"Aaahhh!!! Tidak!!! Tolong!!! Jangan. Aaahhhh!!!" Teriak semua orang yang dikejar oleh pasukan musuh.
"Ellie, cukup dan serahkan dirimu pada Yang Mulia." Teriak Tuan Putri Lea kepada sepupunya.
"Ellie apa kau dengar! serahkan dirimu pada Yang Mulia Sekarang. Dan hentikan peperangan tidak berguna ini sekarang juga." Teriak Tuan Putri Lea pada sepupunya sekali lagi.
"Tidak! Aku tidak akan menghentikan peperangan ini dan aku tidak akan menyerahkan diriku pada Paman Vettel! Kalian harus membayar semua apa yang telah kalian lakukan pada Keluargaku." Teriak Tuan Putri Ellie sambil melanjutkan penyerangan.
"Tuan Putri Ellie, cepat lari kami akan menahan mereka untuk anda." Ucap Lars de Meligina.
"Baik, kalau kau bilang seperti itu kami akan mengalahkan mu dan menyerahkan mu pada Baginda Raja!" Teriak Tuan Putri Lea sambil mengeluarkan senjata kesayangannya Twin Edged Wings.
"Hmph.... Coba saja." Ucap Tuan Putri Ellie sambil mengeluarkan senjata Dark Slash Sword.
"Terra, Eugeo, Ian, Athy, Charena kalian urus mereka berempat untukku, Alice, Luca, Zidan, Sena kalian bantu aku mengalahkan Ellie dan yang lainnya." Teriak Tuan Putri Lea.
"Baik, Tuan Putri." Teriak mereka berlima.
"Serang!!!" Teriak mereka berenam sambil berlari menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ellie dan teman-temannya.
......................
"Hah!!" Teriak Tuan Putri sampai membangunkan dayangnya yang tidur di sebelah kamarnya.
"Tu-tuan Putri, A-ada apa?" Ucap dayang itu cemas.
"Hah... Hah... Hah... A-apa itu mimpi? Ta-tapi kenapa aku memimpikan tentang peperangan?"
"Dan kenapa Ellie yang menjadi musuhnya? Apa tujuannya melakukan itu?"
"Aku tidak tau apa maksud dari mimpi tersebut. Tapi sepertinya aku harus membicarakan ini dengan Papa dan Mama mungkin mereka tau kenapa aku memimpikan hal itu." Ucap Tuan Putri didalam hati karena terkejut mendapatkan mimpi yang tidak biasa.
"Tu-Tuan Putri, a-apa anda baik-baik saja? Saya akan memanggil dokter kemari?" Ucap Dayang itu cemas.
"Ah, Ivy, ternyata ada kau disini. Kau tidak perlu memanggil dokter kesini, aku baik-baik saja, jadi kau jangan khawatir, ya?" Ucap Tuan Putri tersenyum tapi, yang masih terlihat shock akibat mimpi itu.
"Tapi Tuan Putri, anda terlihat pucat, apa anda yakin anda baik-baik saja?" Ucap Ivy tambah khawatir.
"Sudah aku bilang, aku tidak apa-apa, cepat bantu aku siap-siap." Ucap Tuan Putri sambil bangun dari tempat tidurnya.
"Baik, Tuan Putri." Ucap Ivy sambil menyiapkan gaun dan perlengkapan untuk Tuan Putri Lea gunakan.
Beberapa menit kemudian, ruang makan, Istana Berkouli atau Istana Utama.
"Selamat pagi Ma, Pa. Apa tidur kalian nyenyak?" Tanya Tuan Putri pada kedua orang tuanya.
"Ya, tapi sayang ada apa dengan dirimu, hah? Kenapa wajahmu pucat begitu? Apa kau sedang sakit?" Tanya Yang Mulia Ratu sambil membelai Lea, takut anaknya terserang suatu penyakit.
"Aku baik-baik saja, Ma. Hanya saja tadi aku habis mengalami mimpi buruk." Ucap Tuan Putri pada ibunya.
"Mimpi buruk? Mimpi buruk apa yang dialami anakku yang cantik ini sampai wajahnya pucat begitu? Coba kau ceritakan pada kami, mungkin kami bisa membantumu, sayang." Ucap Baginda Raja pada Tuan Putri Lea. Setalah itu Lea pun menceritakan mimpi yang dia alami tersebut.
"Hmm.... kalau begitu aku harus memanggil Count Castina, Duke Broglie, Duke Muda Verita, Grand Duke Everest, dan yang lainnya kemari untuk mendiskusikan tentang hal ini, mungkin saja ini merupakan pertanda bahwa Kerjaan kita tidak lama lagi akan hancur. Aku sudah selesai, kalau ada sesuatu aku ada di ruanganku, Papa pergi dulu." Ucap Baginda Raja pada anak dan istrinya.
"Baiklah, pa." Ucap Tuan Putri Lea sambil tersenyum.
"Tentu, Vettel." Ucap Yang Mulia Ratu Isabella.
Sementara itu di Mansion Count Castina di sebelah utrara Kekaisaran Harvest.
"Nyonya, ada tamu dari Istana." Ucap Kepala Pelayan itu.
"Tamu dari istana! Siapa itu?" Tanya Countess Castina.
"Katanya dia Pengantar Pesan dari Istana, Nyonya." Ucap Kepala Pelayan itu lagi.
"Hmm... Baiklah. Lisa, bilang padanya aku akan segera kesana." Ucap Countess Castina pada pelayan yang bernama Lisa itu.
"Baik, Nyonya." Ucap Lisa sambil pergi meninggalkan Countess Castina di taman.
"Silahkan masuk, Tuan. Nyonya Castina akan kesini sebentar lagi. Ini, silahkan dinikmati tehnya." Ucap Lisa ramah.
"Terima kasih." Ucap Pengantar Pesan itu pada Lisa.
"Kepala pelayan ku bilang, katanya kau ingin bertemu dengan saya, Tuan Pengantar Pesan." Ucap Countess Castina sambil memasuki aula ruang tunggu.
"Benar, Nyonya. Saya disini ingin menyampaikan pesan dari Baginda Raja untuk anda dan keluarga anda."
Ucap Pengantar Pesan itu memberi hormat dan langsung mengeluarkan pesan yang dia bawa.
"Ini dia, Nyonya pesannya." Ucap Pengantar Pesan itu lagi.
"Hmm.... disini beliau bilang 'untuk kembali ke Ibukota secepat mungkin'. Apa maksudnya itu? Apa terjadi masalah di Istana?" Tanya Contess Castina khawatir sambil melihat isi dari pesan tersebut.
"Saya tidak tahu, Nyonya. Saya hanya bertugas untuk mengantarkan pesan saja." Ucap Pengantar Pesan itu.
"Hmm... Baiklah, bilang pada Baginda saya dan keluarga saya akan pergi ke Ibukota hari juga, dan bilang padanya mungkin kami akan tiba di Ibukota dalam beberapa hari lagi." Ucap Countess Castina.
"Baik, Nyonya. Apa ada lagi yang ingin anda sampaikan pada Baginda Kaisar?" Tanya Pengantar Pesan itu untuk memastikan.
"Tidak, kau boleh pergi sekarang, Lisa antar Tuan Pengantar Pesan itu keluar." Ucap Countess Castina pada Lisa.
"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu. Ayo, Tuan." Ucap Lisa sambil menuntun Pengantar Pesan itu keluar.
"Mia, ada apa? Siapa orang tadi?" Tanya Count Castina penasaran.
"Ah.. dia Pengantar Pesan yang dikirim oleh Baginda Kaisar." Ucap Countess Castina pada suaminya.
"Pengantar Pesan? Apa terjadi sesuatu di Istana?" Tanya Count Castina lebih penasaran.
"Tidak, beliau hanya menyuruh kita untuk segara kembali ke Ibukota." Ucap Countess Castina.
"Kalau begitu aku akan memanggil anak-anak untuk segara bersiap-siap, kau juga bersiap-siaplah kita tidak punya banyak waktu lagi." Ucap Countess Castina.
"Baiklah, tapi apa bisa kita kediaman Broglie dulu? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Louis." Ucap Count Castina.
"Terserah kau saja, Rai." Ucap Countess Castina sambil berjalan pergi.
"Baiklah, kalau kau bilang begitu, Mia. Aku akan mengirimkan surat ke Louise sekarang." Ucap Count Castina senang.
Sementara itu di kediaman Duke Broglie.
"Yang Mulia, ada surat untuk anda." Ucap Kepala Pelayan itu sambil membawa sebuah surat dengan gambar 'Bunga Tulip Merah yang sedang mekar diatas bulan purnama yang bersinar terang.' sebagai cap stempel milik keluarga Castina.
"Surat? Dari siapa?" Tanya Duke Broglie penasaran sambil membelakangi Kepala Pelayan itu.
"Hmm... disini tertulis dari Tuan Count Castina, Yang Mulia." Ucap Kepala Pelayan itu.
"Baiklah, letakkan disitu, dan kau boleh pergi, Lily." Ucap Duke Broglie sambil berbalik badan dan duduk di kursinya lagi.
"Kalau Begitu saya permisi dulu, Yang Mulia." Ucap Lily sambil pergi menuju ke pintu ruang kerja Tuan Broglie.
"Hmm... Rydin, Mia beserta kedua anaknya mau kesini? Kira-kira ada apa ya? Apa dia ingin membahas tentang surat yang Baginda kirimkan itu?" Ucap Duke Broglie sambil membaca surat yang dikirimkan oleh Tuan Count Castina itu.
*3 menit kemudian di Mansion Count Castina disebelah utara Kekaisaran Harvest.*
"Ma, kapan kita akan pergi?" Ucap seorang anak yang sedang ditata rambutnya oleh pelayan.
"Sebentar lagi kita akan berangkat, Alice." Ucap Countess Castina yang sibuk menasehati para pelayannya.
"Luca, ayo cepat!" Ucap Count Castina yang sedang merapikan pakaiannya.
"Baik, aku datang." Ucap seorang anak yang sedang terburu-buru.
Tidak lama kemudian Keluarga Castina berkumpul di depan kereta kuda.
"Tuan, Nyonya semoga perjalanan anda ke Ibukota lancar." Ucap Kepala Pelayan sambil mengiringi majikannya ke pintu depan Mansion Castina. Count Castina pun menganggukkan kepalanya pada Kepala Pelayan.
"Pak kusir, kita kediaman Broglie dulu lalu kita ke Istana." Ucap Count Castina pada sang kusir.
"Baik, Tuan." Ucap sang kusir sambil berteriak *Hiiyaa* untuk menjalankan kereta kuda yang dinaiki oleh majikannya.
*3 menit kemudian di Mansion Count Castina disebelah utara Kerajaan Harvest.*
"Ma, kapan kita akan pergi?" Ucap seorang anak yang sedang ditata rambutnya oleh pelayan.
"Sebentar lagi kita akan berangkat, Alice." Ucap Countess Castina yang sibuk menasehati para pelayannya.
"Luca, ayo cepat!" Ucap Count Castina yang sedang merapikan pakaiannya.
"Baik, aku datang." Ucap seorang anak yang sedang terburu-buru. Tidak lama kemudian Keluarga Castina berkumpul di depan kereta kuda.
"Tuan, Nyonya semoga perjalanan anda ke Ibukota lancar." Ucap Kepala Pelayan sambil mengiringi majikannya ke pintu depan Mansion Castina. Tuan Castina pun menganggukkan kepalanya pada Kepala Pelayan.
"Pak kusir, kita kediaman Broglie dulu lalu kita ke Istana." Ucap Count Castina pada sang kusir.
"Baik, Tuan." Ucap sang kusir sambil berteriak *Hiiyaa* untuk menjalankan kereta kuda yang dinaiki oleh majikannya.
Selama didalam perjalanan menuju ke kediaman Duke Broglie Keluarga Castina tidak sengaja mendengar pembicaraan para warga yang mengatakan bahwa Duchess Broglie terkena suatu penyakit, mendengar hal itu Count dan Countess Castina merasa khawatir dan memutuskan untuk mempercepat perjalanannya.
Sesampainya di kediaman Duke Broglie Keluarga Castina langsung disambut oleh Kepala Pelayan Keluarga Broglie, Lilian York.
"Selamat datang di kediaman Broglie. Saya Lilian York, Kepala Pelayan disini, kalian semua bisa memanggil saya Lily. Tuan ada diruang kerjanya, saya akan membawa anda sekalian untuk berkeliling kediaman ini." Ucap Lily sambil membawa Keluarga Castina berkeliling kediaman Broglie.
"Baiklah, bagaimana kita mulai saja tur nya?" Tanya Lily kepada Keluarga Count Castina.
"Tentu saja, silahkan pimpin jalan nya." Ucap Countess Castina kepada Kepala Pelayan Keluarga Broglie.
"Baiklah, ayo ikuti saya, saya akan menunjukkan jalanya pada kalian. Kediaman ini terdiri dari 4 lantai termasuk lantai bawah tanah, dilantai pertama terdiri dari dapur, ruang makan, beberapa kamar untuk pelayan, ruang tamu, ruang tunggu, ruang keluarga dan ruang kerja Tuan Duke. Dilantai dua kalian akan dikejutkan dengan perpustakaan pribadi milik Duke sebelumnya yang telah dilestarikan dan dilakukan beberapa perbaikan dari Duke sebelumnya, beberapa kamar tamu, kamar Tuan dan Nyonya Broglie, kamar Tuan Muda Eugeo, dan kamar Nona Sena, dan..." Ucap Lily yang tiba-tiba di selak oleh Sena.
"Lily, apa kau melihat kakak?" Tanya Sena dengan polosnya.
"Hmm... Tuan Muda pergi ke Istana pagi tadi, Nona." Ucap Lily pada Nona yang dia layani.
"Yah... Padahal aku ingin memperlihatkan gaun baruku pada kakak." Ucap Sena sedih.
"Ah.. Benar juga apa makan malam sudah siap, Lily?" Tanya Sena kembali bersemangat.
"Belum, Nona. Saya diperintahkan oleh Tuan Duke untuk membawa Tuan Count beserta Keluarganya untuk berkeliling kediaman ini, Nona." Ucap Lily cemas takut dimarahi oleh Tuan Broglie.
"Owh... Ternyata kita ada tamu hari ini. Sudahlah kau tidak perlu khawatir aku yang akan melanjutkan turnya, kau siapkan saja makan malamnya, nanti aku yang akan bilang ke ayah. Baiklah kalau begitu kami pergi pergi dulu ya... Aku serah hal itu pada mu, Lily." Ucap Sena sambil meraih tangannya Alice.
"Ayo, aku akan memperlihatkan semua yang kami miliki di kediaman ini." Ucap Sena berlari sambil memegang tangannya Alice.
"E-eh, tu-tunggu dulu." Ucap Alice terkejut karena tangannya tiba-tiba ditarik oleh Sena.
"Ba-baiklah, Nona. Tapi, Nona anda tidak boleh berlarian didalam ruangan, dan anda belum bahkan memperkenalkan diri anda pada tamu kita!" Teriak Lily mengingatkan Sena.
"Ah, benar juga, perkenalkan nama saya Sena Airedale De Broglie, kalian semua bisa memanggilku Sena. Senang bisa bertemu kalian." Ucap Sena ramah sambil tersenyum lebar.
"Terima kasih atas perhatian anda, Nona Sena. Kalau begitu saya akan memperkenalkan diri saya dan keluarga saya, perkenalkan saya Kepala Keluarga Castina sekaligus Count Castina, saya Raydin Scoot De Castina. Ini istri saya, Jeremiah Krisan De Castina. Dan mereka berdua adalah anak-anak saya, Luca Arendo De Castina dan Alice Schubert De Castina. Senang bisa berkenalan dengan anda, Nona Sena." Ucap Tuan Castina sambil tersenyum juga.
"Nah... bagaimana kalau kita lanjutkan tur nya..." Tanya Sena pada Keluarga Castina, Keluarga Castina pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"Ah.. tidak terasa sudah hampir sore hari. Owh ya.. Saya hampir lupa kalau Tuan Count dan Countess Castina punya janji dengan ayah saya. Nah... kalau begitu saya akan mengantar orang tua kalian ke ruang tunggu. Jadi, apa kalian bisa menungguku disini? Saya tidak akan lama jadi kalian tenang saja." Ucap Sena tersenyum pada Alice dan Luca sambil membawa kedua orang tuanya Alice dan Luca.
"Baiklah, Nona Sena." Ucap Alice.
"Ah... jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Sena ya?" Tanya Sena pada Alice dan Luca.
"Baiklah, Sena." Ucap Alice dan Luca bersamaan.
"Ayo, kita jalan Tuan Count dan Nyonya Castina." Ucap Sena.
*Beberapa menit kemudian Sena membawa Tuan dan Nyonya Castina ke ruang tunggu di kediaman Keluarganya.*
"Tok Tok Tok."
"Ayah, ini aku, Sena. Aku datang bersama Tuan Count dan Countess Castina kemari." Ucap Sena sambil mengetuk pintu itu.
"Masuk." Ucap Duke Broglie menyuruh anak perempuannya untuk masuk.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya." Tanya Sena setelah membawa masuk Count dan Countess Castina ke ruang kerjanya.
"Ya." Ucap Tuan Broglie singkat.
Di Ruang Tunggu Duke Broglie.
"Maaf membuat kalian menunggu lama." Ucap Sena.
"Tidak apa-apa, Sena." Ucap Luca. "Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kalian menceritakan sedikit tentang diri kalian masing-masing, dan sebagai gantinya aku juga akan menceritakan sedikit tentang diriku pada kalian. Bagaimana?" Tanya Sena.
"Hmm... Tapi sebelum itu apa aku dan kakakku boleh keluar sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya." Tanya Luca memastikan.
"Sepertinya itu hal sangat penting. Tentu saja kalian boleh keluar." Ucap Sena.
"Baiklah, kami tidak akan lama." Ucap Luca pada Sena.
"Ayo kak, kita ke taman." Ucap Luca mengajak kakaknya pergi meninggalkan ruangan. Setibanya ditaman Luca pun memulai pembicaraannya dengan Alice, kakaknya.
"Kak, apa kau yakin ingin menceritakan tentang kakak yang diadopsi oleh Papa dan Mama? Bagaimana kalau saat kakak menceritakan hal itu ada yang mendengarnya?"
"Saat kakak diadopsi yang mengetahui fakta bahwa kakak adalah 'Gadis Suci Bercahaya' itu hanya sedikit dan hal itu sudah menjadi rahasia keluarga kita selama 8 tahun lamanya dan sekarang kakak ingin membocorkan rahasia itu pada Sena. Bagaimana kalau Sena menceritakan hal itu pada orang lain, kalau hal itu terjadi maka reputasi keluarga kita akan hancur saat itu juga, Kak, dan kekuatan kakak akan dirampas oleh orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri." Ucap Luca khawatir.
"Kau tenang saja Luca, menurutku Sena bukan orang yang akan membocorkan rahasia seseorang." Ucap Alice berusaha menenangkan adiknya.
"Tapi apa kakak yakin? Menurutku Sena bukan orang seperti itu." Ucap Luca Curiga.
"Hei.. bukankah kau sudah belajar tentang perbedaan mana yang baik dan buruk? Luca, apa kau mencurigai Sena kalau dia adalah orang yang seperti itu?" Tanya Alice pada adiknya.
"Ti-tidak kak. A-aku hanya takut kalau Sena akan membocorkan rahasia keluarga kita itu saja tidak ada yang lain aku berani bersumpah atas nama Dewi Stacia." Ucap Luca gugup.
"Hahaha.. kau tidak perlu seperti itu, Luca." Ucap Alice sambil tertawa melihat adiknya bertingkah lucu.
"Tapi apa kakak yakin?" Tanya Luca sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tentu saja aku yakin." Ucap Alice sambil mengacak-acak rambut adiknya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan coba untuk mempercayai Sena, kak." Ucap Luca sambil menyemangati kakaknya.
"Hmm... kalau begitu bagaimana kalau kita masuk sekarang?" Tanya Alice pada adiknya.
"Mhmm.. Ayo, Kak." Ucap Luca sambil menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan coba untuk mempercayai Sena, kak." Ucap Luca sambil menyemangati kakaknya.
"Hmm... kalau begitu bagaimana kalau kita masuk sekarang?" Tanya Alice pada adiknya.
"Mhmm.." Ucap Luca sambil menganggukkan kepalanya, dan segara kembali ke ruang tunggu.
"Hmm... kenapa mereka lama sekalinya? Mhmm... Bagaimana kalau aku mengejutkan mereka berdua? Pasti menyenangkan melihat wajah terkejut mereka. Hahaha.." Ucap Sena berpikir sambil tertawa tipis. Tidak lama kemudian Alice dan Luca pun tiba di depan pintu ruang tunggu. Sena pun langsung berdiri setelah mengetahui bahwa mereka berdua datang dari suara sepatu yang mereka pakai.
"Bagaimana apa kalian setuju?" Ucap Sena yang bersembunyi dibelakang pintu sehingga membuat Luca dan Alice terkejut saat mereka membuka pintu tersebut setelah mereka kembali dari taman keluarga Broglie.
"Astaga Sena, kau membuat kami terkejut saja." Ucap Luca terkejut karena melihat Sena yang tiba-tiba muncul di depan pintu.
"Hahahaha. Wajah kalian saat terkejut sangat lucu. Hahahahaha." Ucap Sena sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sena, kau..." Ucap Alice malu karena ditertawai oleh Sena.
"Hahahaha.. maaf, maaf. Ini pertama kalinya aku melihat wajah terkejut milik kalian berdua." Ucap Sena tertawa cekikikan.
"Sena." Ucap Luca dan Alice tambah malu.
"Baiklah, baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi, soalnya melihat wajah kalian saat terkejut itu sangat lucu jadi aku tidak bisa berhenti tertawa, andai aku melukis wajah terkejut kalian tadi, tapi sayangnya aku tidak punya kanvas dan cat lukis." Ucap Sena sedih.
"Sudah, sudah selesai tertawanya, ayo kita masuk. Tidak enak kalau para pelayan melihatmu tertawa seperti itu, Sena." Ucap Alice sambil mendorong Sena kembali masuk ke ruang tunggu.
"Baiklah, jadi bagaimana? Apa kalian akan menceritakan kisah kalian atau tidak?" Tanya Sena tidak sabaran.
"Kami akan menceritakan kisah kami tapi kau juga harus menceritakan kisah mu juga, Sena. Kalau kau tidak setuju maka kami juga tidak akan menceritakan kisah kami padamu, bagaimana apa kau bisa memegang janjimu yang sebelumnya itu, Sena?" Tanya Luca.
"Tentu, aku berjanji." Ucap Sena tegas mengacungkan kedua jarinya.
"Kalau begitu aku yang pertama." Ucap Alice sambil mempersiapkan dirinya.
"Silahkan, kau mulai Alice." Ucap Sena.
"Sebenarnya aku....." Ucap Alice yang berhenti karena malu untuk mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.
"Ada apa kak? Kenapa kakak berhenti?" Ucap Luca merasa heran dengan sikap kakaknya.
"A-aku tidak apa Luca." Ucap Alice pada adik angkatnya.
"Ba-baiklah, Se-sebenarnya aku... Aku tidak bisa menceritakannya sekarang maafkan aku, Sena." Ucap Alice semakin khawatir.
"Ya, tak apa Alice. Aku paham." Ucap Sena menenangkan Alice.
......................
"Aku pulang." Ucap kakaknya Sena.
"Selamat datang kembali Tuan Muda Eugeo." Ucap Lily yang menyambut kepulangan Eugeo dari Istana.
"Ya. Hmm... Lily mana Sena, Papa dan Mama? Kenapa mereka tidak menyambut ku?" Tanya Eugeo pada Kepala Pelayan nya.
"Ah, Tuan dan Nyonya kedatangan tamu dan sedang berbicara ruang kerjanya, sedangkan Nona Sena, dia sedang berbicara dengan teman-temannya di ruang tunggu, Tuan Muda." Ucap Lily pada Eugeo.
"Tamu? Siapa tamunya, Lily." Tanya Eugeo lagi.
"Count Castina beserta keluarganya, Tuan Muda." Ucap Lily.
"Baiklah kau boleh pergi, Lily. Aku akan menemui Sena di ruang tunggu." Ucap Eugeo pada Lily.
"Tok Tok Tok" bunyi suara pintu yang diketuk.
"Siapa?" Tanya Sena sambil berjalan menuju pintu.
"Sena, apa kau didalam? Kakak masuk ya." Ucap Eugeo yang berdiri didepan pintu.
"Kakak? Kakak, sudah pulang? Kenapa tidak ada yang memberitahuku ya?" Tanya Sena dalam hati.
"Sena?" Tanya Eugeo lagi.
"Ah.. Ya, masuklah, Kak." Ucap Sena menyuruh kakaknya untuk masuk.
"Sena, aku dengar dari Lily katanya kita kedatangan tamu?" Tanya Eugeo penasaran.
"Iya, kak. Count Castina dan keluarganya."
" Owh.. ya, kak, perkenalkan mereka adalah teman baruku namanya Alice Schubert De Castina dan Luca Arendo De Castina. Alice, Luca perkenalkan dia adalah kakakku namanya Eugeo Oregon De Broglie." Ucap Sena sambil memperkenalkan kakaknya pada kedua teman barunya itu.
"Salam Tuan Muda Broglie." Ucap Alice dan Luca bareng.
"Salam juga untuk kalian." Ucap Eugeo pada Alice dan Luca.
"Kak, bagaimana kabar Tuan Putri Lea? Kata Lily, kakak pergi ke Istana untuk bertemu dengan Tuan Putri Lea, tapi kenapa kakak tidak mengajak aku?" Ucap Sena sedikit sedih dan kesal.
"Maaf Sena, aku lupa untuk memberitahumu. Tuan Putri.... beliau... tidak baik, Tuan Putri merasa sangat tertekan setelah mengalami mimpi itu. Dan Tuan Putri bilang, beliau ingin bertemu dengan kita secepatnya." Ucap Eugeo menenangkan hati adiknya yang sedang sedih dan kesal itu.
"Benarkah itu, kak?" Tanya Sena kembali semangat.
"Ya, tentu saja benar, aku tidak akan membohongi adik ku demi keuntungan ku sendiri." Ucap Eugeo sambil mengelus rambut adiknya.
"Hehehehe." Ucap Sena tertawa karena kakak memperhatikannya.
"Ehem... ehem... Tuan Muda Broglie anda tidak lupa pada kami kan?" Ucap Luca pada Eugeo yang lupa pada mereka berdua.
"Hahaha... Maaf, maaf aku lupa kalau ada kalian disini. Owh... ya, kalian berdua panggil saja aku Eugeo, karena kalian teman adik ku jadi tolong jangan terlalu kaku padaku, aku tidak mau ada rasa canggung diantara kita." Ucap Eugeo pada mereka berdua.
"Baiklah, Tuan Eugeo." Ucap Alice.
"Aku bilang E.U.G.E.O. tidak perlu pakai ucapan 'Tuan Muda' begitu." Ucap Eugeo.
"Baiklah, baiklah Eugeo." Ucap Alice sambil keheranan.
"Hehehehe... Ayo kita ke ruang makan, makan malamnya sudah siap. Lily sedang memanggil Ayah, ibu, Tuan Count Castina beserta Nyonya Countess Castina." Ucap Eugeo sambil berjalan keluar dari ruang tunggu.
Sementara itu di ruang kerja Duke Broglie.
"Tok tok tok." Bunyi suara ketukan pintu.
"Tuan, Count dan Countess Castina ingin menemui anda." Ucap seorang pelayan wanita.
"Suruh mereka masuk." Ucap Duke Broglie dari dalam ruang kerjanya.
"Silahkan masuk, Tuan dan Nyonya Castina." Ucap pelayan wanita itu.
"Lama tidak bertemu Rydin, Mia. Bagaimana kabar kalian?" Ucap Duke Broglie pada kedua teman yang telah lama tidak dia temui.
"Kami berdua baik-baik saja, kau sendiri bagaimana kabarmu Louis? Ucap Count Castina pada teman lamanya.
"Aku baik. Silahkan duduk aku akan memanggilkan pelayan untuk membawakan cemilan untuk kalian makan, dan maaf tolong tunggu sebentar ada banyak urusan yang harus aku selesaikan." Ucap Duke Broglie pada temannya.
"Tidak apa, Louis. Hmmm... Louis bagaimana kabar Helena, aku dengar Helena sedang sakit? Aku ingin menemuinya, apa boleh aku menjenguknya, Louis?" Tanya Countess Castina.
"Ah... Kalian pasti mendengarnya didalam perjalanan ya. Helena dia... dia..." Ucap Duke Broglie ragu-ragu.
"Ya, ada apa dengan Helena, Louis? Tolong beritahu aku." Ucap Countess Castina penasaran.
"Louis kita sudah saling mengenal sejak lama, kalau kau ada masalah kau bisa menceritakannya pada kami, kau tidak perlu khawatir." Ucap Count Castina sambil menghampiri Louis.
"Haah.... Baiklah akan aku cerita kan apa yang terjadi pada Helena. Beberapa hari yang lalu Helena, dia mengalami suatu insiden dan itu membuatnya terkena penyakit yang serius, aku sudah berkali-kali memanggil dokter kemari tapi tidak ada yang tau apa penyebabnya." Ucap Louis sedih.
"Baiklah, apa kau bisa menceritakan bagaimana insiden itu terjadi, Louis?" Tanya Count Castina.
"Tentu, sebenarnya beberapa hari yang lalu...." Ucap Louis pada Count Castina sambil mengingat kejadian yang menimpa istrinya.
Malam 2 hari sebelumnya, saat Keluarga Count Castina belum datang. Duchess Broglie berencana untuk pergi ke kediaman keluarganya yang berada dekat dengan wilayah Duke Verita.
"Nyonya, semua barang sudah disiapkan, apa kita langsung berangkat sekarang?" Ucap seorang pelayan yang sedang menaiki barang-barang bawaannya ke atas kereta kuda.
"Ya, ayo kita berangkat." Ucap Duchess Broglie pada pelayan itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!