Percakapan dalam sebuah chat
"Apa kamu yakin akan melakukannya.?"
"Hahahah aku yakin sekali."
"Bukankah dia gadis yang adikmu cintai.?"
"Aku ngga peduli, aku hanya ingin adikku ngga bahagia.."
"Sadarlah Bar, dia sangat menyayangimu."
"Apa peduliku, bagiku dia hanya tambang uang."
"Seenggaknya, jangan rusak gadis itu, dia tidak tahu apa apa dan kamu tahu adikmu sangat mencintainya."
"Justru itu Roy, dari dialah aku akan membuat adik bodohku merasakan hancurnya sebuah kehidupan.."
"Terserahlah, kamu lagi ngobat.?"
"Iya nih, mau.?"
"Ngga berubah berubah kamu bar, overdosis, baru tahu rasa kamu."
"Dahlah bawel, nikmati saja malam pertamamu di Swiss, aku juga akan menikmati kehancuran adikku malam ini hahaha.."
BARA ARTA RAJASA anak pertama dari rajasa grup, pria tamak, serakah, boros dan pecandu narkoba yang membuat ayahnya lebih memilih sang adik ANGKASA ARTA RAJASA yang usianya 2 tahun lebih muda dari kakaknya untuk memimpin perusahaan yang bergerak di bidang otomotif mewah dan elektronik. berbeda dengan sang kakak, adiknya lebih mandiri,berjiwa pemimpin dan cerdas, lembut dan suka kesederhanaan. Diusianya yang baru 25 tahun, Angkasa udah berhasil melebarkan dan memajukan bisnis sang ayah, berbeda dengan kakaknya. Angkasa mencintai seorang gadis cantik penyanyi dangdut hajatan. Dia belum berani menyatakan perasaannya tapi dia selalu curhat tentang gadisnya ke kakak yang sangat dia sayangi melebihi apapun setelah orangtuanya. Sayang sekali, kakak yang dia sayangi hanya pura pura baik di depan dia saja, dibelakang Angkasa, kakaknya begitu membencinya karena sang ayah lebih memilih adiknya memegang jabatan tertinggi di perusahaanya, Bara hanya menduduki posisi direktur bagian pemasaran.
Dan malam ini, Bara akan menjebak gadis yang dicintainya adiknya agar terkesan dia sedang bercinta dengan gadis itu di depan mata adiknya. Semua sudah dia persiapkan dengan matang rencana busuknya.
"Permisi bos, gadis itu sudah ada dikamar sebelah.."
"Apa dia sudah sadarkan diri.?"
"Belum bos.."
"Bagus, bagaimana dengan adikku.?."
"Dia sedang dalam perjalanan kemari bos, mungkin 20 menit dia sampai.."
"Baiklah, kalian boleh pergi.."
"Siap bos, permisi.."
Senyum licik Bara sunggingkan, dia segera beranjak ke kamar sebelah dimana gadis itu berada. Tak lupa dia juga membawa bubuk terlarang dan alat alat yang digunakan.
Bara membuka pintu dan dia melihat seorang gadis terbaring diatas ranjang, lagi lagi senyum liciknya tersungging. Dia mendekat dan membelai wajah gadis itu.
"Pantas adikku sangat tergila gila padamu, kamu sangat cantik, tapi sayangnya, mulai malam ini, aku akan membuat dia, sangat membencimu.."
Bara berdiri dan meletakkan semua barang yang dia bawa diatas meja sebelah ranjang, dia mulai membuka bajunya.
Namun tiba tiba..
"Euuugghhh.." terdengar lenguhan lembut suara perempuan, tanda dia mulai tersadar dari lelapnya.
Dia perlahan membuka matanya dan perlahan membangkitkan tubuhnya.
"Kamu sudah sadar.?" Terdengar suara laki laki yang membuat matanya mengkerut. dia menoleh ke kanan belakang dimana suara itu berasal. Matanya membelalak. Dia melihat tubuh kekar tanpa baju seorang lelaki. Dia mulai memperhatikan sekitarnya.
"Dimana aku.? Tuan siapa.?"
"Kamu ngga perlu tahu, yang pasti sebentar lagi kita akan bersenang senang." Gadis itu tercekat.
"Apa maksud tuan.?"
"Sudah jangan sok suci, bukankah kamu sudah sering melakukannya.."
"Apa maksud tuan.?"
"Ayolah sayang, kita nikmati malam ini." Ujar Bara sembari mendekat. Dia agak sempoyongan karena pengaruh dari bubuk terlarang yang sudah dia hirup.
Plak..
"Jangan sembarangan tuan, saya memang penyanyi dangdut tapi saya tidak pernah melakukan hal serendah itu."
"Brengsek, berani kamu melawanku hah.!!!!" Bara menarik rambut gadis itu dan meraih tubuhnya serta mendorongnya keranjang.
Gadis itu berusaha melawan, tapi tetap saja, pergerakannya selalu berhasil dipatahkan oleh Bara. Meski Bara masih dalam pengaruh obat, tapi kekuatannya tak bisa di lawan oleh tenaga gadis berbadan langsing itu. Gadis itu memohon minta dilepaskan, tapi Bara malah semakin mendekatkan tubuhnya di atas tubuh gadis itu. Namun saat Bara hendak memaksa mencium bibit gadis itu, tiba tiba
Dakkkk..
menendang dengan keras pusaka dibawah perut Bara.
"Aaaarggghhh.." Saking kerasnya Bara sampai bangkit dan bersimpuh. Gadis itu tak menyia nyiakan kesempatan yang ada. Dia bangkit dan segera keluar dari kamar secepatnya.
"Brengsek." Karena kesakitan, Bara ngga berhasil mengejar gadis itu. beruntung tak ada anak buah yang berjaga, dan gadis itu bisa bebas pergi tanpa hambatan keluar dari rumah itu.
"Ah sial, lain kali akan aku beri dia pelajaran.." Ujar Bara yang bangkit setelah rasa sakitnya hilang. Dia mengambil ponsel yang dia letakkan bersama bubuk terlarangnya. Dia mulai mengetikan sesuatu
"Sial, aku gagal Roy, gadis itu melarikan diri.." Sambil menunggu balasan, Bara mulai meracik bubuk terlarang itu lagi.
Ting.. tak lama balasan pun datang..
"Hahhaha, dia masih di lindungi Tuhan.."
"Lain kali ngga akan aku biarkan dia lolos roy kurang ajar, dia berani menendang senjataku.."
Setelah dia membalas chatnya dia meletakkan kembali ponsel itu, namun naas ponsel itu malah terjatuh dan masuk ke kolong ranjang. Bara mendengus dan membiarkannya. Dia kembali menghirup bubuk terlarang itu dengan nikmatnya tanpa dia sadari, dia sudah terlalu banyak menghirupnya, hingga sesaat kemudian.
Tubuh Bara terasa berat. kepalanya pusing dan sedetik kemudian dia ambruk.
Angkasa yang kebetulan sudah sampai dirumah itu mendengar suara gaduh dari dalam kamar. Dia langsung berlari kesumber suara. Saat dia membuka pintu. Matanya terbelalak, dia melihat kakaknya sedang kejang kejang.
"Kak Bara..!!!!" Teriaknya. Dia mendekat dan meraih tubuh kakaknya. Wajahnya panik.
"Kak, kenapa bisa begini kak, apa yang terjadi.? Aku akan panggil ambulance kak.." Angkasa terlihat panik luar biasa. Bahkan tangannya gemetar saat memegang ponsel untuk melakukan panggilan.
Bara tersengal sengal, wajahnya sudah memucat. Tapi entah dapat bisikan darimana, tiba tiba dia
"Asmara, Asmara, Asmara meracuniku.." Angkasa tersentak. antara percaya dan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Apa kak.? apa yang kakak katakan.?" Tanya Angkasa guna memastikan pendengarannya.
Namun Bara yang sekarat dengan tersengal sengal lagi lagi mengatakan
"Asmara, Asmara meracuniku.." Dan Bara menghembuskan nafas terakhirnya.
Bagai disambar petir, mata Angkasa membelalak, dia sungguh tidak ingin percaya dengan apa yang didengarnya. dia mengoyang goyangkan tubuh kakaknya.
"Kak, bangun kak, kak Bara, bangun kak, aku mohon kak, kakak bangun..!!!!!" Teriak Angkasa dan seketika airmatanya tumpah. Kakaknya telah pergi selamanya. Dan yang tidak dia percaya adalah kalimat terakhir kakaknya.
Mata Angkasa berkeliling, dan dia tercengang melihat tas kecil berwarna merah jambu. Dia bangkit meletakkan jasad sang kakak dan meraih tas itu. Dia membukanya dan melihat isinya berupa dompet dan kartu tanda penduduk.
Matanya membulat sempurna saat dia membaca nama pemilik kartu itu.
ASMARA NADA CANTIKA
ASMARA NADA CANTIKA, biduan cantik nan bersahaja yang sedang naik daun dikalangan para pemusik lokal karena suaranya dan juga tingkah lakunya yang begitu sopan. Meski pandangan miring juga sering dia terima tapi itu tak jadi masalah untuk menekuni usaha yang dia sendiri memang menyukainya. Dia sangat menyukai lagu dangdut sejak kecil. Beruntungnya dia punya suara yang khas dan unik, di tambah lagi keluarga juga mendukungnya. Dia mempunya 2 kakak laki laki yang usinya ga terlalu terpaut jauh. Dari profesinya, dia sudah bisa membeli mobil dan membeli sebidang tanah serta dapat membantu perekonomian keluarganya, meski keluarganya juga memang tidak terlalu kesusaham, setidaknya dia bisa membantu menambah modal usaha sang keluarga biar lebih berkembang.
Seperti saat ini, dia juga terlihat sedang mengisi acara di salah satu juragan empang yang menggelar acara pernikahan anaknya secara besar besaran dengan mengundang orkes dangdut. Suasana disitu begitu sangat rame dengan berbagai macam karekter dan usia manusia dengan latar belakang yang berbeda pula.
🎶 harusnya aku, bukanlah dirinya 🎶
🎶 Orang yang pertama kau cinta 🎶
Bait dari sebuah lagu pop yang diubah musiknya menjadi dangdut koplo, sangat memukau para penonton yang hadir disana. Asmara begitu piawai membawakan lagu hingga suasana begitu terlihat sangat meriah.
Tanpa Asmara sadari, ada sepasang mata dari salah satu tamu tak di undang menatapnya penuh dengan Amarah.
Dialah Angkasa, Setelah dua hari kematian kakaknya, Dia bertekad mau bikin perhitungan sama biduan yang sekarang sedang melantunkan suara merdunya.
Angkasa mengenal sosok Asmara saat dia sedang melakukan peresmian pembukaan kantor cabang disebuah kota, dimana panitia peresmian itu mengundang orkes dangdut untuk memeriahkan acaranya. Angkasa begitu terpukau saat melihat penampilan Asmara dan melihat tingkahnya yang terlihat acuh tak acuh. Sejak saat itu Angkasa mulai diam diam sering mengikuti Asmara saat dia mempunyai waktu senggang. Dia juga sering menyaksikan aksi panggung Asmara, bahkan dia juga mengumpulkan semua informasi tentang Asmara. Angkasa merupakan tipe laki laki pemalu jika sedang menyukai lawan jenis, tapi kalo hanya teman, dia begitu sangat hangat dan terbuka. Dia sendiri juga bingung, bagaimana cara agar bisa mendekati Asmara, gadis yang sudah dia sukai sejak 3 bulan terakhir ini. Dia hanya berani menceritakan semuanya ke kakaknya seorang, karena selama ini, kakaknyalah tempat dia sering berbagi keluh kesah.
Tapi sayang, Rasa cinta itu telah memudar, berubah jadi kebencian yang sangat dalam. Angkasa sengaja tidak menceritakan kata kata terakhir sang kakak kepada keluarganya. Dia ngga mau keluarganya akan menyelidikinya dan menjebloskan Asmara ke dalam penjara. Dia ingin membalas kematian kakaknya dengan caranya sendiri. Berita kematian putra dari rajasa juga ditutup dari media, jadi tak banyak orang yang tahu, kalau kematian sang putra diakibatkan oleh hal memalukan yaitu overdosis dari obat obatan terlarang. Vonis sang dokter tak mengubah keyakinan seorang Angkasan Dia tetap yakin overdosisnya sang kakak akibat ulah dari gadis yang pernah terukir namanya dihatinya dengan penuh cinta.
Angkasa sudah merencakan sesuatu untuk menghancurkan hidup sang biduan. Dia telah menyiapkan dengan sempurna sebuah rencana yang akan merubah kehidupan dari seoang gadis bernama Asmara.
"Apa kau sudah siap dengan tugasmu.?" Tanya Angkasa melalui sambungan telfonnya.
"Sudah tuan, Saya sudah berada di posisi tak jauh dari target.."
"Baiklah, lakukan tugasmu dengan benar, jangan sampai gagal.."
"Baik tuan.." Dan telfonpun terputus.
di atas panggung..
"Gila Ra, penggemarmu makin banyak aja tuh, lihat, sawerannya, ampe penuh gitu.." Kata salah satu rekan Asmara, sesama biduan dangdut.
"Hahha bukan aku aja kali, kamu juga tadi sama, ampe pada teriak teriak nyebutin namamu.."
"ahahha tapi seneng sih Ra, kalau ngejob bareng kamu, suasananya beda aja, kaya lebih meriah.." Ujar rekan yang lain, sesama biduan juga.
"Bener banget, bener.." Sahut rekan yang lain.
"Apaan sih kalian ini, kita tu sama tahu, tugas kita tu memeriahkan acara, bukan karena satu dua orang saja, semua turut ambil bagian.." Ujar Asmara.
Asmara mengambil air minum yang berada di meja dibelakang dirinya duduk. Dia langsung ngambil minuman sisa dia minum tadi. Tanpa dia sadari, sisa minuman yang dia minum sudah tercampur sebuah cairan obat yang akan membiusnya.
Asmara kembali bercanda gurau dengan rekannya sambil menunggu giliran dia beraksi lagi dengan suaranya, setelah dia menenggak habis minuman itu dan menaruh bekasnya di meja yang tadi.
Tak berapa lama, giliran Asmara untuk beraksi lagi. Dia sudah bersiap diri dengan lagu berikutnya. Namun saat dia berdiri, tiba tiba kepalanya terasa berat dan kemudian
Bruggghhh..
Asmara jatuh tersungkur. Mata semua orang membelalak ke arah Asmara. Dia tergeletak tidak sadarkan diri. Kericuhan langsung terjadi di panggung tersebut. Beberapa orang segera membopong tubuh Asmara ke dalam ruangan yang tak jauh dari lokasi pangung.
Entah datang darimana, tiba tiba ada seseorang yang mengaku kalau dia adalah petugas medis yang sedang liburan. Karena suasana mendesak orang orang disekitar Asmara pun percaya begitu saja. Orang itu memeriksa Asmara dengan baik. Dja memang petugas medis sungguhan yang sudah disiapkan Angkasa untuk melancarkan aksinya.
"Dia keracunan makanan, apakah dia ada alergi makanan.?" Tanya petugas medis itu ke orang sekitar.
"Setahu saya, dia ngga punya alergi sama sekali dengan makanan, dari tadi dia juga baik baik saja." jawab seseorang yang sudah seperti menjadi menejernya Asmara.
"Begini saja, bagaimana kalau kita bawa dia kerumah sakit terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.."
"Baiklah, Saya akan membereskan barang barang Asmara dulu.."
"Ngga ada banyàk waktu, gini saja, saya bawa nona ini dengan mobil saya, nanti anda secepatnya menyusul, mana rumah sakit terdekat dari sini.?"
"Rumah sakit bunda sehat, alamatnya...." Jawab seseorang sambil menunjukan alamatnya.
"Baik, Tolong angkat nona ini kemobil saya yang disana.." Dan merekapun memurut.
Dan tak lama kemudian, mobil yang membawa Asmara sudah melaju meninggalkan tempat acara. Tapi sayang mobil itu tak melaju ke arah rumah sakit melainkan melaju ke arah lain sesuai rencana yang sudah disiapkan.
Beberapa saat kemudian..
"Eughhhh.." Suara lenguhan lembut terdengar dari seorang perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia berangsur membuka matanya. Namun saat kesadarannya mulai barangsur pulih, dia terperanjat. Dia pun bangkit namun seperti ada yang menarik tangannya. Dia menolehz termyata tangan kanannya terikat disalah satu sisi ranjangnya.
"Aduhhh.." Dia mengedarkan pandangannya sambil mengusap bahunya yang kesakitan. Dia memicingkan matanya saat melihat ada sesosok tubuh yang sedang menatapnya tajam..
"Aku, Dimana aku.? Maaf, tuan siapa.? kenapa aku berada disini.?" Tanya Asmara yang sudah merasakan ketakutan setelah menyadari keadaannya sepenuhnya.
Pria itu menyeringai "Aku adalah KEHANCURANMU.."
Asmara mulai merasa ketakutan. Wajahnya pias. Dia benar benar tak mengerti apa yang salah dari dirinya. Dua kali dia diperdaya oleh orang yang berbeda. Tapi yang satu ini terlihat lebih mengerikan. Bahkan tangan Asmara sudah terikat sangat kencang.
Laki laki itu perlahan mendekat. Dilubuk hati kecilnya ada perasaan tak tega melihat gadis yang dia cintai berada dalam keadaan seperti ini, Namun saat mendengar nama atau melihat wajah perempuan di depannya, dia langsung teringat wajah kakaknya yang sekarat. Dan seketika kebencian langsung menyeruak memenuhi rongga dadanya.
Tangan Angkasa mengcengkeram dagu Asmara. Matanya beradu pandang dengan mata merah yang sudah tergenang airmata dan penuh ketakutan.
"Kamu tidak kenal siapa saya.?" Tanya Angkasa sinis, dan Asmara hanya menggelengkan kepalanya. Angkasa mengambil ponselnya dan menekan layar galeri mencari sebuah foto. Setelah ketemu.
"Tapi kamu kenal dengan wajah ini bukan.?" Asmara mengernyit, kemudian dia menggeleng.
"JANGAN BOHONG ASMARA..!!! bentak Angkasa didepan wajah Asmara. Asmara semakin sangat ketakutan. dan dia mulai terisak. Dihempaskannya wajah Asmara.
"Hiks hiks hiks, sungguh tuan, saya tidak mengenal orang itu.."
Angkasa dengan geram menjambak rambut asmara membuat perempuan itu semakin kesakitan dan isakannya semakin keras.
"kamu pikir, aku percaya.? kamu pikir aku akan percaya begitu saja.? TIDAK...!!!!!!! KARENA KAMU DIA MEREGANG NYAWA..!!! KARENA ULAH KAMU DIA MATI SIA SIA.. KARENA WANITA SEPERTIMU HAH...!!!!!!
Asmara terperangah, dia benar benar tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Angkasa.
"Hiks hiks hiks, tu_an, sungguh aku tidak mengerti apa maksud tuan.?"
"NGGA PERLU PURA PURA DASAR GADIS MUNAFIK.!!!!!"
plak..!!!!!
Tamparan yang begitu keras membuat Asmara terjerembab ke atas kasur. dia semakin meraung raung.
"Kalo bukan kamu yang melakukannya, lalu apa ini.?" Angkasa melempar tas yang berisi ponsel dan identitas Asmara. Mata Asmara terbelalak. Benda dihadapannya hilang tiga hari yang lalu.
Angkasa kembali menarik rambut Asmara dengan kasar dan mencondongkan kepala Asmara kesebuah layar ponsel yang angkasa pegang.
"Buka matamu..!! Lihat..!! lihat video ini.!!!" Asmara memperhatikan layar ponsel dan dia tercengang. Dalam video yang diambil dari cctv sebuah ruang keluarga nampak asmara terburu buru keluar dari kamar. Asmara mencoba berpikir dan matanya terbelalak.
"Kamu sudah ingat Hah.?"
"Tuan, sungguh, malam itu saya tidak melakukan apa apa, saya hanya berusaha menyelamatkan diri."
"JANGAN BOHONG ASMARA..!!!!!"
"Sungguh tuan saya berani sumpah, malam itu saya hampir diperkosa."
Apa.? diperkosa.? kamu akan diperkosa.?" Asmara mengangguk ketakutan "Dan kamu pikir aku percaya.? jangan mimpi Asmara. Aku lebih tau kakakku sendiri.." Asmara tercengang kembali
"Kakak.?"
"Yah, dia kakakku, orang yang paling aku percaya melebihi apapun, seburuk buruknya dia, dia ngga bakal merusak perempuan, bahkan perempuanlah yang datang sendiri kehadapannya.."
"Tapi sungguh tuan, saya berkata jujur, saya..."
"HENTIKAN OMONG KOSONGMU ASMARA..!!!!! atau jangan jangan, kamu yang menyerahkan dirimu sendiri malam itu.?" Asmara terperangah. Air mata Asmara mengalir tiada henti.
"Hiks hiks, tuan sungguh, saya tidak mengenal kakak anda. Malam itu saya benar benar tidak tahu apa apa.."
"DIAM..!!!! bukankah ponsel dan kartu identitasmu cukup menjadi bukti yang kuat untuk menjebloskanmu ke penjara.?" Asmara terhenyak. Asmara mematung. dia sendiri bingung karena dia juga tidak punya bukti sama sekali.
"Tapi kamu tenang saja Asmara. aku tidak akan menjebloskanmu kepenjara. Itu terlalu ringan. aku akan menghukummu sampai engkau selalu merasa takut jika mendengar nama ANGKASA ARTA RAJASA.."
Asmara tercekat, dia bahkan seperti kesulitan menelan ludahnya sendiri saat nama yang begitu familiar, dia dengar dari mulut pria yang dari tadi menampakan aura kemarahan kepadanya.
Angkasa menyalakan layar ponselnya dan dia mencari ke daftar menu kemudian menyentuhnya.
"Kamu lihat ini..?" Asmara memperhatikan ponsel yang Angkasa todongkan di depan matanya. Matanya terbelalak. Airmatanya kembali tumpah.
"Aku akan kirim foto foto ini, kesemua orang termasuk keluargmu asmara.." Tangis Asmara semakin mengiba.
"Hiks hiks hiks, saya mohon jangan tuan. saya mohon. hiks hiks hiks.." permohonan yang Asmara utarakan sama sekali tak digubris oleh Angkasa. Dia menatap layar ponselnya sambil tersenyum sinis. Dia melihat foto foto yang telah dia rekayasa ketika Asmara tak sadarkan diri. foto foto itu terlihat seakan akan Asmara sedang tidur tanpa busana dengan berbagai macam pria.
"Bodohnya kamu meninggalkan ponselmu, dan itu jalan mudah bagi saya untuk mendapatkan seluruh kontak orang orang terdekatmu." Ujar Angkasa sambil menyeringai.
Asmara semakin meraung raung. Dia benar benar di ambang putus asa.
"Katakan.!!! katakan alasanmu, kenapa kau membunuh kakakku.? kenapa kau tega meracuninya HAH...!!!!" Lagi lagi Asmara merasa terkejut.
Angkasa meraih dagu Asmara dan menariknya kehadapan wajahnya.
"Apa alasanmu sampai kau meracuni.?"
"Hiks hiks hiks, Tuan sungguh saya tidak mengerti apa yang kau katakan.."
"Jawab jujur atau aku akan berbuat yang lebih kasar lagi HAH..!!!!
"Sungguh tuan, saya tak melakukan apapun hiks hiks hiks.."
"Oh jadi kamu lebih milih berbohong, oke kalau itu maumu, jangan salahkan saya, jika saya mulai bertindak lebih kasar.."
Angkasa menghempas tubug Asmara hingga terbaring, kemudian dia pun naik keatas ranjang. Asmara semakin ketakutan, di tambah tangan Angkasa meraih bagian atas baju Asmara dan
Brrreeet. baju itu disobek Angkasa hingga hampir memperlihatkan sesuatu yang bisa membangkitkan gairah.
Asmara semakin merintih dan menangis, dia benar benar tak mampu nelawan kekasaran Angkasa. Apalagi salah satu tangan Asmara terikat kuat membuat dia semakin kesulitan melakukan perlawanan.
Baju Asmara sudah terkoyak habis dan angkasa juga mulai melucuti bajunya sendiri. Dengan kasar dan membabi buta, Angkasa mulai menindih tubuh Asmara dan menyerangnya.
Asmara hanya menangis dan menangis, karena apa yang selama ini dia jaga, telah terenggut hanya karena kesalahan yang tak pernah dia lakukan.
pergulatan secara paksa itu berlangsung cukup lama. hingga akhirnya.
Angkasa bangkit setelah merasa puas menikmati tubuh Asmara. Senyum liciknya terus dia sunggingkan. Sedangkan Asmara tergolek lemah tak berdaya. Hanya menangis yang sanggup dia lakukan
"Percuma kau menjaga kesucianmu kalau kelakuanmu lebih kejam dari binatang, dan ini belum seberapa, akan ada hukuman lain yang harus kau tanggung saat pulang nanti.."
Asmara hanya bisa merintih. Dia menarik kain penutup kasur dan menggunakanya untuk menutupi tubuhnya. Dia benar benar merasa kesakitan di sekujur tubuhnya.
Angkasa meraih bajunya dan memakainya kembali. kemudian dia mengambil sebuah goodi bag dan melemparkannya ke tubuh Asmara. dia juga melepaskan ikatan tangan Asmara.
Angkasa hendak beranjak meninggalkan Asmara, namun dia berbalik dan berkata pelan.
"Ini baru permulaan, akan ada hal lain yang kamu terima hingga kamu merasa menyesal telah lahir didunia ini.."
########
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!