Di sebuah kamar vila di daerah Bali, terlihat sepasang laki-laki dan perempuan tengah terlelap dalam tidur mereka. Terlihat keduanya tidur tanpa menggunakan sehelai benang apapun, hanya selimut yang menutupi seluruh badan mereka.
Pakaian yang berserakan di lantai menjadi pemandangan pertama di kamar itu. Waktu masih menunjukkan pukul 3 dini hari sehingga membuat daerah sekitar mereka masih gelap gulita.
Perlahan perempuan itu dahinya berkerut. Pelan tapi pasti ia mencoba untuk membuka matanya.
"Ish..." ringis wanita itu merasakan sakit di kepalanya. Dengan sekuat tenaga ia mencoba menyadarkan dirinya.
Deg
matanya berputar melihat sekelilingnya. Ingatan nya kembali saat ia tengah menikmati acara ulang tahun teman kuliah nya. Namun ia tiba-tiba merasakan pusing dan hawa panas yang menyerang tubuhnya. Lalu dengan cepat ia pergi meninggalkan pelataran vila tempat acara tersebut berlangsung dan pergi menuju ke kamarnya.
"Dimana aku? Ini bukan kamar ku" ucap perempuan itu sambil tatapannya menyusuri kamar asing itu.
Deg
Betapa terkejutnya saat ia merasakan sebuah tangan yang melingkar di perut nya. Tubuhnya membeku, nafasnya tercekat saat melihat sebuah lengan kekar sedang memeluknya di balik selimutnya. Perlahan ia mencoba menoleh ke sebelah sisinya.
seketika ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, saat melihat seorang laki-laki yang tengah tertidur pulas dan menghadap ke arahnya.
"Siapa dia? Dimana aku? Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini? kenapa aku berada di sini?" teriak Vanya dalam hati. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Terjebak di dalam kamar dengan seorang pria asing dan mereka telah melakukan hal yang semestinya tidak mereka lakukan.
"Aku harus pergi dari sini, sebelum dia terbangun" ucap Vanya.
Dengan tangan gemetar ia mencoba memegang lengan yang berada di perut polos nya itu. Lalu ia mengangkat lengan itu dan menggeser tubuhnya ke arah samping, pinggir ranjang.
Setelah terbebas dari lengan itu, ia beranjak turun dari ranjang tersebut. Namun belum sempat kaki menyentuh lantai, seketika ia merasakan perih di bagian inti tubuhnya, yang membuatnya meringis kesakitan.
"Ish ...." ringis Vanya yang seketika ia menutup rapat mulutnya supaya tidak sampai di dengar oleh laki-laki itu.
Dengan tertatih-tatih ia mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai kamar itu dan mulai memakainya. Setelah selesai, ia berjalan dengan sangat pelan ke arah pintu kamar. Namun sekilas ia melihat sebuah tas kecil yang menyerupai miliknya. Setelah memastikan bahwa itu adalah tasnya, ia segera membawanya pergi meninggalkan kamar itu.
ceklek
Drrrtt .... drrrttt ....
Suara getar ponsel yang berada di atas nakas mengganggu tidur seorang laki-laki. Karena ponsel itu terus saja bergetar, mau tak mau ia meraihnya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo" suara serak laki-laki itu.
"...."
Terlihat laki-laki itu menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Iya, Pa. Hari ini aku akan kembali ke Jakarta. Lagi pula urusanku sudah selesai di sini" ucap laki-laki itu yang tengah berbicara dengan orang tua nya.
"...."
"Baiklah, aku akan menghubungi Papa nanti jika sudah sampai di sana" ucap laki-laki itu.
setelah mendengar ucapan dari papanya, ia mematikan panggilan itu.
Perlahan ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di sandaran ranjang nya. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang di sana, tapi ia masih memikirkan nya. Beberapa saat kemudian ia teringat dengan seorang wanita yang telah menemaninya semalam.
"Dimana dia?" ucap laki-laki itu. Seketika ia membuka selimutnya dan tatapannya terpaku pada sebuah titik yang ada di sebelahnya.
Ia menyunggingkan senyumnya melihat bekas noda darah yang telah mengering di atas spreinya itu.
"Siapa dia? Baru pertama kalinya aku mendapatkan kesucian seorang wanita. Aku harus menemukannya" ucap laki-laki itu.
Kemudian pandangan matanya menangkap sesuatu yang ada di bawah bantal. Seketika ia mengambil bantal itu untuk melihat apa yang ada disana.
"I got you, Kucing Liar!" ucap laki-laki itu sambil mengambil sebuah kalung yang ia temukan di sana. Sebuah kalung bermata ungu dan dibelakangnya terdapat inisial nama Avril di sana.
Dengan cepat ia mengambil ponselnya lagi dan mencari kontak seseorang.
"...."
"Aku mau kau cari tahu siapa wanita yang bersamaku semalam, temukan dia secepatnya!" ucap laki-laki itu kepada lawan bicaranya.
Setelah mendapatkan jawaban dari seberang ia mematikan panggilan itu dan meletakkan ponselnya kembali di atas nakas.
Kemudian laki-laki menyimpan kalung itu dan kemudian ia beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju ke kamar mandi.
........ TBC ........
5 Tahun Kemudian
Suasana gemerlap dan suara musik yang memekakkan telinga menjadi pemandangan setiap malam hari menghiasi sebuah diskotik paling terkenal di kota J. Pengunjung yang mayoritas berasal dari berbagai kalangan terus berdatangan ke tempat hiburan tersebut. Walau waktu yang menunjukkan semakin malam, tak lantas membuat tempat itu sepi, justru semakin malam semakin ramai saja, bisa dilihat dari mobil berkelas yang senantiasa lalu-lalang di depan pintu masuk itu. Mobil yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kekayaan diatas rata-rata.
BLUE MOON CLUB' merupakan Club' terbesar dan terkenal yang ada di kota J. Dan hanya pengunjung yang mempunyai card member -lah yang bisa memasuki tempat tersebut. Itu dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat favorit bagi para artis dan kalangan atas lainnya. Sehingga Club' itu penuh dengan penjagaan yang sangat ketat sehingga tidak akan ada yang bisa masuk ke dalam tempat itu sembarangan.
Pemilik dari tempat yang menurut beberapa orang haram itu tak lain yaitu Arga, Arga Putra Wijaya. Putra tunggal dari pasangan Arya Wijaya dan Grace Doneshia Wijaya. Memiliki paras bak dewa Yunani membuat Arga dipuja-puja oleh sekian banyak wanita yang ada di sekitarnya. Tubuh yang menjulang tinggi mencapai seratus delapan puluh tujuh sentimeter menambah kesan sempurna untuknya. Apalagi mempunyai mata berwarna abu-abu seperti sang ibu, membuat dirinya semakin digandrungi oleh banyak wanita dari berbagai kalangan. Dari mulai artis, model, bahkan anak para pengusaha di negara ini.
Namun, ketampanannya justru ia gunakan untuk mempermainkan para wanita. Karena wanita-wanita itu yang selalu berusaha menarik perhatiannya, bahkan ada pula yang terang-terangan datang dan menggoda dirinya.
Di salah satu meja yang ada di dalam club' itu, terlihat tiga laki-laki yang tengah menikmati minuman mereka ditemani oleh beberapa wanita yang ada di sana.
"Dimana si Daniel?" tanya salah satu laki-laki disana.
"Entahlah, sepertinya dia lagi sibuk banget sama kerjaannya. Emang dia nggak ada bilang sama loe, Vin? " jawab salah satunya lagi. Laki-laki yang bertanya keberadaan Daniel tadi bernama Alvin, salah satu dokter spesialis bedah yang terkenal di salah satu rumah sakit swasta di kota itu.
"Lah, kalau memang dia ada chat sama gue, gue nggak akan tanya loe juga, Vid." ucap Alvin sewot kepada David, sahabatnya.
"Mending di telepon saja dia," ucap laki-laki satunya lagi. Ia tampak santai sambil sesekali menikmati bibir seorang wanita yang menggelayut manja di sampingnya. Tampilan wanita itu juga sangat terbuka, bahkan sampai membentuk lekuk tubuhnya yang sangat hem .... seksi.
"Dari pada loe berbuat disini, mending sana pergi ke kamar loe saja sana, Ga. Eneg banget gue lihatnya," ucap David sambil melirik ke arah Arga. Sedikit jijik memandang sahabatnya yang tanpa malu menikmati wanita didepan umum.
Mendengar ucapan David, membuat Arga menyunggingkan senyumnya.
"Benar juga saran loe. Come on baby," ucap Arga sambil beranjak dari tempat duduknya bersama wanita berbaju merah itu.
Alvin dan David yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Dasar gila tuh anak," ucap Alvin seraya menyesap minuman di gelasnya sambil menatap kepergian sang sahabat.
...----------------...
Akh ... akh ...
faster baby, akh .... co-come on .... akh ....
er...angan demi er ...angan terdengar dari dalam kamar VVIP yang ada di club'itu. Wanita yang tengah dalam posisi menung...ging itu tampak mencengkeram kuat seprei ranjang itu sambil mendongakkan kepalanya menikmati sensasi yang sangat nikmat tersebut.
*Fu*ck .... ouch ....
like this, babe, huh ? akh ..... sh*it* ....
Arga yang tampak sudah berkeringat itu dibuat geram kala mendengar ucapan wanita bayaran itu yang memintanya menaikkan ritme permainan yang dipimpinnya. Sontak membuatnya menghu...jam titik terdalam milik wanita di depannya itu sambil memegang pinggang ramping itu dengan kedua tangannya.
ouch .... sh*it .....
Arga merasakan denyutan dari lu...bang kenikmatan itu mencengkeram miliknya, tanda bahwa wanita itu sudah mencapai puncaknya. Tak mau menahan lebih lama lagi, ia mencabut milikinya dan membalikkan tubuh wanita itu hingga terlentang.
Diambilnya kedua kaki jenjang wanita itu dan meletakkannya di pundaknya dan langsung melesatkan pu....sakanya hingga mencapai *-**** di dalam sana. Arga kembali menghen...takkan pinggulnya dan menaikkan ritme permainannya melebihi tadi. Hingga beberapa saat kemudian terdengar lenguhan panjang dari Arga dan juga wanita itu.
ouchh ..........
akhhh. ...... .
Keduanya langsung ambruk di atas ranjang tersebut sambil mengatur napas keduanya yang tampak ngos-ngosan seperti habis berlari berpuluh-puluh kilometer.
*drrrtt
drrrtt
drrrtt*
Saat Arga tengah mengatur napasnya, terdengar suara getaran yang berasal dari ponselnya yang terletak diatas nakas di samping tempat tidur itu.
Dengan malas ia meraih ponsel itu dan melihat pesan yang masuk kedalam ponsel itu.
Sudut bibirnya tampak menyungging kala ia melihat pesan tersebut.
Segera ia bangkit dari ranjang itu dan berjalan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia memakai kembali pakaiannya yang berserakan di bawah sana.
Setelah selesai memakai pakaiannya, ia mengotak atik ponselnya.
Ting
terdengar suara notifikasi yang kini berasal dari ponsel milik wanita itu.
"Bayaran loe sudah gue transfer,"
Setelah mengatakan kalimat itu, Arga bergegas meninggalkan kamar VVIP tersebut.
...****************...
*tap
tap
tap*
Langkah sepasang sepatu terdengar nyaring disepanjang lorong sebuah hotel yang terdapat di lantai atas sebuah club'. Pelan tapi pasti langkah kaki itu terus berjalan menuju ke arah lift.
Ting
Ruang kecil bergerak itu membawa langkah laki-laki itu menuju tempat yang tadinya ia tempati bersama sahabat-sahabatnya. Arga. Laki-laki itu mendapatkan pesan dari Alvin bahwa Daniel sudah datang setelah ia selesai dengan pekerjaannya.
"Woy..... nih dia orangnya. dapat berapa kali muncak loe tadi?" ucap Alvin kala ia melihat kedatangan Arga dari jauh.
Sedangkan Daniel dan David hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan keduanya.
"Sialan loe," balas Arga sambil melayangkan pukulan ke bahu sahabatnya itu.
Arga pun mengambil gelas yang tadinya memang miliknya dan menuangkan sampanye yang ada di sana. Setelah mencapai penuh gelas, Arga langsung menyesap perlahan cairan beralkohol tersebut sambil melemparkan pandangannya ke arah sekitarnya.
"O iya, sekalian gue mau ngomong sesuatu. Lusa kita disuruh ikut Vale datang ke sebuah acara launching Cafe baru," ucap Daniel.
"Cafe baru?" tanya Alvin.
"Iya, acaranya sore sih. Ntar kita barengan aja. Soalnya kata Vale semua dari kita harus ikut. Tanpa terkecuali," jelas Daniel. Alvin, David, dan Arga sejenak terdiam mendengar penuturan dari Daniel.
"Gimana? Loe pada nggak ada acara kan?" tanya Daniel kepada ketiganya.
"Ntar dulu, gue check dulu schedule gue," ucap Alvin menyela sambil memeriksa ponsel miliknya.
"Kalau gue sih gampang, masalah kantor bisa di re-schedule ulang," ungkap Arga yang memang saat ini ia tidak memiliki pekerjaan yang berat. Mungkin kalau hanya pekerjaan ringan, ia bisa mengalihkannya kepada asistennya maupun di jadwalkan ulang. ketiganya hanya menganggukkan kepala mendengar ucapan Arga.
"Wait, gue bilang dulu sama Risky," ucap David sambil mengotak-atik ponselnya.
"Okay, done. gue udah bilang sama si Risky," imbuh David beberapa saat kemudian setelah ia berbalas pesan dengan asisten pribadinya itu.
"Okay kalau begitu, ntar kalau udah saatnya, kalian datang aja ke kantor gue. Soalnya cafe itu letaknya tak jauh dari kantor gue," ucap Daniel kepada ketiganya.
Mereka hanya mengiyakan ucapan laki-laki itu sambil kemudian mereka kembali menikmati waktu bersama ditemani beberapa botol minuman disana.
Merasa sedikit gerah, Arga beranjak dari tempat duduknya sambil membawa gelasnya yang masih berisi red wine nya.
"Mau kemana?" tanya Alvin. Arga yang mendapatkan pertanyaan itu sontak menoleh kepadanya.
"Mau nyari udara segar. Ikut nggak loe?" tanya Arga.
"Boleh juga," sahut Alvin.
Sedangkan Daniel dan juga David hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keduanya.
Sebelum turun ke lantai dansa, Arga sejenak berhenti di pinggiran lantai dua tempatnya berdiri sambil mengedarkan pandangannya ke bawah sana.
Sesekali tersenyum ia mengamati wanita demi wanita yang tengah berjoget ria di bawah sana. Saat pandangannya menyapu lautan manusia di bawah sana, kedua matanya menangkap sosok wanita di bawah sana yang tengah tertawa lebar dengan seorang wanita yang ia yakini adalah teman wanita itu.
"Siapa dia?" gumamnya sambil terus memperhatikan wanita tersebut. Senyum yang indah, menambah kesan kecantikan wanita itu kian sempurna. tubuh yang menjulang tinggi ditambah dengan bentuknya yang menyerupai bak gitar spanyol membuat lelaki manapun berdesir melihatnya. Apalagi gaun malam berwarna hitam yang ia gunakan sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih seputih tepung membuat wanita tersebut mampu membuat seorang cassanova seperti Arga tak bisa memalingkan wajahnya barang sedetikpun.
Tak mau menunggu lebih lama lagi, Arga segera meneguk sisa wine miliknya dan berbalik menuju meja sahabatnya.
kletak
Arga langsung meletakkan gelas miliknya disana.
"Gue turun dulu," ucap Arga sambil mengedipkan sebelah matanya kepada kedua sahabatnya yang masih setia duduk di sofa itu. Sedangkan Daniel dan David yang melihat kelakuan Arga hanya bisa tersenyum sambil mengangkat gelas keduanya seakan memberi kode bahwa mempersilakan Arga untuk bertindak semaunya.
"Tungguin gue, Ga." pekik Alvin sambil beranjak dan mengejar sahabatnya itu.
Kedua laki-laki itu kemudian berjalan menuju tangga dan turun ke lantai dansa yang ada dibawah sana. sepanjang berjalan, para wanita di sana senantiasa menggoda keduanya. Ada yang curi-curi pandang, bahkan ada pula yang terang-terangan menawarkan diri kepada Arga maupun Alvin.
"Gue ke sana dulu," ucap Alvin kepada Arga sambil menunjuk ke arah kiri panggung yang ada di sana. Arga yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Alvin langsung bergegas meninggalkan Arga disana.
Sedangkan Arga sejenak terdiam di tempatnya berdiri, sambil pandangannya tak lepas pada sesosok wanita yang berada di jauh depan sana.
Perlahan tapi pasti, Arga mulai melangkahkan kakinya maju membelah lautan manusia yang ada di depannya guna untuk mencapai dimana wanita itu berada.
Walau banyak wanita di sekitarnya yang berusaha menarik perhatiannya, tak membuat Arga tergoda. Justru ia sama sekali tidak menggubris perkataan demi perkataan yang ditujukan untuknya.
Sambil merangkai perkataan yang akan ia ucapkan kepada wanita itu, Arga melangkah dengan gaya coolnya.
Saat dirinya sudah berada tepat di belakang tubuh wanita itu, indra penciumannya dapat merasakan aroma khas yang menguat dari tubuh wanita itu. Arga berniat untuk memegang pundak mulus itu, namun belum sempat tangannya menyentuh tubuh molek tersebut, terdengar suara yang berasal dari samping kirinya.
"Sayang,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!