NovelToon NovelToon

Trapped In Love My Hot Uncle

PROLOG

Letizia Elefata, gadis cantik yang biasa dipanggil El adalah mahasiswi semester akhir di sebuah universitas X di kota A. El baru berumur 21 tahun, wajahnya sangat cantik dengan postur tubuh yang ideal membuat mata siapa saja yang memandangnya akan terpesona. Terlahir dari keluarga konglomerat membuat hidup El bak seorang tuan putri yang sangat sempurna.

Memiliki hidup yang sempurna tidak membuat El tumbuh menjadi anak yang manja, dia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan mempunyai kepribadian baik. El memiliki sifat yang ceria dan tidak sombong, hal ini membuat hidupnya dikelilingi oleh orang-orang baik. Dia tidak pernah membedakan siapapun berdasarkan kasta atau kedudukan. Sifat rendah hati El membuat siapa saja semakin mengaguminya.

El tinggal di sebuah rumah besar yang dibelikan oleh orang tuanya di kota A, dia tinggal disana dari awal berkuliah hingga sekarang, El hanya tinggal bersama beberapa pelayan dirumah itu. Kedua orang tuanya tinggal jauh dari El, perusahaan orang tuanya yang tersebar dimana-mana membuat mereka sering berpindah-pindah tempat tinggal ke beberapa negara. El memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah berkeluarga dan sekarang tinggal menetap di italia, negara asal ayah El.

......................

El sedang berada di dalam perpustakaan kampus, dia sedang mencari-cari bahan referensi untuk melengkapi skripsinya. Dia sibuk memilih buku-buku tebal yang berjejer di rak. El tersentak saat ponselnya berdering, dia tersenyum menatap layar ponsel yang tertera nama ayahnya.

"Halo, Pa?"

"El sayang, kau sedang berada dimana?"

"Di perpustakaan kampus, Pa."

"Sayang, papa ingin bicara denganmu."

"Tentang apa, Pa?"

"Papa ingin minta tolong padamu. Apa kau masih ingat dengan Om Davin sahabat Papa?"

"Tentu saja ingat."

"Senin depan istrinya akan pergi keluar negeri selama satu minggu. Om Davin juga masih berada di luar kota beberapa minggu ini." Ayahnya menjelaskan.

"Jadi, aku harus apa?" El merasa bingung.

"Bisakah kau membantu menjaga Nevan untuk sementara?."

"Nevan anak om Davin?"

"Ya."

"Memang pengasuhnya kemana pa?"

"Pengasuh kepercayaan mereka baru saja berhenti, sayang. Istrinya takut mempekerjakan pengasuh baru tanpa pengawasan mereka."

"Terus kenapa harus aku, Pa?"

"Kemarin Om Davin menelpon papa dan bercerita masalah itu, papa refleks bilang bahwa kamu hebat mengasuh anak kecil, anak kakakmu dulu. Jadi Om Davin meminta kamu untuk datang kerumahnya." Ayahnya terkekeh.

"Tapi kan aku sedang sibuk Pa, aku harus segera menyelesaikan penelitianku." Bibir El terlihat mengerucut.

"Kau bisa menjaganya sambil mengerjakan tugasmu."

"Bagaimana jika aku harus pergi ke kampus, tidak mungkin kan aku membawa anak kecil ke kampus." El merasa kesal.

"Tidak masalah jika kau ingin pergi, Nevan akan di jaga sementara oleh pelayan kepercayaan Om Davin."

"Kenapa tidak pelayan itu saja sekalian yang menjaga Nevan?"

"Dia tidak bisa menjaga Nevan dimalam hari. Tugasnya membereskan rumah dan memasak, dia akan pulang sore hari. Kau hanya harus siap menjaga Nevan di malam hari, hanya satu minggu saja sayang."

"Tapi, Pa." El ingin mendebat.

"Sekali ini saja sayang, anggaplah kau berkunjung kerumah mereka."

"Baiklah Pa, cuma satu minggu ya." El menyerah dan menuruti keinginan ayahnya walaupun dengan terpaksa.

"Ini baru anak papa." Ayahnya tertawa di seberang sana.

"Huh, memang biasanya anak siapa?"

"Anak mama." Ayahnya kembali tertawa.

"Untung bukan anak tetangga." El mendengus membuat ayahnya semakin tertawa.

"Baiklah sayang, ayah akan kembali bekerja."

"Oke Pa." El menutup sambungan teleponnya.

El berusaha mengingat-ingat alamat rumah Om Davin, dia sangat pelupa dengan alamat yang jarang dikunjunginya ataupun jalan yang jarang di lewatinya. El pernah sekali mengunjungi rumah mereka bersama kedua orang tuanya saat awal berkuliah disana. Hanya sekali itu saja, dia tidak pernah lagi mengunjungi mereka setelah itu.

Davin adalah salah seorang sahabat yang sudah dianggap saudara oleh Abram, ayah El. Davin adalah seorang pengusaha yang sangat sukses, umurnya jauh di bawah Abram. Sekarang Abram berumur 49 tahun sedangkan Davin baru berumur 34 tahun.

Davin memulai usahanya sejak masih berada di bangku kuliah, karena aktif bersosial Davin bertemu dengan Abram saat melakukan seminar bisnis. Sejak itulah Davin terus menempel dan belajar banyak hal tentang bisnis pada Abram

Abram sangat menyukai Davin karena dia adalah anak muda yang penuh semangat dan mempunyai kemauan yang tinggi. Alih-alih menjadikannya murid, Abram lebih memilih menjadikannya seorang sahabat walau umur mereka terpaut sangat jauh. Abram dengan senang hati selalu mengajak Davin untuk ikut dengannya saat perjalanan bisnis di banyak negara agar Davin semakin paham dengan dunia bisnis.

Benar saja, diumurnya yang masih sangat muda. Davin berhasil merintis bisnisnya hingga berkembang pesat. Saat ini perusahaannya sudah sangat besar dan memiliki anak perusahaan dimana-mana. Dia menjadi salah satu pengusaha muda yang benar-benar sukses.

El sangat akrab dengan Davin saat dia masih berumur awal belasan tahun. Saat itu El dan orang tuanya masih tinggal di kota B dan Davin sering menginap dirumah mereka. Davin sangat menyayangi El seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan El yang sangat menyayangi Davin. Jika ditinggal pergi oleh orang tuanya, El bahkan lebih memilih untuk bersama Davin daripada dengan kakaknya sendiri.

"Om Davin."

"Ya?"

"Aku sangat menyayangi om, maukah om hidup bersamaku?." El kecil memberikan permen kepada Davin sebagai ungkapan cinta.

"Baiklah, Om akan hidup bersamamu." Davin tertawa menerima permen dari El, dia mencubit kedua belah pipi El.

El dengan polosnya mengatakan bahwa dia mencintai Davin, dia ingin Davin hidup bersamanya. El mengatakan hal konyol yang bahkan tidak dimengertinya sama sekali. Davin hanya tertawa menanggapi sikap polos El, gadis kecil itu mengatakan cinta tanpa mengerti apa itu cinta.

Setelah bisnisnya semakin berkembang Davin menetap dikota A, dia tidak bisa lagi untuk sering-sering mengunjungi El di kota B. El merasa sedih kehilangan orang yang di sayanginya, dia tidak pernah lagi bertemu dengan Davin dalam waktu lama.

Saat El baru lulus SMA, dia mendapatkan undangan pernikahan dari Davin. Davin menikah dengan Jessi, seorang model kelas internasional. Sosok yang sangat sempurna untuk mendampingi Davin.

El semakin merasa berjarak dengan Davin, dia tidak bisa lagi seakrab dulu dengan Om nya itu. El merasa Davin sudah memiliki kehidupan baru sehingga tidak mungkin untuk bermain bersamanya lagi seperti dulu. El menjadi sedikit pendiam jika bertemu dengan Davin walaupun Davin terlihat biasa saja padanya.

Tidak ada yang berubah dari sikap Davin kepada El. Dia tetap bersikap hangat kepada gadis itu, namun El tidak lagi bersifat sama. El selalu berusaha menghindar secara halus jika bertemu dengan Davin. El merasa tidak bisa lagi bersikap seperti dulu kepada Davin

...****************...

EL-TIDAK SESEMPURNA ITU

Aku merebahkan diri di atas tempat tidur, rasanya lelah sekali tubuhku setelah seharian berada di kampus untuk menyusun laporan penelitianku. Aku harus menyesaikan penelitianku dalam beberapa bulan terakhir ini, tahun ini aku harus segera wisuda karena salah satu perusahaan tempatku magang kemarin memberikan surat rekomendasi kerja untukku, mereka mengatakan kinerjaku selama magang disana sangat bagus. Aku tentu saja sangat senang sekali, sehingga dengan semangat yang berkobar berusaha menyelesaikan penelitianku secepat mungkin.

Kedua orang tuaku sebenarnya memintaku untuk mengurus perusahaan mereka tapi aku sedang tidak ingin. Aku ingin bekerja di tempat yang aku mau, perusahaan tempatku magang kemarin adalah salah satu perusahaan yang sangat bagus menurutku. Disana aku juga sudah mempunyai banyak kenalan karena aku memang seseorang yang mudah untuk beradaptasi.

Aku mengingat kembali apa yang dikatakan ayahku lewat telepon tadi pagi. Ayah memintaku untuk mengunjungi rumah Om Davin dan membantu menjaga Nevan. Nevan adalah anak laki-laki Om Davin dengan tante Jessi, aku bahkan tidak pernah bertemu dengan anak itu. Jika ku hitung-hitung kemungkinan anaknya baru berumur sekitar tiga tahunan, karena kudengar dari ayah, tante Jessi melahirkan setelah satu tahun pernikahan. Pernikahan mereka sudah berjalan sekitar 4 tahun jadi begitulah kesimpulanku tentang umur Nevan.

Om Davin menikahi tante Jessi saat aku baru lulus SMA. Tante Jessi sangat cantik, dia adalah seorang model yang sangat terkenal, aku tidak berhenti mengaguminya saat pertama kali bertemu dengannya. Aku hanya tiga kali bertemu dengan tante Jessi, sehingga kami tidak terlalu mengenal satu sama lain. Pertama kali aku bertemu dengannya saat mereka mengantar undangan pernikahan kerumah kami. Kedua saat pernikahan mereka dan terakhir saat ayah dan ibuku mengajakku berkunjung di awal aku berkuliah di kota A.

Hampir 4 tahun berlalu aku tidak pernah lagi bertemu mereka ataupun sekedar berhubungan lewat telepon. Sebenarnya tidak ada masalah apapun, hanya saja aku tidak merasa ada hal penting untuk di bicarakan. Kedua orang tuaku sering mewanti-wanti agar aku berkunjung karena kami memang berada di kota yang sama. Tapi aku selalu menolak dengan alasan sibuk, padahal karena aku memang tidak punya alasan untuk berkunjung.

Bayangkan saja apa yang akan aku bicarakan saat berkunjung dan bertemu mereka? haruskah aku menanyakan tentang pernikahan mereka? sangat konyol jika gadis jomblo sepertiku menanyakan pernikahan mereka yang pastinya sangat harmonis dan romantis. Aku benar-benar tidak punya bahan pembicaraan dengan orang dewasa yang sudah berumah tangga seperti mereka.

Karena itulah aku seolah-olah sangat sibuk dan tidak memiliki waktu sama sekali untuk berkunjung. Padahal jika di tilik ke masa lalu mungkin hubunganku dengan Om Davin sangatlah dekat. Dulu waktu aku masih berumur sekitar 12 tahun Om Davin sering menginap dirumah kami di kota B, dia sudah ku anggap seperti kakakku sendiri, tapi itu dulu waktu dia belum berkeluarga dan waktu aku masih anak-anak ingusan yang kerjaannya hanya bermain saja.

Aku memang sedikit menjaga jarak dengan Om Davin setelah tahu dia akan menikah saat itu. Aku berusaha menyelamatkan diriku sendiri dari sakitnya rasa kehilangan, entah kenapa aku merasa bahwa dia milikku selama ini, bukan dalam artian aku menyukainya seperti hal cinta-cintaan orang dewasa ya, tapi lebih seperti perasaan anak-anak kepada orang yang disayanginya. Nyatanya dia harus pergi mencari kebahagiaannya sendiri. Satu-satunya saudaraku juga pergi meninggalkanku setelah menikah, tinggallah aku yang kesepian sendirian.

Saat itu aku bertanya-tanya, itukah arti dari pernikahan tentang menempuh hidup baru, yang berarti mereka menjalani hidup baru dengan pasangannya dan meninggalkan keluarganya. Aku sempat tidak menyukai hal yang berhubungan dengan pernikahan karena aku ditinggalkan orang-orang yang kusayangi setelah mereka menikah. Tapi sekarang tentu saja aku tidak berpikiran seperti itu lagi, aku sudah menjadi seseorang yang sangat mandiri sekarang. Aku bahkan berangan-angan untuk menikah beberapa tahun lagi, tapi aku benar-benar tidak punya calon. hiks

Aku membayangkan nantinya saat bertemu dengan tante Jessi, aku pasti akan merasa sangat canggung. Tapi ku yakin ini pasti hanya perasaan sementara karena aku adalah anak yang cepat bergaul dan cepat menyesuaikan diri. Aku meyakinkan diri bahwa nanti aku dan tante Jessi akan bisa mengenal lebih dekat.

Aku membayangkan wajah Nevan, pasti anak itu sangat imut pikirku. Aku sangat menyukai anak kecil, menurutku mereka adalah ciptaan tuhan yang paling menggemaskan. Mereka memberikan perasaan-perasaan bahagia saat kita memandangnya, aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengannya.

Aku teringat keponakanku Viloni yang sekarang tidak lagi berada disini. Dulu aku dan Anthony, kakakku tinggal bersama-sama menempati rumah di kota A, waktu aku masih SMA dia sudah menikah dengan wanita pilihannya, Briana. Mereka tinggal lama bersamaku sehingga aku selalu ikut mengurus baby Vilo, sampai Vilo berumur 2 tahun mereka pindah dan menetap di Italia karena Anthony harus mengurus perusahaan disana. Sekarang Viloni sudah berumur sekitar 5 tahun, aku beberapa kali mengunjungi mereka jika sedang liburan semester.

Kata orang-orang hidupku penuh dengan kesempurnaan, namun sebenarnya aku tidak sesempurna itu. Aku sering merasa kesepian disaat tertentu karena aku juga manusia biasa. Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tinggal jauh dariku menuntut aku untuk selalu mandiri walaupun kebutuhanku selalu dipenuhi dengan berlebihan. Namun perasaan sepi tidak bisa digantikan dengan apapun bukan? Rasa sepi hanya bisa di buang jika kita bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang kita rindukan.

Aku sangat terbiasa dengan kesendirian, kehidupanku di luar memang baik-baik saja seperti yang semua orang lihat. Aku mempunyai banyak teman, banyak orang baik disekelilingku. Tapi saat aku pulang dan menginjakkan kaki di rumah besar ini, perasaan sepi itu kembali menyeruak. Tak banyak yang ku lakukan dirumah ini, biasanya karena terlalu bosan aku bahkan menghabiskan waktu di dapur bersama pelayan. Belajar banyak hal dari mereka termasuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.

Para pelayan selalu heboh jika aku berbaur dengan mereka, mereka sangat takut aku terluka atau terjadi sesuatu padaku karena tanggung jawab mereka besar jika melakukan kesalahan. Aku selalu meyakinkan mereka bahwa aku tidak apa-apa, aku bukan tipe majikan jahat. Mungkin mereka hanya takut jika kedua orang tuaku tahu bahwa aku melakukan hal-hal yang seharusnya tidak aku lakukan.

Dari awal rumah besar ini selalu sepi, tidak ada hal spesial yang terjadi setiap hari. Hanya para pelayan yang meramaikan rumah ini karena sejak awal aku memang tinggal sendiri disini. Orang tuaku hanya beberapa kali mengunjungi rumah ini karena kesibukan mereka. Aku bak seorang putri kesepian di kastil mewah, sedikit mirip seperti Rapunzel, hanya saja aku tidak terkurung disini dan tentunya tidak memiliki rambut panjang dan tidak ada pangeran yang akan menjemputku.

...****************...

BERTEMU SENIOR

Hari sudah sangat sore, El berjalan pelan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran kampus. Dia menghabiskan waktu seharian di perpustakaan, sudah saatnya dia pulang dan beristirahat dirumah. Baru saja ingin membuka pintu mobil, tiba-tiba ponselnya berdering. Nomor tanpa nama tertera di layar, El mengernyitkan alisnya kemudian memencet tombol terima.

"Halo."

"Halo, El." Terdengar suara lembut diseberang sana.

"Mmm, siapa ya?"

"Tante Jessi."

"Oh, maaf tante, aku tidak mengenali suara tante."

"Ya, tidak apa-apa El."

"Mmm, ada apa tante?"

"El, apa ayahmu sudah bilang?"

"Sudah tante, tentang Nevan kan?"

"Ya, sayang. Apakah kau bersedia?"

"Ya, tante."

"Oh syukurlah, maafkan merepotkanmu El."

"Tidak apa-apa tante."

"Tante sangat pusing, pengasuh Nevan berhenti dan tante tidak bisa secepatnya mencari penggantinya. Sulit mencari pengasuh baru yang terpercaya El."

"Ya, tante, aku paham."

"Bisakah kau datang lusa, El?"

"Hari minggu?"

"Ya sayang, minggu malam tante sudah harus berangkat, Om Davin juga belum pulang, dia masih berada di luar kota."

"Baiklah, tante."

"Terima kasih sayang, apa kau sedang sibuk sekarang."

"Tidak tante, aku baru saja mau pulang dari kampus."

"Mmm baiklah, hati-hati dijalan El."

"Ya, tante." El mematikan sambungan telepon.

El masuk kemobilnya dan segera melajukannya menjauhi kampus. Dia ingin segera sampai dirumah dan merendam tubuhnya dengan air hangat. Kebiasaan El setiap dia merasa lelah, dia akan berlama-lama berendam air hangat dengan sedikit aromaterapi.

Di perjalanan El melihat sebuah toko kue yang lumayan besar, dia tiba-tiba ingin membeli beberapa cupcake. El memasuki toko kue berlantai dua tersebut, matanya berbinar melihat kue yang bermacam-macam. El memang sangat menyukai kue, terutama cupcake dengan krim matcha. El mengambil beberapa cupcake dan membawanya ke kasir. Setelah membayar, El berjalan menuju pintu keluar, dia berpapasan dengan seseorang.

"El?"

"Kak Jeff?"

"Sedang apa kau disini, El?"

"Aku sedang membeli beberapa cupcake, kak." El tersenyum menunjukkan kantong belanja ditangannya.

"Oh apa kau suka cupcake?"

"Ya, sangat." El mengangguk. "Mmm, sedang apa kakak disini?"

"Hmm, aku sedang..."

"Tuan, nona Clara sudah menunggu di atas." Seorang pelayan toko menyela pembicaraan mereka. Jeff mengangguk dan mengisyaratkan agar pelayan tersebut pergi.

"Wahh wahh, apa pacar kakak sedang menunggu di atas?" El terkekeh.

"Hmmm, hanya teman lama." Jeff tersenyum.

"Baiklah kak, segera temui dia, aku juga harus segera kembali. Hari sudah mulai malam." El menunjuk keluar toko, hari sudah mulai menggelap.

"Perlukah aku mengantarmu, El." Jeff menawarkan diri.

"Hei, hei, tidak perlu kak, aku sendiri saja." El tersenyum cerah.

"Kau yakin? apa kau tidak takut pulang malam-malam begini."

"Tentu saja tidak, ini juga belum terlalu malam kak." El terkekeh.

"Hmm, baiklah, hati-hati El."

"Ya, kak, sampai jumpa." El melambaikan tangannya saat keluar dari toko.

"Sampai jumpa, El."

Jeff menatap kepergian El hingga mobilnya tidak terlihat lagi. Ada perasaan yang sulit di artikannya saat menatap gadis itu. Perasaan asing yang sudah ada sejak pertama kali bertemu gadis itu beberapa waktu yang lalu.

Jefferi adalah senior El dikampus, dia sudah lulus saat El baru semester dua. Jeff menjabat wakil pimpinan di perusahaan tempat El magang. Sejak awal bertemu dengan El, Jeff sudah merasa sangat tertarik dengan gadis itu. Semakin mengenal El, Jeff semakin merasa bahwa gadis itu benar-benar mempesona. Tidak hanya parasnya, tapi juga sifat El yang rendah hati dan sangat mudah bergaul.

El selalu tampak mencolok diantara teman-teman magangnya. Tubuhnya lebih tinggi daripada temannya yang lain, wajahnya sangat cantik, dia seakan berkilauan di antara semua orang. Bukan hanya Jeff yang tertarik, tapi beberapa karyawan lain pun diam-diam selalu memperhatikan gerak-gerik El.

El tidak pernah menyadari apa yang terjadi, dia sangat sulit memahami perasaan suka seseorang terhadap dirinya. El tidak terlalu peka dengan keadaan yang bahkan menyorot dirinya. Salah satu bukti bahwa dia manusia biasa, kesempurnaan tidak semua berlimpah padanya. Karena itulah El selalu terlihat biasa menanggapi perasaan seseorang.

Jeff selalu menunjukkan perhatiannya terhadap El, dia selalu berusaha membantu El dan teman magangnya yang lain jika mengalami kesulitan. Hal yang tidak pernah di lakukan Jeff pada mahasiswa magang lainnya sebelum El. Namun itulah El, dia tidak menyadarinya sama sekali. Dia hanya mengira bahwa Jeff memang punya sifat yang baik terhadap semua orang.

Hingga waktu magang El berakhir Jeff tidak punya kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. El yang benar-benar tidak peka selalu memghancurkan rencana Jeff untuk mengungkapkan perasaan. Beberapa kali Jeff mengajak bertemu El empat mata saja, namun El selalu membawa teman-teman magangnya setiap kali bertemu dengan Jeff.

Kelakuan El selalu membuat Jeff menepuk-nepuk jidatnya sendiri. Gadis itu pernah di ajak untuk menonton bioskop, Jeff sudah menyiapkan kata-kata romantis untuk di ucapkan pada El. Jeff akan menjadikan acara menonton bioskopnya menjadi ajang kencan dengan El.

Jeff menunggu El datang, dia sudah menyiapkan diri semaksimal mungkin. Jeff juga sudah membeli tiket untuk dua orang. Namun harapan Jeff benar-benar pupus, El datang dengan membawa lima orang teman magangnya. Jadilah acara kencan yang sudah disusun Jeff hancur seketika. Wajahnya meringis meratapi kegagalan acara kencannya.

Jadilah acara kencan berubah menjadi reuni anak magang dengan wakil pimpinan perusahaan. El dan teman-temannya terlihat sangat ceria, sangat berbanding terbalik dengan Jeff. Wajahnya tersenyum kaku, memaksakan diri padahal dalam hati benar-benar menahan dongkol. Jeff menyemangati dirinya sendiri dalam hati bahwa akan ada waktu-waktu yang lain untuk mengungkapkan perasaannya pada El.

Hari-hari terus berlalu, benar-benar tak ada celah untuknya. Setelah magang El dan teman-temannya selesai, mereka sudah jarang bertemu lagi. Hanya sesekali jika ada keperluan untuk laporan, barulah El dan temannya mengunjungi perusahaan.

Jeff merasa harapannya sudah menghilang, dia berusaha merelakan perasaannya. Namun angin segar tiba-tiba berhembus diwajahnya, menguatkan kembali harapan yang hampir pupus. Pimpinan menyuruhnya mengirim surat rekomendasi untuk El karena kinerjanya yang sangat bagus. Jeff tersenyum mengembang membayangkan jika gadis itu menerima rekomendasi ini maka akan banyak waktu untuk Jeff mendekati El kembali.

Jeff selalu berdoa agara El menerima rekomendasi tersebut. Dia sangat berharap agar bisa melihat El lagi setiap hari, karena dengan memandang El saja sudah membuatnya semangat untuk menjalani hari. Senyum gadis itu seakan memberikan bunga-bunga untuk hatinya. Jeff menyadari bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada El, namun dia tidak ingin lagi tergesa-gesa. Biarlah waktu yang akan membawa perasaannya kepada gadis itu.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!