NovelToon NovelToon

Menikahi Pria Buta

Aku Juga Anak Kalian

"Mah, perusahaan kita sedang ada masalah?" tanya Papa dengan melonggarkan dasinya dan menghempas bokongnya di sofa, terlihat jelas di raut wajahnya yang sayu akibat kelelahan.

Mama terkejut dan panik setelah mendengar penuturan dari Papa, dengan cepat Mama menghampiri Papa yang duduk di sofa.

"Apa? kenapa bisa begitu pa?" Mama berteriak histeris dan menggeleng cepat, " maksud Papa kita bangkrut, Pah?!" Mama bertanya lagi untuk menyakinkan dirinya bahwa yang ia dengar salah. Wajah yang tak segar lagi hanya menatap wajah Papa dengan harap harap cemas.

"Benar Mah. Kita harus cepat mencari suntikan dana untuk perusahaan kita!" ucap Papa dengan menghela nafas berat.

"Kira-kira siapa yang mau membantu kita Pah, pokoknya Mama gak mau jatuh miskin. Apa kata teman-teman Mama kalau kita bangkrut? Papa harus cari orang yang bersedia membantu kita dengan menanam saham di perusahaan kita, cepat dong Pah! bertindak jangan diam saja!" bentak Mama pada Papa.

Aku yang mendengar Papa dibentak Mama membuatku merasa sedih, kenapa Mama tidak memikirkan perasaan Papa? Papa baru pulang dari kantor seharusnya di sambut dengan senyum dan menenangkan nya. Ini malah sebaliknya ocehan yang membuat Papa semakin stres memikirkan semuanya. Rasanya aku ingin membantu Papa tapi aku tidak tahu caranya dan harus apa.

"Mama, Papa? aku pulang!" teriak kak Andin yang baru pulang dari luar kota. Kak Andin. Kakak ku kami dua bersaudara, Kak Andin yang lebih di sayang dan dimanja oleh kedua orang tua ku. Nasib si bungsu lebih banyak menderitanya di banding anak sulung? miris banget hidup ku.

Kak Andin masuk ke ruang tamu membuatnya heran dan bertanya-tanya,"ada apa Mah, Pah, anak tersayang kalian pulang tapi tak ada penyambutan yang spesial untuk ku?" tanyanya dengan memonyongkan bibirnya.

Papa dan Mama melihat sekilas dan terdiam kembali, Andin menatap wajah mereka secara bergantian. Andin merasa bingung dengan sikap Mama dan papa.

Andin merasa tidak menemukan jawaban dari pertanyaan nya ia bergegas meninggalkan mereka dan menuju kamar Kiara siapa tau dia tahu tentang masalah apa yang dihadapi orang tuanya.

Tok.....

Tok.....

Tok.....

"Kia, kamu di dalam!" teriaknya membuat aku malas untuk bangun dari tidur ku.

"Hem, masuk aja Kak," aku menimpalinya dari dalam kamar.

Pintu kamar terbuka dan Kak Andin masuk dan duduk di tepi ranjang ku, seperti biasa ia akan memasang wajah sinis terhadap ku.

"Ngapain kamu diam di kamar saja! lihat orang tua kita, mereka seperti orang kebingungan ada apa!" tanyanya dengan menatapku tajam.

"Tanya sendiri sama kakak. Bukankah mereka lebih peduli dengan kakak? daripada aku, aku tak tahu menahu soal semuanya, aku Kiara si gadis bodoh yang tak pantas diajak berdiskusi bukan begitu Kakak ku yang pintar?!" jawabku dengan santai.

Semua orang yang di sini selalu saja menghina  mencaci, selalu mengumpat ku anak bodoh. Anak yang tak berguna bagi mereka. Kadang aku berpikir sebenarnya aku ini anak kandungnya sendiri atau bukan.

Terlebih Mama yang teramat sangat membenciku, apa yang aku lakukan selalu salah di mata Mama, hanya Kak Andin yang menurutnya sangat membanggakannya dalam hal apapun. Aku iri dengan Kak Andin yang selalu diperlakukan seperti itu apa yang Kak Andin mau pasti mereka mengabulkan setiap permintaannya.

Barang-barang branded semuanya Kak Andin punya, aku pernah meminta pada Mama untuk membelikan sepatu yang lagi ngetrend. Kalian tahu apa yang mama katakan? aku tidak pantas untuk memakai barang mahal aku cocoknya memakai barang bekas.

Sakit, sekali ucapan Mama yang teramat sakit menusuk hatiku. Bila aku mengingatnya terasa sesak nyeri bagaikan di tusuk belati tajam yang di koyak-koyak. Kisah hidup ku cocoknya di buat cerita novel yang judulnya bagaikan anak yang terbuang.

Sayangnya aku bukan author yang pandai menulis cerita. Aku hanya gadis yang malang yang harus menurut peraturan yang dibuat orang tua ku.

"Napa sih! di tanya jawab seperti itu! kalau kakak tahu nggak bakal nanya sama kamu! dasar! adik tak tahu diri!" tunjuknya tepat di wajahku, dengan wajah penuh amarah  aku yang mendengar hardikan darinya hanya terdiam dan senyum atas perlakuannya padaku.

"Kakak? bukanya kita sudah lama tidak bertemu bukan?! seharusnya ini momen paling penting buat kita untuk melepas rindu, bukan saling bermusuhan itu tidak baik," jawabku dengan senyum lembut. Aku meredam amarahku dengan kepala dingin, tak seperti Kak Andin yang meluapkan amarahnya dengan adu otot.

"Kalian berdua kenapa sih gak pernah akur, kamu juga Kiara! Kakak mu baru pulang, seharusnya kamu merasa senang dengan kesuksesan yang diraih kakak mu, Andin memang anak yang membanggakan anak idaman, tak seperti kamu! bodoh! dan menyusahkan orang tua!" pekiknya yang menyusup gendang telinga ku.

"Mah, aku nggak minta di lahir kan untuk menjadi anak bodoh mah! siapa yang mau? aku juga ingin menjadi anak yang membanggakan untuk Mama dan papa?" ucapku dengan Isak tangis yang tidak bisa aku bendung lagi.

"Sudah bodoh! cengeng lagi! menyebalkan."

Kak Andin menyenggol lenganku dengan kasar dan pergi keluar dan di ikuti Mama dari belakang.

Setelah kepergian Mama dan Kak Andin, aku  duduk diam yang bisa dilakukan sekarang adalah beristighfar sebanyak-banyaknya.

'Ya Tuhan mengapa hidup ku tak sebaik Kak Andin? aku juga ingin menjadi anak yang penurut dan berbakti'

Hatiku sakit diperlakukan seperti ini rasanya ingin pergi sejauh mungkin, percuma toh aku tidak diharapkan mereka.

Entah mengapa tiba-tiba aku mendengar suara rengekan dari ruang tamu, seperti suara Kak Andin? tapi kenapa, ada apa? karena penasaran aku pun segera menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

Ku lihat wajah Mama, Papa dan Kak Andin yang menegang dan juga shock entah apa yang mereka bahas, jelas aku tidak tahu ada masalah sebesar apapun aku tidak diajaknya berunding.

"Pah, kita jodohkan saja dengan dia!" teriak Mama dan menunjuk ke arah ku.

"Ia Pah, benar kata Mama orang buta cocoknya sama orang bodoh! hitung-hitung dia balas Budi sama Mama dan papa?" Kak Andin menimpalinya dengan senyum sinisnya.

Mereka pada ngomongin apa sih kenapa aku jadi kebawa-bawa? ada yang nggak beres nih! gumamku dan mendekati mereka.

"Kiara? betulan Nak. Kamu ada di sini? Papa butuh bantuan kamu Nak!" ucapnya dengan raut wajah cemas.

"Apa yang bisa Kiara bantu Pah. Pasti Kiara bantu...."

"Tuh dengar kan Pah, Kiara mau di jodohkan dengan lelaki itu?" potong Kak Andin dengan antusias

"A-aku, mau di jodohkan?! aku nggak mau Pah, Kiara mau kuliah mengejar cita-cita yang selama ini aku impikan Pah?" tolakku dengan cepat.

"Hanya kamu harapan kami Nak," tutur Papa dengan mengelus lenganku.

"Kenapa harus aku Pah? kenapa tidak Kak Andin saja. Lagian Kak Andin sudah dewasa dan sudah....."

"Kiara! ini saatnya kamu untuk berbakti pada orang tua, kamu mau jadi anak durhaka iya!" bentak lagi dengan berapi-api.

"Papa mohon Nak, kan kamu tau Kakak kamu masih mau mengejar mimpi nya, jangan hancurkan impian Kakak mu?"

Kenapa Papa begitu mengkhawatirkan Kak Andin, begitu berharganya Kak Andin bagi mereka? dan harus mengorbankan aku yang baru lulus SMA demi kepentingan pribadi khususnya Mama yang tidak mau hidup miskin, dan apa tadi mereka bilang aku akan dijodohkan dengan lelaki buta? dimana hati nuraninya yang rela menjual anaknya sebagai jaminan kelangsungan hidupnya.

"Kalau kamu menolaknya dengan terpaksa Papa dan Mama akan mengusir kamu dan mencoret daftar namamu di kartu keluarga." Ancam Mama dengan menatap tajam ke arahku.

Begitunya Membenciku

"Kalau kamu menolaknya dengan terpaksa Papa dan Mama akan mengusir kamu dan mencoret daftar namamu di kartu keluarga." Ancam Mama dengan menatap tajam ke arahku.

Aku terpaku diam seribu bahasa, sakit hati yang aku rasakan tiada bandingnya. Mencerna semua kata-kata yang begitu menyayat hati ini, demi misi. Anakmu harus menjadi korban keegoisan kalian.

Papa melangkah mendekati ku dan memelukku," Kia Papa mohon sangat, bantu kami Nak?" Lirihnya dengan wajah mengiba.

"Pah, Mah. Apa tidak ada cara lain untuk mencari solusinya? Kenapa harus aku yang kalian jodohkan?! Dan kenapa tidak Kak Andin saja yang menikah," tolakku dengan menahan gejolak amarah yang setiap saat bisa meledak.

"Heh! Dasar anak tak tahu diri! Baru satu kali saja kami meminta bantuan dari mu kamu sudah berani menolaknya?!" Pekik Mama dengan tatapan nyalang padaku. Seakan-akan mau memakan ku hidup-hidup.

"Seharusnya kamu itu bersyukur atas kasih sayang yang kami berikan pada kamu sampai kami menyekolahkan dan sekarang kamu! Mau kuliah pun kami yang membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan kuliahmu. Dasar anak kurang aj*r!" Geramnya lagi.

"Mah! Kenapa harus aku! Maafkan aku bila sudah menyusahkan kalian, dan aku tidak minta dilahirkan oleh Mama!" Teriakku.

"Mengapa semua orang begitu membenci diriku apa salahku?" hiks...hiks.... Kiara menangis sesegukan  di antara mereka tak satupun untuk menenangkan Kiara. Keluarga macam apa mereka yang rela menjual anaknya pada orang lain demi kepuasan sesaat.

"Aku menyesal sudah melahirkan mu! Kalau tahu bahwa kamu akan membangkang terhadap Mama sudah aku gugurkan kandunganku dari dulu? Tapi Papa kamu yang melarangnya," ucapnya dengan wajah kecewa. 

Aku yang mendengar kejujuran dari Mama membuat terkejut bukan main.

'Ya Allah, jadi  semenjak aku belum lahir sekalipun mereka tidak menginginkan aku ada? Baiklah aku akan menerima perjodohan ini demi bakti ku pada kalian agar kalian bahagia? Tapi apa alasannya Mama hampir menggugurkan kandungannya ada apa yang sebenarnya?' Kiara membatin untuk menguatkan hati.

"B-baiklah bila itu semua bisa membuat kalian senang?" Jawabku dengan terbata-bata.

"Mikir kayak gitu saja harus pake otot!" Mama menatapku penuh kebencian terhadap aku.

Rasanya aku ingin bertanya tentang apa yang terjadi pada Mama yang selalu berkata mau membunuhku dalam kandungannya. Tapi ini bukan saatnya yang pas untuk aku bertanya.

Papa mendengar persetujuan langsung melempar senyum padaku," terimakasih Kia? Kamu memang anak yang bisa Papa andalkan," ucapnya dengan senyum binar terlihat jelas ada kebahagian lagi yang sempat redup sebelum aku menyetujui perjodohan tadi.

Mereka akan berterima kasih pada ku, bila keinginannya tercapai tapi bila aku menolaknya maka yang akan keluar adalah hinaan dan cacian yang akan aku dapatkan.

"Tapi Papa harus menjelaskan semuanya tentang kisah masa lalu Mama yang hampir menggugurkan ku dulu? Aku mohon Pah," aku menatapnya dengan wajah memohon.

"Sudahlah bila kamu ingin bantu kami, maka kamu jangan terlalu banyak bertanya tentang semua hal yang menyangkut masa lalu Mama, bila tak mau silahkan keluar dari rumah ini! Pintu ini terbuka lebar untuk kamu keluar!" Jawabnya dengan pelan tapi tajam menusuk jantungku

Duar…….

Bagaikan petir di siang bolong, aku yang mendengar pengakuan dari papa seketika detak jantungku seakan-akan berhenti nafasku tercekat lidahku kelu, tak terasa air mata ini sudah membasahi pipiku.

"Pah, jangan bicara seperti itu lagi. Maaf kan aku Pah." Aku berhambur memeluk tubuh renta nya.

"Apa kamu bersedia untuk menikah!" 

"Iya Pah!"

  

Aku mengangguk cepat dan meyakinkan Papa bahwa aku bersedia menikah dengan pilihan Papa walaupun orang itu buta aku ikhlas. Air mata ini enggan untuk berhenti terus dan terus mengeluarkan air hangatnya.

"Baiklah besok mereka akan datang kesini? Jadi Papa minta kamu harus bersikap ramah menyambut kedatangan calon suami kamu dan keluarga nya mengerti!" Ucapnya dengan berlalu meninggalkan aku sendiri yang masih setia berdiri dengan berurai air mata.

****

Aku menatap wajahku di pantulan cermin, apa ada yang salah dengan wajah ini? Sehingga mama begitu membenci diriku yang tidak tahu apa alasannya, gumamku.

Tiba-tiba Kak Andin masuk ke dalam kamarku dan meletakkan kebaya modern untuk besok agar aku kenakan.

"Besok pake gaun ini! Sebenarnya aku gak ikhlas memberikan gaun ini apalagi belum pernah aku pakai. Kalau bukan Mama yang menyuruhku untuk memberikan padamu, aku gak rela!" Geramnya dengan senyum sinis.

Disaat Kak Andin akan keluar ia membalikkan badannya dan memandangi wajah ku dan berkata.

"Besok jangan bikin ulah! Apalagi ada niatan kabur! Aku gak segan-segan  membunuhmu!" Ancamnya lagi dengan memasang wajah garang dan berlalu dengan menutup pintu dengan keras.

BRAKK

Membuat aku terkejut melihat sikap Kak Andin yang aku mengira dia sayang padaku tapi nyatanya sama saja dengan Mama dan papa, ku usap dadaku Astaghfirullah semoga aku kedepannya dapatkan kebahagiaan setelah apa yang terjadi pada ku.

Pertemuan

Kini aku sendiri hanya berteman kesunyian malam, ku menarik nafas berat seperti beratnya beban hidupku yang harus aku jalani.

Ku rebahkan tubuhku dan aku pejamkan mata ku namun kedua mataku Engan tuk aku pejamkan rasa gelisah yang menyelimuti seluruh tubuh membuat hati ini tak tenang.

Hem, esok hari penentuan hidup aku, akan kah aku mendapatkan kebahagiaan di keluarga baru? atau sebaliknya. Aku akan berdoa semoga keluarga baru ku baik dan benar-benar sayang sama aku juga mencintaiku sebagai mana mestinya.

Semangat Kiara, semangat! semoga calon suami aku orangnya baik dan penyayang. Jangan menyerang sebelum perang. Aku menyemangati diri sendiri agar tenang dan slow.

"Mah, kenapa sih harus pake gaun punya aku? kenapa juga Mama gak membelikan Kiara gaun yang biasa aja! Itukan baju kesayangan aku mana belum aku pake lagi," rajuk nya Andin dengan mengelayut manja.

"Sayang? kamu bisa membelinya lagi yang lebih bagus tentunya yang mahal. Biarkan Kiara yang memakainya biar keluarga calonnya nggak curiga sama kita kalau kita sudah menyia-nyia kan dia?" bujuk Rikha pada Andin dan di anggukan kepala oleh nya.

"Sekarang kita tidur, biar besok kita lebih fresh."

"Oke."

Keduanya masuk ke kamar masing-masing untuk tidur.

Ahhh! kenapa cepat sekali paginya? umpat Kiara dengan malas menuju kamar mandi. Tak lama kemudian Kiara keluar dari kamar mandi dan menuju sofa untuk mengambil gaun yang sudah di siapkan semalam oleh Andin.

Tubuh indahnya Kiara kini sudah terbalut rapi dengan kebaya modern yang sangat pas untuk dikenakan Kiara. Dengan senyum getir yang menghiasi wajah sendunya, Kiara memoleskan wajahnya dengan bedak tipis dan lipstik warna peach.

Kecantikan yang tercetak di wajah Kiara yang memang kecantikan yang palipurna.

Ketukan pintu dari luar membuat Kiara terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan tertatih karena susah berjalan dengan mengunakan kain jarik yang ia kenakan. Ya siapa lagi kalau bukan Rikha Mamanya Kiara.

"Sudah siap belum!" ketusnya dengan memandangi wajah Kiara yang begitu cantik.

Kamu cantik! pujinya dalam hati.

"Sudah Mah, bentar lagi aku turun ya?" jawab Kiara dengan pelan.

"Jangan lama-lama, karena keluarga suamimu sedang dalam perjalanan menuju ke rumah kita?" terangnya lagi dan pergi meninggalkan Kiara.

"Mah, mereka sudah sampai?" teriak Andin yang sedang berdiri di ambang pintu dan berlari menghampiri Rikha.

"Assalamualaikum?" sapa seseorang dari luar.

"Waalaikumsalam." Rikha menjawab salam dari mereka.

Mereka adalah keluarga Robinson Xander, Rita Nadia, David Xander putra sulungnya yang akan di jodohkan dengan Kiara, dan si bontot Devina Xander putri bungsu.

"Jeng Rita mari masuk?" serunya dengan senyum binar.

"Terimakasih loh jeng?" mereka berdua saling berpelukan melepas rindu.

Keluarga Xander di persilahkan untuk duduk di ruang tamu. Keluarga Xander pun duduk dan melebarkan pandangan pada Andin yang baru turun dari tangga.

Rita menduga-duga bahwa Andin lah yang akan menjadi calon menantunya, Andin yang mengenakan dress selutut berwarna merah muda dan elegan menghampiri mereka dan bersalaman dengan senyum mengembang. Andin kelihatan cantik, membuat Rita maupun Joni suaminya merasa senang karena mereka tidak sia-sia mengeluarkan dana untuk perusahaan Papa nya Andin.

"Cantik!" puji Devina dengan lirih.

"Kak, calon istri Kakak cantik tau?" bisiknya pada David Xander Kakaknya.

Tak lama Rikha dan Joni suaminya menghampiri mereka dan saling berjabat tangan.

"Pah, ini calon mantu kita cantik banget? nggak rugi kita dong kita menerima perjodohan ini?" ucap Rita dengan antusias.

"Bukan Andin Jeng? tapi anak saya yang bungsu?" terangnya lagi membuat Rita maupun Joni saling berpandangan.

"Loh, bukannya dia?" tunjuk Rita pada Andin.

"Bukan, tunggu sebentar saya akan panggilkan anak saya yang lainnya." jawab Rikha.

Andin merasa tidak nyaman ia pun berpamitan untuk meninggalkan mereka dan menuju kamar nya.

"Sombong!" gerutu Devina Xander yang masih terdengar oleh Joni.

"Pah, memangnya mereka punya anaknya berapa? cantik nggak! kalau jelek kita batalkan saja!" ancam Rita pada Robinson Xander.

"Sabar Mah, kita lihat dulu. Kalau mereka membohongi kita maka Papa akan mencabut semua dana yang sudah Papa keluarkan banyak untuk perusahaan mereka." bisik Robinson Xander.

Rita pun menganguk pelan tanda mengerti.

Tap...tap... suara langkah kaki menuruni anak tangga. Nampak Kiara yang berbalut kebaya modern yang begitu anggun yang diapit oleh Rikha.

" Angkat wajah mu! tunjukan senyuman manis awas! kalau sampai kamu mengecewakan kami!" gertaknya membuat Kiara ketakutan. Namun ia berusaha tenang agar tidak mengundang kecurigaan dari keluarga Xander.

"Maaf lama ya jeng? maklumlah namanya juga calon pengantin, ada grogi-groginya," jawab Rikha dengan sedikit gugup.

Rita mendekati Kiara dan diangkatnya wajah Kiara yang sedari tadi menunduk dan Rita membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Ternyata dia lebih cantik sopan santun tidak seperti kakak' nya sombong! batin Rita.

"Siapa nama mu Nak?" ucapnya dengan lembut siapa pun yang mendengarnya akan merasa damai.

"S-saya Kiara Tante?" jawab Kiara dengan gugup.

"Kak. Yang ini lebih cantik dan sopan santun dan ramah ngak seperti yang tadi jutek!" pujinya.

Bagaimana David akan melihat kecantikannya Kiara sedangkan dirinya buta tak bisa melihat apa-apa hanya kegelapan saja.

"Hai? Kakak ipar! kenalkan namaku Devina Xander adiknya Kak David Xander calon suami Kakak?!" Devina mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Kiara.

"Hai juga, namaku Kiara Putri?"

"Nama yang cantik secantik orangnya baik ramah sopan santun aku senang sekali mempunyai Kakak ipar seperti Kakak." Devina memeluk tubuh Kiara dengan eratnya.

Keluarga mereka begitu sayang sama aku. Tak ada tanda-tanda kebencian dari mereka? semuanya baik. Mereka menyambut ku dengan tulus jadi aku tidak meragukan lagi untuk tidak menolak keinginan Mama dan Papa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!