NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta : Hijrah Cinta

Bab 1 : Pengenalan Tokoh

Gadis cantik dan periang ini sedang bermain Basket bersama temannya.

"Cinta,cinta,"bunyi sorakan pendukung Cinta.

Usai bermain dia duduk bersama teman-temannya.

"Cin,pulang sekolah ini mau ke mana?"tanya Shinta,teman sekelasnya.

"Hehm,kayaknya ke mall saja deh,toh di rumah juga gak ada Papah,suntuk!"ucap kecewanya sambil berjalan menuju ke loker mengambil pakaian,kemudian menuju ke toilet untuk ganti seragam.

"Okelah,by the way gak ajak Rio?"ujar Shinta mengetahui kedekatan Cinta dengan Rio,sang playboy di sekolah namun banyak di sukai para gadis karna memiliki wajah yang tampan.

"Gak ahh,malas cari rusuh!,apalagi Rio cowok idaman mereka"cetus Cinta berlalu masuk toilet dan keluar sudah memakai seragam putih abu-abunya.

Mereka keluar dari toilet beriringan,terlihat Rio sedang mengobrol bersama Leni,sang pacarnya.

"Cinta tunggu!"panggil Rio,menuju ke arah Cinta yang sudah berjalan mendahuluinya.

"Cin,kamu di panggil tuh sama Rio."

"Udah,gag usah di ladenin.Palingan mau tebar pesona?"cetus Cinta yang udah tahu sifat belang Rio.

"Tapi dia ngejar kamu tuh!"

"Biarin,ntar juga capek sendiri."

"Cinta tunggu!,kamu ku panggil dari tadi,bukan berhenti,malah jalan terus"ucap Rio menangkap tangan Cinta.

Cinta memutar tubuhnya dan melepaskan tangan Rio yang menempel di pegelangan tangannya.

"Mau apa?"cetus Cinta jutek.

"Aku mau ngajak kamu ke mall,sepulang sekolah.Kamu mau gak?"tanya Rio menatap Cinta dengan penuh harap.

"Si Leni,mau di kemain?"

"Masalah Leni gak usah di pikirin.Aku sudah putus dengannya!"ucap Rio, memberi alasan agar Cinta memenuhi ajakannya.

"Udah Cin,terima saja tawaran Rio!"pinta Shinta yang juga menganggumi ketampanan Rio.

"Baiklah,tapi ingat jangan macam-macam"ujar Cinta mengarah jari telunjuk di hadapan Rio,membuat Rio menelan saliva.

Sepulang sekolah,Cinta dan Shinta menuju parkiran.

Terlihat Rio sudah bersandar di mobil mewahnya menunggu kedatangan Cinta dan temannya.

"Cin, lets go!"ucap Rio membuka pintu mobil depannya menyuruh Cinta duduk,sementara Shinta duduk di belakang.

Mereka menuju sebuah mall yang cukup terkenal bernama MATAHARI.

Setelah memarkirkan mobilnya Cinta,Shinta dan Rio menuju ke ruangan Bioskop untuk menonton film.Kemudian di lanjutkan makan bersama di resto yang terdapat di mall tersebut.

Cinta begitu senang,ia berlari menuju Badut Doraemon kesukaannya,dan meminta Rio untuk memfotonya.

Setelah berselfie,Cinta ke toko buku untuk membeli beberapa buku pelajaran.Tanpa sengaja dia menabrak seseorang.

"Maaf om,Cinta gak sengaja!"ucapnya menunduk dan memungut buku yang sudah berantakan.

"Iya,lain kali jalan tuh hati-hati"tegas Azzam mengingat Cinta yang berjalan sambil bermain ponsel.

Muhammad Azzam seorang Dosen di Fakultas kedokteran Jakarta.

Ia di kenal Dosen yang tegas,disiplin,dan menjujung tinggi nilai-nilai agama.

Sifat yang dingin membuat para pelajar di sana segan padanya.

Sementara Cinta Syafira Lestari seorang gadis yang cantik,periang dan baik hati.

Cinta keluar sembari mengenteng kresek berisi buku.

Rio dan Shinta menunggunya sambil meminum jus apel yang mereka beli di sekitaran mall tersebut.

"Lama banget,ngapain saja di dalam?"tanya Shinta yang sudah lelah.

"Tadi tuh,gak sengaja nabrak seseorang.Makanya lama,sorry deh!"ujar Cinta tanpa sengaja melihat pria itu keluar dari toko buku.

"Buruan kita pulang,aku juga udah capek!"cetus Shinta,di ikuti Cinta dan Rio.

Mereka berjalan beriringan sembari bercerita.Azzam melihat Rio,bergegas menghampiri.

"Rio??"

"Eh kak Azzam,kakak dari mana?"ujar basa basi Rio yang takut di semprot sang kakak ipar karna ketahuan keluyuran.

"Beli buku,kamu ngapain di sini?,seharusnya pulang sekolah langsung ke rumah,bukan keluyuran kayak gini"tegur Azzam menatap Cinta dan Shinta yang saat itu juga pergi bersama Rio.

"Maaf kak,ini juga Rio dan lainnya mau pulang"ujar Rio yang mulai melangkah meninggalkan Azzam.

Sementara Cinta hanya menatap Azzam,pandangan Azzam seperti elang yang siap menyerang mangsanya.

Apalagi saat menegur Rio,benar-benar membuat Cinta dan Shinta ketakutan.

"Rio,kakak iparmu galak banget!"ucap Shinta ketakutan saat mengingat Azzam yang sedang menegur Rio tanpa senyum.

"Aku juga"sahut Cinta.

Setelah mengantar Shinta,kini tinggal Cinta dan Rio di dalam mobil tersebut.

"Cin,sebenarnya aku tuh cinta samamu dari dulu"ungkap Rio mengutarakan perasaannya pada Cinta.

"Really?"

"Beneran,aku gak bohong"tegas Rio meyakinkan Cinta.

"Terus Leni?"

"Hubunganku sama Leni sudah ending"ujar Rio.

"Hehmm,baiklah aku terima.Tapi ingat!jangan coba-coba mempermainkan perasaanku.Ingat itu!"tegas Cinta,kemudian keluar dari mobil karna sudah sampai di rumahnya.

Cinta memasuki rumahnya,dan memanggil Bik Inah art rumahnya.

"Bik inah,Cinta pulang?"panggil Cinta dengan jalan mengendap-ngendap mencari Bik Inah.

"Non Cinta cari bibik yah?"

"Iyya nih bibik,Papah mana?,apa sudah pulang?"tanya Cinta memperhatikan sekitarnya.

"Tuan belum pulang Non,katanya lusa baru pulang.Oh yah Non Cinta mau di sediain makanan?"tawar bik Inah yang ingin menuju ke dapur.

"Gak usah bik,Cinta sudah makan tadi"ucap Cinta berjalan menuju kamarnya.

Ia merebah di atas kasurnya dan melempar tas ke segala arah,membuat bik Inah menggeleng kepala.

"Aduh Non,tas sama sepatunya jangan di lempar gitu saja"cetus bik Inah yang baru selesai merapikan kamar Cinta.

"Biarin bik,habis Cinta lagi kesal nih.Papah gak pulang-pulang.Sementara Mamah gak pernah menjenguk Cinta"kesal Cinta yang merasa kesepian jauh dari orang tua.

"Sabar yah Non,bibik yakin mungkin tuan lagi banyak jobs.Makanya belum bisa pulang"ujar bik Inah memberi alasan agar Cinta mengerti.

"Tapi,sampai kapan?,Cinta lelah bik.Mereka itu egois,selalu yang di pikirkan uang dan uang.Kapan mikirin perasaan Cinta?,Cinta juga butuh kasih sayang.Mamah juga,setelah bercerai tidak pernah menjenguk Cinta"rintih Cinta menangis memeluk bik Inah.

Bik Inak mengusap lembut rambutnya dan memberi nasehat agar Cinta sabar dalam menghadapi semua ini.

Cinta terus saja menangis hingga ia tertidur di pangkuan bik Inah.

"Kasihan kali kamu Non,punya orang tua lengkap tapi minim mendapat kasih sayang"lirih Bik Inah meletakkan kepala Cinta di bantal dan pergi meninggalkan Cinta.

Kehidupan Cinta reel mengecewakannya.Perceraian kedua orang tuanya mengakibatkan Cinta mencari perhatian dari orang luar.

Cinta terbangun,ia bergegas mengambil foto sang Mamah dan memeluknya.

"Mamah di mana?,Cinta kangenn!"rintih Cinta yang sudah berkali kali mengusap air matanya namun keluar lagi.

Ia termenung mengingat kenangan saat ia bersama sang Mamah.

Bab 2 : Hamil

Cinta sedang menatap dirinya di sebuah cermin miliknya,memutar tubuhnya dengan senyuman.

Dia memoles bibir dan wajah,agar kelihatan cantik.

Tok tok tok

"Cin,cepetan dong!,udah telat nih"kesal Shinta menunggu cinta sedang berhias di kamar.

"Bentar,dikit lagi nih."

Usai ia berhias bergegas menuju ke sekolah bersama temannya, Shinta.

Merayakan hari perpisahan tentulah sangat meriah.Deretan acara segera di mulai,tapi Cinta masih setia berdiri di pintu gerbang menunggu sang papah yang jauh di sana.

Dia mencoba menghubungi sang papah namun di luar jangkauan.

Acara sudah di mulai,ia terlihat kecewa pada sang papah.

Papahnya bernama Bayu.Keseharian Bayu sebagai Pengusaha membuat ia lalai pada Cinta.

Cinta selalu di rundung kesedihan yang panjang.Memiliki orang tua yang berpecah belah selalu membuatnya sedih dan kecewa.

Dia mengusap air matanya dan berlari masuk ke dalam Aula.

"Cin,kamu kenapa?"tanya Shinta memperhatikan make-upnya yang sudah luntur.

"Gag ada apa-apa,kelilipan nih!"

"Bohong,kamu nangis yah?"sindir Shinta menyentuh make-upnya yang luntur.

Cinta terdiam,ia bercermin di kaca mini miliknya.Rio yang baru datang bersama sang kakak,bergegas duduk di samping Cinta.

"Cin,hari ini kamu kelihatan cantik deh.Oh yah Papahmu mana?"tanya Rio mencari-cari Bayu,tapi tak melihatnya.

"Papahku gak datang,katanya lagi meeting"kesal Cinta tersenyum terpaksa,demi menjaga harga diri Bayu.

Dia tak mau orang berpikir buruk tentang Papahnya.Cinta berusaha tegar tak mengambil pusing pada sang Papah agar teman-temannya tidak curiga.

"Palingan bentar lagi juga datang"lirihnya memandang Shinta dan Rio yang masih tak percaya ucapan Cinta.

Acara usai,Cinta segera berlari masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Aula tempat di adakan acara Perpisahan.

Shinta dan Rio saling menatap,tingkah Cinta yang pergi tanpa bicara membuatnya curiga.

Rio bernemui sang kakak untuk mengejar Cinta dan menyuruh Thalita pulang menggunakan jasa Taksi Online.

Cinta menangis dan berteriak di kamar.Seluruh barang ia lempar kemudian menangis deras hingga rasa kekesalannya terlepaskan.

"Papah jahat"teriaknya menatap foto sang Papah saat berlibur di Bali.Kala itu semuanya masih dalam keadaan bahagia,dan memiliki keluarga yang utuh.

Bik Inah mendengar kerusuhan terjadi di kamar Cinta,segera berlari menaiki tangga menuju kamar Cinta.

Tok tok tok

"Non,buka pintunya?,jangan buat bibik khawatir?"lirih Bik Inah yang begitu tahu tabiat Cinta kalau sedang marah.

"Jangan ganggu,Cinta lagi pengen sendiri!"bentaknya membuat Bik Inah kaget.Kemarahan Cinta kali ini sudah tingkat level teratas hingga sulit terdeteksi oleh virus corona.

"Non,saya mohon jangan bertindak bodoh"ucap Bik Inah yang begitu khawatir,apalagi suara Cinta semakin mengecil.

Rio memparkir mobilnya dan berlari masuk ke rumah Cinta.

"Ada apa bik?"tanya Rio,ia melihat bik Inah sudah menangis menatap pintu kamar Cinta.

Rio mendobrak pintu,dengan cepat ia membuang pil penenang kemudian memeluk Cinta dalam dekapannya.

"Jangan lakukan itu!,sungguh aku tidak ingin kehilanganmu"ujar Rio kemudian mengambil botol kecil.Ternyata itu bukan pil penenang melainkan pil sianida.

Rio kaget,ia menatap Cinta dan mengusap rambut Cinta yang seperti terkena sengatan listrik.

Kemudian ia mengajak Cinta ke luar agar rasa stresnya hilang.

Rio mengemudi mobilnya menuju sebuah pantai.Cinta begitu senang dan berlari lari melihat alun-alun gelombang serta angin menghembus menusuk pori-porinya.

Dia merasakan kedinginan.Rio yang melihatnya segera menutupnya dengan jaket miliknya.Keduanya berjalan beriringan sambil ketawa melepas kegalauan di hatinya.

Rio memutuskan untuk tidak pulang dan menginap di sebuah hotel kecil yang tak jauh dari area pantai.

Di sinilah keduanya saling melepas rindu.Rio yang sangat mencintai Cinta merayunya agar melakukan sebuah hubungan terlarang hingga Cinta hamil di luar nikah.

Sebulan kemudian Cinta merasakan perubahan tubuh yang berbeda.

Merasakan pusing dan mual serta tidak selera makan.Cinta bingung dan meminta bik Inah untuk membeli obat di apotik.

Bik Inah terkejut,saat mendapati Cinta pingsan di kamar mandi.

Ia menelpon Bayu untuk segera datang menjenguk Cinta.

Dua jam kemudian terdengarlah bunyi suara mobil di bawah.

"Bik,oh bik.Di mana Cinta?"tanya Bayu memegang pintu,ia begitu sedih melihat Cinta sudah begitu pucat.Timbul penyesalan yang selama ini telah menyia-nyiakan Cinta hanya demi mengejar uang.

"Cinta,bangun sayang!,ini papah"lirihnya menangis memegang tangan sang buah hati yang sudah dingin.

"Pa_pah"lirih Cinta menghambur memeluk sang papah yang ia rindukan selama ini.

"Papah senang kamu sudah siuman.Maafkan Papah yah!,papa janji tidak akan meninggalkan dirimu?"

"Sungguh!"

"Iya sayang"ucap Bayu menguncup kedua pipi Cinta dan mencium keningnya.

"Pah,beberapa hari ini Cinta merasakan mual dan pusing?"rintih Cinta meminta perhatian pada Bayu,agar membawanya ke rumah sakit.

Bayu membawa Cinta ke klinik yang tak jauh dari rumahnya.

"Selamat yah,kamu positif hamil"ucap sang Dokter tersenyum,tidak di Cinta dan Bayu.Keduanya justru menatap kaget,seperti gempa yang menguncang isi perutnya.

"Hamil?"ujar Cinta memegang perut kempesnya,dan menangis menatap sang Dokter.

"Iya Nak.Sebentar lagi kamu jadi Ibu dan bapak jadi kakek"ucap sang Dokter,kemudian memberi sehelai kertas berisi resep vitamin.

Cinta mengambilnya,kemudian berlari mengejar Papahnya yang sudah kedahuluan meninggalkannya karna kecewa.

Sesampai di rumah Bayu kelihatan gusar dan cemas.

"Cinta,siapa pria yang telah menghamilimu,hah?,kau benar-benar membuat Papah kecewa"teriak Bayu membuat Cinta menunduk karna merasa menyesal.

"Maafin Cinta Pah,Cinta khilaf.Kala itu Cinta merasakan kesepian karna Papah tidak pulang-pulang"jujur Cinta berharap Papahnya tidak menyalahkan dirinya melainkan semua ini terjadi karna Papahnya yang tidak perhatian.

"Cukup.Kau cuma mempermalukan Papah,ulahmu benar-benar membuat Papah kecewa.Kau itu masih muda,jalanmu masih panjang.Sekarang,Ayo ikut Papah!"titah Bayu menarik tangannya membuat Cinta meringis kesakitan.

"Ampun Pah!"mohon Cinta agar Bayu melepas genggaman erat tangannya yang mencekam kuat.

"Kau diam!"

Bayu memparkir mobil di sebuah klinik,klinik itu begitu sepi.Hanya beberapa orang saja mengantri,semuanya terlihat masih muda.

Melihat itu Cinta berlari meninggalkan Bayu,lalu menaiki sebuah bis kecil.

Bayu menggeram,ulah Cinta membuatnya jadi marah besar.

Cinta memutuskan datang ke rumah Rio,namun sayangnya ia terlambat.Rio sudah kedahuluan berangkat ke Paris untuk melanjutkan pendidikan dan menetap lama di sana.

Cinta murung dan sedih,ia memutuskan kembali ke rumahnya.

Ia memberanikan diri masuk,langkahnya terhenti saat mendapati sang Papah terbaring di iringi tangisan Bik Inah.

"Non.Tuan Non!"

Cinta memeluk dan menagis,kepergian sang Papah meninggalkan luka yang dalam.Serta beban yang begitu berat.

Bab 3 : Meninggal

Cinta menatap batu nisan Papahnya,Bayu.Deraian air mengalir jatuh membasahi pemakaman sang Papah.

"Maafkan aku Pah,Cinta emang anak yang tidak berguna."Lirihnya menyesali perbuatannya.

Cinta meninggalkan pemakaman sang Papah.Ia melangkah keluar kembali ke rumahnya.

Namun langkahnya terhenti.Beberapa pria tak di kenal berdiri di halaman rumahnya.

"Apakah kau Cinta?.Putri dari Pak Bayu?." Tanya Pria tak di kenal itu.

"Iya,benar.Tapi kalian siapa?"

"Kami dari petugas Bank.Pak Bayu sudah menunggak pembayaran.Jadi dengan terpaksa kami menyita seluruh aset beliau."Tegas Pria berpakaian rapi.

"Ya Allah,apa yang harus aku lakukan?"gumamnya Cinta memegang dadanya.Cinta terduduk,memikirkan nasip dirinya.

Sementara Bik Inah menatap Cinta dengan rasa kasihan.

"Non..yang sabar yah!."Lirih Bik Inah memeluk Cinta yang begitu terpukul atas semua masalah yang menimpa dirinya.Air mata jatuh meluncur merasakan betapa berat beban Cinta untuk menjalani kehidupannya saat ini.

"Bik,Cinta bingung harus ke mana?.Saat ini Cinta tak punya siapa-siapa lagi.Mamah tak tahu di mana?.Sementara orang yang menghamili Cinta pergi kabur begitu saja."Lirih Cinta memegang perutnya.

Cinta tak kuasa menahan kesedihannya.Satu-satu orang selalu mengerti dan setia menemaninya adalah Bik Inah.Namun Bik Inah harus meninggalkan dia.

Manik matanya nanar,air mata sudah tak mampu di bendung lagi.Ia menangis memeluk Bik Inah.

"Bik,mari kita bereskan pakaian kita.Maafin Cinta tak bisa mempertahankan Bibik untuk bekerja di sini."

"Tidak apa-apa Non."

Usai berkemas,Bik Inah memeluk Cinta untuk pamit pulang ke kampungnya.Cinta menarik kalungnya yang masih melingkar di lehernya.

"Bik,ambil ini untuk ongkos pulang.Cinta gak punya apa-apa lagi.Seluruh aset Papah sudah di blokir pihak Bank."Ujarnya tersenyum terpaksa dan meletakkan kalungnya di tangan Bik Inah.

"Tapi...?.Bagaimana dengan Non?tanya Bik Inah yang begitu memahami sifat Cinta dan begitu mengkhawatirkan Cinta.

"Tak usah pikirin Cinta.Bik Inah sudah banyak bekorban buat Cinta.Sekarang Cinta sudah dewasa.Jadi,Cinta tahu menjalani hidup Cinta tanpa harus bergantung dengan Bibik." Ucapnya sedikit menyengir namun hatinya begitu rapuh.

Setelah melepas kepergian Bik Inah.Cinta menuju rumah Thalita.

Thalita sedang bersantai bersama Azzam karna saat itu Azzam lagi libur bekerja.

"Assalam mu'alaykum."Sapa Cinta dengan suara tidak bersemangat.

"Wa'alaykum salam."Ucap Thalita dan Azzam yang saling berpandangan karna Cinta membawa tas dan meletakkan di sampingnya.

Cinta menyalami Thalita,dan tak sengaja menatap Azzam yang terlihat ketidaksukaan kehadiran Cinta di rumahnya.

Cinta menghambur memeluk Thalita.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?.Mengapa kau ke mari membawa tas?"tanya penasaran Thalita mengusap rambut Cinta yang sudah anggap seperti adik sendiri.

"Mbak...Cinta ke sini ingin memberi ini?." Cinta mengoceh benda mini itu dari saku jaketnya.

"Hamil?"ujar singkat Thalita.

"Iya mbak."

Cinta memegang perutnya.Hatinya begitu sedih karna kehadiran bayi ini membawa duka dan beban yang berat.

"Semua ini karna Rio." Lirih Cinta yang tak tahu lagi menyusun kata.

Mendengar ucapan Cinta,Azzam naik pitam.Kelakuan Rio benar-benar membuatnya marah dan tak bisa di toleransi lagi.

Dia menelpon Rio,namun nomor ponselnya sudah di blokir.

"Semua ini gara-garamu yang selalu memanjakan adikmu itu.Lihat akibatnya dia menghamili anak orang terus kabur begitu saja.Sudah ku duga kepergian mendadaknya ke Paris pasti ada alasan.Sekarang lihatlah!"kesal Azzam menatap Cinta yang sudah menangis.

"Lalu...!" Ucap Thalita berharap Azzam memberi solusi dari masalah ini.

"Aaaaargh"pekik Azam meninggalkan keduanya yang saling memeluk.

Azzam tak mampu lagi berbicara.Sifat dingin mulai ia tampakkan.Thalita mendengar suara Azzam sedikit keras,membuatnya takut ingin bertanya.

Azzam tipe pria yang tak suka memikirkan masalah.Setiap masalah selalu di hadapinya dengan jernih.Berbeda dengan ini dia lebih mudah terpancing emosi apalagi semua ini ulah Rio,adik iparnya.

Thalita mengajak Cinta masuk dan mengantar menuju ke sebuah kamar untuk menenangkan Cinta yang begitu sedih.Rasa ketakutannya tampak jelas bermain di wajahnya saat Azzam berteriak.

Thalita melangkah ingin meninggalkan Cinta.Namun tangannya di tarik oleh Cinta yang tak ingin di tinggal sendirian.

"Mbak,saat ini Cinta gak punya siapa-siapa lagi.Papah Cinta baru saja meninggal dunia plus aset Papah juga di sita karna memiliki tunggakan hutang di Bank.Cinta bingung harus ke mana?"lirih Cinta menunduk saat berbicara.Dia menahan air mata yang sudah banjir.Suaranya gemetar menggambarkan perasaan saat ini yang begitu harap pada Thalita untuk membantu ia menyelesaikan masalah ini.

"Kau tak perlu khawatir.Akulah yang akan membantumu.Sebaiknya kau istirahat dulu karna aku ingin bertemu dengan Mas Azzam."Pinta Thalita melepas paksa tangannya yang di genggam Cinta.

Thalita menuju ke kamarnya.Terlihat Azzam sedang memijat pelipisnya.

"Mas..."panggil Thalita memeluk suaminya dari belakang.

Azzam yang begitu mencintai Thalita.Ia memutar tubuhnya memandangnya dengan senyum terpaksa.

"Jangan berteriak seperti itu.Sungguh aku sangat takut,apalagi Cinta." Ungkap Thalita yang kaget melihat perubahan Azzam jadi pemarah.

"Aku hanya kasihan dengan gadis itu.Dia sekarang yatim di tambah lagi hamil di luar nikah.Kasus seperti dirinya sering terjadi di kalangan remaja sekarang ini.Kau kan tahu aku seorang Dosen di Fakultas Kedokteran menghadapi gadis seperti dia sangat sulit.Pikirannya belum labil,belum bisa berpikir jernih dan memutuskan keputusan yang benar." Jelas Azzam yang sangat mengerti pada situasi Cinta .

Thalita tersenyum dan mengajak suaminya duduk berhadapan di kasurnya.

"Mas,kau kan tahu kalau Cinta pikirannya belum labil.Bearti kau juga tahu cara menyelesaikan masalah ini."Bujuk Thalita memcoba meminta solusi dari sang suaminya.

"Aku bingung Thalita.Emanglah Mas seorang dokter Psikiater tapi kan ...." Ucap terputus Azzam yang tak lagi harus bicara apa.

Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas di kamar tempat Cinta beristirahat.

Bughhhhh

Cinta terjatuh dan pingsan.Seharian ia tidak makan karna memikirkan masalahnya yang begitu berat.

klek

"Cinnnta"panggil Thalita duduk melihat Cinta tidak sadarkan diri.

Dengan segera Azzam mengangkat Cinta ke tempat tidur.

Dia memeriksa Cinta yang sepertinya mengalami anemia karna kelelahan memikirkan masalah yang bertubi-tubi.

"Bagaimana Mas?"

"Tekanan darahnya rendah.Papahnya di mana?"tanya Azzam.Setidaknya ada Papahnya bebannya berkurang.

"Papahnya baru saja meninggal karna terkena serangan jantung"ujar Thalita membuat mata Azzam membulat.

"Meninggal?"ujar Azzam tak percaya.

Cinta siuman dan memandang samar-samar langit kamar.Dia menangis lagi dan menatap Thalita penuh harap.

"Mbak...jika Rio tidak juga kembali dan tidak mau mempertanggungkan jawab ulahnya maka aku terpaksa harus mengaborsi anak ini."

"Tidak Cinta.Jangan lakukan itu!"lirih Thalita mengenggam kedua tangan Cinta.

"Aku tidak punya cara lain lagi.Kehadiran bayi ini membawa sial dalam hidupku.Aku harus kehilangan semuanya mbak."Tegas Cinta mulai beranjak pergi meninggalkan Thalita dan Azzam.

"Tunggu"kata Azzam membuat Cinta memaling wajah memandang Azzam.

"Kau tak perlu ikut campur.Aku tahu kehadiranku hanya menjadi beban dalam hidupmu."Cetus Cinta yang tak peduli dengan ucapan Azzam.

Cinta terus saja berjalan.Tubuhnya lemah tak mampu melanjutkan langkahnya berjalan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!