NovelToon NovelToon

Modern God Of War

Bab 1. Teleportasi

Di sebuah dataran di Tiongkok. Hari ini terjadi sebuah perang besar, yang nantinya akan mengubah sejarah dunia. Peperangan Gaixia. Di sana, seorang gadis mengikuti jejak sang ayah untuk ikut serta dalam berperang.

Sang ayah bernama Sun Quan. Serta putrinya bernama Yoona Larasati ikut andil dalam perang, yang terjadi karena pemberontakan dari dalam istana. Yoona Larasati bersama sang ayah masuk ke medan pertempuran.

"Jenderal Yoona! Panggil panglima perang Sun Quan, katakan jika Jenderal Yoona Larasati terluka!" seruan kemenangan berubah menjadi panik. Tatkala mendapati Yoona Larasati dalam keadaan jatuh tak sadarkan diri.

Ah. Kenapa? Apa aku mati? Aku hanya mendapat benturan saja. Yoona Larasati hanya mampu membatin. 

Gadis itu saat ini justru berada dalam kegelapan. Tanpa cahaya apapun yang menemaninya. Sekelebat bayangan-bayangan kejadian seseorang terlintas. Yoona Larasati tak habis pikir, ada sebuah keluarga yang bisa begitu kejam terhadap salah satu anggota keluarga secara terang-terangan.

Nama kita sama. Tetapi memiliki nasib yang berbeda. Yoona Larasati ini, lemah sekali! Ei!

Hingga tiba-tiba, Yoona Larasati merasa tubuhnya babak belur. Tak hanya itu saja, suara berisik mendominasi berikut dengan rambutnya yang terasa ditarik kuat.

"Kau itu sudah aku kasih makan selama belasan tahun! Bergunalah setidaknya!" teriakan dan tarikan seseorang membuat Yoona Larasati membuka kedua matanya dengan jelas.

Tap!

Yoona Larasati memegang tangan Miranda dengan kuat. Membuat Miranda, ibu angkatnya meringis kesakitan. Setelahnya, Yoona Larasati menyentak tangan Miranda dengan cukup kuat. Tatapan mata dari Yoona Larasati menjadi nyalang. Semua orang di jalan, mulai berbisik mengatakan jika Yoona ini adalah anak tak tahu diri.

"Lihat, dia benar-benar tidak tahu diri. Bukankah itu ibunya! Kasihan sekali."

"Benar sekali, seumur hidupnya saja selalu difasilitasi oleh ibunya. Sekarang ibunya meminta sedikit uang saja, dia tidak mau memberikannya!"

"Ya! Aku tidak akan pernah memberikanmu uang!" sentak Yoona.

"Hiks. Kau itu anakku. Kenapa kau tidak mau memberiku uang?" Miranda mengiba. Meraung, untuk mencari simpati pada semua orang yang sedang melihat mereka.

"Kau hanya ibu angkatku. Seumur hidupku, aku telah memberimu uang. Aku sudah membelikanmu rumah, yang sekarang kau tinggali. Lalu sekarang, kau memintaku untuk membelikan putra kesayanganmu itu rumah baru dengan uangku? Ah, padahal putramu itu berusia 30 tahun. Sudah pantas untuk bekerja. Mengapa aku harus memberikanmu uang untuk membeli rumah lagi? Kau pikir aku bekerja sebagai apa? Semua tabunganku, kemarin juga baru saja kau pakai untuk membeli mobil barumu! Katakan ibu, uang apa lagi yang aku miliki? Atau kau berniat untuk membunuhku juga?" papar Yoona.

Kali ini, Miranda terpojok. Semua orang yang berada di jalanan, mengetahui kejadian sesungguhnya. Hujatan kini berbalik. Dasar netizen.

"Wah brengsek sekali dia. Meminta uang terus, memangnya siapa yang memiliki uang sebanyak itu?"

"Benar, ini berita hebat. Seorang ibu angkat, mempekerjakan anak angkatnya tanpa harus beristirahat. Bahkan memukuli anak angkat di depan semua orang."

Merasa malas, Yoona pergi ke rumah sahabat pemilik tubuh. Setelah berjalan beberapa waktu, Yoona telah sampai di apartemen Mei. Melihat kedatangan Yoona yang berantakan, Mei tentu saja segera menarik tangan Yoona.

"Astaga! Ini pasti ibu angkatmu meminta uang lagi ya?" ucap Mei dengan panik. 

Segera bergegas mencari kotak obat. Sedangkan Yoona yang merasa asing, hanya melihat dengan mematung diri. Gadis itu menyapukan pandangan ke semua sudut ruangan.

"Aku sudah bilang, kau sudah cukup berbakti! Kau sudah memberikan mereka kekayaan! Lihat dirimu, kau yang memberi mereka makan malah seperti gembel!" sentak Mei sekali lagi sembari mengobati luka di tubuh Yoona.

"Em, aku boleh pinjam baju?" tanya Yoona dengan hati-hati.

"Tentu! Apapun itu untukmu. Sekarang istirahatlah. Aku akan memasak untuk makan malam nanti. Aku ambilkan bajumu," kata Mei bangkit dari posisi duduknya.

Setelah berganti baju, Yoona segera mengistirahatkan di kamar tamu milik Mei. Yoona Larasati menerawang. Masih bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Apapun yang terjadi, tempat tidur ini empuk!" gumam Yoona.

Drrttt. Drrttt. Drrtttt.

Dahi Yoona berkerut. Satria Hermawan? Tanpa menunggu lama, Yoona mengangkat telpon dari kekasih pemilik tubuh asli.

"Hem." Yoona bergumam.

"Sayang, ayo kita pergi ke Variety Show! Aku merasa kita bisa bersenang-senang malam ini. Mari melepas lelahmu," kata Satria Hermawan di ujung telpon.

"Aku lelah. Malas untuk kemana-mana." Yoona Larasati hendak mematikan sambungan teleponnya. Hingga sebuah suara muncul dari samping Satria Hermawan.

"Yoona! Ini kesempatanmu! Ada banyak orang-orang terkenal di sana. Bahkan seorang Lee Anggara Davidson juga akan hadir. Kau pernah bermimpi, akan bertemu dengannya bukan? Ayolah!" bujuk sang manager.

Suara sang manager menghilang. Digantikan suara menyebalkan milik Satria Hermawan. "Ayolah, Sayang. Ini kesempatan yang datang sekali saja. Siapa tau, ini juga mempengaruhi reputasimu di dunia hiburan!" desak Satria Hermawan.

Satria Hermawan. Kau rupanya begitu tega pada pemilik tubuh ini. Tak hanya memberikan cinta palsu, akan tetapi kau juga meracuninya hingga dia sekarat! Baiklah, aku ikuti permainanmu. Mari kita lihat, drama menjijikkan apa lagi yang kau mainkan.

"Baiklah. Aku di rumah Mei. Jemput aku," kata Yoona.

"Baik, Sayang. Sambut aku dengan penampilan pesonamu, ya? Aku matikan dulu teleponnya. Setelah ini nanti aku akan menjemputmu. Bersiaplah, aku mencintaimu!" Satria Hermawan mematikan sambungan telepon.

"Dasar. Cinta? Apa itu cinta? Bicaranya saja seperti sampah!"

Yoona bangkit. Mencari Mei untuk meminjam gaun. Tepat pukul 6 malam, sebuah mobil telah berhenti tepat di depan Yoona. Seorang pria keluar dari dalam mobil. Yang lebih menggelikan lagi, pria itu memakai kacamata hitam seolah ingin menampilkan bahwa dirinya adalah sosok yang keren.

"Selamat malam, Sayang." Satria Hermawan membungkukkan tubuhnya.

Yoona melewati Satria Hermawan begitu saja. Membuat Satria Hermawan melongo dibuatnya. Jika biasanya, Yoona sudah pasti akan berhambur untuk memeluknya. Akan tetapi ini, Satria Hermawan malah diabaikan begitu saja. 

Dasar ******! Kalau aku bukan memanfaatkanmu, aku juga tidak sudi bersikap baik denganmu! Satria Hermawan membatin kesal.

Tanpa membuang waktu, Satria Hermawan mengemudikan mobil menuju dimana variety show diadakan. Sesekali Satria Hermawan melirik ke arah Yoona yang masih bungkam. Pria itu menyadari, malam ini Yoona sedikit berbeda. Biasanya Yoona akan selalu berisik. Tetapi malam ini, justru terbalik. Yoona lebih banyak diam.

Dia malam ini sedikit berbeda. Sudahlah. Dia hanya batu pijakan untuk naik ke atas. Hari ini Airi Cyntia akan melihat, bagaimana aku ini cukup memiliki pesona. Airi Cyntia ini, aku harus mendapatkannya. Ling membatin.

Jika perang memakai ini cukup keren. Aku bisa menabrak mereka tanpa ampun. Sepertinya aku juga harus punya kendaraan ini. Batin Yoona dalam hati.

Kini mobil memasuki halaman sebuah hotel berbintang lima. Yoona yang merasa asing, mengamati sekitarnya dengan seksama. Satria Hermawan segera membuka pintu mobil. Membawa Yoona memasuki ballroom hotel. Riuh di dalam ballroom membuat Yoona merasa risih. Pasalnya, ini baru pertama kali dalam hidupnya.

Bab 2. Yoona Larasati

Kedua mata Satria Hermawan menyapu setiap sudut ballroom. Mencari siluet tubuh yang begitu ia kagumi. Hingga tatapannya mengunci sosok wanita bergaun merah dengan belahan paha yang tinggi. Ditambah belahan dada yang begitu rendah. Berbanding terbalik dengan Yoona yang memakai gaun berwarna hitam serta berlengan panjang. Satria Hermawan mencebikkan bibirnya, membandingkan penampilan sang kekasih.

"Satria Hermawan! Yoona Larasati! Ah kalian ada disini! Cepat kesana, ada Airi Cyntia dan Lee Anggara Davidson! Kalian harus sedikit lebih dekat dengan mereka!" bisik Xixi. Manager Yoona Larasati. Wanita itu mendapati Yoona sedikit lebih pendiam kali ini.

"Ya, aku akan menghampiri Airi Cyntia. Terima kasih Xixi! Kami pergi dulu!" ucap Satria Hermawan. Pria itu menarik tangan Yoona, hingga sedikit lebih dekat dengan gadis yang dipuja oleh Satria Hermawan.

"Airi Cyntia!" panggil Satria Hermawan pada gadis yang ia puja. Pria itu menarik pinggang ramping milik Yoona. Membawanya mendekati Airi Cyntia. Wanita yang bergincu merah merona dan rambut yang ujungnya ia curly.

"Satria Hermawan?" Airi Cyntia menatap remeh pada  Satria Hermawan. Lalu tatapannya teralihkan pada sosok Yoona yang bak patung manekin.

Wajah yang cantik dengan surai hitam panjang digerai indah, menjuntai hingga pinggulnya. Ditambah polesan make up yang tipis, mampu menambah pesona gadis itu. Satria Hermawan mendapati sorot mata Airi Cyntia yang memindai sosok Yoona. Sudut bibirnya terangkat.

"Perkenalkan, ini Yoona Larasati. Kekasihku. Benar kan, Sayang?" Satria Hermawan bersikap seolah keduanya benar-benar mesra.

"Oh. Cantik. Kalian memang serasi," ejek Airi Cyntia. Tak menerima jika ada yang lebih cantik darinya. Airi Cyntia menyibakkan rambut dengan sombong.

Yoona hanya mematung. Tanpa kata ia tetap berdiri dengan ekspresi datar. Hal itu menarik perhatian seorang pria yang berdiri di samping Airi Cyntia. Pria yang begitu berkuasa di sudut kota Jakarta. Bukan hanya memiliki sebuah perusahaan dengan bisnis yang melejit. Tetapi juga menjadi seorang aktor yang begitu terkenal di seluruh daratan Indonesia. Menatap nyalang pada sosok Yoona yang masih berdiri bak boneka hidup.

Manekin. Ucap Lee Anggara Davidson dalam hati. Seraya menyesap wine dengan santainya.

"Yoona, perkenalkan dia Airi Cyntia! Em, kemudian yang di samping Nona Airi Cyntia ini adalah Tuan Lee!" kata Satria Hermawan dengan penuh kebanggaan.

"Aku istirahat di sana dulu. Maaf, saya sedang tidak enak badan." Yoona membungkuk hormat. Berusaha menghindari semua orang yang membuatnya muak. Kemudian ia berjalan menuju pojok ruangan.

Satria Hermawan menatap punggung Yoona yang menjauh darinya. Tangan terkepal kuat, merasa dihina oleh sikap tidak sopan Yoona.

"Satria Hermawan. Sepertinya Kekasihmu itu, tidak menyukaimu," ejek Airi Cyntia. Menggoyang-goyangkan gelas wine yang ada di tangannya.

"Kekasihmu sangat cantik. Kau akan menyesal, jika tak bisa menjaganya," sela Lee Anggara Davidson. Sorot mata tajam itu menatap punggung milik Yoona.

Kaki Airi Cyntia menghentak lantai marmer saat mendapati Lee Anggara Davidson meninggalkannya. Pergi ke arah yang sama, dengan arah kepergian Yoona. Tingkah Airi Cyntia tak luput dari sorotan Satria Hermawan.

"Nona Airi Cyntia, bagaimana kalau kita bersenang-senang?" bujuk Satria Hermawan.

Seketika Airi Cyntia menoleh. "Gara-gara kau membawa wanita itu, lihat Lee Anggara Davidson meninggalkanku! Kenapa kau membawanya kemari?" tanya Airi Cyntia dengan nada yang ketus.

"Yah, kupikir karena dia kekasihku. Kenapa kau bertanya begitu?" sahut Satria Hermawan santai.

"Kau hanya membuktikan, jika ada yang mengejarmu? Bagaimana kalau kemarin, aku hanya ingin melihat perjuanganmu. Kupikir, malam ini aku akan menerimaku. Tapi sayang, kau sudah memiliki kekasih! Ah sudahlah. Aku pergi!" Airi Cyntia memutar tumitnya dan hendak berlalu. Dengan cepat Satria Hermawan mencekal tangannya.

"Tunggu! Aku akan memutuskan Yoona Larasati, jika kau menerimaku!" ungkap Satria Hermawan.

Airi Cyntia tersenyum. Lalu berbalik. "Kalau kau benar-benar ingin bersamaku. Buktikan! Beri Yoona Larasati pelajaran," ucap Airi Cyntia sembari mencebikkan bibir dan bersedekap di dada. Melihat dua gundukan yang dengan sengaja tertekan oleh tangan yang bersedekap, membuat dua gundukan itu hampir saja keluar dari tempatnya. Sontak saja kedua mata Satria Hermawan membulat.

"Baiklah! Aku akan memberikan pelajaran pada Yoona Larasati. Asal kau setelah acara ini ada waktu untukku!" Satria Hermawan mencolek genit dagu Airi Cyntia.

"Okay! Deal!" Airi Cyntia tersenyum penuh kemenangan.

"Tunggu disini. Aku akan memberimu pertunjukan. Jangan ingkar janji, ya?" Satria Hermawan mengerling nakal. Airi Cyntia Pun membalasnya dengan cakupan jarak jauh. Satria Hermawan Pun pergi dari balik kerumunan orang-orang.

"Yoona Larasati! Jangan harap kau bisa malang melintang di dunia hiburan lagi, setelah kau mengalami kejadian memalukan hari ini. Terlebih ini semua dari kekasihmu sendiri!" Airi Cyntia tersenyum menyeringai.

Seorang pelayan mengantar minuman pada Yoona yang sedang menikmati semilir angin di balkon. Pemandangan malam yang sungguh indah.

"Nona, minuman Anda," kata pelayan tersebut kepada Yoona.

Tentu saja Yoona menerima. "Terima kasih!"

Pelayan tersebut tersenyum. Kemudian berlalu meninggalkan Yoona. Sejenak Yoona menggoyang-goyangkan gelas berisi wine tersebut. Sebelum meminumnya, Yoona merasa mencium ada sesuatu yang ditambahkan.

"Berani sekali!" gumam lirih Yoona. 

Gadis itu memicingkan mata. Dengan sigap, ia membuat seakan-akan meminumnya. Lalu membalikkan tubuhnya, kembali menatap nabastala yang pekat. Membuang isi wine di dalam gelas. 

Aku setidaknya sudah menandai pria tadi. Lihat, bagaimana aku akan melibas kalian! Sepertinya Yoona memiliki banyak musuh. Dasar pemilik tubuh asli ini, benar-benar lemah!

Yoona Larasati memasuki ballroom hotel. Memicingkan mata, memindai setiap orang yang ada di ballroom. Dapat. Pelayan pria yang tadinya memberikannya minum, kini sedang berjalan ke tempat Satria Hermawan. Yoona berdiri di balik tembok. Sedangkan kedua pria itu, berada dalam cahaya yang temaram. Yoona segera mengeluarkan ponselnya.

"Bagaimana?" tanya Satria Hermawan.

"Gadis itu telah meminumnya, Tuan," sahut si pelayan.

"Terima kasih! Ini bayaranmu. Kalian, kemarilah!" nampak Satria Hermawan memanggil 4 pria bertubuh tegap yang berjalan menuju dirinya. "Kalian lihat ini? Dia bernama Yoona Larasati. Aku mau kalian berpura-pura menjadi orang yang pernah membokingnya. Dan kalian juga, setelah itu boleh memakainya. Aku akan membayar kalian mahal. Bagaimana?" bujuk Satria Hermawan.

"Wah, dia cantik sekali!"

"Boleh! Ada bayaran lagi!"

"Tenang saja, Tuan! Beres!"

"Bayaran besar!"

Belum sempat mereka beranjak satu langkah, Yoona melayangkan sebuah tendangan tepat di tubuh Satria Hermawan. Lalu memutar tubuhnya, menarik tangan seseorang yang berada di dekatnya dan membanting tubuh yang dua kali lebih besar dari tubuh mungilnya.

Kemudian dua orang selanjutnya juga mengalami nasib yang sama. Mereka bahkan tersungkur dan terjungkal hingga memasuki ballroom hotel. Membuat kericuhan suasana Variety show tersebut. Semua kamera menyorot pada sosok Yoona.

Merasa belum puas, Yoona menyobek sedikit gaun berwarna hitam itu. Kemudian melesat menggunakan sepatu high heels. Memutar tubuhnya dan menendang seorang pria yang sempat berdiri.

Dua orang pria merasa tak terima. Mereka menyerang Yoona secara bersamaan. Seorang pria mendekap tubuh mungil Yoona dari belakang. Yoona tersenyum. Ini adalah kebahagiaannya setelah ia menjejakkan kakinya di jaman yang entah seperti apa. 

Yoona mengangkat satu kakinya lalu menginjaknya dengan cukup keras di kaki pria yang mendekapnya. Memutar high heelsnya berulang kali. Setelah puas, meninju perut pria itu dengan siku dan terakhir membantingnya sekuat tenaga.

Pria yang satunya melayangkan tinjuan. Yoona berlari dan menginjak tubuh pria yang telah terkapar di lantai. Kemudian bersalto ria di udara. Dan menendang sekuat tenaga, tepat si wajahnya. Yoona mendarat sempurna di lantai marmer. Semua wartawan telah mengabadikan momen tersebut.

"Nona Yoona Larasati! Kenapa Anda membuat keributan? Apa Anda tau, jika Tuan ini adalah Tuan Satria Hermawan?" tanya seorang pembawa acara.

Yoona menyodorkan ponselnya. "Ini. Biarkan semua orang melihatnya. Anda akan tahu apa yang sebenarnya terjadi!"

Dalam keadaan bingung, pembawa acara itu mengikuti perintah Yoona. Membawa ponselnya untuk disambungkan dengan layar monitor besar di depan. Saat video itu diputar, semua orang terlihat terkejut.

"Bagaimana, Tuan Satria Hermawan?" tanya Yoona menginterupsi.

Satria Hermawan hanya mampu menahan rasa sakit di tubuhnya. Lagi, Yoona melayangkan tinjuan ke wajahnya berulang kali. Terakhir membuat Satria Hermawan terjatuh di lantai.

"Untuk harga diriku. Kau tak pantas mendapatkannya. Satria Hermawan, mulai hari ini kau dan aku telah berakhir! Yang ada kedepannya hanyalah dendam karena penghinaan hari ini! Aku, Yoona Larasati. Membuangmu bak sampah yang sepatutnya aku injak!"

Yoona Larasati pun menyibakkan rambutnya. Beban di hatinya sedikit berkurang. Setidaknya malam ini ia telah meluapkan emosi yang bergemuruh di dada.

Yoona Larasati, benar-benar di luar nalar!

Lee Anggara Davidson tersenyum seraya menyesap segelas wine miliknya. Memasukkan satu tangannya di dalam saku. Berdiri dengan sombong dan angkuh. Ya. Kekuasaannya separuh dari kekayaan negara Indonesia. 

Bab 3. Pindah Rumah

Belum sempat Yoona berjalan menuju pintu utama, Lee Anggara Davidson berdiri tepat di depannya. Yoona yang tidak siap, wajahnya membentur dada bidang milik Lee Anggara Davidson. Kedua mata Yoona membulat.

"Ma-maaf! Aku tidak sengaja," kata Yoona. Gadis itu berjalan menyamping ke kiri. Hendak melewati tubuh tegap milik Lee. Sekali lagi, langkah Yoona terhenti. Tatkala Lee seperti sengaja menahan kepergiannya. "Tuan?" Yoona menahan kekesalannya.

Ctak!

Lee menjentikkan jarinya. Memberikan kode kepada seseorang. Hingga mengalun dengan merdu sebuah musik klasik Piano Concerto No. 21. Kemudian Lee menyambar pinggang ramping milik Yoona. Menggiring gadis itu ke tengah-tengah Ballroom. Keduanya berdansa dengan apik. Seolah, keduanya adalah sepasang kekasih.

Penampilan tersebut begitu memukau. Semua mata menatap dengan penuh kekaguman. Sedangkan Yoona merasa tidak nyaman. Ia menyadari ada banyak tatapan tajam, yang sedang mengintainya. Yoona mengedarkan pandangan ke sekeliling. Para wanita menatapnya dengan nyalang. Yoona berusaha memberontak. Dengan sengaja ia menginjak kaki milik Lee.

"Yoona Larasati, beraninya kau!" Lee menggeram. Kakinya terasa berdenyut.

"Tuan, bisakah Anda berhenti? Saya lelah, saya ingin pulang!" pinta Yoona.

"Jika kau mengizinkan aku untuk mengantarmu, maka aku akan berhenti sekarang!" ucap Lee dengan seringai kemenangan.

"Baiklah, terserah Anda," sahut Yoona pasrah.

Keduanya berhenti. Lantas lagu pun berhenti. Yoona dan Lee akhirnya berjalan beriringan. Hingga Lee menangkap sebuah suara sepatu heels lain dari arah samping dirinya. Tiba-tiba Lee melangkahkan kaki dengan lebar-lebar. Membuat seseorang terjatuh ke dalam pelukan Yoona.

"Wah! Maafkan aku, Nona. Tetapi aku ini gadis yang normal. Aku tidak tertarik denganmu!" ledek Yoona. Membuat seorang aktris muda itu memerah menahan malu.

"Kau! Aku menandaimu!" ancam aktris muda tersebut. Menghentakkan kaki dan berjalan pergi meninggalkan Yoona.

"Aneh sekali? Kenapa dia yang marah? Bukankah seharusnya aku?" gerutu Yoona.

"Terima kasih, Tuan sudah mengantar saya!" ucap Yoona dengan tulus. Saat dirinya telah menginjakkan kaki di rumah ibu angkatnya.

"Yah, tidak apa. Boleh aku meminta nomor ponselmu?" pinta Lee tanpa basa-basi. Pria itu bahkan mengeluarkan ponselnya.

Yoona membungkukkan badan. Kemudian meninggalkan Lee Anggara Davidson tanpa sepatah kata pun. Pria itu semakin tertarik pada Yoona yang dingin. Membuat Lee Anggara Davidson tertantang.

"Yoona Larasati. Kita berjodoh!" ucap Lee seraya melajukan mobilnya.

Ceklek!

"Wah! Lihat si ****** ini! Dia pulang seenaknya sendiri! Memangnya ini rumahmu apa?" bentak Miranda pada Yoona.

"Kenapa kau diam saja, ******? Katakan sesuatu. Kau itu hanya parasit!" maki Lutfi anak dari Miranda.

"Kalau aku parasit, kalian apa? Bukankah ini rumah yang aku beli dengan uangku? Sudahlah. Aku lelah!" Yoona berjalan santai menuju kamarnya.

Gadis itu segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Mengganti pakaian, dan segera merebahkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang yang empuk. Yoona menerawang langit-langit kamarnya. Tanpa sadar, Yoona tertidur karena kelelahan di variety show tadi.

Keesokan paginya, ia mendapati sebuah kiriman paket. Pelayan yang mengantarkan ke kamarnya hanya mengatakan, jika paket itu sudah berada di depan rumah. Yoona segera membuka paket tersebut. Sebuah tas yang terlihat bagus.

"Sepertinya mahal. Merk apa ini? Lihat dulu ah." Yoona mengambil ponselnya. Sebelum sempat berselancar di google, sebuah pesan ia terima. Yoona pun membuka pesan tersebut. "Satria Hermawan? Tas? Jadi tas ini darinya? Huh. Mau menyogokku rupanya!" 

Yoona mengabaikan pesan tersebut. Memilih untuk melihat harga tas yang menurutnya bagus. "Waaahh, ini mahal sekali! Setidaknya, jika ditambah tabungan dari Yoona sendiri bisa untuk membeli rumah kecil!? Ah browsing lagi!"

Yoona sekaligus menghubungi Mei. Untuk membantunya menjual tas branded tersebut. Sedangkan Yoona sendiri, mencari rumah kecil dengan uang yang ia miliki. Dapat! Di sana terdapat juga nomor ponsel yang bisa dihubungi.

"Halo?" kata Yoona membuka percakapan.

"Ya! Dari siapa?" tanya Seseorang di seberang sana.

"Saya Yoona Larasati. Hari ini saya akan membeli rumah Anda. Apakah Anda bersedia?" Yoona langsung ke topik.

"Oh tentu-tentu. Ayo kita bertemu. Kau bisa kapan?"

"Nanti sore!" sahut Yoona dengan mantap.

"Baiklah! Kami menunggu Anda, Nona Yoona!" telpon ditutup. Yoona segera membereskan barang-barangnya. Ia hanya membawa apa yang penting saja. Dan itupun tidak banyak.

"Hei ******, kau mau kemana?" tanya Miranda saat mendapati Yoona menyeret koper besar menuju pintu.

"Keluar dari rumah ini!" ungkap Yoona lalu membanting pintu dengan keras.

Brak!

"Selamat tinggal brengsek!" maki Yoona saat ia telah berada di pinggir jalan. Menunggu jemputan dari Mei dan temannya yang membeli tas branded miliknya.

"Kau tidak sayang pada tas baru ini?" tanya gadis yang bersama Mei. Bernama Celine.

"Sudahlah, Yoona tidak menyukai tas itu. Meskipun dia banyak uang sekalipun!" bibir Mei mencebik. Sungguh tak mengerti jalan pikiran dari Yoona. Sahabatnya itu, benar-benar unik. Semua wanita tentu saja menyukai hadiah. Kecuali Yoona.

"Aku lebih membutuhkan rumah. Uang dari penjualan tas itu, aku belikan rumah. Maukah kalian mengantarku kesana? Aku seperti gembel saja!" kata Yoona dengan nada kesal.

"Kami akan mengantarmu, jangan khawatir!" ujar Celine. Gadis itu mulai menginjak pedal gas. Melajukan mobil ke alamat yang diberikan oleh Yoona.

Setelah deal, Yoona, Celine dan Mei segera membersihkan rumah kecil tersebut. Untuk ukuran seorang dewa perang di masa lalu, Yoona Larasati terus saja memaki dalam hati. Ingin meluapkan emosinya. Hingga senja, akhirnya mereka telah selesai membersihkan rumah kecil itu. Ketiga gadis itu duduk di sebuah sofa panjang dengan napas yang tersengal.

"Kau berhutang padaku, Yoona!" gerutu Celine. Ia menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa.

"Maaf! Kupikir rumahnya juga sudah bersih! Hachi!" Yoona bersin. Ini adalah hari yang paling melelahkan sepanjang hidupnya.

"Celine, seharusnya kita dapat makan gratis bukan? Pesan gih, biar Yoona yang bayar!" keluh Mei. Gadis itu memejamkan mata. Terlalu lelah. 

Celine menurut. Memainkan ponselnya dan memesan beberapa makanan. "Yoona, kau membuat kami kelaparan. Jadi kau harus membayar semua pesanan kami!" menunjuk wajah Yoona dengan ponsel.

Yoona tersenyum. "Ya! Aku bukan orang yang ingkar janji."

Celine memilih makanan. Lalu makanan kesukaan Mei dan Yoona. "Aku sudah memesannya. Tinggal menunggu. Hei, aku mau mandi dulu baru tidur. Eh, Mei! Bangun woi! Belum mandi!" Celine menggoyangkan tubuh Mei.

"Kau duluan, baru aku!" mengibaskan tangan lalu Mei tidur kembali.

"Ya sudah aku mandi!" teriak Celine.

Di seberang rumah Yoona, seseorang mengantar paket makanan dengan jumlah yang cukup banyak. Pria yang menerima paketan makanan itu, hanya melongo seketika. Mendapati pesanan tersebut dengan nama pelanggan yang sama dengan gadis yang telah mencuri hatinya.

"Yoona Larasati?" gumam pria itu. "Kita berjodoh! Rumah kita alamatnya sama. Hanya kode huruf saja yang membedakan. Apalagi, jika bukan jodoh? Lee Anggara Davidson, kau pria yang hebat. Mana ada, gadis yang bisa lolos darimu! Termasuk, Yoona Larasati sekalipun!"

Lee Anggara Davidson tersenyum menyeringai. Mengamati semua pesanan yang akan mengantarkannya kepada sang pujaan hati. Di sisi lain, tiga orang gadis yang tengah menanti makanan mereka sesekali mengumpat dan memaki.

"Kenapa makanannya belum datang?" teriak Yoona.

"Aku sudah berada di ambang pintu kematian. Tolong, berikan aku air!" gumam seloroh Mei.

"Pasti Yoona salah mengatakan alamat ini!" Celine berteriak seraya melihat ponselnya. "Lah, sudah diterima dan dibayar! Tunggu, aarght! Sampai dunia terbalik, makanan kita juga tidak akan datang! Yoona! Kau-kau, mau membuat kami mati ya?" tunjuk Celine dengan kesal kepada Yoona. Sedangkan Yoona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ting tong!

Ketiga gadis yang kelaparan segera berlari. Berharap itu adalah tukang pesan antar makanan. Begitu pintu terbuka, ketiga gadis itu melongo seketika. Tukang paket antar makanan terlihat begitu tampan. Sedangkan Yoona, tak percaya jika ia dan Lee Anggara Davidson bertemu lagi.

"Ada apa?" tanya Yoona basa-basi.

"Apa ini pesanan kalian?" tanya Lee Anggara Davidson seraya menenteng beberapa kantung plastik dalam jumlah banyak. Sontak ketiga gadis itu tersenyum malu. Makanan yang mereka pesan, memang terlihat seperti mengadakan pesta kecil. Sedangkan mereka, hanya berjumlah tiga orang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!