NovelToon NovelToon

Bintang Senja

Bab 1 Flashback

Jakarta, 2008

Senja hari di taman yang sejuk banyak orang yang berdatangan ke sana , termasuk anak lelaki yang terus memperhatiakan langit sambil bersandar di bawah pohon yang rindang .Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, yang pasti dia berbeda dari anak lainnya yang setiap hari ke taman untuk bermain sedangkan dia terus diam disana sambil menatap langit yang cerah. Sunyi dan sendiri adalah kenyaman buatnya, dia bebas berimajinasi sendiri dalam khayalan seorang anak-anak yang tinggi akan mimpi.

Tiba-tiba...

“Hai, bolehkah aku duduk disini?” tanya seorang anak perempuan yang usia nya kurang lebih satu tahun di bawahnya. Sambil memperhatikan anak laki-laki itu juga terus melihat ke arah yang dilihat laki-laki itu.

“Kamu liatin apa sih?” anak perempuan itu kembali bertanya sambil melihat ke langit yang terus dilihat anak lelaki itu.

“Kenapa ya , gak ada bintang di sore hari?” ucap anak laki-laki itu sambil melihat ke anak perempuan tersebut.

“Kan bintang itu adanya malam. kata mamah bintang , kalau bintang sudah besar bintang harus jadi seperti bintang malam yang mampu menerangi kegelapan malam dan memberikan keindahan di langit padamalam hari.” Katanya lirih sambil menatap langit yang sudah hampir jingga itu.

“ Jadi nama kamu bintang dan kamu suka bintang ?” tanya anak lelaki itu lagi sambil bergumam dan berpikir mengenai sesuatu.

“Iya, perkenalkan namaku Bintang dan aku sangat suka dengan bintang. Kalau kamu suka bintang gak?” tanyanya sambil menatap anak laki-laki itu menuntut jawaban.

“ Aku gak terlalu suka bintang, tapi aku suka sore hari yang memancarkan warna oranye. Waktu langit berubah oranye kita bisa merasakan ketenangan, tapi aku ingin sekali melihat bintang di saat langit berubah warna menjadi seperti itu. Sayangnya setiap aku kesini belum pernah melihat bintang.” Ucap anak laki-laki itu terlihat lesu.

Lalu alarm di kepalanya seketika berbunyi ketika dia melihat binary mata anak permpuan itu yang membuatnya merasa nyaman dan tenteram. Seketika anak laki-laki itu berucap…

“Kamu mau gak jadi bintangnya aku?” tanya anak lelaki itu.

“Wah aku mau sekali jadi bintangnya kamu” Jawab anak permpuan itu antusias.

“Kebetulan aku juga baru pindah kemarin jadi belum mempunyai banyak teman kamu mau kan jadi teman aku , jadi teman senjaku.” Lanjutnya dengan penuh harap sekaligus bahagia.

Sambil menunggu jawaban anak laki-laki tersebut dia tersenyum seraya menatap anak laki-laki tersebut. Tidak lama anak laki-laki yang tidak diketahui namanya itu mengangguk dan membuat anak perempuan itu tersenyum gembira.

“Berarti mulai sekarang kamu jadi bintang senjaku dan aku jadi teman senjamu, deal.” Kata anak laki-laki tersebut sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Deal’ sambil menerima jabatan tangan anak laki-laki tersebut.

“oh iya nama kamu siapa?”

“Namaku yusuf, senang berkenalan denganmu Bintang. Mulai saat ini kita berteman”

Dan setelah itu mereka mulai akrab satu sama lain karena rumah mereka ternyata bersebelahan sehingga selalu bermain bersama dan menyebabkan mereka semakin akrab. Tepat pada saat usia Yusuf 6 tahun, Yusuf pindah rumah ke Bandung karena papanya pindah tugas. Hal ini membuat Bintang sangat sedih dan yusuf pun jadi tidak tega untuk berpamitan . Sehingga dia hanya memberikan sebuah kalung berbandul bintang untuk Bintang yang dia titipkan kepada ibunya, dia juga meminta satu boneka barbie punya bintang untuk dijadikannya kenangan .

Meski sudah terpisah jarak mereka sering berkomunikasi karena orangtua mereka juga masih akrab, tapi pada saat usia Bintang 8 tahun dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkaannya menjadi hilang ingatan dan berpisah dengan ibu kandungnya. Pada saat itu Bintang jatuh ke jurang dan tidak dapat ditemukan sehingga orangtuanya hanya bisa mengikhlaskan putri semata wayang mereka karena tidak dapat menemukan jejaknya sama sekali.

Yusuf yang di beritahu hal ini oleh ibunya merasa sangat sedih dan terpukul karena Bintang senjanya telah pergi. Meski tidak ada kemungkinan untuk bertemua kembali entah kenapa Yusuf merasa akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti.

***

"Kak." Panggil Ibunya pada anak laki-lakinya itu.

"Ma, Bintang pergi ya?" mata anak laki-laki itu berkaca-kaca ketika mengucapkan kata 'pergi'.

Isakan mamanya, membuat anak laki-laki itu berkesimpulan bahwa adiknya memang sudah pergi. Meninggalkan dia sendirian. Walau jarang bertemu karena dia tinggal di rumah neneknya, tapi dia sangat menyayangi adiknya itu.

Senyum Bintang yang selalu menular membuat dia yang jarang tersenyum itu terkadang ikut tersenyum jika di dekatnya.

Neneknya kadang bersikap tegas padanya, membuat dia seolah lupa bahwa dirinya anak kecil yang harusnya di penuhi dengan dunia bermain.

"Yusuf, yang sabar ya." Neneknya membawa anak laki-laki yang di panggil Yusuf itu dalam pelukannya.

"Nek, kita gak akan ketemu bintang lagi?" Yusuf mendongak untuk melihat ekspresi neneknya.

Neneknya itu terdiam sebentar, "kata siapa, kita bakalan liat Bintang lagi kok."

Mendengar itu mata Yusuf berbinar, "Dimana?"

Nenek Yusuf mengarahkan tangan Yusuf ke dadanya. "Bintang itu gak pernah pergi dari sini. Yusuf harus ingat ya, kalau Yusuf kangen sama Bintang, coba bayangkan jika Bintang ada di hadapan Yusuf sambil tersenyum."

Yusuf memejamkan matanya, mengingat-ngingat wajah ceria Bintang. Bayangan Bintang di hadapannya membuat Yusuf tersenyum, seolah membenarkan apa yang di ucapakna neneknya.

"Bagaimana?"

"Iya nek ada Bintang senyum kepada Yusuf."

Sejak saat itu Bintang selalu melakukan hal tersebut jika sedang kangen dengan Bintang.

***

"Hallo tante." Seorang gadis kecil berpipi chubi menghampiri seorang perempuan muda yang sedang membereskan barang-barangnya.

Wanita muda itu menghampiri anak kecil tersebut. "Hallo, kamu anak dari rumah tetangga di sebrang kan."

Anak kecil itu tersenyum manis memperlihatkan deretan giginya yang rapi, "iya tante."

Wanita muda itu mencubit pipinya, "wah lucunya, nama kamu siapa?"

"Naila, tante."

"Sepertinya kamu seumuran dengan anak tante, bentar ya tante panghilin dulu."

"Yusuf turun nak."

Tak lama seorang anak laki-laki turun dengan wajah cemberutnya.

"Mama, sudah bilang kan jangan panggil Yusuf lagi. Panggil aku Akbar aja." Rajuk anak laki-laki tersebut yang membuat Naila tersenyum.

Naila berpikir anak kecil yang bernama Yusuf atau Akbar itu sangat lucu.

Naila memberikan diri mendekati Akbar. Di mengulurkan tangannya, "hai aku Naila."

Akbar menatap malas tangan yang terukur di depannya itu. Akbar menerima uluran tangan itu sebelum Mamanya memelotinya. "Akbar." Ucaonya singkat dan datar, terkesan malas.

"Rumahku di sebrang sana."

Gak nanya, jawab Akbar dalam hati.

"Kalau mau main kamu ketuk aja pintunya tiga kali atau panggil namaku."

Gak minat, lagian siapa yang mau dengan cewek cerewet macam dia, jawab Akbar dalam hati lagi.

"Naila kamu dimana." Seseorang berteriak dari luar, membuat Naila melongok ke arah pintu yang terbuka, mamanya mencarinya.

"Dah Akbar Naila pulang dulu, nanti kita main ya. Kalau Akbar gak mau ke rumah Naila. Naila yang akan main kesini."

"Terserahlah." gumam Akbar.

Benar saja keesokannya Naila menepati janjinya untuk bermain ke rumah Akbar, begitu juga hari-hari selanjutnya yang membuat Akbar jengah.

Akbar sempat merengek agar mereka pindah ke Jakarta lagi saja karena bosan dengan kecerewetan Naila.

Keinginannya terkabul saat dia akan memasuki jenjang SMP, tapi Naila terus saja mengikutinya.

Akbar sekeluarga memutuskan pindah ke Bandung kembali saat Akbar masuk ke jenjang SMA.

Bab 2 Pertemuan Pertama

Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu

Cukup indahkah dirimu untuk selalu kunantikan

Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku

Mampukah kita bertahan disaat kita jauh

Seberapa hebatkah kau untuk kubanggakan

Cukup tangguhkan dirimu untuk selalu kuandalkan

Mampuhkah kau bertahan dengan hidupku yang malang

Sanggupkah kau meyakinkan disaat aku bimbang

Celakanya hanya kaulahyang benar-benar aku tunggu

Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku

Kau pergi dan hilang kemana pun kau suka

Celakanya hanya kaulah yang pantas untuk ku banggakan

Hanya kaulah yang sanggup aku andalkan

Diantara peri aku selalu menantimu

(sebrapa pantas-shela on 7)

Lagu shela on 7 mengalun indah di dalam mobil seorang cowok yang sedang dalam perjalanan ke mall untuk bertemu dengan teman-temannya.

“Gila, lagunya kok pas banget sih. sekarang ini gue lagi kangen sama dia yang udah jauh disana” katanya sedih seraya bicara sendiri di dalam mobil.

Cowok tersebut barnama Akbar Maulana Yusuf. Cowok yang biasa di panggil Akbar itu merupakan remaja yang menjadi salah satu most wanted di sekolahnya. Walaupun dia dingin tapi, karena ketampannya banyak sekali wanita yang menyukainya, bahkan sampai ada yang tergila-gila olehnya.

Tapi, sampai saat ini tidak ada gadis yang bisa mencairkan es yang ada pada dirinya. Lebih tepatnya sih dia yang tidak pernah mebuka hati kepada wanita lain. Alasannya hanya satu, yaitu seperti gambaran lagu tadi, dia masih menunggu seseorang di masa lalunya yang mungkin sudah tidak ada lagi didunia ini. Itulah kata terakhir yang dia dengar dari kedua orangtuanya.

Teman-temannya sudah memperingatinya untuk melupakan wanita tersebut tapi, entah apa yang membuatnya yakin bahwa dia akan bertemu lagi dengannya. Walaupun kecil kemungkinannya tapi hatinya berkata bahwa mereka akan bertemu kembali.

Setelah menempuh kurang lebih selama setengah jam, akhirnya dia sampai juga di kafe tempat biasa dia nongkrong dengan temannya.

“Hay bro” kata cowok berambut keriting sambil berjabat tangan ala cowok.

“Hay juga bro, gimana udah pada pesen belum?” tanyanya sembari duduk.

“Ah lo sih Bar lama jadinya, udah pada mesen deh kita iya gak bro” ucap cowok berjaket denim sambil meminta persetujuan temannya.

“Ya sorri, lo tau sendiri kan jalanan jakarta itu kalau macet gak ada abisnya” ucapnya sambil memanggil waitres untuk memesan makanan.

“Mbak, saya pesan moccacino latte dan roti panggang saus keju nya 1 ya mbak”

Sang waitres mencatat baik-baik pesanan remaja yang membuat pengunjung kafe berteriak histeris ketika dia datang.

“Baik mas, silahkan di tunggu” ucap waitres ramah sambil berlalu setelah mencatat pesanan.

Setelah berbincang-bincang dan memakan pesanannya Akbar akhirnya pamit duluan karena harus menjemput mamanya yang berada di butik. Sejak kepergian papanya 1 tahun lalu dia menjadi lebih protektif kepada mamanya apalagi kini hanya dia dan mamanya yang tinggal di rumah. Selain karena dia merupakan anak tunggal juga saudara-saudara orangtuanya berada di luar kota.

“Bro, gue duluan ya mau jemput nyokap di butik nih keburu sore” ucapnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Oke bro hati-hati dijalan, oh iya jangan lupa cari cewek. Move on dong Bar sekarang sudah 2017 masa lo gak move on move on sih. Kalah lo sama pembantu di rumah gue yang punya pacar 3” ucap cowok berambut gondrong.

“Gila tuh pembantu lo, emang dikira cowok obralan baju apa pakai punya 3 segala. Ngomong-ngomong bener juga apa kata Zian. Sekali-kali lo itu harus lihat ke depan.”ucap cowok berjaket denim dengan gaya sok bijak dan cool.

“Aah so bijak lo, lo urus aja hidup lo emang lo udah punya cewek udah ah keburu telat ni” Akbar menanggapi teman-temannya yang memang tau kisah percintaannya.

Sesampainya di butik untuk menjemput mamanya, yang di jemput masih sibuk dengan geng sosialitanya. Akbar pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar butik. Setelah berpamitan dia berjalan menelusuri jalan yang cukup ramai tersebut sambil sekali-kali melihat toko-toko yang di lewatinya siapa tau aja ada yang menarik pikirnya. Hingga dia berhenti di toko souvenir yang menyediakan berbagai macam aksesoris wanita. Entah apa yang menariknya kesana seolah-olah akan ada hal menarik disana.

***

Saat dia sedang melihat-lihat tidak sengaja matanya menangkap seorang gadis yang sedang memperhatikan dua kalung yang berbandul bintang dan bulan. Lantas dia menghampirinya karena gadis tersebut terlihat kebingungan.

“Menurutku kalung berbandul bintang lebih bagus dan cocok untukmu” ucap Akbar tepat di telinga gadis tersebut yang tertutupi rambutnya.

“Eh eh” gadis di depannya reflex menoleh ke belakang dan kaget melihat seorang cowok yang tidak di kenalnya.

Ialah gimana gak kaget saat dia sedang bingung memilih salah satu kalung, tiba-tiba ada yang mengagetkannya dari belakang.

“Kamu siapa, tiba-tiba langsung bilang gitu aja” sebuah pernyataan yang di lontarkan gadis itu mebuat Akbar terkekeh melihat nada sinis di akhir kalimat yang membuatnya tambah manis, ah manis Akbar tersenyum kembali. Gadis tadi bergidik segera berjalan mendahului Akbar yang disusul kemudian olehnya.

“Saya, mm” Akbar terlihat berpikir sambil terus membututi gadis itu.

“Mungkin pangeran yang menolongmu” ucap akbar jenaka sambil melihat ekspresi gadis di depannya yang seakan terlihat ingin muntah.

Akbar melanjutkan ucapnnya. “Memang tidak boleh ya membeli souvenir disini. Hmm saat sedang melihat-lihat tidak sengaja lihat kamu . Kayaknya bingung banget mau pilih yang mana ya sudah saya samperin aja” Akbar berbicara seolah seperti bercerita dengan teman yang akrab.

Tidak taukah dia bahwa jantung si gadis tersebut berdetak kencang sekali karena sekarang ini banyak sekali modus kejahatan. Ah memikirkannya membuat gadis itu bergidik dan sama sekali tidak menanggapi ucapan laki-laki yang tukang modus itu pikirnya.

Akhirnya dengan tergesa-gesa gadis tersebut meninggalkan akbar dan langsung keluar dari toko souvenir tersebut tanpa membeli satu pun kalung yang dipilihnya tadi.

Akbar yang keheranan dengan tingkah gadis tersebut sekaligus penasaran tak urung membuatnya untuk mengikutinya, tapi teringat akan mamanya yang menyuruh Akbar untuk jangan lama. Sebelum keluar toko kalung yang berbandul bintang tadi menarik perhtiannya . jika dilihat-lihat kalung tersebut mirip dengan kalung yang dia kasih untuk seseorang yang sangat dia sayangi meski saat ini tidak tahu dimana. Akhirnya diapun membeli kalung tersebut dengan harapan semoga suatu saat dia bisa bertemu dengan pujaan hatinya itu atau gadis aneh yang baru di temuinya tadi untuk memberikan kalung ini padanya.

Setelah membayarnya, dia segera pergi dari sana untuk menjemput mamanya yang hampir saja dia lupakan. Sesampainya di butik Akbar dan mamanya langsung pulang ke rumah untuk beristirahat.

“Ma Akbar naik dulu ke atas yam au mandi sekalian istirahat juga mau persiapan buat besok” ucap Akbar ketika mereka sudah sampai di rumah.

Mamanya sedang membereskan belanjaannya dari butik langganannya. Tanpa menunggu jawaban mamanya Akbar langsung naik ke atas untuk mandi karena merasa tubuhnya sudah tidak nyaman. Selesai mandi Akbar merebahkan dirinya di kasur empuk yang sejak masuk kamar memanggilnya untuk tidur, tapi matanya belum menunjukkan tanda-tanda untuk terlelap.

Sama seperti remaja lainnya yang bermain media sosial begitu juga dengan Akbar yang memiliki banyak fans di sekolah. Setiap hari gadgetnya pasti penuh dengan notifikasi. Saat sedang jenuh seperti ini biasanya dia butuh hiburan media sosialnya. Akbar jadi teringat kepada gadis yang di temuinya di toko souvenir tadi, dia lupa menanyakan namanya. Kalau begini mana bisa dia stalking media sosialnya. Memangnya dia mau mencari dengan nama Inem atau Surti. Akbar terkikik geli sendiri dengan pemikirannya.

Mengingat gadis tadi dia seolah kembali ke masa lalunya, gadis tadi juga mengingatkannya pada sahabatnya dulu.

Bingung mau melakukan apa akhirnya Akbar ketiduran karena memang sudah malam dan besok disekolahnya dia akan menjadi pemandu pengenalan tengtang eskul basket karena dia ketuanya.

Di lain tempat gadis yang bertemu dengan laki-laki aneh tadi menjadi sedikit takut ketika dia belanja sendirian. Dia menyesal karena tidak mengajak sahabat-sahabatnya dan malah bertemu dengan orang aneh tukang modus. Membayangkannya saja sudah tidak mau apalagi bertemu dengannya lagi.

Bab 3 Mos

Pagi-pagi di sekolah swasta terbesar di Bandung sudah ramai dengan anak-anak berseragam putih biru. Ya hari ini merupakan hari pertama para siswi bari SMA Bina Pendidikan mengikuti Masa Orientasi Peserta Didik Baru atau MOS. Setelah mengikuti beberapa serangkaian tes yang biasa diadakan oleh sekolah, mereka kini resmi menjadi siswa SMA Bina Pendidikan walaupun harus mengikuti satu babak lagi yaitu MOS ini, tapi tidak melunturkan semangat mereka. Mereka terlihat bersemangat apalagi di hari pertama ini akan ada perkenalan eskul basket yang bikin cewek-cewk kesengsem.

Tidak seperti para siswa-siswi lainnya kedua remaja yang tengah berdiri di depan gerbang itu terlihat panic dan terus melihat kea rah jam dan handphone mereka. Kadang menggerutu karena lagi-lagi sahabat mereka yang suka bangun siang itu bisa-bisanya telat di hari pertama MOS.

“Aduh Sha gimana nih ko Nai belum juga datang sih kita udah nunggu setengah jam ni, bentar lagi bel lho” kata gadis berambut pendek sebahu dan memakai kacamata. Dia terus gelisah kesana-kemari karena sebentar lagi upacara akan segera di mulai.

“Iya nih di telpon juga gak di angkat” ucap gadis yang di panggil Sha.

“Ish Nai kebiasaan banget sih kebonya” gerutu gadis sebahu berkacamata minus itu.

“Sudah sabar Bil mungkin sebentar lagi bakalan datang kita tunggu aja masih ada 10 menit lagi nih sebelum upacara di mulai” ucap Sha menenangkan Bila.

“Ya tapi kan Sha kalau kita ikutan telat kita juga pasti di hukum” sanggah bila.

“Ya habis mau gimana lagi kan kita juga tau sifat Nai kayak gimana, yaudah deh kita tunggu di lapangan aja” putus gadis berambut panjang yang mempunyai lesung pipi.

“Yaudah ayo”

Akhirnya mereka pun ikut anak lain berbariadis di lapangan karena sebentar lagi bel akan segera dimulai.

Sementara itu gadis berambut pendek berlari tergesa-gesa dari gerbang menuju lapangan ,hampir saja dia telat. Walaupun dengan keadaan yang berantakan tapi, itu tak menghilangkan kecantikannya, dia baris di bagian paling akhir karena datang terakhir untung gak telat pikirnya.

Saat upacara telah berlangsung selama 10 menit tiba-tiba kepalanya menjadi pusing dan perutnya sedikit mual hingga semuanya menjadi gelap.

***

Di lain tempat seperti biasanya Akbar selalu sarapan pagi dengan mamanya, karena sebelum papanya meninggal dulu hal tersebut menjadi rutinitas setiap pagi keluarganya.

“Pagi ma” ucapnya ceria sambil mencium pipi kiri dan kanan Mamanya.

“Tumben kamu ceria banget pagi ini” ucap Mama Ani mamanya Akbar dengan senyuman khasnya.

Walaupun usianya sudah tidak muda lagi tapi kecantikannya tetap terpancar. Akbar selalu takut kalau suatu saat dia akan mempunyai papa baru karena kecantikan mamanya bahkah tidak luntur sidkitpun setelah di tinggal papanya Akbar. Malahan semakin memancarkan aura keibuan. Akbar segera menepis pemikiran itu, Mamanya itu setia.

“Biasa aja deh ma. Perasaan tiap hari juga gini deh. Aneh ni mama” ucapnya seraya mengoleskan selai coklat kesukaannya ke roti panggang buatan Mamanya yang menurutnya itu paling enak sedunia.

“Alah udah deh cerita sama mama, pasti ada yang naksir kamu lagi kan” Mamanya mengoda anak laki-lakinya itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Enggak lah mah, Mama ini sok tau deh . Udah ya ma Akbar berangkat dulu mumpung si anak rempong sedang MOS jadi Akbar bisa happy-happy sendiri” ucapnya sambil meminum susu dan memakan sisa makanannya.

“Alah kamu ini kenapa sih berantem terus sama Nai, Nai itu baik loh sama mamah dia juga cantik dan gak kalah pintarkan dari kamu” ucap mamanya sambil membereskan piring.

“Cih, yang model begitu Mama bilang baik. Baik apanya sih mah yang ada dia itu selalu merepotkan Akbar. Udahlah mah keburu siang akbar mau latihan dulu soalnya” sambil menyalimi tangan Mamanya.

“Udah ya Akbar pergi Assalamualikum” ucapnya sambil melenggang pergi dan menghidupkan motornya.

“Waalaikumsalam, hati-hati di jalannya. Ah anak itu selalu cari alasan kalau bahas seorang gadis. Sebenarnya yang dia cari itu model gimana sih bingung kan jadinya” heran Mamanya sambil pergi ke dapur.

Akbar, Akbar semoga saja kamu bisa menemukan gadis yang tepat suatu saat nanti, doa mamanya dalam hati.

Setelah sampai di sekolah Akbar langsung pergi menuju ruang basket untuk siap-siap karena siang ini eskul basket akan tampil.

***

“Huhh panas ya Sha” ucap Bila kepada Sha yang sedang celangak-celinguk.

Bila menyenggol lengan Sha karena yang diajak bicara hanya acuh tak acuh saja membuat Bila cemberut. Sadar sahabatnya itu kesal Sha menoleh kearah Bila dan mulutnya seolah menyiratkan bertanya kenapa.

“Lo yang kenapa Sha dari tadi kayak nyari sesuatu."

“Iya nih Nai mana ya masa belum datang juga sih padahal upacara sudah selesai” ucap Sha gelisah.

Seakan baru sadar dengan keberadaan sahabat barunya itu Bila segera melihat ponsel di sakunya dan mendesah kecewa karena Nai tidak mengabarinya sama sekali.

“Gak ada Sha” ucap Bila lesu sambil memberikan handphonenya kepada Sha.

“Nai kemana ya Bil?” tanya Sha kepada gadis berkacamata yang di panggil BIl itu.

“Tau tuh anak bikin repot aja, kita ke kelas yu Sha” ajak Bila karena memang sebentar lagi masuk kelas untuk perkenalan bersama kakak pembimbing.

“Tapi BIl..” Sha ingin menunggu sampai melihat Nai tapi batang hidungnya tetap saja tidak kelihatan.

“Udah ah ayo” Bila setengah menyeret Sha.

Mereka pun masuk ke kelas X-A yang akan menjadi kelas mereka selama seminggu ke depan selama masa MOS. Sha atau Shakila Zahra Allaya menatap bangku di belakangnya dengan cemas, menanti kehadiran sahabat yang dia kenal selama masuk ke SMA Bina Pendidikan ini.

Bila sendiri merupakan sahabat Sha dari SMP. Gadis berambut sebahu dengan sebuah kacamata yang membingkai manis di wajahnya. Gadis yang bernama lengkap Nabila Anisa Pertiwi itu selalu saja menjadi sahabat terbaik buat Shakila. Selalu menemaninya terpuruk dan selalu menyemangatinya seperti saat ini.

“Ayo perkenalkan nama kamu” ucap seorang senior yang menjadi pembimbing kelas mereka.

Sha yang bertipikal pemalu menatap gugup teman-teman barunya, selain pemalu dan sedikit pendiam Sha merupakan gadis yang selalu sungkan dan merasa tidak pede ketika di hadapan orang banyak. Berbeda dengan Bila dan Nai yang cenderung percaya diri, bahkan Nai terlihat sangat pede ketika berhadapan dengan orang baru.

Di bangkunya Bila terus mengucapkan kata semangat kepada sahabatnya yang sedang gugup itu dan malah menunduk tanda dia sedang malu. Bila terus melontarkan kalimat semangatnya.

“Namaku Sha..Shakila Zahra Allaya” ucap Sha dalam sekali tarikan nafas membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Sha. Sha semakin gugup ketika melihat reaksi itu.

“Sudah-sudah kok malah di ketawain sih, lanjutkan saja perkenalannya dan kamu kembali ke tempat dudukmu” ucap kakak senior perempuan.

Kelas pun kembali di lanjutkan dengan perkenalan mengenai sekolah yang akan mereka tempati selama 3 tahun juga kegiatan apa saja yang akan mereka lalui selama masa MOS ini. Selama kelas berlangsung tidak ada tanda-tanda Nai akan hadir dan masuk ke kelas. Sha dan Bila juga terlihat lupa akan sahabat tengilnya itu.

***

Tok tok

"Non, non Naila bangun sudah jam enam lebih."

Seorang gadis yang masih bergelung dengan selimutnya itu berguman lirih, "bentar lagi bi, aku selesain dulu mimpi sama pangerannya."

"Aduh non, ini udah mau setengah tujuh lo."

Tidak mendengar sahutan dari dalam membuat pembantu ity masuk ke kamar nona mudanya. Dia tidak kaget melihat nona midanya yang masih bergelung di dalam selimut.

Dia menggoncangkan tangan nona mudanya yang tidak tertutup selimut, "non bangun, non kan harus ke sekolah."

"Bentar bi."

"Bentar, bentar terus dari tadi!" bentakan itu membuat gadis yang di panggil Naila segera sadar dan duduk menegakkan tubuhnya.

"Jam berapa ini bi?"

Pembatunya menunjuk jam yang terpasang di dinding kamar nona mudanya.

"Astaga jam setengah tujuh." Seru Naila kaget.

"Bibi kok gak bangunin aku sih." gerutunya kesal.

Sang pembantu hanya menatap malas nona mudanya, dia sudah bangunin berkali-kali kan?

"Bibi mau ke bawah diapain saran non."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!