NovelToon NovelToon

Cinta Di Balik Tembok

kebenaran

Part 3

 

Seorang pria masuk keruang kerja Semy

 

"Hai bro, kemana aja lu susah banget ditemuin, jam kantor selesai lu udah menghilang,"

"Lu ya Bian, kalau masuk ruangan orang itu permisi dulu main nyelonong-nyelonong aja," ucap Semy kesal dan masih saja fokus membaca berkas-berkas di atas mejanya.

"Sorry bro sorry, by the way lu belum jawab pertanyaan gue,"

Tatapan Bian seakan menghakimi Semy.

"Iya ...iya .... Gue cerita ni. Gue lagi dekat dengan cewek bro, gue yakin dia cocok jadi istri gue," ucap Semy mantap.

"Alhamdulillah ... Gitu donk bro, lu tu udah bapak-bapak jadi jangan lama-seperti anak ABG,"

"Apaan sih lu, brisik aja." samy menutup berkas di atas mejanya.

"Pantes, sekarang lu jadi giat banget kerja, biasanya kalo Ayu ngeletakin berkas-berkas di meja bisa tiga hari baru lu baca, sekarang sehari selesai tu berkas,"

Mendengar pernyataan itu Semy pun tak bisa menahan tawa.

"Iya bro, modal resepsi mahal, jadi gue mesti giat nyari uang,"

Bian pun tertawa mendengar jawaban asal-asalan yang diucapakan sahabatnya itu.

"Ya udah, makan siang yuk! Laper ni gue,"

"Sorry, gue udah dibawain bekal oleh calan istri gue."

Di keluarkan kotak bekal dari tasnya, ada tiga kotak yang berisi nasi, lauk, sayur.

"Lu mau? Tapi nggak usah ya ini cuma cukup untuk gue. Dah dah keluar gi lu! terserah mau kemana, gue mau nikmati makanan bikinan Annisa,"

"O ... Annisa nama bidadari lu, Annisa? Berarti muslim ya dia?"

"yupz, kok tau lu?"

"Dasar bodoh, itukan nama salah satu surat di dalam Al-Qur'an. Ok lah bro, selamat makan, Selamat atas berhentinya jomblo panjang lu, kalo lu serius nikahi dia bro, lamar dia ke ortu nya, gue pamit dulu."

Bian berdiri dari tempat duduknya dan melangkah kearah pintu.

"Pasti bro, hari jumat gue temui Annisa dulu."

"Good luck my best"

Bian memberikan semangat dengan mengepalkan tangan kanannya.

 

Bian sahabat sekalian rekan kerja Semy yang ikut pindah kemari, dia sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Segera Semy menyuap makanan yang ada di atas meja, tiba\-tiba jantung Semy berdesir muncul perasaa takut jika ini terakhir kali dia bisa merasakan masakan Annisa.

 

"Perasaaan apa ini? Bukannya dia akan menjadi istri ku sebentar lagi."

Semy berbicara sendiri sekarang fikiran itu menari-nari di kepalanya.

 

Hari jumat seperti yang dikatakannya kepada Bian, iya akan menemui Nisa di cafe, tempat Annisa bekerja, cafe ini memang punya jadwal buka di hari jumat itu siang setelah selesai sholat jumat, jadi banyak waktu untuk Semy ngobrol bersama Annisa. Mereka duduk di pojok ruangan dengan dua kursi saling berhadapan.

 

"Nis, sudah dibicarakan sama ibu dan ayah Nisa tentang niat abang?"

Semy bertanya dengan bidadari berkerudung yang sedang duduk di depannya. Semy dapat melihat ekspresi malu dari wajah Annisa saat iya melontarkan pertanyaan itu. Sambil menunduk Annisa menjawab.

"Sudah bang, kata ibu, abang disuruh kerumah untuk memperjelas hubungan kita,"

jika saja ini tidak ditempat umum mungkin Semy sudah teriak kegirangan.

 

Semy mengeluarkan kotak cincin dari saku celana, membuka nya dan menyodorkannya ke arah cewek munggil yang sedang duduk di hadapannya ini.

 

"will you merry me?" Semy mengucapkan dengan penuh serius.

Mendapat pertanyaan itu Annisa hanya terdiam, rona malu-malu bahagia terpancar di wajah natural nya, wajah tanpa pensil alis, wajah tanpa maskara, wajah tanpa eyeliner.

"Tutup kotak ini jika Nisa menolak nya, ularkan tangan Nisa jika menerima abang!"

Wih ... Suana yang begitu romantis bagi seorang shamuel.

Pria 30 tahun ini sedang menunggu keputusan dari gadis 25 tahun. Untuk ke dua kalinya Semy ingin berteriak dan meloncat kegirangan saat Annisa mengulurkan tangan kirinya nya dan segera disematkan cincin di jari manis nya. Sesaat setelah itu mereka hanya terdiam menikmati rasa yang ada di hati masing-masing.

"Bang," panggil Nisa pelan

"Iya, ada apa?" jawab Semy lembut

"Sudah mau jam 12, sebentar lagi adzan sholat jumat, dekat sini ada mesjid kira-kira 500m." sambil menunjuk dari dalam cafe ke arah mesjid yang dia maksud.

Semy bingung bagaimana harus mengatkannya. Apa iya, kebahagiaan beberapa menit tadi harus berganti duka. Setelah menarik nafas panjang, Semy mencoba memberi tahu kenyataan sebenarnya.

"Nisa, abang katolik," kata-kata yang menyakitkan bagi kita yang berpegang teguh pada ajaran agama.

 

Semy langsung melihat raut wajah Annisa yang berubah jadi tegang. Air matanya langsung mengalir, semy ingin menyentuhnya menggenggam tangan nya, tetapi itu tidak mungkin, dari awal dia sudah tidak mau disentuh karna belum muhrim kata nya.

 

"Kenapa Nisa bodoh, tak pernah menanyakan hal ini dari awal, apa karena hati ini terlanjur nyaman,"

air mata gadis itu mengalir membasahi wajah tirus nya.

 

Kebodohan Semy juga kenapa tidak jujur kepada Annisa, tentang agamanya padahal dia tau Nisa muslim.

 

"Bukan Nisa yang salah, ini salah abang, abang yang tak jujur pada Nisa,padahal abang tau kita berbeda." Semy berusaha menjelaskan dengan tenang.

"Bagaimana mungkin kita berlayar kalau nahkoda dan penumpang punya tujuan dermaga berbeda."

 

Hati Semy terasa sakit mendengarnya. Ternyata perbedaan ini yang menghancurkan mereka.

 

"Abang akan jadi mualaf demi Nisa, karena abang benar-benar sayang sama Nisa."

"Bang, jangan pernah merubah keyakinan hanya karena seseorang tapi rubahlah keyakinan karena hati abang dan jika abang benar-benar meyakininya."

Nisa langsung berdiri dan beranjak meninggal kan Semy yg masih terpaku ditempat duduknya.

"Nisa," panggilan Semy dan dapat menghentikan langkahnya.

"Tunggu abang! Tapi jika Nisa sudah tak sanggup untuk menunggu kembali kan cincin itu, sehingga abang tau Nisa menyerah, tapi akan abang buktikan, abang bisa," Semy berusaha meyakinkan Annisa dengan keputusannya.

"Bagaimana kita bisa satu rumah sedangkan rumah ibadah kita berbeda."

Annisa sesaat melihat ke arah jari nya dan lalu pergi tanpa melihat Semy lagi.

Sementara Semy berdiri dan meninggalkan cafe tersebut dangan hati yang teraduk-aduk.

[Lihat diri lu Sem, kenapa lu menjadi seperti ini. Bukannya dalam hidup lu tak ada posisi untuk urusan wanita.]

[Jika dia terbaik untuk mu, berusahalah, jangan biarkan rasa gengsi menguasaimu. Kamu akan menyesal nanti nya.]

Dua sisi hati yang sedang berdebat.Apa cinta sedahsyat ini kah? Dia dapat merubah seseorang dan keyakinan?

 

Walaupun dia bukan jamaat yang taat tetapi apa dia sanggup menjalani sebagai muslim? seperti kata Annisa, jangan merubah kepercayaan demi seseorang tetapi rubahlah jika sudah benar meyakini nya.

 

bertemu lagi

Cinta di balik tembok

Part 5

#annisa

#semy

Waktu tak akan mau menunggu apakah kita siap dengan hari esok atau tidak.

Waktu akan terus berlalu meninggalkan kenangan yang tidak ingin kita lupakan. Waktu tak akan peduli apakah kita bersahabat dengannya atau malah membencinya.

Karena waktu yang membuat rasa ini semakin tajam menusuk kerelung hati terdalam.

Sebulan sudah dari kejadian itu. Sebulan sudah Semy terbiasa tanpa komunikasi dengan Annisa. Untuk mencoba menyapanya di WA saja dia sungguh takut, takut jika itu melanggar janjinya. Sebulan sudah dia melakukan hal konyol, setiap pagi Semy berangkat lebih awal hanya untuk memperhatikan Annisa dari dalam mobil yang diparkir.

Semy tak perlu khawatir ketahuan Annisa karena dia juga tidak tau mobil itu milik Semy. Hanya dengan melihat Annisa di halte bus, hati Semy sudah senang karena yakin wanitanya baik\-baik saja. Terkadang Semy geli sendiri melihat tingkahnya.

[Kenapa kamu Semy....] Teriak hatinya.

Tok ... Tok ... Tok ....

Pintu ruangan diketuk.

"Masuk!" jawab Semy dari dalam ruangan.

Dari balik pintu tampak Ayu dan Bian, mereka ingin membicarakan perihal perayaan setahun perusahaan ini.

"Bagaimana kita mengadakan family gattering?" Bian mengajukan usul,

"Lu mau ngeihat jiwa jomblo gue meronta-ronta ya?" mendengar jawaban Semy, Ayu berusaha menaha tawanya.

"Makanya lu nikah bro!"

"Lu masih butuh kerjaan gak?"

"Sorry... Sorry... Pak GM,"

"Bagus kalo lu paham. Ya udah terserah kalian aja mau bikin acara seperti apa. Bikin proposal nya, letakan diatas meja sayajika sudah selesai! Jika saya setuju serahkan kebagian keuangan. Saya cuma tau semua beres tanpa ada masalah," perintah Semy kepada Ayu, sekretaris pribadinya.

"Baik pak. Kalo begitu saya pamit keluar dulu ya pak," jawab Ayu

"Ya silahkan!"

Setelah ayu hilang dari balik pintu, Bian langsung mengeluarkan tatapan anehnya, tatapan seakan ingin membongkar isi hati Semy.

"Jujur lah bro apa yang sebenarnya terjadi. Gue tau lu sedang tidak baik-baik saja. Hanya lu pandai nutupinya."

"Sok tau lu,"

"Sudah lah bro jujur dengan hati lu, lu yang memulai bermain api ya lu yang menanggung resiko nya, kalo lu biarkan lu terbakar, kalo lu padamkan tu api, lu siap-siap kehilangan cahayanya,"

"Sok bijak lu," sela Semy.

Semy hanya menghelah nafas panjang.

Lalu Bian melanjutkan ucapannya.

"Rasa cinta itu gak salah bro, dan terkadang kita tak bisa memilih di mana hati ini berhenti memilih. Annisa itu muslim and lu katolik, kalo gak dari salah satu kalian yang mengalah pindah agama cinta kalian gak akan pernah bisa bersatu."

"Gue yakin Annisa gak akan mau dan pasti di tentang orang tuanya bro, bapak dia ustadz dan guru agama juga, lah gue?? Udah beda agama, ke gereja aja jarang kecuali pas natalan."

"Gue juga kagak ngerti agama lu apa."

"Brengsek lu. Tapi lu jangan salah gue juga ngerti mereka wajib sholat lima waktu sehari semalam, mereka wajib puasa di bulan ramadhan, banyak deh yang gue tau. Lu lupa bro emak angkat gue kan muslim."

"Emang lu anak pungut ya bro?"

"Ah... Parah lu, sakit jiwa lu. Pembantu gue itu udah seperti orang tua angkat gue, dari kecil mereka yang ngurus gue bukan mommy daddy gue."

"Lu fikir kan matang-matang! pinta pendapat orang yang lebih mengerti. Kalo cinta harus diperjuangkan, asal lu siap aja bro dijadikan miskin sama bokap lu saat dia tau anak satu-satunya pindah agama."

"Gue punya ijazah bro, gue punya skill dan pengalaman, klo untuk ngebiayain hidup anak istri gue, gue masih sanggup."

Tujuh hari setelah pembicaraan itu, di kantor hari ini menunjukan aktifitas yang berbeda. Semua pada sibuk mempersiapkan acara syukuran setahun anak cabang perusahaan dikota ini, kota yang mengenalkan Semy pada cinta yang rumit, kota yang mengenalkan Semy pada cinta tulus tanpa harta dan tahta.

Rencana yang Semy setujui mengundang anak\-anak yatim dan bakti sosial. Seharusnya Semy bahagia, ada berpuluh karyawan yang menggantungkan hidup mereka di perusahaan ini. Tetapi entah kenapa hati itu sangat kosong, semua hanya di jalani sebatas rutinitas.

Jam menunjukan pukul 10.30 Wib, catering sudah mulai berdatangan, setelah urusan makanan beres, mulailah berdatangan rombongan-rombongan anak panti asuhan, acara siang ini hanya mengundang mereka makan siang dan berdoa berasama menurut agama dan kepercayaan masing-masing namun karena mayoritas karyawan di sini muslim maka diputuskan yang memimpin doa seorang ustadz.

Acarapun selesai pukul 3 sore. Setelah mereka pulang Semy memilih duduk di lobi kantor dan menyibukan diri dengan gawainya. Sebanarnya dia hanya melihat\-lihat poto Annisa yang diambilnya dari dalam mobil saat dia menunggu di halte bus.

"Woi bro...." pukulan bian di pundak berhasil mengagetkan Semy

"Ngagetin aja lu,"

"Nih tanda tangan kwitansi, gue mau cairkan dana ke bagian keuangan. Kalo gak ada tanda tangan jelek lu gak akan bisa cair."

"Bian, lu cowok tapi cerewet ya?".

"Bawaan bro, bawaan... Gue udah punya anak dua setiap saat ada saja yg ditanyain mereka bro,"

"Lu pesan catering dimana? Gue ngerasa gak asing lagi dengan masakan itu?"

"Sejak kapan lu kepo dengan urusan catering segala pak GM?"

Bian berkata sambil berlalu dan tertawa .

"Ah, sudahlah mungkin ini hanya karena rasa rindu, sejujurnya ingin sekali aku bertemu dengan dia walaupun hanya sekedar bertaya Nisa apa kabar?" Seketika Semy seperti melihat seorang wanita berkerudung,

[Apa itu benar Annisa apa karna rasa rindu dan semua wanita berkerudung aku anggap Annisa.]

Iya itu Annisa yang sedang berjalan beriringan dengan Bian sambil memegang amplob coklat, mungkin itu biaya catering yang kami pakai tadi, benar kan aku tak asing dengan rasa makanan itu.

"Annisa..." teriak Semy,

Annisa mencari-cari sumber suara itu dan akhirnya tatapan mereka beradu, Semy tersenyum dan Annisa membalas senyuman itu, saat Semy bergegas berjalan menuju ke arah Annisa dan Bian yang sedang berdiri, tiba-tiba dia dikanget kan dengan kedatangan wanita yang langsung memeluknya.

Terlihat ekspresi wajah Annisa yang langsung berubah da langsung menundukkan kepalanya.

"Apaan si lu, datang-datang main peluk aja," nada suara Semy meninggi.

"Ya ampun sayang, aku kan calon istri kamu," ucap vioan manja.

"Ya tuhan cobaan apa lagi ini, kenapa tiba-tiba viona bisa muncul,"

Viona anak teman mommy Semy yang ingin meraka jodohkan kepada Semy. Keadaan sudah kacau begini ditambah lagi dengan munculnya Viona, pasti Annisa akan lebih menghindari Semy.

pov annisa

Part 6

Aku Annisa terlahir dari keluarga muslim, ayah ku seorang ustadz dan guru agama di sekolah negri, ibu ku seorang ibu rumah tangga yang di sambil mengajar anak-anak mengaji dirumah. Apa kah pantas jika aku mengatakan aku mencintai pria yang beda keyakinan dengan ku, walaupun aku tau memutuskan silaturahmi itu berdosa, sejak saat itu aku harus memutuskan untuk mebiarkan rasa itu dan berharap rasa itu akan hilang dengan sendirinya, mana mungkin aku dan bang Semy bisa bersama sedangkan waktu 3 bulan yang di katakan orang tua ku itu hanya penolakan halus agar bang semy menjauh. Aku wanita normal yang memiliki hati dan cinta. Walaupun aku takut untuk mengutarakan kepada kedua orang tua ku bahwa rasa ini ada, rasa ini nyata. 3 bulan bukan waktu yang lama, 3 bulan itu sangat singkat, aku harus mempersiapakan hati untuk kehilangan, aku harus mempersiapkan hati ini agar bisa di tatah, aku harus mempersiapkan hati ini dan berusaha menerima takdir Allah jika bang Semy bukan jodoh ku.

Seminggu setelah malam itu, kak Siti datang kerumah dan mengutarakan bahwa kemarin dia bertemu malik. Laki-laki itu anak seorang pemilik pondok pesantren dan sekaligus anak teman ayah. Malik yang langsung di anggap memiliki sifat dan akhlak baik, namun mereka salah, mereka hanya mengenal dia dari orang tuanya sedangkan aku sering melihatnya datang ke cafe dengan wanita-wanita berbeda. Aku tak bisa membantah aku selalu di ingatkan dan di tekan kak Siti bahwa aku harus balas budi pada keluarga ini.

Aku Annisa Dini Ramadhani, anak yang tak tau siapa orang tua kandungnya, aku tak tau kenapa mereka membuang ku, yang ku tau keluarga ku inilah yang menyelamatkan ku dan membesarkan ku dengan penuh kasih sayang. Saat berumur 17 tahun ayah dan ibu menceritakan semua kepada ku, mereka beralasan cepat atau lambat aku harus mengetahuinya karna saat aku menikah ayah tak akan bisa menjadi wali nikah ku. Umur 23 tahun aku di lamar namun setelah mereka tahu siapa aku sebenarnya lamaran itu di batalkan karena aku tak jelas bibit bobot bebet nya, hancur? Sedih iya tapi aku masih punya orang tua yang hebat yang selelu manguatkan ku dan selalu berkata "jika Allah menguji mu, berarti Allah sayang, ingat nak Allah tak akan menguji di luar batas kemampuan umatnya."

Sekarang rasa cinta yang sudah lama ku biarkan mati perlahan tumbuh lagi, aku menyukai kesopanan nya, aku berkhayal membangun rumah tangga bersama, namun itu hanya khayalan mana mungkin dalam satu rumah ada dua tuhan. Air mata ku tertahan saat dirumah, aku bukan siapa-siapa aku hanya anak yang harus patuh walaupun hati ku menjerit. Hanya di dalam sujud ¾ malam ku aku memohon luruskan semua jalan hidup ku, dekatkan mana yang terbaik untuk ku.

" sudahlah dek,trima saja lamaran anak teman ayah itu, siapa lagi yang mau menerima anak yang gak jelas asal usul seperti kamu ini. Ingat dek kamu pernah batal nikah karna asal usul kamu."

Kata-kata kak Siti selalu mengintimidasi aku.

" tapi ayah kasih waktu 3 bulan kak."

"sudah lah dek, 3 bulan bukan waktu yang lama, apa mungkin dalam waktu 3 bulan dia jadi mualaf dan apa mungkin dia menerima siapa kamu, kamu belum ceritakan siapa kamu sebenarnya, siapa ibu kamu, apa wanita baik-baik apa bukan".

Aku selalu diam saat kata-kata itu berualang ku dengar dari aku remaja sampai sekarang.

Aku rindu, tapi apa pantas yang bukan muhrim memiliki rasa rindu, tapi aku rindu ingin bercerita banyak hal, aku rindu ingin di dengar, aku rindu saat bebas berpendapat. Ingin rasa nya aku menulis pesan dan mengirim nya, tapi janji harus ku tepati. Ntah karena rindu ini yang sangat besar aku merasa dia ada di dekat ku saat di halte bis itu, pagi dan sore hari saat-saat aku merasa bahagia, karena aku bisa merasakan ada dia disitu, aku sadar itu hanya halusinasi ku, biar lah dengan ber halu ria aku bisa sedikit merasa nyaman.

Siang itu cafe tempat aku bekerja mendapat orderan catering oleh sebuah perusahaan yang akan mengadakan syukuran 1 tahun berdirinya. Perusahaan dimana bang Semy bekerja, tanpa menunggu persetujuan ku, kak Meta menyanggupi orderan itu.

" dek, mungkin ini sudah jalan Allah, kalian akan dipertemukan lagi, jalani jangan di lawan. Kakak tau walaupun kamu tegar tapi kamu hancur, hati kamu jangan di bohongi. Kakak yakin, dia bukan seperti laki-laki lain yang pergi saat tau kamu siapa. Seandainya besok kamu ketemu dia, ceritakan semua dek, cerita kan kamu siapa, ceritakan perjodohan itu."

Hari yang di sepakati itu pun tiba, semua menu sudah selesai sebelun waktu nya dan sudah di antar tepat waktu, saat mengantar kak Meta yang mengantar bersama team. Aku memilih tinggal untuk membereskan sisa-sisa peperangan.

"dek, nanti sore kamu yang urus sisa pembayaran ya, kakak ada ada urusan nanti sore, kamu temuin Pak Bian!"

"tapi kak..."

"ayuk lah gadis,,, sampai kapan kamu begini, mana tau ketemu dan CLBK kan bagus, syukur-syukur kalo dia udah pindah agama, ya udah nikah lah lagi."

"kak ini menghayal nya kejauhan"

Kami pun tertawa.

Sore itu aku sudah menemui pak Bian, setelah selesai tanda tangan kwitansi pelunasan kami pun keluar ruangan, sayup ku mendengar suara orang memanggil nama ku, suaranya gak asing, masih terekam di telinga. Aku mencari sumber suara dan saat mata ini saling beradu pandang. Ya Allah itu bang Semy kok stelan nya berbeda seperti biasanya, stelan jas lengkap dan setiap orang yang lewat depan nya selalu memberi kesan hormat. Ya Allah apa lagi ini siapa dia sebenarnya. Senyum ini pun terkembang saat mendapat senyuman dari sana. Namun aku harus menundukan kepala ini lagi saat aku lihat ada wanita cantik yang berpakaian modis datang dan langsung memeluk bang semy.

" mba Nisa, bukan ikut campur tapi percaya sama saya, dia bukan siapa-siapa pak Semy. Dihati pak Semy cuma ada mba Annisa."

" maaf pak Bian, apa bapak mengenal saya sebelumnya?"

" mengenal mba secara langsung kan baru saat ini, tapi mendengar cerita tentang mba sudah sejak pak Semy pertama melihat mba di halte bus"

Aku tak mau bersenang hati dahulu, wanita itu sepertinya sepadan dengan bang Semy. Kalo boleh menangis mungkin aku sudah menangis.

🌹 saat aku bersujud kamu berlutut. saat aku menengadahkan kedua tangan ku kamu mengepalkan kedua tangan mu.

Mana mungkin kita bisa berjalan beriringan sedangkan surga kita berbesa🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!