“Baiklah.” Begitu kata Agatha dengan tampang tanpa Eksprsi.
Ini mengingatkannya pada saat malam setelah pernikahan, seharusnya menjadi malam pertama bagi Agatha dan juga Louis namun bukan kehangatan yang di terima Agatha, namun hanya kata- kata menusuk dan menyakitan lah yang menjadi awal pernikahan Agatha dan Louis.
‘ ingat! Aku menikahimu hanya menghormati ayahmu! Satu tahun! Ingat hanya satu tahun! Jangan harap dalam satu tahun ini aku akan memberi pernikahan yang manis untukmu.’ Setelahnya seolah hati Agatha telah mati, ia tak pernah mengharapkan jika suaminya akan mencintainya atau mengharapkan hal- hal manis seperti yang di alami suami istri yang sering di bacanya di novel online kesayangannya. Yang akan jatuh cinta pada wanita yang di jodohkannya karena melewati pernikahan bersama.
Setelah satu tahun akhirnya Agatha terlepas. Terlepas dari hubungan yang membuatnya sesak. Bagaimana tidak sesak, ia dan Louis adalah suami istri namun bagaikan orang asing dalam hubungan bernama suami dan istri. Mereka bahkan tidur di ruangan yang terpisah. Atau bahkan tidak tidur dalam satu rumah. Tak heran, Louis lebih memilih untuk tidur di apartement pribadinya.
Agatha yakin jika Louis tidak menyentuh Elena sebagaimana pria itu tak menyentuh Agatha. Karena Agatha tahu- Louis percaya jika cinta itu sakral dan murni. Itu sebabnya ia tak ingin menyentuh Elena- kekasihnya jika tidak terikat hubungan di dalam nama pernikahan.
“ benarkah?” tanya Elena ketika Agatha dengan gampang menyetujui ketika Louis memberi surat cerai kepadanya.
“ apa syarat yang kau minta?” tanya Louis yang tahu jika pasti ada syarat yang akan di minta Agatha, jika tidak- tak mungkin wanita itu mau dengan gampangnya bercerai dengan dirinya.
“ kau takkan bilang ingin pembagian harta kan?” ucap Elena tak terima. Agatha hanya menatap Elena- kekasih Louis, sesungguhnya tanpa mencari tahu pun, Agatha yakin jika Elena dekat dengan Louis tak lain dan tak bukan karena tahu keluarga Louis dari keluarga terpandang.
Agatha bahkan yakin jika Elena tak sungguh- sungguh mencintai Louis, namun Agatha lebih memilih bungkam karena wanita itu tahu, satu- satunya yang dapat membuka mata pria itu adalah dirinya sendiri. Ibarat cinta itu buta, tak dapat melihat mana yang benar dan mana yang salah, sebagaimana orang luar memberi tahu, namun apa yang di anggap benar tak dapat di bantah ataupun di patahkan orang lain.
“ tidak, tenanglah. Aku masih memilki harta warisan dari ayahku yang lebih dari cukup.” ucap Agatha seolah menyindir Elena juga Louis.
“ baiklah, katakan apa syaratmu.” ucap Elena acuh.
“ aku ingin meminta hakku sebagai istri.” ucap Agatha.
“ APA! Aku.. “ ucap Louis mau membantah namun di hentikan Elena.
‘ sayang? Kenapa kau menghentikanku?’ heran Louis.
“ berikan saja syarat yang di minta Agatha.” ucapan Elena yang sungguh tak terkira bagi Louis.
“ kenapa? Aku tidak mau menyentuh ****** itu!” ucap Louis bersikeras.
“ kalau kau tak menurutinya, aku takut ia takkan mau menandatangani surat cerai itu! Lebih parah lagi akan meminta hal lain sebagai syarat perceraian darimu.” ucap Elena menenangkan Louis.
“ biarkan saja aku membagi sebagaian hartaku! Asal aku tak menyentuhnya!” ucap Louis tak terima.
“ sayang! Aku yakin meski kau meyentuhnya, hatimu tetap ada padaku!” ucap Elena yang seolah keberatan jika Louis lebih memilih membagi setengah hartanya.
“ jika kau tak mau menyentuhku, kau bisa menutup matamu saat melakukannya.” ucap Agatha akhirnya.
“...” Louis terdiam sesaat, sesungguhnya, ia tak ingin menyentuh Agatha dan mengecewakan kekasih hatinya, namun Louis tak menyangka jika Elena malah meyakinkan Louis agar menuruti permintaan terakhir Agatha.
“ baiklah, tapi aku tetap tak mau menyentuhmu.” ucap Louis.
“ baiklah, aku yang akan melakukan foreplay.” ucap Agatha.
“ aku takkan memaafkanmu jika kau tak menepati janjimu.” ucap Louis.
“ kau bisa memegang kata- kataku.” ucap Agatha.
Akhirnya sesuai perjanjian, Agatha dan Louis sedang bersiap melakukan malam pertama yang tertunda selama setahun. Dan Elena tentu saja sudah Louis pulangkan, pria itu tak ingin sampai kekasih hatinya merasa kecewa dan patah hati karena Louis menyentuh wanita lain- meski itu adalah permintaan Elena sendiri.
“ Camkan ini! Meski aku menyentuhmu, selamanya hatiku hanya untuk Elena.” ucap Louis sarkas.
“ ya.” ucap Agatha acuh.
“ mau kemana?” tanya Louis yang melihat Agatha beranjak ke kamar mandi kamar Louis- karena memang kamar Louis memiliki kamar mandi pribadi di dalam kamarnya.
“ mandi. Atau kau mau aku sentuh langsung? Kau sudah tidak sabar rupanya.” ucap Agatha dengan smirk smile nya.
“siapa juga yang tidak sabar. Cepat lakukan ini dan tanda tangani surat cerai itu setelahnya.” ucap Louis kesal.
“ aku harap kau tidak lemah.” ucap Agatha.
“ maksudmu?” heran Louis.
“ aku harap kau tdak akan langsung dapat pelepasanmu di saat aku belum mendapatkan pelepasanku.” ucap Agatha.
“ apa! Apa kau pikir aku selemah itu?” geram Louis.
“ ya, aku harap begitu. Karena perjanjiannya adalah aku meminta hakku. Jadi aku ingin aku mendapatkan pelepasanku setelah itu aku akan tanda tangani surat cerai itu.” ucap Agatha masuk kekamar mandi.
“ bagaimana jika kau mendapatkan pelepasanmu dan aku belum?” tanya Louis.
“ aku akan mengakui jika kau itu pria yang kuat! Tapi itu tidak masalah, aku tak peduli kau mendapatkan pelepasanmu atau tidak. Lagi pula, aku pikir kau hanya mau mendapatkan pelepasan pertamamu di tubuh Elena.” ucap Agatha dari dalam kamar mandi.
“ tentu saja.” ucap Louis menyilangkan lengannya di depan dada bidangnya.
Butuh waktu lama bagi Agatha membersihkan dirinya, setelah setengah jam membersihkan dirinya, Agatha keluar hanya dengan handuk yang melilit setengah tubuhnya.
Louis hanya menatap tubuh Agatha dengan tak percaya. Bagaimana tidak? Rambut pendek Agatha sungguh membuat leher Agatha terlihat jenjang dengan pundak yang tegak dan dada besar yang masih tertutup oleh handuk tebal. Air yang di biarkan menetes mengalir sungguh membuat kulit Agatha terlihat eksotis.
Selama berumah tangga dengan Agatha, Louis tak pernah melihat tubuh wanita itu sebelumnya, tentu saja selain karena pria itu yang memang tak mempedulikan Agatha juga karena istrinya itu selalu memakai baju yang longgar hingga tak mencetak tubuhnya sama sekali. Sehingga Louis tak menyadari jika bentuk tubuh istrinya yang ternyata dapat membuat lelaki manapun tak berkedip melihatnya.
Tampak Agatha yang tak mempedulikan tatapan Louis dan memilih berjalan menuju saklar lampu untuk mematikan lampu.
“ kenapa kau mematikan lampunya?” tanya Louis.
“ bukankah kau tak mau melihat tubuhku? Apa kau mau aku menutup matamu?” tanya Agatha menunjukkan kain di tangannya.
“ terserah kau.” ucap Louis pura- pura acuh, padahal, sedari awal istrinya keluar dari kamar mandi dengan jelas jika pria itu menatap lekuk tubuh Agatha. Tapi ia memilih membiarkan Agatha menutup matanya agar tak lagi tergoda.
Louis hanya diam meski sebenarnya ia mengakui jika tubuhnya menyukai sentuhan Agatha atau mungkin karena memang Louis sama sekali belum pernah merasakan permainan cinta sebelumnya.
Tak heran, selama ini Louis menganggap cinta itu suci juga sakral, ia bahkan tak pernah menyentuh Elena karena pria itu ingin menyentuh kekasihnya kala wanita itu kelak menjadi miliknya seutuhnya. Meski Elena selalu memintanya sekalipun, Louis selalu meyakinkan wanita itu untuk menyerahkan mahkotanya ketika kelak mereka telah sah menjadi suami istri nanti.
Entah bagaimana, semua kain di tubuh Louis telah terlepas di tubuh pria itu. Hanya tinggal brief yang telah sesak karena milik pria itu yang seolah meronta untuk di lepaskan. Meski memalukan, Louis tak bisa berkata banyak ketika Agatha membuka sisa kain di tubuh Louis dan menampilkan milik Louis yang tegak sempurna seolah siap di nikmati.
Louis dapat merasakan jika bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir Agatha sebelum akhirnya miliknya merasakan akan memasuki milik Agatha.
' sempit sekali.' batin Louis kala Agatha kesusahan memasuki miliknya. Hingga terdengar jika Agatha menggerang kesakitan dan memekik setelahnya. Merasa ada yang aneh, Louis membuka penutup kain di matanya.
" wait! You are still a virgin?" tanya Louis melihat reaksi kesakitan Agatha juga darah yang menetes keluar dari sela milik Agatha.
" tentu aja! Kau ini suamiku! Jika kau saja tak pernah menyentuhku bagaimana bisa aku melepas darah pertamaku." ucap Agatha memekik karena menahan kesakitan.
" ouh." lenguhan kecil terdengar kala Pria itu merasakan sensasi nikmat karena sesuatu yang dingin dan basah bermain di miliknya.
"Sial. Dia sangat pandai bermain cinta." geram Louis.
Suara yang awalnya berupa rintihan berganti menjadi ******* yang saling bersahut- sahutan. Dan itu membuat louis menggila, tanpa sadar ia juga memacu pinggulnya dan membuat Agatha semakin memekik nikmat karenanya.
Hingga akhirnya Agatha bergetar hebat. Louis tahu jika wanita itu telah mendapatkan pelepasannya. Dan saat wanita itu terjatuh karena tubuhnya melemas, entah mengapa, Louis malah menangkap tubuh Agatha, menjatuhkannya di kasur mereka dan mengukung tubuh Agatha.
Agatha kembali memekik kala merasa Louis kembali memasukinya bahkan menghentak- hentakkan miliknya dengan kasar.
“ uh!” lenguh Agatha kala Louis mencium leher Agatha dengan kasar. Dan setelahnya, Agatha mendengar jika Louis melenguh panjang. Agatha yakin jika pria itu juga telah mendapatkan pelepasannya.
Tampak jika kedua orang itu saling berebut udara yang seolah menipis masih dalam keadaan berpelukan seolah enggan meninggalkan kehangatan milik pasangannya.
Agatha hanya terdiam, tubuhnya melemas dan pikirannya kosong. Sementara Louis- Agatha yakin jika pria itu tertidur karena kelelahan.
Kelelahan? Seharusnya Agatha yang kelelahan karena sedari awal Agatha lah yang selalu aktif memuaskan pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya ini.
Setelah terdengar dengkuran halus dari mulut Louis, Agatha memilih mendorong tubuh Louis pelan. Menyelimuti pria itu setelah sebelumnya membersihkan tubuh pria itu dengan handuk kecil agar pria itu merasa nyaman dan tak terusik dalam tidurnya.
Tampak jika Agatha tak kesusahan membersihkan tubuh pria yang akan menjadi mantan suaminya ini. Hal itu karena memang beginilah yang selalu di lakukan Agatha. Di saat pria itu pulang dalam keadaan mabuk dan tak sadarkan diri- Agatha lah yang mengganti baju Louis dan membersihkan badannya. Namun pria yang kala itu masih menjadi suaminya itu malah mengira jika Elena lah yang selalu melakukannya, karena memang di saat mabuk Elena lah yang membopong Louis pulang kerumah. Elena sendiri tak pernah mengaku jika yang membersihkan tubuh pria itu bukan dirinya. Dan Agatha sendiri tak mau ambil pusing meributkan hal yang baginya sepele.
Setelah membersihkan tubuh Louis dan memakaikan pria itu pakaian juga menyelimutinya, Agatha lalu beralih pada selembar kertas berisikan surat cerai yang harus di tanda tanganinya. Sekali lagi, dengan wajah tanpa ekspresi Agatha menandatangani perjanjian surat cerai tersebut.
“ setelah ini kita bukan siapa- siapa, Louis Fransiskus. Aku harap kau takkan menyesali keputusanmu. Karena akupun tak menyesali keputusanku.” ucap Agatha meninggalkan kamar Louis juga rumah yang telah di tempatinya selama setahun belakangan.
*** esok paginya***
Sinar mentari pagi telah memaksa masuk melewati celah jendela. Louis mengerjapkan matanya karena perbedaan cahaya yang diterimanya. Dengan malas ia mengelus sisi kasur di sebelahnya. Merasa jika apa yang di carinya tak ada di tempatnya, ia membuka matanya dan terbangun.
“ Agatha?” panggil Louis.
Pria itu berpikir jika Agatha masih ada di kamar mandi kamarnya, namun pria itu tak mendapati wanita itu di manapun. Ia kemudian menyadari jika tubuhnya dalam keadaan bersih bahkan telah lengkap berpakaian.
“ apa ia yang memakaikan aku pakaian? Ia bahkan membersihkan tubuhku.” ucap Louis bermonoloq.
Ia ingin mencari keberadaan Agatha namun matanya tertuju pada selembaran surat cerai yang sudah di tanda tangani wanita yang akan menjadi mantan istrinya tersebut.
Ia lalu keluar dari kamar nya namun apa yang di carinya tak juga di temukannya, bahkan kamar yang sebelumnya di tempati Agatha sudah dalam keadaan kosong, seolah wanita itu telah mempersiapkan segalanya sebelum meminta permintaan terakhir pada Louis. Hanya ada cincin tanda pernikahan mereka yang di letakkan Agatha di sebuah kotak bludru yang di siapkan keluarga Louis kala melamar Agatha.
Dan kotak bludru itu wanita itu letakkan di atas meja yang selalu di gunakan wanita itu. Seolah menunjukkan jika ia tak membawa apapun milik Louis dan keluarganya.
Louis hanya menatap pada cincin yang dulu selalu melingkar di jari manis Agatha. Yang kini hanya akan tersimpan dalam kotak bludru itu.
Louis memilih menangkup kotak bludru tersebut dan menyimpannya di dalam saku celananya. Sebuah kotak Bludru yang di dalamnya tersimpan cincin emas putih dengan blue diamond sebagai inti dari cincin tersebut.
Cincin yang di design langsung oleh mendiang ibunda dari Agatha sebelum kepergianya dan akhirnya design itulah yang di gunakan oleh ayah Louis untuk membuat cincin pernikahan Agatha dan Louis. Dengan ukiran initial nama Agatha di dalamnya. Dengan harapan pemakai dari cincin tersebut memang hanya milik Agatha.
0o
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!