Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan terdiri dari 3 bersaudara. Orang tua aku mempunyai bisnis kecil-kecilan yang sudah di rintis dari awal pernikahan mereka. Orang tua aku bukan terlahir dari keluarga kaya raya, melainkan dari keluarga broken home.
Orang tua aku menikah muda yang saat itu ayah aku berumur 25 tahun dan bunda ku berumur 23 tahun. Dari pernikahan mereka lahirlah aku dan dua orang kakak aku.
Anak pertama laki-laki yang bernama Doni A Pratama, yang aku memaanggilnya dengan ‘mas’. Anak kedua bernama Raisa Angelina A, yang aku memanggilnya dengan ‘mbak’. Anak ketiga yaitu aku yang bernama Laili Putri A, aku di rumah sering di panggil dengan ‘Ily’.
Kami sering disebut keluarga A, sebab nama kami ada terselip sebuah huruf A. Huruf A tersebut berasal dari nama ayah aku. Ayah aku bernama Bambang A sedangkan bunda ku bernama Nur.
Huruf A itu adalah Abdullah nama dari almarhum kakek aku dari ayah. Ayah tidak pernah mau mengatakan pada kami anaknya mengenai huruf A tersebut. Karena kakek kami tersebut memiliki banyak istri yang ada dimana-mana, makanya ayah menghilangkan nama Abdullah dengan menggantikan dengan inisial huruf A.
Ayah bukannya membenci kakek tapi ayah tidak ingin suatu saat kehidupannya seperti kakek. Karena izin dari almarhumah nenek, ayah mengganti namanya sebelum menikahi bunda. Semua itu juga dapat izin dari kakek.
Ayah tidak pernah menceritakan sama aku ataupun sama kakak-kakak aku. Aku pernah menanyai tersebut sama kakak aku, tapi mereka bilang belum saatnya tahu. Jadi aku mencari tahu semua itu dari kakak ayah ketika aku sudah mulai dewasa.
Aku semenjak lahir tidak pernah ketemu dengan kedua kakek dan nenek aku, meskipun itu dari ayah ataupun bunda. Berbeda dengan mas Doni yang sudah pernah ketemu, kalau dengan mbak Raisa pernah ketemu tapi mbak Raisa belum terlalu mengenal mereka. Sebab saat itu mbak Raisa terlalu kecil ketemu dengan mereka.
Meskipun ayah dikatakan tidak menyukai kakek tapi ayah selalu mengingatkan kami pada kakek. Karena ayah membuat nama usaha dengan inisial A tersebut. Berbeda dengan bunda yang memberi nama usahanya dengan nama bunda sendiri.
Ayah mempunyai usaha perkebunan yang cukup luas di kota tempat tinggal kita. Ayah menjadi penghasil terbesar buah-buahan, sayur-sayuran, dan teh. Semua hasilnya di kirim keluar kota dan sampai juga keluar negeri. Sekarang ayah juga sedang membuka usaha baru lagi yaitu perternakan.
Ayah bukannya seorang sarjana, ayah hanya seorang lulusan sekolah menengah atas. Setelah lulus sekolah, ayah mengelolah tanah yang menjadi haknya dari nenek, tanah peninggalan kakek ketika bercerai dengan nenek. Tanah tersebut sudah dibagi nenek untuk kakak dan adik ayah secara adil.
Ayah mengolah tanah tersebut dengan menanam berbagai macam buah-buahan dan sayur-sayuran. Sampai ayah bisa menghasilkan uang dengan sendiri, setelah itu memutuskan untuk menikah dengan bunda. Setelah menikah usaha ayah semakin maju dan ayah membeli tanah yang dekat dengan tanah ayah untuk menambah usaha ayah.
Usaha ayah sangat maju sampai kelahiran kita bertiga. Semua tanah kosong yang ada disekitaran tanah ayah sudah dibeli sama ayah. Berbeda dengan kakak dan adiknya ayah yang usaha mereka gagal.
Kakak ayah memilih menanam karet pada tanah yang diberikan nenek. Saat itu karet memang sangat maju di daerah kita tapi lama kelamaan karet semakin menurun. Kakak ayah terus berusaha dengan istrinya meskipun hanya menghasilkan uang pas-pasan.
Kadang-kadang ayah memberikan pekerjaan juga pada kakak ayah di perkebunan sesuai dengan kemampuan kakak ayah. Berbeda dengan adik ayah yang menjual tanah pemberian dari nenek untuk usaha suaminya. Sehingga usaha mereka juga gagal, sekarang adik ayah terpaksa ikut suaminya kerja keluar kota.
Bersambung
Bunda juga bukan serang sarjana, bunda tidak lulus sekolah menengah atas. Sebab tidak ada biaya sekolah dari opa dan oma. Bunda terpaksa putus sekolah dengan merawat seorang adiknya yang sekolah.
Oma meninggal dunia duluan dari pada opa, setelah oma meninggal opa menikah lagi dengan wanita lain dengan mempunyai anak perempuan. Bunda mempunyai 2 orang kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Hanya bunda satu-satunya perempuan di keluarga tersebut.
Kakak bunda yang paling besar pergi merantau ke pusat kota dan kekota-kota lain. Sedangkan kakak kedua ikut dengan istrinya tinggal di daerah istrinya. Jadi bunda terpaksa menjaga adik bunda sendiri di rumah.
Disaat adik bunda sudah mulai besar dan tidak mau sekolah lagi. Bunda memutuskan untuk menikah dengan ayah. Sedangkan adik bunda mencari kerja ke kota lain untuk mendapatkan uang.
Saat bunda menikah dengan ayah, bunda membuka kedai di depan rumah dengan menjual hasil perkebunan ayah. Karena perkebunan ayah semakin maju dan kedai bunda juga ikut maju. Bunda dan ayah memutuskan untuk membuka kedai lebih besar lagi sampai tempat menjadi tempat belanjaan terbesar di kota tempat tinggal kita.
Ayah dan bunda siang malam bekerja untuk menghasilkan uang untuk aku dan kakak-kakak aku. Sampai ayah membeli tanah di ibu kota untuk membangun rumah. Rumah yang ada di kampung akan diperbaiki juga dan akan dibuat kantor sama tempat peristirahat.
Tidak hanya di kampung, di kota ayah juga membangun kantor yang dekat dengan rumah. Kantor lebih dulu siap dari pada rumah di kota sebab kantor memang lagi dibutuhkan untuk mengekspor dan impor usaha ayah.
Ketika mbak Raisa selesai kuliah S2-nya, rumah di kota siap di bangun. Mbak Raisa juga memutuskan untuk menikah dengan laki-laki pilihannya. Tapi setelah dia menikah, dia juga tidak tinggal bersama kita melainkan dia tinggal di pusat kota sebab dia dapat kerjaan disana.
Ayah juga sering sakit-sakitan karena sudah lelah bekerja. Tapi ayah masih berulang dari kota ke kampung untuk mengontrol perkebunan. Ayah bukannya tidak percaya pada karyawan tapi ayah memang tidak bisa diam di rumah.
Kalau bisa memutar waktu aku akan lebih memperhatikan kondisi ayah sama bunda. Tapi nasi sudah menjadi bubur, saat itu aku masih kecil dan tidak tahu semua itu. Aku hanya tahu apa yang aku dapat sudah cukup dan ada.
Meskipun apa yang aku butuhkan semuanya terpenuhi tapi aku juga sering pergi ke kebun dari pada mbak dan mas. Sebab mereka berdua sudah sekolah di luar ibu kota dari SMP sampai kuliah. Berbeda dengan aku yang hanya menghabiskan masa kecil aku di perkebunan.
Aku lebih banyak tahu mengenai perkebunan dari pada mereka. Aku juga lebih tahu bagaimana cara bertani yang baik dan menghasilkan tanamana yang bagus. Aku juga banyak dikenal sama semua perkerja ayah dan
bunda.
Tapi aku tidak dikenal oleh teman bisnis ayah dan bunda karena aku lebih suka di kebun. Teman bisnis ayah dan bunda lebih kenal sama mbak dan mas aku.
Suatu hari aku pernah pergi ke ibu kota untuk jalan-jalan bersama teman-teman aku. Aku saat itu sedang duduk di sebuah kafe bersama teman aku. Tiba-tiba ada seseorang yang menanyakan alamat sama kita.
Kita melihat alamat tersebut dan kita tahu bahwa alamat tersebut adalah kampung kita. Jadi mereka bertanya mengenai ayah, bunda, mas, dan mbak. Jadi aku kaget mereka tahu keluarga aku tapi tidak dengan aku.
Bersambung
Mas ku sekolah SD di kampung, setelah lulus kemudian dia melanjutkan sekolah di kota. Setelah lulus SMP dia melanjutkan sekolah SMA di kota lain. Kemudian melanjutkan kuliah di pusat kota di universitas swasta dengan jurusan otomotif.
Mbak ku sekolah SD juga di kampung kemudian dia melanjutkan SMP dan SMA di kota sambil ngekost disana. Setelah itu dia melanjutkan kuliah di pusat kota dengan jurusan kedokteran umum sampai dia S2.
Sedangkan aku anak bungsu sekolah SD, SMP, dan SMA di kampung. Tapi aku sekolah di sekolah terbaik di kota aku. Satelah lulus SMA aku melanjutkan kuliah di pusat kota dengan jurusan bisnis.
Mas ku selesai kuliah dengan waktu 4 tahun. Kemudia balik ke kampung dan dapat pekerjaan di ibu kota. Tidak lama bekerja disana mas meminta biaya sama ayah untuk membuka bisnis sendiri. Sehingga mas diberi modal oleh ayah dengan membuat usaha sendiri.
Mas membuka bisnis yaitu menjual kendaraan bermotor lokal maupun impor di kota. Mas mempunyai sebuah sorum mobil dan motor yang diberi nama ‘Doni’s Motor’.
Mas sangat jarang balik ke kampung, mas juga membantu bisnis ayah di kota. Jika ada teman bisnis ayah yang ingin ketemu, jika ayah tidak bisa menemnuinya mas lah yang akan menggantikan ayah.
Ketika mas sudah bekerja mbak saat itu sedang kuliah di pusat kota. Sedangkan aku menemani bunda dan ayah di kampung. Mbak juga sangat jarang balik menemui kita, palingan satu kali libur semester baru mbak balik kampung. Itu pun mbak jarang sampai ke kampung, mbak lebih memilih tinggal dengan mas Doni di kota.
Ketika mbak selesai kuliah, dia mendapatkan pekerjaan di rumah sakit kota lain. Jadi mbak lebih lama lagi untuk tidak kembali ke kampung menemui ayah dan bunda.
Aku lulus sekolah dan ingin melanjutkan kuliah tapi aku sebenarnya ingin melanjutkan di luar negeri. Tapi ayah dan bunda langsung melarang aku pergi, sedangkan mas Doni dan mbak Raisa menyetujui kalau aku kuliah di luar negeri. Karena ayah dan bunda tidak mengizinkan jadi aku kuliah di kampus negeri di pusat kota.
Aku lebih memilih menghilangkan mimpi aku yang ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri. Tidak hanya itu, aku dulu juga pernah bermimpi untuk melanjutkan sekolah di luar kota. Tapi aku tidak diizinkan juga oleh ayah dan bunda.
Dulu jika aku memilih sekolah di luar kota aku akan ngekost disana. Tapi jika aku sekolah di kampung aku akan dibelikan motor kesukaan aku secara cash oleh ayah. Jadi aku menurut apa yang dikatakan ayah, sehingga impian aku untuk sekolah di luar kota menjadi pupus.
Aku tidak tahu kenapa ayah dan bunda melarang itu semua. Sedangkan mbak Raisa juga dibelikan motor ketika sekolah di luar kota. Tidak hanya motor, apapun keinginan dari mbak selalu dituruti. Berbeda dengan aku yang selalu dijanjikan dulu baru dapat.
Tidak hanya ayah dan bunda yang sangat menyayangi mbak tapi mas Doni juga sangat menyayanginya. Apapun yang diminta mbak selalu diberikan oleh mereka.
Sampai kuliah mbak Raisa juga dibelikan mobil untuk kuliah. Sedangkan aku minta kuliah di luar negeri tidak dapat. Jika aku baru dibeliin ketika aku bilang kuliah di kampus negeri dan mendapatkan beasiswa.
Di pusat kota juga sudah ada rumah kontrakan yang sudah dibeli oleh ayah untuk mas sama mbak kuliah dulu. Jadi aku tinggal disana, jika mereka datang pun tidak susah-susah nantinya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!