly. Di atas meja makan sudah tersaji berbagai macam makanan.

“Ua tidak tau makanan kesukaanmu. Jadi Ua suruh Bi Minah masak bermacam-macam makanan, semoga Annisa suka,” kata Ibu Elly.

“Annisa suka apa saja, Ua. Annisa tidak pernah pilih-pilih makanan,” ujar Annisa.

Sebagai anak dari keluarga yang ekonominya pas-pasan membuat Annisa tidak pernah pilih-pilih makanan. Baginya sudah bisa makan setiap hari sudah alhamdullilah.

“Kalau mau request makanan kesukaan Annisa bilang saja ke Bi Minah, biar Bi Minah masakin,” kata Ibu Elly.

“Iya, Ua,” jawab Annisa.

Lalu Bu Elly dan Annisa menyantap makan siangnya. Mereka makan dengan tenang. Setelah selesai makan siang Bu Elly mengajak Annisa untuk duduk-duduk di sofa ruang keluarga. Ibu Elly mengajak Annisa berbicara.

“Besok Annisa beli formulir ke kampus, ya. Nanti diantar sama Pak Maman. Tadinya Ua mau menyuruh Roland yang anterin kamu, tapi Ua belum tau dia ada kuliah atau tidak,” kata Ua Elly.

“Biar Annisa naik kendaraan umum saja Ua,” kata Annisa.

“Eh… jangan, kamu belum tahu jalanan di Jakarta nanti kamu nyasar atau culik orang. Astagfirullohalazim hal adzim,” ucap Ibu Elly.

“Nanti kalau Annisa sudah hafal jalanan di ibu kota Ua akan belikan kamu motor. Biar Annisa kalau mau kemana-mana bisa pergi sendiri. Kalau sekarang kemana-mana diantar Pak Maman dulu,” kata Ibu Elly.

“Apa nanti akan merepotkan Ua kalau Pak Maman harus mengantar Annisa?” tanya Annisa dengan tidak enak.

“Ua tidak merasa di repotkan. Lagi pula Ua jarang pergi kemana-mana, lebih sering di rumah,” jawab Bu Elly.

“Sekarang Annisa istirahat dulu. Nanti sore kita terusin lagi ngobrolnya. Sekarang Ua ngantuk mau tidur siang dulu,” kata Ibu Elly.

“Ya, Ua,” kata Annisa lalu berjalan menuju ke kamarnya.

Benar saja apa yang Ibu Elly katakan dalam waktu beberapa menit Annisa tertidur dengan pulas. Mungkin ia kecapean selama perjalanan dari Padalarang ke Jakarta.

Pukul empat sore Annisa terbangun dari tidurnya. Ia sengaja pasang alarm di ponselnya agar ia tidak kebablasan tidur sampai magrib.

Annisa langsung mandi sore dan sholat ashar. Setelah itu Annisa keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Di dapur terlihat para ART nampak sibuk sedang mempersiapkan makan malam.

“Bibi, ada yang bisa Annisa bantu?” tanya Annisa pada Bi Minah.

“Eh…..Non Annisa. Nggak ada perlu dibantu, Non. Di sini sudah ada bagiannya masing-masing. Jadi Non cukup duduk saja,” jawab Bi Minah.

“Nggak apa-apa kok, Bi. Annisa sudah terbiasa membantu Mama masak,” kata Annisa.

“Jangan, Non. Nanti Ibu marah kalau melihat Annisa bantu-bantu di dapur,” terang Bi Minah.

“Ya, sudah kalau tidak boleh masak. Annisa bantu cuci piring saja, ya?” ujar Annisa.

Bi Minah menghela napas, memang maksud Annisa baik hanya mau membantu. Tapi Bi Minah takut kalau Bu Elly marah karena membiarkan Annisa membantunya di dapur.

“Jangan Non, biar Bibi yang cuci piring,” tolak Bi Minah.

“Non duduk saja atau nonton TV. Biasanya jam segini ada acara TV yang rame, Non,” kata Bi MInah.

“Nggak ah, Bi. Bosen nonton TV terus,” jawab Annisa.

“Kalau nggak mau nonton TV buatkan saya juice,” kata seseorang yang berada di belakang Annisa.

Annisa menengok ke belakang, seseorang laki-laki muda berwajah tampan berpakaian t shirt biru dongker dan celana jeans biru gelap masuk ke dapur.

“Kenapa tadi katanya nggak mau nonton TV? Mendingan buatkan saya juice,” kata laki-laki itu sambil mengambil gelas dan air dingin dari kulkas lalu meminumnya.

Bi Minah menghampiri laki-laki muda itu.

“Biar nanti Bibi yang buatkan, Den. Aden mau juice apa?” kata Bi Minah.

Laki-laki itu mengacuhkan perkataan Bi Minah. Ia menoleh ke arah Annisa.

“Namanya Annisa, kan?” tanya laki-laki muda itu ke Annisa,

“iya,” jawab Annisa.

“Ya sudah, sekarang buatkan saya juice buah naga. Nanti kalau sudah selesai antarkan ke kamar saya,” perintah laki-laki itu.

Annisa langsung bangun dari duduknya.

“Baik Kak akan saya buatkan,” balas Annisa.

“Panggil saya Roland,” kata Roland.

“Baik A Roland. Akan Annisa buatkan,” kata Annisa.

Bi Minah yang merasa tidak enak melihat Annisa disuruh.

“Bibi buatkan ya, Den. Nanti Ibu marah kalau Non Annisa disuruh sama Aden,” kata Bi Minah.

“Nggak apa-apa, Bi. Ua nggak akan marah kalau cuma buatkan juice untuk A Roland,” ucap Annisa.

“Tuh Bi dengerin kata Annisa nggak apa-apa, kok,” kataRoland pada Bi Minah.

“Bi Minah cukup kasih tau takarannya.”

“Annisa, saya tunggu juicenya di kamar, ya. Nggak pake lama!” kata Roland.

“Iya A, sekarang juga Annisa buatkan,” jawab Annisa.

Lalu Roland keluar dari dapur dan berpaspasan dengan Ibu Elly.

“Roland, kamu sudah pulang?” tanya Bu Elly.

“Iya baru saja datang, terus lansung minta Annisa buatkan juice. Nggak apa-apa kan Ma kalau Roland menyuruh Annisa yang buat?” kata Roland.

“Kalau Bibi sedang sibuk tidak apa-apa nyuruh Annisa sekali-sekali. Tapi nggak boleh terlalu sering. Annisa ke sini untuk kuliah, bukan untuk disuruh-suruh,” jawab Bu Elly.

“Iya, Ma. Roland nggak bakalan sering-sering menyuruh keponakan kesayangan Mama,” kata Roland lalu pergi dari dapur.

“Eh….Roland katanya minta juice kok malah pergi?” Bu Elly menoleh ke arah Roland dan memanggilnya.

“Mau sholat ashar terus mandi,” jawab Roland dengan suara agak keras tanpa menoleh ke belakang.

Bu Elly cuma geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya.

Annisa mengambil buah naga dari dalam kulkas.

“Bi Minah, ini seberapa bagian yang dipakai buat juice?” tanya Annisa sambil memperlihatkan buah naga ke Bi Minah.

“Buah naganya setengah saja, dikasih gula putih sesendok makan terus airnya setengah gelas ini,” Bi Minah mengambil gelas berukuran tinggi dari lemari di ruang makan lalu di berikan ke Annisa.

“Airnya setengah gelas ini,” kata Bi Minah.

“Den Roland suka juice yang tidak terlalu cair dan tidakterlalu kental.”

“Ya, Bi,” Annisa mulai membuat juice yang diajarkan oleh Bi Minah.

Ibu Elly mendekati Annisa.

“Bisa nggak, Nis?” tanya Ibu Elly yang sedang memperhatikan keponakannya membuat juice.

“Bisa Ua. Tadi sudah dikasih tau sama Bi Minah,” jawab Annisa yang sedang mengupas buah naga.

“Kalau Annisa mau bikin aja sekalian,” kata Ibu Elly.

“Ya, Ua. Annisa nanti saja. Ini buat Aa Roland dulu,” jawab Annisa.

3. Juice Buatan Annisa.

Setelah selesai membuat juice, Annisa mengantarkan juice ke kamar Roland. Annisa mengetuk pintu kamar Roland berkali-kali tapi tidak dibukakan juga pintunya.

Kenapa tidak dibuka juga pintunya? Kemana A Roland? Apa lagi sholat atau mandi, ya? Buka aja pintunya? Buka jangan, ya? Buka aja deh.

Bismilahirohmanirohim, bisik Annisa dalam hati.

Perlahan Annisa membuka pintu kamar Roland.

“Aa…Aa Roland,” panggil Annisa sambil menongolkan kepalanya ke dalam kamar.

Annisa melihat ke sekeliling kamar Roland terlihat sepi. Hanya terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

Aa sedang mandi. Terus juicenya taruh mana? Bisik Annisa dalam hati.

Annisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Roland. Matanya tertuju ke meja belajar yang berada di dekat jendela kamar. Annisa menyimpan juice diatas meja belajar, setelah itu Annisa cepat-cepat keluar dari kamar itu.

Roland baru saja keluar dari kamar mandi, ia melihat seseorang baru keluar dari kamarnya.

Siapa? bisik Roland dalam hati.

Tapi begitu ia melihat juice di meja belajarnya, ia tau kalau Annisa baru saja masuk ke kamarnya.

Ingin Roland menyicipi juice yang dibuat oleh Annisa, tapi mengingat ia belum sholat ashar maka nanti saja menyicipinya. Ia langsung sholat ashar.

Pada jam tujuh malam keluarga Ibu Elly berkumpul untuk makan malam bersama. Pak Supardi sudah pulang dari kantor sebelum adzan magrib. Jadi mereka bisa berkumpul makan malam bersama. Selama makan mereka tidak banyak berbicara, mereka makan dengan tenang

“Bagaimana Annisa betah tidak tinggal di sini?” tanya Pak Supardi setelah selesai makan.

“Pah, Annisa baru datang tadi siang, masa udah ditanya betah nggak tinngal di sini?” celetuk Roland.

“Insya Allah betah Ua,” jawab Annisa.

“Pah, juice buatan Annisa lebih enak dari buatan Bi Minah,” kata Roland.

Pak Supardi menoleh ke Roland.

“Bener, Land? Kamu tau darimana?” tanya Pak Supardi.

“Bener, Pah. Ngapain Roland bohong. Tadi sore Roland dibuatin juice sama Annisa,” jawab Roland.

“Itu karena dia maksa minta Annisa buatkan juice,” kata Ibu Elly sambil memakan jeruk.

Lalu pandangan Pak Supardi beralih ke Annisa.

“Ua mau dong coba juice buatan Annisa,” kata Pak Supardi.

“Boleh Ua. Ua mau dibuatkan juice apa?” tanya Annisa.

“Ua mau juice sirsak,” jawab Pak Supardi.

“Eh..Mah, buah sirsaknya ada nggak?” tanya Pak Supardi kepada Ibu Elly.

“Ada, lengkap kok semua buah ada di kulkas,” jawab Ibu Elly.

Annisa berdiri dari kursinya.

“Eh…. kamu mau kemana Nis?” tanya Bu Elly.

“Mau buarkan Ua Pardi juice,” jawab Annisa.

“Buatkan dua, Ua Elly juga mau,” kata Bu Elly.

“Sekalian Annisa buat juice untuk Annisa sendiri,” tambah Ibu Elly.

“Iya Ua,” jawab Annisa lalu pergi ke dapur.

Setelah Annisa tidak terlihat, Ibu Elly berbicara dengan suara pelan kepada suami dan anaknya.

“Pah- Roland, jangan terlalu sering menyuruh Annisa kasihan dia. Mama menyuruh Annisa ke sini agar bisa kuliah dan mengangkat derajat keluarganya, bukan buat disuruh-suruh. ART kita kan banyak, masa masih nyuruh-nyuruh Annisa,” tegur Bu Elly.

“Papah cuma mau cobain juice buatan Annisa,” kata Pak Supardi.

“Roland kasihan sama Annisa, dia lagi bingung tidak ada kerjaan,” kata Roland dengan tidak berdosa.

Ibu Elly hanya menghela nafas mendengar jawaban suami dan anaknya.

Tak lama kemudian Annisa datang dengan empat gelas juice.

“Kok buat empat, Nis? Satu lagi buat siapa?” tanya Ibu Elly.

“Buat Aa Roland. Tapi ini juice sirsak. Kalau juice buah naga kan sudah tadi sore,” jawab Annisa.

Mendengar jawaban Annisa wajah Roland jadi senang.

“Wah….kamu bener-bener adik Aa Roland yang paling baik,” kata Roland.

Ibu Elly mencibir mendengar perkataan Roland.

Pak Supardi meminum juicenya.

“Wah…. kamu bener Roland, enak juicenya. Semuanya pas,” seru Pak Supardi.

Ibu Elly meminum juicenya.

Ternyata bener apa kata Roland, bisik Ibu Elly.

“Terima kasih, Nis. Juicenya enak,” kata Bu Elly.

“Sama-sama, Ua,” jawab Annisa.

“Nis, mau nggak kamu buka counter juice di Mall? Ua modalin,” tanya Pak Supardi.

Ibu Elly langsung melotot ke suaminya.

“Papah…..Annisa itu mau kuliah, kok malah disuruh buka usaha?” protes Ibu Elly.

“Mah, Papah cuma nawarin aja. Barang kali Annisa berminat buka usaha,” kata Pak Supardi.

“Terima kasih atas tawarannya Ua. Mungkin suatu hari nanti kalau Annisa sudah tidak terlalu sibuk kuliahnya, Annisa mau buka usaha juga,” ucap Annisa.

“Tuh Mah dengerin apa kata Annisa. Dia juga tidak menolak untuk buka usaha,” kata Pak Supardi.

Ibu Elly menghela nafas.

“Mah, besok Annisa daftar kuliahnya diantar siapa?” tanya Pak Supardi.

“Sepertinya diantar Pak Maman,” jawab Ibu Elly.

Ibu Elly mengalihkan pandangannya ke Roland.

“Roland, kamu besok ada kuliah nggak?” tanya Ibu Elly.

“Ada kuliah dari pagi sampai sore,” jawab Roland sambil menikmati juice buatan Annisa.

“Apa kamu nggak bisa menemani Annisa beli formulir?” tanya Ibu Elly.

“Jam berapa?” tanya Roland.

“Dari rumah jam setengah sepuluh,” jawab Ibu Elly.

“Roland selesai kuliah pagi jam sepuluh. Roland tunggu di pintu utama,” kata Roland.

“Alhamdullilah. Tuh Nis, Aa Roland bisa nemenin kamu beli formulir. Jadi kamu tidak bingung cari tempat pendaftaran. Soalnya kampus Roland luas, nanti kamu tersesat,” kata Ibu Elly ke Annisa.

“Mah, kalaupun tersesat tetap saja masih dalam lingkungan kampus. Nggak akan tersesat sampai ke Bogor,” kata Pak Supardi.

“Iihh ….Papah, Mamah takut Annisa ada yang ngegangguin,” kata Ibu Elly.

“Wajar kalau ada yang gangguin Annisa, namanya juga perempuan cantik. Selama mereka tidak berbuat kurang ajar, diamkan saja jangan didengarkan,” kata Pak Supardi.

Ibu Elly beralih lagi ke Roland.

“Pokoknya Roland tunggu sampai Annisa datang!” perintah Ibu Elly.

“Siap, Mah. Pokoknya Roland jagain keponakan Mamah,” jawab Roland.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Merekapun kembali ke kamarnya masing-masing.

******

Keesokan paginya setelah sholat subuh Annisa ke dapur hendak membantu ART membuatkan sarapan.

Terlihat Bi Minah yang sedang memotong bawang merah.

“Mau masak apa, Bi?” tanya Annisa sambil menghampiri Bi Minah.

“Mau masak nasi goreng, Non,” jawab Bi Minah.

“Annisa bantu, ya Bi,” kata Annisa.

Bi Minah berpikir sebentar. Lalu…

“Boleh, Non. Non yang bikin telor ceploknya,” kata Bi Minah.

“Siap, Bi,” kata Annisa.

Kemudian Annisa mulai membuat telor ceplok.

“Bi ini taruh dimana?” tanya Annisa setelah selesai membuat telor ceplok.

Bi Minah yang sedang sibuk membuat nasi goreng, melirik ke telor ceplok buatan Annisa.

“Taruh di meja makan, Non,” jawab Bi Minah.

Annisa menyimpan telor ceplok di atas meja makan. Lalu setelah itu ia kembali lagi ke dapur.

“Non, tolong sekalian simpen roti tawar beserta selai, messes dan mentega ke meja makan,” kata Bi Minah.

“Maaf ya, Non. Bibi jadi nyuruh Non.”

“Eh…..nggak apa-apa, Bi. Annisa sudah biasa membantu Mamah di rumah,” kata Annisa.

Lalu Annisa membawa roti tawar beserta selai, messes dan mentega ke meja makan.

.

.

.

.

.

.

.

. Bagi yang sudah membaca tolong tinggalkan jejak kakinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!