NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta CEO Nakal

1. Pertemuan pertama

Sekuel novel "Menikah Di Atas Perjanjian"

...🌹🌹🌹🌹🌹...

Nella melangkahkan kakinya menuju toilet wanita, ia ingin membuang air kecil. Saat dirinya sedang duduk di kloset, ia mendengar suara-suara desa hhan seseorang, tepat di bilik toilet sebelahnya.

Nella segera menyelesaikan ritual buang air kecil itu, membersihkannya dan merapihkan celananya. Ia memegang handle pintu untuk keluar dan kini berjalan beberapa langkah di toilet sebelahnya.

Masih dalam keadaan penasaran, Nella segera menempelkan telinganya pada pintu toilet itu. Menguping, untuk memastikan sekali lagi, apa benar ada orang yang berbuat mesum di toilet Restoran tantenya atau tidak.

"Riz, sudah ... sudah! Kita lanjutkan di rumahmu."

"Sebentar lagi Anna, ini nikmat sekali!"

Meskipun suara itu terdengar sangat pelan masuk ke rongga telinganya, tapi Nella tau betul itu adalah suara pria dan wanita. Rasanya ia tidak terima, ada pengunjung Restoran bercinta di toilet wanita. Bagaimana jika pengunjung yang lain tau? Bisa-bisa akan merusak reputasi nama Restoran.

Selain tempatnya yang elite, Restoran Nissa sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan. Mungkin ini kali pertamanya, ada sepasang pria dan wanita yang berani mengotori Restoran. Nella sang Manager harus turun tangan sekarang juga, sebelum semuanya terlambat. Tangannya sudah mengepal dan siap mengetuk pintu.

Tok ... tok ... tok.

"Buka pintunya!" perintah Nella.

Tok ... tok ... tok.

"Buka pintunya!"

Tok ... tok ... tok.

"Cepat buka pintunya kalau tidak aku dobrak!" bentak Nella, karena sedari tadi pintu itu lama sekali terbuka.

Tangannya kembali ingin mengetuk, namun tiba-tiba pintu itu sudah terbuka lebar.

Ceklek~

Wanita yang baru saja membuka pintu tengah membereskan rambutnya yang berantakan, dan pria disampingnya tengah membenarkan jas yang terlihat kusut.

"Lu ini apa-apaan sih? Nggak sopan banget!" bentak pria itu pada Nella.

Seharusnya Nella yang marah karena memergoki mereka berbuat mesum, tapi kenapa justru dia yang marah? Oh mungkin karena mereka sedang nanggung dan berada dipuncak, jadi dirinya tidak terima jika ada yang menggangu.

Tapi setelah dilihat-lihat, Nella merasa familiar dengan wajah pria didepannya itu.

'Dia seperti rekan bisnis Papah, tapi aku lupa namanya.' batin Nella.

Berbeda dengan Nella, pria itu justru tidak terlihat tanda-tanda mengenal Nella. Ia malah memperhatikan wanita cantik yang tengah menatap wajahnya dengan tatapan serius.

"Apa lu lihat-lihat? Suka sama gue?" tanyanya dengan sinis.

"Cih! Siapa yang suka?" Nella menyunggingkan senyum dan geleng-geleng kepala. "Lebih baik, Bapak ikut aku sekarang!" tegas Nella. Ia menarik kasar lengan pria itu membawanya sampai keluar Restoran.

"Eh ... eh! Mau apa lu? Nggak usah tarik- tarik tangan gue!" Pria itu menepis kasar tangan Nella yang baru saja berhasil menariknya sampai ke parkiran mobil, tepat didepan mobil merah milik Nella.

Nella menatap dua satpam yang berada di pintu keluar masuk Restoran, seolah memberikan kode supaya kedua satpam itu menghampirinya.

"Ada apa, Mbak?" tanya salah satu dari mereka yang sudah berdiri didepan Nella.

"Pegang pria mesum ini! Masukkan kedalam mobilku!" titahnya seraya berjalan masuk kedalam mobil, ia duduk di kursi mengemudi.

"Apa-apaan kalian! Lepasin gue!" pekik pria itu memberontak.

Akan tetapi, nyatanya tidak bisa. Kedua satpam itu sudah memasukkannya kedalam mobil Nella. Bahkan keduanya juga ikut masuk dan duduk di kursi belakang. Pria itu terhimpit oleh dua satpam berseragam hitam.

"Hei wanita gila! Lu mau bawa gue kemana?" tanyanya dengan emosi.

Nella tersenyum miring dan melajukan mobilnya. "Nanti kamu juga tau mesum!"

Selang beberapa menit, Nella sudah berhasil memarkirkan mobilnya didepan halaman kantor polisi.

Pria itu membulatkan netranya. "Apa-apaan ini? Lu mau laporin gue ke polisi? Memangnya gue salah apa?"

"Salah apa salah apa. Jelas Bapak berbuat mesum dan mengotori Restoran Tanteku!" tegas Nella seraya menoleh kearah pria itu, matanya sudah melotot. "Kalian seret dia masuk kedalam!" perintahnya lagi pada kedua satpam. Nella segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk kedalam kantor polisi.

Kedua satpam itu mengangguk. Lantas, mereka menarik paksa pria mesum itu untuk turun dari mobil, membawanya hingga masuk kedalam 'Ruang Keluhan' yang sudah ada Nella didalam sana, sedang membuat laporan pada polisi.

Pria itu didorong oleh salah seorang satpam. Ia dipaksa duduk di kursi kosong bersebelahan dengan Nella.

Polisi itu mulai mengintrogasi. "Baiklah, siapa nama Anda?" tanyanya saat duduk dihadapan pria itu dan menatap matanya.

"Saya Rizky Gumelang," jawabnya santai.

"Benar Anda berbuat mesum di toilet Restoran?" Sang polisi terlihat tegas. "Apa yang Anda lakukan di toilet wanita?"

"Saya tidak berbuat mesum kok," sanggah Rizky seraya menggelengkan kepala.

Nella mendelik pada pria di sebelahnya. "Dia bohong, Pak! Aku memergoki dia di toilet dengan seorang wanita. Mereka terdengar mendesah!" seru Nella tak terima.

"Di mana wanitanya?" tanya Pak Polisi.

Astaga! Nella sampai melupakan wanita yang berbuat mesum bersama Rizky. Ia hanya membawa Rizky seorang diri dan meninggalkan wanitanya.

"Wanitanya tertinggal di Restoran, Pak. Aku lupa hanya membawa dia," jawab Nella.

"Tidak masalah." Pak Polisi menatap wajah Rizky. Pria itu sedari tadi diam saja, tapi ia sama sekali tidak terlihat takut, begitu santai. "Bapak mau mengakui tindakan Bapak atau tidak?" tekannya.

"Saya—"

"Kalau Anda tidak jujur, saya bisa kasih Anda hukuman lebih berat!" ancamnya menyela ucapan Rizky.

Rizky terbelalak. "Apa maksud Bapak? Saya mau dipenjara?"

"Tentu saja."

Nella tiba-tiba mengangkat bokongnya sembari melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Ia teringat kalau sekarang harus bertemu dengan pacarnya.

"Saya serahkan semuanya sama Bapak. Yang terpenting, dia di hukum berat karena telah mengotori nama Restoran Tante saya! Saya masih ada urusan, kalau begitu saya permisi," pamit Nella seraya tersenyum pada Pak Polisi, Polisi itu juga mengangguki ucapannya. Lantas, ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, di barengi kedua satpam yang ikut membuntut dibelakangnya.

Sepeninggal Nella pergi, ide brilian Rizky masuk kedalam otaknya. Ia harus bisa melepaskan diri dan tidak jadi masuk ke penjara.

"Eemm ... Pak, apa saya tidak bisa diberi keringanan?"

"Bapak akan masuk ke penjara!" tegas Pak Polisi. Ia tengah menatap layar laptop dan mengetik keyboard, sepertinya ia sedang mengurus surat keterangan Rizky yang akan di masukkan kedalam penjara.

"Pak, jangan begitulah. Eemm ... bagaimana kalau saya bayar denda saja, jaminan saya tidak masuk ke penjara," tawar Rizky.

"Tapi perempuan tadi inginnya Bapak masuk kedalam penjara, bukan bayar denda!" sanggah Pak Polisi.

"Tapi tidak ada yang melihat saya, kok. Hanya dia saja. Lagian ... saya tidak melakukan apa-apa. Memangnya perempuan tadi memberikan bukti apa pada Bapak?"

"Rekaman CCTV saat Bapak masuk kedalam toilet bersama seorang wanita."

"Hanya itu? Bukti itu tidak terlalu kuat, bagaimana bisa Bapak percaya begitu saja? Belum terbukti juga saya berbuat mesum. Saya masuk kedalam toilet hanya membantu pacar saya yang sedang membersihkan pakaiannya karena tumpahan minuman, Pak," kilah Rizky berbohong.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hallo, selamat datang di karya keduaku. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen. Dan kalau suka dengan novel ini, silahkan masukkan ke daftar favorit dan jangan lupa untuk beri dukungan berupa vote dan juga gift. Terima kasih ❤️

2. Pacar Nella

Polisi menghela nafas dengan kasar, tapi memang ada benarnya yang dikatakan Rizky, bukti dari Nella tidak terlalu kuat. Karena hanya dia saksinya sendiri dan Nella sudah keburu pergi.

"Yasudah begini saja, Bapak harus bayar denda 500 juta dan setiap hari Bapak harus absen untuk datang ke kantor polisi, apa Bapak sanggup?" tanya Pak Polisi.

Rizky langsung mengukir senyum, ternyata idenya berhasil. "Oke, saya sanggup!"

Setelah membayar denda dan menerima surat perjanjian dari pihak polisi, Rizky dan polisi itu berjabat tangan.

"Tapi ini sebuah peringatan untuk Bapak juga, jangan pernah melakukan tindakan yang membuat orang lain berburuk sangka!" tegur Pak Polisi.

"Iya, Bapak tenang saja. Kalau begitu saya permisi."

Rizky melangkah kakinya keluar dari ruangan itu dan keluar dari kantor polisi.

"Rizky, kamu tidak apa-apa?" tanya wanita seksi yang baru saja turun dari mobil taksi, ia wanita tadi yang berbuat mesum bersama Rizky.

Rizky segera menarik lengannya, mengajaknya kembali masuk kedalam mobil taksi dan pergi dari kantor polisi.

"Kamu diapain perempuan tadi?" tanya wanita itu.

"Dia ingin memenjarakan gue."

Wanita itu terbelalak. "Benarkah? Tapi kok, kamu keluar? Apa kamu kabur?"

"Nggak, gue nggak jadi masuk kedalam penjara."

"Kenapa?"

Rizky mendengkus kesal, ia menatap wanita disampingnya dengan tatapan tajam. "Sudahlah Anna! Lu ini banyak bertanya! Nggak gue kasih duit juga, nih!"

"Iya ... iya, maaf. Jangan begitu dong, Riz. Aku suka uangmu." Wanita yang bernama Anna itu segera bergelayut manja pada lengan Rizky.

Rizky Gumelang pria tampan berusia 30 tahun yang masih hidup melajang sampai sekarang, hidupnya hanya untuk kerja dan wanita. Diumur yang sudah dewasa, Rizky belum pernah mengenal arti cinta sesungguhnya. Ia sudah berpacaran dari zaman SMA, tapi hanya sekedar bersenang-senang dan bergonta-ganti pasangan. Rizky juga dikenal sebagai playboy karena sering mengincar gadis-gadis cantik di sekolahnya.

Ternyata kebiasaannya dari dulu tidak berubah, sampai sekarang pun ia melakukan hal yang sama. Sering menjelajahi wanita untuk bisa mencicipi kenikmatannya, sampai akhirnya ia melupakan yang namanya 'Menikah' sama sekali belum terlintas dalam benak Rizky.

Anna awalnya hanya menjadi wanita bayarannya, ia juga bukan melayani lebih dari satu pria sebelum Rizky. Namun saat dirinya mengenal Rizky dan untuk pertama kalinya bercinta dengannya, Rizky selalu memintanya untuk menemani hari-harinya, menemani seperti layaknya seorang teman.

Entah itu masalah di ranjang, sekedar curhat, menemani makan, nonton dan jalan-jalan. Mereka sudah tiga tahun saling mengenal, Rizky merasa cocok jika berinteraksi dengan Anna, begitupun sebaliknya.

***

Tit ... tit .... tit.

Suara klakson mobil membuyarkan aktivitas Ihsan yang tengah mengganti ban belakang mobil milik salah satu pelanggannya.

Pria tampan berusia 28 tahun itu langsung mengedarkan pandangannya tepat pada mobil merah yang sudah terparkir rapih didepan, itu adalah mobil yang mengklakson tadi.

Turunlah seorang gadis cantik berusia 24 tahun dengan rambut panjang sepunggung, dia adalah Nella Pujianti pacar Ihsan. Nella adalah gadis yang sempurna yang pertama kali Ihsan temui dan hanya Nella cinta pertamanya.

Bagaimana tidak dibilang sempurna, dari segi fisik ia adalah perempuan cantik, putih dan memiliki tubuh proporsional. Selain karena kecantikannya, Nella juga perempuan yang baik dan ramah. Nella terlahir dari keluarga kaya raya. Namun ia sama sekali tidak memandang status, itu alasan Ihsan bisa berpacaran dengannya.

Jika dibandingkan dengan Nella, Ihsan tidak ada apa-apanya. Bagaimana langit dan bumi, Ihsan hanya punya modal tampang yang tampan, dan mirip kebule-bulean. Entah dari keturunan yang mana, ia juga tidak tau sanak keluarganya. Ihsan adalah korban yang selamat dari kebakaran panti asuhan yang ia tempati sewaktu dirinya masih bayi.

Om angkatnya yang bernama Irwan, memungutnya di jalan pada usia 12 tahun. Dulu Ihsan hanya menjadi tukang sol sepatu di terminal Jakarta, tapi sekarang dirinya berpindah profesi menjadi montir mobil, bengkel milik Irwan.

Irwan memungut Ihsan bukan hanya memperkerjakan sebagai montir, tapi juga menyekolahkannya sampai ke jenjang SMK dengan jurusan otomotif. Mangkanya tidak salah jika Ihsan sangat pintar menjadi mekanik mobil.

Nella menghampirinya sambil membawa tentengan paper bag. Ia ingin sekali menghamburkan pelukan, bahkan kedua lengannya sudah di rentangkan. Namun Ihsan menolaknya, karena seragam yang ia pakai banyak sekali noda oli. Ia tak mau jika pakaian mahal milik pacarnya ikut terkena noda itu.

"Kakak tidak rindu padaku, ya?" tanya Nella dengan wajah cemberut.

"Masa tidak rindu, aku rindu sekali. Kamu masuk ke ruanganku. Aku mau membersihkan diri dulu."

Nella mengangguk, ia melangkahkan kakinya menuju ruangan di sekitar area bengkel itu. Ruangan itu lebih tepatnya adalah sebuah kamar pribadi Ihsan, ada dapur dan juga kamar mandi didalam sana. Ia memang tinggal disitu karena atas permintaan Om angkatnya, Irwan sendiri yang membuatkan tempat khusus untuknya. Ihsan sama sekali tidak keberatan, karena baginya, dimana pun dirinya tinggal, asal tidak terkena hujan dan panas matahari, Ihsan akan betah.

Irwan sendiri punya alasan untuk memintanya tinggal disana, dulu bengkelnya sering sekali kemalingan. Karena Ihsan juga pintar bela diri seperti dirinya, jadi Ihsan bisa dijadikan satpam untuk berjaga.

Setiap kali Nella bertemu dengannya, Ihsan selalu memintanya untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Karena tidak enak jika mengobrol didepan para pelanggan dan para montir yang lain. Ia tak mau kalau pria lain ada yang mencuri-curi pandang padanya.

Namun tenang saja, Ihsan adalah pria yang benar-benar menghargai perempuan. Meskipun ia sangat mencintai Nella, tapi dirinya tidak pernah melakukan tindakan kurang ajar. Mungkin hanya sekedar memeluk dan mencium saja. Bagi Nella itu sangatlah wajar dilakukan oleh sepasang kekasih. Asalkan tidak lebih dari itu.

"Wah, udah di apelin pacar nih, Bang!" goda salah satu junior Ihsan, ia memang senang sekali meledek Ihsan yang tengah merona jika sudah bertemu dengan Nella.

"Kamu ini apaan sih, aku tinggal sebentar, ya?"

"Oke, Bang."

Ihsan yang sudah membersihkan diri dari oli dan juga mengganti pakaian, segera ia masuk kedalam ruangannya menghampiri sang kekasih yang tengah duduk manis.

Ceklek~

Nella langsung bangun dari duduknya untuk menghambur pelukan.

"Aku rindu sama Kakak."

"Aku juga rindu padamu, Cantik. Ayok duduk dulu." Ihsan melepaskan pelukannya dan mengajak Nella duduk di sofa dekat tempat tidurnya. "Aku baru saja ingin ke Restoran menemuimu, tapi kamu malah kesini duluan."

"Tidak apa-apa." Nella mengambil paper bag yang ia bawa diatas meja, ia mengambil tupperware didalamnya dan membukanya. Ihsan melihat penampakan cumi asam manis yang begitu menggiurkan lidahnya, sampai tenggorakannya sudah menelan ludah.

"Wah sepertinya enak. Ini siapa yang membuatnya? Kamu?" sebenarnya tidak perlu ditanyakan lagi, karena memang Nella ini pintar sekali memasak dan suka sekali menggali berbagai macam jenis makanan di Indonesia. Namun ia belum semuanya bisa.

"Iya Kak. Apa Kakak mau?"

Jangan lupa like 💕

3. Cincin untuk Nella

Ihsan mengangguk semangat.

Nella mengambil satu tupperware lagi didalam paper bag, yang berisi nasi. Ia sengaja datang dengan membawa makanan, ingin mengajak sang pacar makan bersama.

"Aku ambil sendoknya dulu." Ihsan beranjak dari duduknya untuk mengambil sendok di dapur, lalu balik lagi membawa dua sendok, untuk dirinya dan Nella.

"Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Nella saat melihat Ihsan mengunyah satu suapannya.

"Enak, sangat enak! Kamu memang wanita sempurna!" puji Ihsan seraya mengelus pelan pucuk rambut pacarnya.

"Kakak memujiku berlebihan, aku ini bukan wanita sempurna. Aku juga punya kekurangan, Kak."

"Apa kekuranganmu memangnya?"

"Aku susah tidur kalau malam dan susah bangun kalau pagi."

Ihsan mengerutkan keningnya. "Memang itu termasuk kekurangan? Itu 'kan hanya kebiasaan."

"Iya, kebiasaanku tiap malam tidak bisa tidur karena mikirin Kakak dan kalau paginya, aku susah bangun karena semalamnya mimpiin Kakak."

"Hahahaha ...." Ihsan bergelak tawa karena mendengar kata-kata gombal keluar dari mulut Nella, memang Nella ini senang sekali merayu pacarnya.

"Kakak ih! Kenapa ketawa?" Nella mengerucutkan bibirnya, harusnya ia ingin membuat Ihsan makin jatuh cinta padanya. Tapi tidak perlu bergombal pun, Ihsan sudah jatuh cinta.

"Kamu lucu sekali sih, aku gemas sama kamu!" Ihsan mencubit hidung Nella dengan pelan dan mereka meneruskan makannya sampai selesai.

Ihsan bangun dari duduknya, berjalan menuju nakas. Kemudian, ia menarik laci dan mengambil kotak perhiasan berwarna merah. Kotak itu berisi cincin berlian, ia menyisipkan uang hasil keringatnya demi membeli perhiasan yang terbilang fantastis itu, ia sampai kerja lembur. Ihsan ingin mengikat Nella, mengikatnya menjadi istrinya.

Ihsan duduk lagi dengan tangan yang masih memegangi kotak. "Nella, kapan aku boleh ke rumahmu? Aku ingin bertemu dengan orangtuamu untuk melamarmu."

Deg!

Jantung Nella langsung berdebar, ia mengembungkan senyuman dengan pipi yang merona. Hati berbunga-bunga, baru ada niat saja Nella sudah bahagia. Memang selama satu tahun pacaran dengan Ihsan, ini momen yang paling di nantikan. Di lamar lalu menikah.

"Kakak serius mau melamar aku?" tanya Nella malu-malu.

"Iyalah serius, tapi aku hanya punya cincin ini. Apa ada hal lain yang musti aku persiapkan lagi?"

"Sebenarnya, tidak perlu pakai cincin juga tidak masalah, Kak. Asal Kakak sudah ada niat mengajakku serius, itu sudah membuatku bahagia." Nella mengambil kotak perhiasan itu dan membukanya, satu berlian yang berada di tengah lingkaran cincin, benar-benar menyilaukan matanya. Nella bukan kagum dengan keindahan cincin itu, tapi kagum karena keseriusan Ihsan.

Ia tau berapa harga cincin itu, bahkan empat kali lipat lebih besar dari gajih Ihsan selama sebulan di bengkel. Ihsan pasti sangat bekerja keras demi membeli cincin itu, Nella benar-benar makin di mabuk cinta.

"Namanya orang mau melamar, pasti bawa cincin Nella. Masa dengan tangan kosong," jawab Ihsan sambil terkekeh.

"Yasudah, aku pulang dulu kalau begitu Kak, aku mau bicara sama Papah." Nella memberikan kembali kotak cincin itu pada Ihsan, lalu bangun dari duduknya.

"Mau aku antar naik motor?" tawar Ihsan seraya berdiri, ia mengajak Nella keluar dari ruangan itu menuju bengkel.

"Tidak usah, aku bawa mobil, Kak."

"Eh, Nella. Kamu main kesini?" Irwan yang baru saja turun dari mobil, langsung menghampirinya untuk menyapa.

"Iya, Om. Aku baru saja ingin pulang."

"Mau Om antar?"

"Tidak usah, aku bawa mobil." Nella menunjuk mobil merahnya dan tersenyum.

"Hati-hati dijalan Cantik, kalau sudah sampai kabari aku!" Ihsan memekik, karena Nella sudah berlari kecil untuk masuk kedalam mobil.

Sepeninggal Nella, Ihsan mengajak Irwan duduk di kursi sambil melihat mobil-mobil yang tengah di servis.

"Om, nanti Om mau ya, temenin aku ke rumah Nella?"

"Mau ngapain ke rumah Nella?"

"Aku mau bertemu dengan orangtuanya, aku ingin melamarnya, Om."

"Oh, jadi kamu sudah membeli cincin?" Irwan memang tau kalau selama ini Ihsan menabung, tapi ia belum tau kalau Ihsan sudah berhasil membeli cincin tersebut.

"Sudah, tapi kira-kira ... keluarga Nella akan menerimaku tidak ya, Om? Dia 'kan orang kaya." Sejujurnya, ada rasa takut dalam lubuk hati Ihsan terdalam. Ia begitu mencintai Nella, namun takut juga jika orangtuanya tidak merestui hubungan mereka.

"Coba saja dulu, kalau belum mencoba, kita tidak akan tau. Om akan mengantarmu."

"Terima kasih, Om." Ihsan tersenyum dan bangun dari duduknya, ia berlalu pergi untuk mengganti pakaian, karena ingin menservis mobil kembali.

***

Setelah memarkir mobilnya di halaman rumah, Nella bergegas masuk kedalam, karena pintu rumahnya tidak di kunci. Ia ingin segera memberitahukan kabar gembira pada papahnya, tentang keseriusan Ihsan. Selama ini, Nella tidak pernah bercerita pada papahnya tentang dirinya yang mempunyai kekasih. Papahnya selalu sibuk karena pekerjaan, apalagi semenjak ibunya meninggal sebulan yang lalu. Sofyan seminggu terakhir sering pergi malam dan pulang pagi, mencari hiburan.

Nella bukanlah anak satu-satunya, ia anak kedua setelah Kakak laki-lakinya. Namun saat ini, Kakak laki-laki Nella sedang berada di luar negeri, mengurus bisnis Sofyan disana.

Saat dirinya masuk kedalam rumah, Nella tidak melihat batang hidung papahnya, hanya ada Bibi pembantu yang tengah mencuci piring di dapur.

"Bi, di mana Papah?" tanya Nella seraya menghampiri Bibi pembantu.

"Tadi Pak Sofyan pergi Nona, baru saja."

"Huh!" Nella membuang nafasnya dengan kasar, ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Mungkin nanti, setelah papahnya pulang, Nella akan ceritakan semuanya.

*

Malam hari.

"Nella, perkenalkan ini Mamah baru kamu, namanya Diana," ucap Sofyan memperkenalkan wanita cantik yang tengah berdiri di sampingnya. Wanita itu berusia 29 tahun, selisih umurnya cukup jauh dengan Sofyan yang berusia 45 tahun.

"Kok Mamah, Mamih dong, Pih," sambung wanita yang bernama Diana itu, seraya menyenggol lengan Sofyan. Ia berucap dengan suara manjanya.

Nella berdiri membeku melihat ketiga orang didepannya. Ada satu lagi selain mereka, yaitu pria tampan yang hampir seumuran dengan Kakaknya. Tapi yang ia tangkap adalah ucapan dari papahnya barusan.

Baru saja sebulan yang lalu, Mamah tercinta Nella yang bernama Nina Pujianti meninggal dunia akibat kecelakaan mobil, dan sebulan yang lalu juga, Sofyan sang papah menangisi batu nisan itu bersama dengannya, merasakan sakit dan pedihnya di tinggal orang yang mereka cintai.

Tapi sekarang, apa yang Nella lihat? Sofyan baru saja masuk kedalam rumahnya, menghampirinya di sofa, tentunya sambil mengenalkan seorang wanita yang menjadi istri barunya. Nella sama sekali tidak diberitahu sebelumnya, kapan pria tua itu melangsungkan pernikahan, tapi tiba-tiba datang dengan membawa status baru.

Hati Nella seketika hancur lebur, ia bukan tidak senang melihat pernikahan baru papahnya, hanya saja ia sedih, karena Sofyan tidak memberitahunya lebih dulu.

"Kapan Papah menikah? Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" tanya Nella dengan kesal.

"Maaf Sayang, Papah akan jelaskan semuanya padamu. Kamu ikut dengan Papah." Sofyan menarik lengan Nella mengajaknya untuk menaiki tangga, meninggalkan Diana dan pria di sebelahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!