Prangg...
Brakk...
Brukk...
klotang.. klatang..
Suara keributan terdengar jelas di ruangan besar yang di isi dengan perabotan kantor. lukisan lukisan pecah, vas bunga berserakan dimana mana, kursi dilemparkan kesana kemari, buku buku berhamburan di atas lantai.
"Graahhhh.... akan ku bunuh kaliaaaannn!!" teriak seorang pria yang bertelanjang Dada dengan otot otot tubuh yang tampak sangat kekar.
Dia berteriak, melompat kesana kemari, entah objek apa yang dilihatnya tampak seperti dia bertingkah seperti sedang memukuli seseorang padahal tak ada orang di hadapannya.
Semuanya hancur berantakan akibat ulahnya, dia tidak menyerang manusia selain sosok yang ada di dalam pikirannya saat ini.
"Ck... dasar gila," dua orang pria mengumpat kesal sambil menatap Pria bernama Devano Alexander yang penyakitnya sedang kumat itu.
"Ini juga salahmu tidak memberikan obatnya semalam Mike! " ketus pria berkacamata dengan rambut panjang yang diikat ke belakang itu.
"Ck... aku sedang mencoba agar dia tidak terikat dengan obat obatan Adam, itu akan berbahaya baginya, sampai tadi pagi aku merasa tenang tetapi ini hasilnya, dasar si bodoh itu," umpat pria dengan jas dokter yang biasa di sapa Mike itu.
" Ini hasilnya dodol, seharusnya kau kurangi saja dosisnya bukan tidak memberikannya, dia sudah bergantung pada obat itu, Bagaimana bisa dia bertahan tanpa obat itu," ucap Adam sambil menggetuk kepala Mike dengan wajah kesal .
"Ck... iya iya aku salah, sudahlah ayo cepat tenangkan Monster ini, sebelum dia melompat lewat jendela itu, dia ini benar benar gila!" umpat Mike.
"Hmmm cepatlah," ucap Adam.
Mereka berdua mengangkat pistol mereka yang sudah diisi dengan jarum suntik berisi obat bius dan diarahkan pada Dev.
"Deeeevvvvv!!!" teriak mereka berdua membuat pria gila itu menoleh dan menatap mereka dengan wajah marah dan tangan mengepal, sebab dia sangat benci dipanggil dengan nama itu.
"Aku bukan Si lemah ituuuuuu!!!" teriak pria itu sambil berlari ke arah mereka berdua.
Mike dan Adam tersenyum tipis saat target mereka berlari mendekati mereka.
Dor..
Dor....
Dua tembakan sekaligus lepas dan tertancap tepat di dada Dev membuat pria itu menggeram dan mencabut jarum bius itu dengan wajah merah padam.
"Ck... sial, Mike dia melepaskan nya!" ucap Adam.
"Heh tenang saja, dia tak akan bisa berbuat apa apa," ucap Mike sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Apa kau sudah ikut gila Mike, dia bisa membunuhmu!!" teriak Adam.
"Dasar penakut, dia tidak akan menyerang manusia lain selain sosok yang ada dalam pikirannya itu bodoh," ucap Mike.
"Kita tidak pernah tau Mike," ucap Adam dengan wajah panik.
Dev berlari ke arah mereka berdua, menerjang bagaikan seekor singa lapar yang siap menyerang mangsa nya.
Adam sudah berwajah pias dia menunduk dan duduk di atas Lantai sedangkan Mike tetap tenang dan menatap Dev dengan tatapan datar.
Mike mulai menghitung tampak dari gerakan bibirnya.
"Satu... dua... tiga!" ucap Mike.
Brukk
Dev terjatuh ke lantai dan tak sadarkan diri saat obat bius itu bekerja dan mengambil alih kesadarannya.
"Nah kau lihat kan dodol, ngapain kau meringkuk seperti anak kecil disitu, dasar bodoh!" ejek Mike.
Adam mengangkat kepalanya dan menatap kearah Mike. Dia cukup terkejut saat melihat Dev sudah terbaring lemah di depan mereka.
"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Adam.
"Itu lah gunanya aku disini, obat bius itu bekerja dengan baik," ucap Mike sambil berjalan menghampiri Dev.
Mike berjongkok di dekat tubuh Dev yang sudah terbaring lemah di atas lantai, dia mengangkat tangan pria itu dan menatap wajahnya dengan tatapan sendu.
"kenapa nasibmu menjadi seperti ini kawan? kau bukan Dev yang ku kenal lagi, kenapa tidak kau ceritakan masalahmu kepada kami? sampai kapan kau menjadi monster seperti ini?" ucap Mike sambil mendesah berat.
Adam bangkit berdiri dan menghampiri mereka berdua, dia juga menatap tubuh Devi yang terbaring di atas lantai, tatapan yang sama dengan tatapan yang diberikan oleh Mike.
"Apa yang harus kita lakukan agar dia bisa kembali seperti dulu?" tanya Adam.
"Hanya dia sendiri yang bisa menyembuhkan hati dan pikirannya, selama dia tidak mau membuka hatinya dan memberitahukan permasalahannya dia tidak akan bisa sembuh dari penyakit anehnya ini," jelas Mike.
"Apa kita tidak bisa melakukan sesuatu? maksudku setidaknya untuk membantu dia lebih cepat pulih," tanya Adam.
"Haahh... entahlah semua pengobatan sudah kami coba tetapi Dev tidak bisa sembuh sampai saat ini," ucap Mike.
"Sudahlah nanti kita pikirkan, bawa dulu dia," ucap Adam yang dibalas anggukan kepala oleh Mike.
Devano Alexander berusia 30 tahun adalah seorang pria yang mengidap penyakit kepribadian ganda atau Double Identity Disorder ( DID) , yang menyebabkan dirinya selalu berubah-ubah setiap kali mengalami sebuah tekanan atau sedang memikirkan sesuatu yang berat.
Kejadian 13 tahun lalu mengubah dirinya menjadi seorang monster untuk melindungi dirinya sendiri.
Dia mengalami depresi berat akibat tekanan dan penyiksaan yang didapatkan dari ibu tirinya. Ibu kandungnya meninggal tepat di hadapannya sendiri, itu pun dibunuh oleh ayah kandungnya.
Hampir setiap hari dia disiksa dan dipukuli di rumah keluarganya, terkadang dia diberi makanan basi, dicambuk, bahkan dibiarkan tidur di luar selama berhari-hari.
Dia disiksa bagaikan hewan dan dengan teganya sang ayah membunuh ibunya dengan menembak Ibunya di depan mata Dev yang masih berusia 17 tahun waktu itu.
Jasad ibunya dibuang ke tengah hutan dan Dev dikurung.
Dev benar benar kehilangan semuanya, semangat nya untuk hidup dan kepribadiannya menghilang seturut dengan rentetan kejadian mengerikan itu.
Dia diusir dari rumah keluarganya dan diasingkan karena tingkahnya yang tiba tiba berubah bagaikan monster.
Suatu hari saat dia sedang dikurung di dalam ruangan bawah tanah di rumah keluarga Nolan, dia akan diberi makan dengan makanan sisa yang biasa diberikan oleh keluarga itu padanya, tiba-tiba berubah menjadi seorang monster bahkan rantai yang mengikat kaki bisa dilepaskan nya dengan tangan kosong.
Semua orang terkejut dengan perubahan besar pada diri dan dia sudah seperti orang gila yang menghajar siapa saja yang ada di hadapannya.
Bahkan seluruh penjaga di dalam ruangan bawah tanah itu dihabisi nya dan dibunuhnya satu persatu, orang-orang menyebutnya kerasukan setan, bahkan dirinya sendiri menyebut dirinya adalah demon alias iblis.
Dia disuntik dengan obat bius yang biasa digunakan untuk menembak hewan-hewan besar seperti beruang sehingga dia tidak sadarkan diri.
Kemudian keluarga Nolan membuangnya di tengah hutan, saat itulah dia bertemu dengan Mike dan Adam yang tengah berburu di tengah hutan bersama dengan orang tua mereka.
Mereka menyelamatkan Dev muda yang hampir dimakan oleh serigala di hutan tersebut. Sejak saat itu mereka menjalin pertemanan dan hingga kini mereka selalu bersama.
Dia tidak pernah menceritakan masa lalu kelamnya kepada sahabat-sahabatnya, alasannya cuma satu dia tak ingin sahabat-sahabatnya terlibat terlalu jauh dengan kehidupannya yang menyedihkan.
Hingga saat ini, dia sudah berhasil mengendalikan dirinya meskipun harus mengalami perubahan kepribadian dalam jangka waktu tertentu.
Monster dalam dirinya akan muncul bila ia dalam keadaan stres, tertekan atau ketika dia mengingat kenangan bersama dengan mendiang ibunya, hanya sampai sebatas itulah teman-temannya mengetahui tentang diri Dev.
Dev berubah menjadi sosok yang kuat dengan menyembunyikan penyakitnya dari hadapan publik. Dia benar-benar berubah menjadi sosok yang tidak dikenali oleh siapapun.
.
.
.
like, vote dan komen 😊😉😉
Di belahan lain dunia dengan perbedaan waktu yang jauh, tepatnya di negeri tercinta Indonesia...
Klotang...
Klotang...
Seorang gadis tengah berdiri menghadap sebuah tempat sampah dengan jarak sekitar 10 meter, dia memegang sebuah kaleng minuman.
Gadis dengan rambut panjang , memakai Hoodie hitam dengan celana pendek dan sepatu sport sedang beraksi untuk kesekian kalinya melempari wadah bulat berwarna hitam yang sekilas mirip tempat sampah dengan kaleng minuman yang sudah dikumpulkan untuk dia jual kepada pengumpul barang bekas.
"Huh... Kenapa lubangnya sempit sekali, huaahhh, coba lagi!!!" Ucap gadis yang sering disapa Lisa itu.
Klotang... Klotang......
"Aaahhhhkk..... shhh gagal lagi gagal lagi, siapa sih yang buat lubang tempat sampahnya sekecil ini,grrhhhh" gerutu Lisa sambil mengacak acak Rambutnya dia duduk di atas aspal sambil menatap benda yang dia pikir tempat sampah umum karena di letakkan di pinggir jalan itu.
"Ehh si kampret, woi ngapain Lo lempari Drum gue oiii itu bukan tempat sampah paooookkk!!!" Teriak seorang pria yang ternyata pemilik rumah sekaligus pemilik benda bulat yang ternyata adalah drum yang sedang di letakkan di pinggir jalan dengan posisi terbalik dan malah di kira tempat sampah oleh Lisa.
"Eh buset dah mampus aku, harimau lapar bangun" ucap Lisa sambil bangkit berdiri dan memungut semua sampah miliknya dan berlari secepat mungkin meninggalkan rumah itu.
"hei pembuat onaaaaarrrrr!!!" Teriak pria itu sambil berlari membawa kaleng minuman yang dilemparkan Lisa ke dalam drumnya tadi.
"Kurang ajar kau, Bukan sekali dua kali kau melakukannya tapi setiap hari dasar pembuat onaaaaarrrrr!!!!" Teriak pria itu sambil berlari dan mengejar Lisa.
"Wleeekkk makanya jangan ejek keluargaku!!!" Ucap Lisa sambil menjulurkan lidahnya ke arah pria tadi.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Lisa melakukan hal itu, semua karena kesalahan mereka juga, yang selalu menjelek jelekkan Lisa dan keluarganya.
Pria itu menarik nafas dan mengangkat tangannya lalu membidik kepala Lisa dengan kaleng di tangannya.
Dan....
Syuuuttt...
Pletaakk...
Kaleng minuman itu tepat mengenai jidat Lisa membuat gadis itu ambruk dan terjatuh ke atas tanah..
"Hahahahaha rasakan itu, makanya jadi orang miskin jangan belagu, dasar sudah miskin, jelek, ayahnya cuma tukang jual gorengan, gak punya Ibu pantas gak ada attitude !!" Ejek pria itu.
Lisa bangkit berdiri, dia mengepalkan tangannya dan menatap kesal ke arah pria sombong itu padahal umur mereka tak beda jauh.
"Eh Herman jangan sombong ya jadi orang, emangnya harta kau udah sebanyak apa hah!!!" Balas Lisa dengan wajah kesal dan marah.
Menjadi bahan ejekan warga dan bahan bully sudah menjadi makanan sehari hari Lisa, dia tidak peduli dengan semua ocehan mereka.
Lisa adalah seorang putri dari keluarga sederhana, dia tumbuh di lingkungan keluarga yang terbilang masih di bawah taraf rata rata dalam segi pendapatan.
Lisa tumbuh tanpa seorang Ibu sejak usianya 13 tahun hingga kini dia berusia 22 tahun, seluruh harta mereka habis dan terlilit utang akibat biaya perobatan Ibunya yang menderita penyakit kanker rahim kala itu.
Bahkan untuk melunasi semua utang itu, Ayahnya terpaksa menjual rumah mereka dan tinggal di gubuk sederhana di kota Jakarta.
Setelah menjual rumah dan segala harta benda milik mereka, barulah mereka terlepas dari lilitan hutang selama delapan tahun. Ayahnya yang senantiasa menjaga Lisa sejak dia kehilangan sang Ibu, Lisa terpaksa putus sekolah sehingga tidak bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan dia yang hanya tamatan SD, sungguh menyedihkan.
Namun hal itu tak membuat Lisa patah semangat dan pasrah pada keadaan, dia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri, dia sangat menyayangi Ayahnya, setiap pulang kerja sang ayah yang menjual gorengan di pinggir jalan selalu membawa buku buku yang dia temukan di tempat sampah untuk di berikan pada Lisa.
Lisa anak gadis yang baik dan senang membaca, dia senang belajar hal hal baru, bahkan pengetahuannya sangat luas, mungkin karena tak bisa bersekolah formal membuatnya tertantang untuk belajar tanpa guru.
Lisa juga pandai berbahasa Inggris dan Jerman, dia banyak belajar dari buku dan orang orang yang ditemuinya.
Meski hidup dalam taraf kemiskinan, tidak membuat Lisa mengeluh, kerasnya kehidupan di Ibu Kota Indonesia membuatnya paham bahwa hidup itu butuh perjuangan, dia tak akan kenyang hanya dengan mengeluh dan marah pada keadaan.
Lisa terus belajar dan tumbuh menjadi gadis yang cerdas tetapi dia juga adalah pembuat onar dan pemberontak. Dia akan menghajar siapa pun yang menghina ayahnya, karena menurutnya tak ada satu pun manusia yang bisa menghina orang lain sebab orang itu belum tentu tau apa yang sudah dialami oleh orang tersebut.
Seperti saat ini, Lisa yang tengah marah mengambil kaleng minuman yang ada di dalam kantongannya.
Krekkk... Krekkk
Dia meremukkan kaleng minuman itu lalu mengangkat tangannya dan...
Syuuuttt
Pletaakk
"Head Shot!!" Teriak gadis itu kegirangan saat kaleng itu mendarat tepat di kepala Herman yang melemparnya sebelumnya.
"Wleeekkk rasakan itu dasar orang sombong!!!!!" Ejek Lisa sambil berlari meninggalkan pria itu secepat mungkin agar tidak di kejar oleh warga lain.
"Liiisaaaaaaaa !!!!" Teriak Herman marah karena Lisa benar benar mengacaukan moodnya, belum lagi Drumnya sudah dipenuhi dnegan Sampah akibat ulah Lisa.
Lisa berlari terengah engah di sepanjang jalan, dia masih membawa kantong plastiknya tadi.
"Haaahh... Haahhh... Capeekkkkk" Lisa duduk di atas jalan aspal sambil mengusap keringatnya.
"Haahhh dia tidak mengejar lagi, huh syukurlah, dasar orang bodoh itu, dia benar benar gila sepertinya," ucap Lisa sambil bersandar di pohon yang berada di dekat jalan itu.
Orang orang yang lewat mengira dia pengemis sehingga mereka memberikan uang pada gadis itu.
"Eh loh, mbak ini uangnya kenapa di kasih saya, saya gak ngemis loh!!" Ucap Lisa mengangkat uang Lima ribuan dan sepuluh ribu itu.
"Ambil aja neng, saya tau kamu butuh," ucapnya lalu pergi meninggalkan Lisa .
"Ehhh tapi saya gak ngemis mbaakkk" teriak Lisa namun tak dihiraukan wanita tadi.
Sekeras apapun kehidupan yang dia alami, dia tidak akan pernah mengemis meski pun terdesak dengan keuangan, Karena hal itu Lisa membuat ayahnya sedih dan merasa tak berguna.
"Huffft, ya gak apa apalah, lumayan rejeki, semoga mbaknya dapat banyak rejeki," ucap Lisa sambil memasukkan uang itu ke dalam kantong celananya.
Lisa bangkit berdiri lalu beranjak berjalan menuju rumahnya, tiba tiba sebuah sedan hitam berhenti di dekatnya membuat Lisa ikut berhenti.
Kaca mobil di buka, tampak seorang pria Tampan menatap Lisa, selain itu ada dua orang lagi di dalam mobil itu, satu memakai Hoodie hitam sedang terlelap di bahu pria dengan masker dan kacamata yang tampak meliriknya.
"Maaf Nona mengganggu waktunya sebentar, jalan ke kafe Golden lewat mana ya? Kami sedari tadi mutar mutar di jalan yang sama," ucap Pria itu.
"Kafe Golden?" Ucap Lisa tampak berpikir.
"Egal, Mike, das weiß er nicht, sieh dir seine Klamotten an, er weiß nicht, dass es so einen Ort in dieser Stadt gibt." Ucap seorang pria berkacamata yang melemparkan tatapan jijik ke arah Lisa.
(Sudahlah Mike dia tidak tau itu, lihatlah pakaiannya dia mana tau ada tempat seperti itu di kota ini.)
"warte Adam, wir brauchen die Hilfe dieser Dame, unterschätze andere Leute nicht" ucap Pria itu.
(Tunggu dulu Adam, kita butuh bantuan nona ini, jangan memandang remeh orang lain).
Lisa membalas tatapan jijik Adam, pria berkacamata itu.
"Cih... Es stellt sich heraus, dass die Sprache die menschliche Natur nicht unterscheidet, es ist dasselbe, als würde man Menschen nur nach ihrem Aussehen beurteilen." Ucap Lisa
(Ternyata bahasa tidak membedakan sifat manusia, sama sama hanya menilai orang dari penampilannya saja.)
Sontak Lisa membuat mereka terbelalak bahkan pria yang bersandar di samping Adam sampai terbangun karena ia mendengar semua perkataan mereka.
Adam membulatkan matanya, baru kali ini dia merasa malu di hadapan orang lain.
"Wenn Sie zum Golden Café gehen möchten, müssen Sie nur von dieser Straße geradeaus gehen, an der ersten Kreuzung gehen Sie ca. 5 Meter hinein, Sie finden es dort. Ahh und danke für die Beleidigung, Sir, der keine Manieren hat,"
(Kalau mau menuju kafe Golden kalian tinggal lurus saja dari jalan ini, pada persimpangan pertama masuk ke dalam sekitar 5 meter, kalian akan menemukannya disana. Ahh dan terimakasih atas hinaannya tuan yang tidak punya tata krama.)
Mereka terbelalak, gadis itu benar benar lancar berbahasa Jerman, Adam sampai terbelalak.
"Terimakasih nona, maaf atas sifat kasar teman saya," ucap Mike.
"Tak masalah, hanya saja ku harap dia punya setidaknya satu gram saja yang dinamakan dengan tata Krama," ucap Lisa lalu pergi meninggalkan mereka dengan Wajah kesal, dia mengangkat kantong plastiknya di atas bahu dan berjalan dengan cepat menuju rumahnya.
Adam terbelalak, dia tak kuasa menahan malu karena ketahuan menjelek jelekkan orang dnegan bahasa asing tapi ternyata orang itu tu bahasanya.
"Pffftthhh..... Hahahahahahah," Mike dan Dev tertawa terbahak-bahak melihat Adam yang diam membeku karena harga dirinya benar benar runtuh sekarang.
Sementara itu Lisa sudah tiba di rumahnya, dia meletakkan kaleng bekas itu di tempat tumpukan barang lalu masuk dengan wajah kesal sambil bersungut-sungut.
"Loh anak Papa kenapa tuh, kenapa mukanya di tekuk begitu sayang," ucap Ayah Lisa yang biasa disapa Pak Kevin.
"Papaaaa.." Rengek Lisa sambil memeluk Papanya dari depan.
"Kenapa? Ada yang bikin kamu kesal?" Tanya Pak Kevin.
"Nggak, Lisa cuma lapar heheh," ucapnya.
"Tcihhh bilang aja gak mau cerita kamu ini ya pakek ngeles lagi," ucap Pak Kevin yang kini memeluk anak gadisnya yang beranjak dewasa itu.
"Hehehe Papa tau aja," ucap Lisa.
"Entar deh Lisa cerita, Lisa makan dulu ya " ucapnya sambil melepas pelukannya dan ngacir ke dapur untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.
.
.
.
like, vote dan komen 😊
Alunan musik yang menenangkan hati terdengar berkumandang di dalam sebuah ruangan klasik dengan warna dominan hitam putih.
Tempat yang biasa di sebut dengan Cafe Golden dimana namanya sangat berbeda dengan konsep Kafe itu sendiri.
Tiga orang pria berparas tampan sedang duduk santai menikmati sarapan pagi mereka di dalam ruangan kafe itu.
Sudah seminggu sejak mereka tiba di Indonesia, dan tempat yang selalu mereka kunjungi adalah Kafe itu karena terasa cocok dengan lidah mereka.
"Dam aku masih ingat bagaimana kau dipermalukan oleh gadis pemulung itu hahahahahha" Dev tertawa terbahak-bahak sambil menyeruput tehnya.
Adam memasang wajah kesal, sebenarnya harga dirinya benar benar terluka waktu itu, bagaimana bisa seorang Adam sang leader Mafia bisa mengalami hal memalukan seperti itu.
"Ck... Berani sekali dia mempermalukanku, ck... Ku harap aku tak perlu bertemu gadis tengil itu lagi," ucap Adam memasang wajah kesal.
"Hahahah makanya jangan memandang orang dari pakaian, kau lihat kan meski dia hanya seorang gadis sederhana tapi dia pintar, kasihan sekali kau Adam hahah," Mike ikut mengejek Adam yang memang punya sifat paling pesimis, mungkin karena banyak berhadapan dengan musuh dan saingan bisnis dia menjadi pria yang mudah berpikiran negatif.
"Ku harap kau akan bertemu gadis itu lagi, sepertinya dia cocok diajak berdebat hahaha," ucap Dev yang tampak banyak tertawa hari ini.
Mike dan Adam saling menatap, seminggu ini Dev tampak sangat banyak tertawa, sepertinya mood pria itu sedang benar benar baik.
"Wah kau banyak tertawa sejak tiba disini, apa ada sesuatu yang menarik hatimu?" Tanya Mike.
"Hanya hal biasa, dan yang paling menyenangkan adalah saat Adam di skak mat oleh gadis itu hahahaha, aku terus mengingat kejadian itu huahhahahah, wajah Adam pasti benar Benar merah hahahah" Dev terus terusan meledek Adam, pria itu hanya bisa memasang wajah masam.
"Lagi pula tak mungkin dia mengenaliku Dev, aku memakai kacamata dan Masker," ucap Adam berusaha membela dirinya sendiri.
"Jiahhh aku bertaruh pasti dia akan mengenalmu hahahahah" ucap Dev.
"Heh aku tak akan bertemu gadis itu lagi," ucap Adam.
Sebenarnya saat mereka mengalami kejadian itu, Dev terus melirik ke arah Lisa yang waktu itu benar benar berani membalas perkataan Adam.
Dia terus mengingat bagaimana Lisa membalas perkataan Adam, mereka bahkan sama sama melemparkan tatapan sinis yang menurut Dev benar benar menyenangkan untuk disaksikan.
"Dev apa kau pasti ingin tinggal disini untuk sementara? Tapi kan negara ini..." Adam berhenti melanjutkan kata katanya.
"Tak apa Dam, aku hanya ingin menikmati negeri dimana Mamaku hidup dan meninggal," ucap Dev.
"Tapi aku khawatir kalau penyakit mu akan lebih sering kumat," ucap Adam lagi.
"Itu sebabnya kalian berdua kubawa kesini, Kau wakilku makanya ku bawa kesini dan kau Mike sudah ku pindah ke rumah sakit disini," ucap Dev pada Adam yang merupakan wakilnya di perusahaan miliknya, serta Mike yang berprofesi sebagai seorang dokter yang telah diakui dunia dan memegang berbagai lisensi kedokteran.
"Whaattt!!!" Pekik mereka berdua, sebab mereka dipindahkan tanpa pemberitahuan oleh Dev, tentu mereka akan sangat terkejut dengan hal ini.
"Kapan kau melakukan itu? Kenapa kami tidak tau? Kenapa tidak memberitahukan pada kami?" Ucap Mike yang benar benar terkejut dengan keputusan Dev.
"Ck... Kalian masih bekerja padaku jadi menurut saja atau ku potong gaji kalian," ucap Dev.
Mike dan Adam saling menatap, seketika itu juga mereka berdua memutar malas kedua bola mata mereka, karena selalu saja Dev akan menggunakan ancaman itu untuk membuat kedua sahabatnya itu menurut dengan kemauannya, walaupun sebenarnya tanpa disuruh pun mereka pasti akan mengikuti Dev kemana mana.
Bagi Adam dan Mike Dev bukan hanya sekedar bos atau atasan maupun pasien yang harus mereka layani, Dev adalah Sahabat yang bahkan melebihi saudara.
Setelah mereka menemukan Dev di hutan waktu itu, Dev tinggal bersama mereka, ternyata Dev bukanlah anak yang bodoh, dia bahkan bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam banyak bidang.
Kehidupan Adam dan Mike yang dulu bisa dikatakan cukup sederhana bersama keluarga mereka masing masing berubah secara drastis setelah kehadiran Dev diantara mereka.
Meskipun saat pertama kali Dev menunjukkan penyakit nya mereka memang sangat terkejut, namun mereka menerima pria itu dan merawatnya dengan baik.
Orang tua Mike dan Adam sudah menganggap Dev sebagai anggota keluarga mereka. Hal inilah yang membuat Dev bisa bertahan sampai saat ini.
Adam lahir dari keluarga sederhana, namun dia terikat dengan sebuah kelompok mafia menjadikan Adam tumbuh dengan kehidupan yang keras hingga mencapai posisinya saat ini sebagai seorang leader Mafia.
Mike sendiri lahir di keluarga menengah, Dev dan Adam yang membantu pria itu mencapai cita citanya menjadi seorang dokter yang sukses dan ahli dalam banyak bidang.
"Terserah padamu saja Tuan Dev yang terhormat, kami hanya bisa menurut saja," ucap Mike dan Adam bersamaan.
Mereka asik berbincang di dalam kafe itu, ketiga pria itu sontak menjadi perhatian para pengunjung Kafe karena paras mereka yang tampan dan menarik tapi tak ada yang tau kalau mereka adalah orang orang kejam jika disakiti.
Sementara itu, seorang gadis berparas cantik tengah berjalan dengan keranjang pengumpul di punggungnya, dia sedang memungut kaleng kaleng bekas dan botol minuman bekas sambil bersenandung dan membaca catatan catatan di tangannya.
Dia tiba di depan kafe Golden yang terkenal, Gadis itu melihat tempat sampah Kafe yang terlihat penuh. Matanya langsung berbinar saat melihat ada banyak sekali kaleng minuman dan botol bekas di dalam tempat sampah itu.
Dengan semangat Lisa melangkah menuju tempat sampah itu dan mulai mengumpulkan sampah sampah kaleng bekas minuman serta botol air mineral ke dalam keranjang pengumpul nya.
Klotang... Krasak... Klotang...
Suara kaleng minuman dan botol air mineral yang saling bertubrukan terdengar nyaring di telinga Lisa. Dengan senyum penuh semangat gadis yang memakai kemeja kotak kotak dengan celana pendek berwarna hitam itu memungut sampah dengan senyum bahagia.
"Wah hari ini bisa makan enak lagi sama Papa heheh, Pa anakmu bawa banyak uang," ucap Lisa dengan senyum sumringah di wajahnya.
"Ehh neng lagi ngapain?" Ucap salah satu pelayan yang bekerja di kafe itu, dia baru tiba setelah mengantar layanan pesan antar.
"Ehh saya lagi ambil kaleng minuman bekasnya, gak apa apa kan?" Tanya Lisa.
"Ohh ambil aja neng, di dalam masih banyak, kalau mau boleh ikut saya ke dalam, soalnya pengumpul kita belum datang udah seminggu jadi sampah numpuk di belakang," ucap pelayan itu.
"Wah beneran mbak!!" Tanya Lisa dengan mata berbinar-binar.
"Bener neng, ya udah ayo ke dalam," ucap Pelayan itu
"Emang boleh mbak? Pakaian saya sedikit," ucap Lisa merasa tidak enak.
"Nggak apa apa kok neng, nanti bisa lewat belakang buat antar kaleng bekasnya," ucap pelayan itu sopan.
"Baik mbak, terimakasih," ucap Lisa sambil tersenyum semangat.
Pelayan itu membalas senyuman Lisa dengan ramah, Kafe itu memang terkenal dnegan pelayanannya yang baik dan rasa makanannya yang pas sehingga tidak heran melihat pelayan Kafe yang begitu menghargai orang lain.
.
.
.
like, vote dan komen 😊😉😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!