NovelToon NovelToon

My Love From The Past

bab 01

Inggris ,26 maret 2017

Hana Miller, perempuan modern, Keras kepala, cantik dan penuh keberuntungan. terlahir sebagai putri artis papan atas terkenal, berprofesi menjadi model majalah ternama sesuatu yang benar-benar indah dan sempurna tapi rupanya saat ini dewi fortuna rupanya sedang tidak ingin berpihak kepadanya karena tepat pada hari spesialnya, hari lahirnya ia di kejutkan dengan perselingkuhan sang kekasih.

Wanita itu menepalkan kedua buku jari tangannya kuat hingga memutih, menekan amarahnya hingga ia kira ia akan meledak sewaktu-waktu.

"Bajingan kau Roy ,aku tidak terima ini !!! Kau--kau selingkuh huh!?"Hana berteriak marah menuduh pria tampan yang kini sedang menggenggam tangan perempuan lain namun si pria hanya terdiam membuatnya semakin geram saja.

Untuk sesaat ia menghirup udara dengan cepat kemudian mengeluarkannya dengan cepat pula.

"Baiklah, jika itu yang kau mau hari ini juga kita putus Roy!"

Raut muka Roy nampak terkejut tapi sedetik kemudian wajahnya berubah datar. Hana mengerang frustasi dan berlalu pergi begitu saja.

Demi melupakan kejadian bukurk yang menimpanya. Hana memutuskan untuk menari di dalam club, ia juga tidak perduli dengan sentuhan nakal yang kerap kali ia terima, yang ada di pikirnya saat ini hanya mencari pelampiasan amarahnya saja. kendati demikian ia juga harus berhati-hati dengan kamera paparazi, alasannya tentu saja ia tidak ingin ibunya mengomel mengatakan kepadanya bahwa reputasinya dapat menurun gara-gara anak perempuannya yang bersikap ******. tapi--persetan dengan itu! Ia juga berhak mendapat kebahagiaan tidak perduli dengan cara benar atau salah.

persetan dengan reputasi ibunya. Orang-orang boleh saja tidak tahu tapi Hana tahu, bagaimana sikap egois ibunya pada sang ayah sehingga ayah Hana memilih perceraian dan meninggalkan Hana dengan ibunya.Hana membenci ibunya.

Dalam hentakan musik keras, di tengah pengunjung yang sedang menari aktivitas Hana mendadak terhenti. mengingat keegoisan ibunya mau tidak mau Hana juga mengingat sosok ayah yang amat dia rindukan.

"Dad." Hana tersenyum sendu di iringi setetes airmata mengalir melewati pipinya.

Aku merindukanmu.batinnya berkata.

Suara musik dalam club mendadak tidak lagi membuatnya bersemangay. terLarut dalam kesedihan mendalam membuat Hana memutuskan segera pergi meninggalkan club.

        Saat malam menjadi semakin larut, gadis itu berjalan di sisi jalan raya, matanya telah membengkak karena menangis sementara ingatannya kembali kemasalalu di mana saat-saat bahagianya bersama sang ayah. Sejak dulu memang ayahnya lah yang mengurus Hana sementara sang ibu sibuk dengan agendanya. sekarang ia kehilangan ayahnya, ia merindukan hari-hari ia berbicara tentang kuda bersama ayahnya, bermain catur dan hal lainnya . Jika saja waktu kembali berputar ia akan berlari mengejar ayahnya, bukan bersembunyi di dalam kamar tapi nyatanya semua sudah terlambat, penyesalan selalu datang di akhir.

Di atas jembatan sungai Thames Hana menghentikan langkahnya dan termenung.

Hana melepaskan sepatu hak tinggi dari kakinya dan berjalan mendekat ke arah penyangga jembatan . Untuk sesaat ia memejamkan matanya kemudian perlahan menghirup udara di sekitarnya, mencoba mengisi rongga dadanya yang terasa kosong. airmata kembali menetes di pipinya, Ia ingin menghentikan waktu dan menangis sekeras mungkin, bukan menangisi kekasihnya yang beselingkuh melainkan menangis untuk sang ayah yang amat di rindukan saat ini.

Hana membuka matanya kemudian ia memandang ke bawah sungai Thames dengan penasaran. Hana sedikit mencondongkan badannya mencoba mengamati sungai Thames, pantulkan bulan di atas air nampak begitu indah namun sekejap kemudian pergerakan kecil di bawah sungai tepat di gambaran bulan di atas air mulai terlihat.

Hujankah? Pikir Hana menerka-nerka.

Hana mengamati. gerakan itu aneh- berputar-putar dari putaran kecil hingga putaran cepat , sedetik kemudian pergerakan itu makin menjadi tidak tentu arah di sertai gelembung meletup-letup.

Terkejut, Hana sontak menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri dan anehnya ia tidak mendapati siapapun selain dirinya. anehnya lagi jalanan tampak sepi tidak ada lalu lalang kendaraan satu pun.

"Apa yang terjadi?"

Hana kembalu bertanya-tanya dan pertanyaan itu terjawab dengan gerakan air yang terlihat seperti tali tambang mulai mendekati tubuh Hana.

Hana yang menyadari hal itu sontak segera berlari tapi gerakannya kalah cepat dengan tubuhnya yang tiba-tiba di tarik dan melayang sesaat sebelum menyeretnya dan memasuki air sungai thames.

"Akhh...! TIDAK !!!" teriak Hana.

Tubuh rampingnya tercebur kedalam sungai Thames dan terombang-ambing. Hana mencoba menggerakan kaki serta tangannya untuk berenang tapi ia tidak bisa, seolah seseorang sedang memegangi setiap jengkal tubuhnya, seolah seseorang memang menginkannya tenggelam. Hana sadar ia mulai mulai kehabisan nafas, meski sekuat tenaga ia berusaha berenang atau berteriak ia tetap tidak bisa , hingga akhirnya Hana menyerah dan terseret ke dalam kegelapan sungai thames.

"apa aku akan mati", pikir Hana sebelum ia tak sadarkan diri.

         Perlahan kedua bola mata wanita itu mulai terbuka. tubuhnya yang tergeletak miring di atas permukaan datar berhadapan langsung dengan kumparan berwarna hijau  di hadapannya.

Apakah aku sedang bermimpi?

Tapi bukankah ia baru saja tercebur ke dalam sungai Thames. anehnya mengapa ia dapat merasakan bau tanah dan melihat rumput hijau di hadapannya.seharusnya ia berada di dalam air dan mengambang tapi...

Apa?

Tunggu! Rumput hijau?

Demi apa pun Hana sangat terkejut. Ia spontan bergerak yang  seketika membuatnya merasakan nyeri di kepalanya. Sambil memegangi pelipis kepalanya sendiri Hana mengamati sekitarnya. Dan hasilnya terlalu banyak pohon dan begitu gelap. bulu kuduknya meremang seketika.

"Astaga ada dimana aku?"

Tak mau berlama-lama Hana mencoba bangkit dari tempatnya dan berjalan seraya kembali mengamati keadaan sekitarnya. Ia pikir ia harus segera pergi dari tempat menyeramkan ini namun sesuatu mengusiknya lebih tepatnya pada kakinya saat Hana menyadari bahwa ia tidak mengenakan alas kaki sama sekali, Hana jelas menggerutu kesal.

"Oh bagus! Aku bahkan tidak memakai sepatu ku."

Dan tiba-tiba semilir angin datang, yang rasa dinginnya hampir membuatnya gila karena saat ini ia hanya mengenakan dress mini berwarna hitam. Kemudian pergerakan lainnya muncul di sisi kanan tubuhnya. pepohonan di sekitarnya bergemerisik entah karena apa padahal angin sudah berhenti.

Hana mencoba tenang sebisa mungkin meski bulu kuduknya kembali meremang, waspada.

Sayup-sayup Hana mendengar suara langkah kaki dan ranting patah.

"Siapa di san------aaakhhhh......"

Hana bertriak kala sebuah benda mengkilat panjang berwarna perak melintas dan berdiam tepat di depan wajahnya, lebih tepatnya lagi di lehernya.

pedang...

"Siapa kau ?"tanya seorang pria dengan suara berat tepat berada di belakang tengkuknya.

Ketika Pedang itu makin di dekatkan ke lehernya, rasa dingin menyentak permukaan kulit lehernya membuat Hana ketakutan dan ia mulai terisak.

"Tuan jangan bunuh aku,aku mohon."lirih Hana sambil terisak.

"Bagus memohonlah padaku dan katakan siapa dirimu?"

Hana tidak bisa menjawab, lidahnya terlanjur kelu dan tubuhnya kian terasa melemas

Hana memekik saat Pria itu tiba-tiba memutar tubuh Hana sehingga tatapan keduanya bertemu. Saat itu pula ia mendapati sebuah mata hazel madu keemasan sedang menatapnya begitu tajam meski jauh dari kata ramah namun tetap saja Hana akui saat ini ia terpesona. rambut pria itu berwarna hitam kemerahan dan bibirnya yang merah bahkan mungkin lebih merah dari bibirnya sendiri. Ciptaan tuhan yang luar biasa sempurna. Batin Hana memuji .tapi tunggu ! Kenapa rasanya agak aneh yah..

See...pakaiannya jelas sekali bukan pakaian modern seperti yang sering Hana lihat di tubuh pria-pria biasanya. Pikir Hana, ia agak asing dengan apa yang di kenakan pria tersebut namun juga tidak, mungkin saja ia pernah melihatnya di suatu tempat. Ah mungkin di buku sejarah tapi bagaimana bisa? Apa ia sedang berada di lokasi syuting sejarah? Hana ingin tertawa saja sekarang tapi hanya orang bodoh yang menganggapnya seperti itu, lagi pula ini tidak lucu sialan, kecuali sesuatu telah terjadi seperti ia telah menjelajahi waktu dan tiba di masalalu.

Astaga !!!

Masalalu!

Hana terkejut dengan pemikirannya sendiri dan sontak saja ia melangkah mundur, tangannya reflek terangkat menutup mulutnya sendiri dan tanpa sengaja mengenai pedang pria itu.

Tess...

Darah itu mengalir dari punggung tangannya sendiri.

Hana menatap tetesan darahnya kemudian ia mendongak menatap pria asing di hadapannya.

"aku berdarah." Ucapnya setengah sadar.

"Aku benci darah, aku benci !" Hana berteriak histeris dan berlari meninggalkan pria itu.

"Tunggu!!" Sahut pria itu, seraya mengejar Hana.

Darah, Hana membenci darah itu mengingatkannya pada kasus penculikan dirinya sendiri saat umurnya dua belas tahun, semua itu gara-gara ibunya, berselingkuh dengan pria yang salah dan saat mereka putus pria itu mengancam akan membunuh Hana dan mungkin saat itu pula awal ayah dan ibunya bertengkar untuk yang pertama kalinya.

Menjadi trauma tersendiri bagi Hana.

Mendadak rasa kantuk menyerangnya dan Hana rubuh seketika.

      Pria itu melempar pedangnya secara asal kemudian menangkap tubuh Hana yang kini tak sadarkan diri.

"Hei bangun!" Seraya menepuk pelan pipinya.

Wanita itu tak kunjung sadar, akhirnya pria itu membopong tubuh wanita tersebut, lalu membawanya menuju kuda hitam yang terikat di bawah pohon tak jauh dari tempatnya.

...***...

Kegelapan membelenggu. dua hari wanita di hadapannnya tak sadarkan diri. demam penyebabnya, luka di tangannya sudah di obati meskipun belum sepenuhnya sembuh.

"My Lord." Sahut pria tua di belakang tubuhnya, tepat di depan pintu yang terbuka.

Ethan menegakkan bahunya. Tanpa mengalihkan perhatiannya ia menjawab.

"ada apa Jemes?"

"Pesta sudah siap, sebaiknya anda segera bergegas tamu-tamu pun akan segera tiba My Lord."

Ethan tidak bergeming, ia masih menatap tubuh wanita yang masih tertidur lelap si atas ranjang.

Ada yang aneh dari wanita ini. Batinnya berkata.

Ethan kembali mengingat pertemuannya dengan wanita itu.

Saat itu malam hari ia baru saja kembali dari perburuannya dan tiba-tiba ia di kejutkan dengan sosoknya yang terbaring di atas rumput liar.

Awalnya Ethan berniat menghampirinya namun ketika ia mendapati pergerakan kecil dari tubuh itu sontak membuat Ethan mengurungkan niatnya dan memilih menjadi pengawas meski pada akhirnya ia mulai mendeka.

Wanita ini aneh. Sekali lagi batin Ethan berkata dengan perkataan yang sama. Karena dlihat dari sisi manapun wanita ini jelas sangat aneh.

Ethan melihat wanita itu menggenakan baju yang nyaris tak menutupi semua tubuhnya dan dari gerak geriknya Ethan tahu wanita tersebut nampak sedang bingung.

Meskipun begitu Ethan memutuskan untuk mengacuhkannya akan tetapi hal yang takduga terjadi, Saat ketika ia mendapati wanita tersebut sedang mematapnya ada desiran aneh yang terjadi dalam dirinya. Sesuatu menyentak seluruh indranya dan jantungnya yang mati terasa bedetak lembali dua kali lebih cepat dari biasanya.

Meski wanita tersebut dalam keadaan kacau namun intensitas kecantikannya tak berkurang sama sekali dan Ethan akui ia terpesona.

Anehnya lagi Ethan merasa ada keterikatan antara dirinya dan wanita tersebut. seolah wanita tersebut di hempaskan memang untuk menjadi miliknya, seolah wanita tersebut memang takdirnya. Sungguh miris...Ethan tidak menyangka pikiran konyol tersebut alan terlintas di otaknya dan ia pasti sudah gila.

"My Lord."james kembali berkata. membawa Ethan kembali dari lamunannya.

"Baiklah, katakan pada Mina untuk menjaga wanita ini saat aku turun nanti."jawab Ethan masih menatap wajah yang terlelap itu.

"Baik My Lord."

       Pesta meriah telah berlangsung.

Ethan melangkahkan kakinya, berjalan dengan tegas dengan aura seorang pria matang mendominasi.

Pigur seorang bangsawan nampak sangat terlihat dalam dirinya. Ia seorang Earl Of Essex bangsawan pemegang jabatan tertinggi urutan ketiga dari sekian banyaknya gelar. Ia pria kaya dengan beribu-ribu bahkan berjuta-juta pound uang yang tersebar luas di beberapa bank inggris dan kekayaan lainya berupa estat serta mansion. Ethan sosok sempurna di pandang mata, di tambah lagi dengan wajah tampannya yang behasil memikat banyak perempuan. bahkan tak jarang seperti saat ini para ibu dari status jabatan tertinggi hingga tekecil menawarkan anaknya untuk dijadikan sebagai istri ataupun simpanannya.

Sayang seribu kali sayang dari sekian banyaknya wanita cantik, wanita baik yang menawarkan diri secara sukarela atau sebaliknya justru dari semua itu tak ada satupun yang benar-benar bisa membuatnya tertarik sama sekali atau memang Ethan tak menginginkannya.

Satu kekurangan dari sekian banyaknya kesempurnaan yang ia miliki adalah ia tak memiliki seorang istri.

Ethan tak punya masalalu kelam apapun mengenai kisah percintaannya dengan wanita manapun, ia selalu terbuka dan menerima cinta wanita manapun selama Ethan menginginkannya tapi istri, Ethan tidak bisa.

Seorang istri akan menjadi pelengkap yang paling sempurna bagi seorang pria, itu benar dan itu juga mengganggu benaknya meskipun ia akui ia juga menginginkannya, tapi Ethan tidak bisa karena satu hal yang paling tidak ingin ia akui bahwa sesungguhnya ia Ketakutan.

Ethan terlalu takut untuk memiliki seorang istri karena itu artinya ia akan menikah dan hidup selamanya bersama sang istri.

Kenapa? sekali lagi Ia tidak bisa, alasannya karena jati dirinya. Ethan tidak mau jati dirinya terungkap oleh istrinya sendiri karena itu artinya wanita tersebut akan tahu bahwa dirinya bukan manusia.

bab 02

...*...

Wanita itu mulai memberikan tanda akan terbangun. Perlahan tapi pasti kelopak matanya mulai terbuka.

Hana mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya di dalam ruangan. dalam keadaan samar-samar untuk yang pertamakalinya Hana melihat ada sosok wanita yang mungkin usianya lebih tua dari Hana sedang tersenyum kepadanya.

siapa? pikir Hana bertanya-tanya.

"Oh miss akhirnya kau sadar?"ujar perempuan itu nampak terdengar lega.

Hana tak menjawab, Ia masih kebingungan.

Wanita itu menggunakan sebuah gaun lusuh berwarna krem lengkap dengan sedikit noda di gaunnya, rambut hitamnya tersanggul sedikit berantakan dan keringat nampak mengenang di dahinya.

"Aku dimana?"tanya Hana dengan suara serak, seraya menggelengkan kepala mengusir rasa pusing.

Sosok perempuan itu sedikit mencondongkan badan kearahnya kemudian tersenyum lagi.

"Kau ada di mansion tuanku nona?"

Mansion...?

Tuan?

Hana mengernyitkan dahinya, kemudian ia mengedarkan pandangannya mencoba mengamati.

"Nona, aku akan memanggil tuanku terlebih dahulu."ujarnya sambil berlalu pergi,

sementara Hana kembali tak menanggapi. dalam hati Hana bertanya-tanya. ia tidak mengenal tempat ini tentu saja, ia juga tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini? ia telah mengamati keadaan sekitarnya dengan teliti tapi sungguh semua yang ia lihat masih begitu asing dan ia bingung saat ini.

Sebenarnya aku ada dimana?

Hana memejamkan matanya untuk sesaat. Kemudian ingatan itu terlintas.

Pertama-- Roy lelaki brengsek yang diam-diam selingkuh darinya, kedua sebuah club malam, kemudian jembatan sungai Thames,bulan,rumput, pedang dan dia....

Hana kembali membuka matanya. Ingatan itu memberinya jawaban dengan jelas bagaimana ia bisa di sini. tapi bagaimana bisa ia ada di mansion ini? Oh tunggu...Pria itu.

Hana mengingat pria itu. Pria yang mengancamnya dengan sebuah pedang di lehernya. Sialan dimana pria gila itu?apa jangan-jangan pria itu yang...

Suara pintu yang terbuka terdengar membuat Hana mau tidak mau menolehkan kepalanya. mencoba mencari tahu siapa yang datang dan sepertinya tebakannnya benar, seperti yang ia duga pria itu yang membawa Hana ke tempat ini, pria yang baru saja Hana pikirkan itu nampak tengah bersandar pada sisi pintu seraya menyilangkan tangan di dada.

Sial...

Bahkan di saat seperti sekarang ini, seharusnya Hana memberikan tamparan keras pada pria tersebut karena berani mengancam Hana, tapi kenyataannya saat ini ia sedang lemah dan kepalanya mendadak kosong.

Well...siapa yang tidak akan terpesona, ketika dirinya melihat gambaran seorang dewa di hadapannya. pria itu benar-benar tampan dan mengagumkan meski senyum pria itu terkesan dingin sekalipun Hana akui ia tidak bisa untuk tidak terpesona karenannya. Namun sekejap kemudian Hana menepis semua itu dan menatap tajam pria itu.

       Ethan tersenyum sinis, saat ia melihat perubahan ekspresi wajah yang di berikan wanita itu kepadanya. meski terkesan aneh dan membingungkan tapi baginya wanita tersebut menakjubkan.

"Kau sudah bangun? Aku ingin membuat beberapa kesepatakan denganmu. tertarik untuk mendengarnya?"ujarnya tanpa menunggu waktu lama.

Hana mengubah posisinya. Ia terduduk kemudian mengernyit kembali tatkala rasa pusing melanda kepalanya lagi.

"Kau baru saja mengancamku dengan pedang terkutukmu itu dan sekarang kau ingin membuat kesepakatan denganku."sambil memijat pelipisnya sendiri."yang benar saja Sir, aku bahkan tidak mengenalmu."ujar Hana menatap pria itu kesal.

Ethan menggaruk bawah dagunya yang tidak gatal."oh...rupanya kau mengingat kejadian dua hari yang lalu yah."

Hana terkejut, bola matanya membulat penuh. dua hari? Hana mencoba berpikir keras, bahwa apa yang ia dengar baru saja adalah nyata karena meskipun ia membenturkan kepalanya, Hana ragu untuk percaya.

Tapi jika seandainya memang benar. Astaga sudah dua hari? selama itukah ia tidur.

Sekali lagi Hana mengamati sekitarnya. Jika apa yang dilihatnya adalah nyata berarti ada kemungkinan ia benar-benar berada di masalalu saat ini, tapi bagaimana dirinya bisa yakin bahwa saat ini ia ada di masalalu? Jawabannya mungkin hanya tuhan yang tahu.

Ethan menatap wajah cantik itu yang berubah pucat. Ia tahu wanita itu belum sepenuhnya pecaya dengan ucapannya.

"Benarkah ini sudah dua hari?"tanya Hana.

Dan Ethan menganggukan kepalanya.

"Astaga !"

"Kurasa kau masih butuh istirahat atau mungkin sudah waktunya."ujarnya kemudian membuat Hana bingung.

"Apa?"

"Siapa namamu?"

Pertama Hana ragu untuk menjawab tapi bibirnya tetap bersuara."Ha-na miller."

"Hmm... baiklah . Miss miller hari ini ada perayaan di rumahku dan aku kekurangan pelayan, bagaimana jika kau saja yang ---"

Hana membulatkan matanya syok.

"Apa maksudmu? Pelayan? Bah yang benar saja."Hana mendengus kesal.

Ethan menyipitkan matanya tidak senang."apa kau menolakku?"tanyanya dingin.

"Ya"balas Hana yakin. ia menyilangkan tangannya di depan dada.

"Apa kau tidak berniat membalas kebaikanku karena sudah menolong dan membawamu kemari? Dan Oh aku bahkan memberikanmu baju yang kau pakai saat ini. Kau tahu, itu sangat mahal."

"Apa aku meminta semua ini kepadamu, tuan?"tanya Hana sarkas.

membuat rahang pria itu seketika mengeras. 

"Kalau begitu pergilah."balasnya mencoba tetap tenang sementara Hana kembali mendengus kesal.

"Tanpa kau perintah pun aku akan pergi sir."

Setelah itu Hana bangkit, ia melangkahkan kaki kearah pintu tapi benda mengkilat kembali menghentikan Hana.

Ethan menyeringai seraya mengacungkan pedangnya kembali keleher Hana.

"Kau!"pekik Hana marah. Dirinya tak habis pikir bahwa ia akan kembali mendapat ancaman tersebut, terlebih lagi ia tidak tahu sejak kapan pria ini memegang pedangnya. Tapi pikiran itu tidak penting sama sekali, untuk sekarang yang harus ia lakukan adalah bagaimana caranya ia melawan pria arogan dan terlepas dari pedang sialannya.

"Kau tahu apa yang akan ku lakukan bukan?"ancaman itu terdengar mengerikan. Blberhasil meluluhlantahkan rencana perlawanan yang ingin Hana lakukan.

Angin sepoi-sepoi menyeruak masuk melalui jendela yang tebuka kedalam ruangan tersebut. bau alam saat malam hari terasa menyejukan sekaligus menakutkan baginya saat ini.

Tangan Hana meremas kuat gaun di kedua sisi tubuhnya. ia berusaha untuk tetap tenang meskipun ia ketakutan.

"Kau bisa pergi tapi sebelum itu akan ku pastikan aku akan memenggal kepalamu terlebih dahulu, Hana."

Ketakutannya makin menjadi. Hana ingin menangis tapi airmata tak kunjung ingin keluar.

Demi tuhan apa yang terjadi? Apa salahnya hingga ia di pertemukam dengan pria brengsek yang sialnya tampan ini? Tidak cukupkah ia terhempas ke masalalu?

Hana menutup matanya sejanak untuk berpikir. Mau bagaimana lagi, pikirnya muram. Ia sangat membenci keadaannya saat ini tetapi ia tidak mau jika harus menuruti keinginan pria gila ini. Jadi ia akan melawan pria gila ini sampai titik darah penghabisan.

Sementara itu Ethan kembali mengamati raut wajah Hana dengan intens, tatapannya jatuh pada bibir wanita tersebut. Demi apapun yang ada di dunia ini Ethan ingin sekali mencoba mencicipi manisnya bibir itu. Tapi mengapa?

"Kau ingin membunuhku sir ."Hana berkata. Mengejutkan Ethan yang sebelumnya tidak bisa berhenti menatap bibir wanita itu.

"Ya."balas Ethan tenang.

"Kalau begitu lakukanlah, lakukan apapun yang kau mau sir karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menjadi pelayanmu."

Pria itu kembali menyeringai. Ia  mengagumi keberanian wanita di hadapannya saat ini, wanita mungil yang bahkan tak memiliki tinggi melebihi bahunya.  ini seperti ia mendapatkan mainan baru yang mengasikkan dan Ethan tidak mungkin membunuhnya begitu saja bukan.

Baiklah, sudah di putuskan ia akan sedikit bermain dengannya lalu ketika ia merasa bosan ia hanya perlu mengakhurinya. Setelah itu Ethan pun menyarungkan pedangnya.

Ia kembali menatap lekat wajah cantik si hadapannya. Ya --Ethan akui Hana memiliki wajah cantik dan manis apalagi meski memiliki tubuh mungil namun lekukannya sempurna di tempat yang tepat, Seolah mempertegas pesonanya dan Ethan yakin banyak pria yang akan menganguminya.

"Dengarkan aku wanita pemberang!"desis Ethan tajam."Bagaimana jika kita sedikit bermain yang pastinya aku yakin kau tidak akan menyesal sama sekali." Ethan sedikit mendekatkan wajahnya lalu berbisik "Bermainlah denganku Hana."

Hana membuka matanya saat ia dapat merasakan deru nafas seseorang dan seketika itu pula tubuhnya menegang saat wajah pria tersebut nampak sudah berada dekat dengan wajahnya. dalam sekejap pula Hana dapat merasakan pipinya memanas dan ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

Asik dengan pikirannya sendiri, tanpa Hana sadari Ethan mengangkat satu tangannya ke sisi wajahnya. Membelai sisi wajahnya dengan kelembutan yang menggoda dan memikat yang membuat Hana diam-diam menikmatinya.

Melihat hal tersebut Ethan tersenyum puas mengetahui Hana memberikan respon.

"Kurasa Kau menyukainya."kata Ethan parau.

"Aku tahu kau menyukainya,woman." Imbuhnya kemudian. Tangannya sudah berada di permukaan kulit leher Hana lalu turun hingga belahan ***********.

Tersadar akan pelecehan yang dilakukan pria tersebut, sontak membuat Hana marah dan melayangkan tamparan keras di pipi pria tersbeut.

Plaaak...!

Bunyi tamparan itu sukses menyadarkan Ethan. Ia mengepalkan kedua buku jemari tangannya menahan amarahnya.

"Bajingan!"desis Hana marah.

Ethan tekejut, ia mendapati amarah melungkupi wajah Hana. Tiba-tiba saja Ethan tertawa lepas mengingat Ini kali pertama dirinya mendapati tamparan dari seorang wanita, apalagi wanita mungil seperti Hana.

"Mengapa kau tertawa? kau pikir ini lucu, ini tidak lucu sama sekali sialan! Jika Kau pikir aku akan diam saja maka kau salah, aku memperingatimu sir, jika kau---"

"Jika kau berani memperingatiku woman maka bersiaplah untuk kematianmu."Ethan memotong ucapan Hana.

Mendengar ancamnya membuat wanita itu makin di liputi rasa amarah. meski Hana akui ancaman tersebut juga berhasil menakutinya.

Dan untuk sesaat keadaan menjaduhening. Hana menatap langsung pada mata pria tersebut dengan amarah meluap-luap namun untuk sesaat, sekilas ia merasa melihat ada kilatan aneh di dalam mata pria itu. Hana sedikit terkejut ketika melihat mata pria itu berubah warna meski hanya sebentar, tapi benarkah apa yang ia lihat barusan atau itu hanya ilusi semata? tak ada yang berbicara sama sekali hingga kemudian seseorang menghentikan keheningan tersebut.

"My Lord."ucap Mina menyela keheningan yang berlangsung dan Ethan adalah orang pertama yang menyadari kedatangannya. "Lady Harrington mengatakan pada saya bahwa ia ingin bertemu dengan anda My Lord."

Lady Harrington. Seorang janda berusia empat puluh lima tahun. bertubuh gembul dan glamor, Lady Harrinton adalah seorang paranormal. Meski Ethan sendiri tidak terlalu percaya pada hal tahayul seperti itu, tapi tetap saja ia harus menghormatiinya bukan. Lagi pula lady Harrington sudah ia angap seperti bibinya sendiri.

Sambil menahan amarah Ethan mulai melangkah pegi meninggalkan Hana yang kini masih terpaku, tapi kemudian ia berhenti beberapa saat untuk menyampaikan sesuatu.

"Kau bisa pergi tapi tidak sekarang. Aku tidak mau seorang wanita seperti dirimu melangkah keluar dan terlihat oleh tamu-tamuku. kuharap kau mengerti maksudku, Hana."ujarnya kemudian kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Hana.

Hana menatap kepergian pria tersebut penuh kebencian tapi rasa ngilu di tangan menyadarkan Hana.

"Sial, aku bahkan tidak ingat tanganku terluka." Rutuk Hana kesal.

...***...

"Bibi kau sudah tiba,  bagaiamana kabarmu?"tanya Ethan setelah sampai di tempat wanita tersebut.

Lady Harrington nampak glamor seperti biasa. Senyum cerahnya tersemat di bibir tebal sang lady.

"Ethan kabarku baik nak. oh lihat kau sungguh tampan sekali hari ini , kemarilah biar ku perkenalkan kau dengan kerabat jauhku Lord sydney dan istrinya ."wanita itu menggiring Ethan bersamanya, kemudian berhenti di depan pria dan wanita yang kira-kira menurut Ethan tak jauh berbeda dengan umur bibinya.

"Senang rasanya menghadiri pestamu Ethan."sahut Lord sydney. Ethan mengangguk seraya memberikan senyumnya.

"Dan Ethan ini veronica, putri tunggal Lord Sydney."ucap Lady Harrington kembali berkata.

"Suatu kehormatan bisa datang ke pesta Anda My Lord . aku Veronica Sydney senang bisa bertemu dengan Anda."ujarnya seraya menjulurkan satu tangannya.

Ethan yang mengerti isyarat tersebut bertindak langsung dengan mencium tangan ramping dalam balutan sarung tangan tersebut. Sebenarnya Ethan sedikit malas melakukan hal tersebut terlebih ia juga sudah tahu apa maksud Lady Harrington mengenalkan Ethan pada keluarga Lord sydney dan itu adalah sifat yang Ethan benci dari Lady Harrington. Ethan memang mengakui Lady Harrington seperti bibinya sendiri tapi sikap wanita itu terkadang menyebalkan dan terlalu memaksa, seolah Ethan tidak akan berkomentar apapun dan menyukai apa yang ia lakukan. terhitung, entah sudah berapa kali ia perlakukan seperti itu oleh Lady Harrington, yang jelas Ethan tidak menyukainya.

Selama beberapa menit mengahabiskan waktu dengan bercakap-cakap akhirnya ia terbebas. Ethan kembali melangkahkan kakinya dan sesekali menyapa para tamunya.

Ethan menyesap brendi di tangan sambil menikmati beberapa tamu yang sedang berdansa dalam alunan musik. Pesta tahunan yang di rayakan di mansionnya hari ini akan berlangsung selama sebulan. saat siang hari akan di adakan beberapa kegiatan olahraga seperti berburu, berkuda,memanah dll, sementara malam hari seperti hari ini pesta tersebut berfokus pada beberapa dansa serta musik. mungkin sebagai pelengkap manisnya ada beberapa brendi, wine dan daging dalam porsi besar. mengingat beberapa hari yang lalu ia baru saja berburu bersama Jack dan Sam, pelayannya yang lain selain James dan mina tentunya.

namun seketika pandangan matanya tiba-tiba menangkap sosoknya. wanita itu tengah mengendap-mengendap layaknya maling tak ingin tertangkap basah, tak menyadari Ethan berada tak jauh darinya. dengan gaun biru pucatnya wanita itu melangkah pelan seraya sedikit mengangkat gaunnya, mempertontonkan kaki putihnya, sementara rambut panjang bergelombangnya tergerai terombang-ambing kemana-mama seiring wanita itu melangkahkan kakinya, melihat hal itu sontak membuat Ethan menyunggingkan senyumnya dan segera menyusul wanita tersebut.

     Hana mengangkat sedikit gaunnya. Tentu saja karena tak terbiasa mengenakan gaun sepanjang ini. Ia tidak perduli jika kaki putihnya terekspos yang di inginkannya saat ini adalah mencari jalan keluar dari mansion. tapi banyaknya kerumuman orang sungguh membuat Hana pusing.

Satu tarikan di atas perutnya membuat Hana terkejut. Ia ingin berteriak tapi tangan lainnya membekap mulut Hana anehnya... mengapa tak ada seorangpun yang menyadarinya.

Ah sial..

Hana meringis saat tubuhnya di hempaskan dengan kasar keatas ranjang. sesungguhnya ia sudah tahu siapa yang berani melakukan semua ini terhadapnya. dengan cepat Hana ingin kembali berdiri tapi pria itu sudah terlebih dahulu menahan tubuh Hana dengan tubuhnya.

"Kau pikir kau bisa lari dariku, Hana?"decaknya kasar.

Hana mencoba mendorong tubuh kekar yang menindihnya, tapi gerakannya sama sekali tak menimbulkan reaksi apapun terhadap tubuh pria tersebut hingga akhirnya Hana berhenti. nafas wanita tersebut terengah-engah karena amarah dengan tatapan keduanya bertemu kembali. yang membuat Hana kagum adalah kedekatan dirinya dengan pria tampan tersebut. pesona yang terlihat dari matanya dapat membuat puluhan wanita dengan senangtiasa mengikuti setiap langkahnya kemanapun dan Hana akui mungkin jika situasinya tidak seperti kenyataannya ia dengan senang hati akan mencoba menggodanya.

"Apa kau yang kau pikirkan?"desis Ethan marah.

Suara itu, suara angkuh nan egois yang paling Hana benci terdengar, yang juga mengembalikan Hana dari lamunan berkepanjangannya.

"Lepaskan aku sir, Aku ingin pulang!"ucap Hana setengah berteriak.

Ethan tak bergeming. ia kembali menekan tubuhnya.

Entahlah....Ethan sendiri tidak tahu mengapa dirinya begitu kesal sekaligus marah terhadap Hana yang baru beberapa hari ia temui. yang ia tahu amarahnya saat ini karena sikap keras kepala wanita itu terhadapnya, tapi anehnya mengapa Ethan terkesan tak ingin Hana pergi barang selangkahpun dari rumahnya. apa benar seperti itu atau pikirannya salah? semoga saja memang salah karena jika hal itu sebaliknya berarti petaka bagi hidupnya sendiri.

"Aku ingin pulang, aku ingin pulang!"Hana kembali berteriak mengutarakan keinginannya.

Dengan amarah berkecamuk, Ethan mengcengkram kuat bahu Hana hingga wanita itu meringis kesakitan di bawah tubuhnya.

"dengarkan aku sialan!"bentak Ethan.

"Aku sudah mengatakan kepadamu kau bisa pergi tapi tidak sekarang! Bisakah kau turuti saja ucapanku huh!"

Wanita itu terdiam namun sesaat kemudian Hana menganggukan kepalanya sekali. tiak seperti sebekumnya kali iniwanita itu tidak banyak melawannya dan Ethan menyukai kepatuhan Hana saat ini. Ia tahu Hana dapat terlihat begitu manis jika saja Hana sedikit menurut terhadapnya meskipun Ethan sepenuhnya mengerti dengan perubahan sikap wanita tersebut, tapi Ethan tak ingin ambil pusing karena yang terpenting saat ini Hana tak melawannya dan wanita itu tak akan pergi kemanapun.

"Sekarang kembalilah istirahat, kau masih belum sepenuhnya sembuh, Hana."ujar Ethan kali ini mencoba bersikap lebih lembuta sementara Hana kembali menggukan kepalanya.

Setelah membantu Hana mengatur posisi tidurnya, Ethan pergi meninggalkan Hana. tak di pungkiri seulas senyum terukir di bibirnya saat ini.

bab 03

...***...

Di dalam kamarnya, Hana mencoba sebisa mungkin untuk terlelap namun nyatanya nihil. Ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya barang sedikitpun, Terlalu banyak yang sedang ia pikirkan saat ini.

Bohong jika ia menuruti kemauan pria gila yang sialnya juga egois itu. ia sama sekali belum menyerah untuk kabur dari mansion ini. lusa atau esok lusanya lagi ia pastikan ia sudah berada di luar mansion ini, well...yang jadi masalah, kemana ia akan pergi setelah ia behasil keluar dari mansion ini, sedangkan dirinya saja tidak tahu ia berada di kota apa? Yang ia tahu saat ini adalah bahwa ia benar-benar terhempas ke masa lalu.

Menghela nafas berat, ia sungguh di buat pusing dengan keadaannya saat ini. Karena lelah berpikir, rasa kantuk akhirnya menyerang. Ia terlelap dengan nyaman seolah dirinya berada dirumah, seolah ia tidak penah tidur sama sekali hari ini. padahal belum dua puluh empat jam ia terbangun setelah dua hari lamanya tertidur.

...***...

Waktu menunjukan pukul tiga malam. Para tamu di pesta sudah beberapa jam yang lalu meninggalkan aula tempat di adakannya pesta dan pergi kerumah masing-masing, meski adapun beberapa orang yang memutuskan menginap juga. beruntung mansion tersebut memiliki banyak kamar untuk di jadikan tempat tidur.

Dalam kegelapan malam yang berkabut. Pria itu terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. mata hazel keemasannya berubah warna menjadi merah menyala. dalam kegelapan ruangan tersebut Ethan menyeringai memperlihatkan sosok gelapnya, sosoknya yang yang selama ini ia benci selama beribu-ribu tahun lamanya.

Setelah itu suara erangan menakutkan dan rintih kesakitan keluar dari mulutnya. Ethan berusaha untuk melawan sisi gelapnya yang kapan pun bisa menyerang mangsanya tak tanggung-tanggung, ia mencoba menekannya dengan cara melukai dirinya sendiri.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Ethan berhasil mengendalikan dirinya kembali. darah telah berceceran dimana-mana dan luka yang ia lakukan terhadap dirinya senduru telah sembuh dalam waktu singkat. sekarang ia sepenuhnya sadar meski kebencian dalam sirinya sendiri semakin meningkat.

Tiba-tiba sesuatu mengusiknya, entah bagaimana setelah ini ia merasa ingin menemui sosok cantik Hana di dalam kamarnya.rasanya begitu aneh dan jelas tidak normal mesku begitu Ethan pun bangkit dari ranjangnya dan melangkah pergi menemui Hana di kamarnya.

Sesampainya ia di depan pintu kamar Hana, Ethan sempat meragu untuk membukanya tapi ego terdalamnya tetap menginginkannya bergerak menemui Hana.

Setelah pintu yabg menjadi oenghalang antara dirinya dan wanita itu terbuka lebar tanpa ragu Ethan melangkahkan kakinya mendekati Hana yang terlelap.

Wanita tersebut nampak terlihat menikmati tidurnya dan mungkin ia sedang bermimpi saat ini. tatapan Ethan teralih pada tangan Hana yang di balut perban, perban tersebut sebelumnya bersih tanpa noda sekarang ia bisa melihat noda coklat kering di perban tersebut dan Ethan yakin itu adalah darah. Pelan-pelan Ethan membawa tangan Hana yang terluka. Ia membuka perban itu secara teratur dalam gerakan pelan. Namun setelah perban tersebut terbuka sepenuhnya Ethan sempat terkejut karena lukannya masih belum sembuh, kemudian Ethan membawa tangan tersebut ke depan mulutnya.

"Semoga kau cepat sembuh."ujarnya berbisik yang ajaibnya luka tersebut merespon apa yang di katakannya. luka memanjang tersebut perlahan mulai hilang dan digantikan dengan kulit baru yang sempuna tanpa cacat sedikipun.

"Kau mungkin akan bertanya-tanya, tapi aku pastikan kau akan tahu jawabannya."

Ia tersenyum sambil sesekali mengusap tangan itu dengan lembut sebelum kemudian ia bergegas pergi meninggalkan Hana yang masih terlelap.

...***...

Ternyata seminggu telah berlalu Hana berada di Mansion tersebut. Setelah di pikir-pikir kembali, wanita itu memutuskan untuk tinggal dan berikutnya ia mencoba menerima semuanya dengan pasrah. ia menganggap hal yang terjadi sekarang adalah sebuah pertualang. ia akan mencoba bertahan seraya memikirkan langkah selanjutnya. ia akan mencari tahu mengapa ia bisa sampai pada abad yang entah abad berapa dan ia juga akan mulai mencari tahu bagaimana caranya ia kembali pada duniannya? jika ia bisa pergi kemasalalu bukankah ia juga bisa kembali ke masa depan ? ia hanya perlu mencari tahunya sendiri dan sebisa mungkin menyembunyikan rahasia mengenai asal-usulnya yang sesungguhnya.

Dalam beberapa hari pula, meski enggan Hana juga sudah banyak belajar dari beberapa pelayan Ethan. Mina contohnya, Wanita itu sempat mengajarkan Hana cara memasak meski pada akhirnya rasanya akan selalu aneh dan membingungkan. Akhirnya Hana menyerah mempelajari cara memasak dan sejujur ia bahkan tak berani menggenggam pisau dan ya...satu-satunya alasan karena ia takut teriris dan berdarah.

hal yang paling ia sukai saat ini adalah saat dirinya berada di istal bergelut dengan kuda seperti saat ini, jack pria tambun dengan rambut mulai memutih semua itu dengan senang hati membiarkan Hana merawat kuda-kuda Ethan. Ethan Thomas Essex, sekarang ia tahu nama pria tersebut. Mina lah yang memberitahunya bahkan tak hanya nama melainkan segala hal tentang Ethan.

Pria itu brengsek. dari perkataan yang ia dengar. Ethan seorang pria beruntung karena di kelilingi banyak wanita dan itu adalah tipe yang paling Hana benci.

Gemuruh halilintar mulai terdengar, hujan deras baru saja tiba mengguyur bumi. di samping istal Hana menengadah keatas langit, bertanya-tanya. apa tuhan sedang marah padanya hingga ia mengirim Hana kesini?

Demi apapun, Hana masih belum mengerti mengapa dirinya bisa sampai di sini dan malangnya lagi ia harus menjadi pelayan di rumah si arogan Ethan Thomas Essex. Cih...malang nian nasibnya. Ia seorang anak artis papan atas dan juga model majalah ternama di dunianya tapi di sini...

Hana menggelengkan kepala."aku benar-benar benci hidupku."ujarnya kesal.

Derap kaki tapal kuda terdengar, Hana sontak mengalihkn pandangannya.

Ethan baru saja kembali dari perburuannya bersama tamu lainnya. untuk sesaat wanita itu menahan nafas. Hana meperhatikan sosok pria tersebut dengan seksama, tubuh atletis pria itu tersiram air hujan yang kini makin menonjolkan dada bidang dan otot-ototnya yang sempurna.

" apa yang kau lakukan disini?" Ethan bertanya saat sudah sampai di sisi tubuhnya.

Hana tersadar lalu membuang muka dan beranjak pergi tanpa menjawab perkataan tuannya terlebih dahulu. ia masih marah pada pria tampan tersebut apa lagi jika ia mengingat segala ancaman Ethan terhadapnya.

"****** tidak tahu malu." Maki Ethan pelan namun masih bisa terdengar oleh Hana.

Tangan Hana terkepal. ia kesal sekaligus tidak terima dengan penghinaan Ethan hari ini. jelas saja karena ia bukan ****** atau pelacur seperti yang pria itu tuduhkan kepadanya selama ini.

Lalu dengan mantap Hana membalikan badannya dan berjalan mengampiri Ethan kembali.

"Kau..."sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Ethan."kau adalah pria tolol paling brengsek sir. aku membencimu sialan dan pergilah ke neraka!"

geram, pria itu segera melompat turun dari kudanya dan berdiri di hadapan wanita mungil nan cantik dan pemberang itu.

"Kau benar Miss miller. Aku memang pria tolol paling brengsek seperti yang kau bilang barusan. tapi kau harus ingat..."ujarnya terhenti, Ethan mencondongkan badannya lalu berbisik." Bahwa nyawamu ada di tanganku Hana"

Hana terkejut, ia sontak mendorong tubuh kekar Ethan untuk menjauh darinya.

matanya menyiratkan kebencian begitu pula Ethan.

"Mengapa kau melakukan ini terhadapku? Apa salahku?"Hana frustasi.

Ethan mengendikan bahunya, berlalu begitu saja bersama kudanya memasuki istal.

"Kudengar kau menyukai willow?"ujar Ethan menghentikan langkahnya sejenak.

Hana sedikit ragu. Jari telunjuknya bergerak menggaruk sisi wajahnya yang tak gatal sama sekali, ia berpikir.

Willow?

Oh! kuda putih itu. Batinnya berkata senang.

Hana menatap Ethan antusias namun sedetik kemudian ia sadar dan kembali memasang wajah kesal.

"Ya dia cantik dan aku memang menyukainya, Lantas mengapa?"balas Hana dengan ketus.

Ethan mengelus kuda jantannya, lalu berkata."jika kau mau kau bisa menungganginya Hana?"ucapnya tanpa melihat kearah Hana.

Terbelalak, bola mata Hana terbuka lebar sementara mulutnya sedikit terbuka. Sekarang apa lagi? Pikirnya bertanya-tanya. Hana bingung, benarkah apa yang baru saja ia dengar? demi tuhan apa yang terjadi dengan Ethan?

Hana memang menyukai willow salah satu kuda betina milik Ethan. tapi Hana cukup sadar diri bahwa ia tidak akan memulai perdebatan apapun dengan Ethan hanya karena ingin menunggangi kudanya.

Pria tua Jack pasti yang memberitahukannya pada Ethan. sialnya lagi mengapa sikap pria itu selalu berubah-ubah dengan cepat? Hana curiga Ethan merencanakan sesuatu atau sesuatu mungkin telah terjadi kepada pria itu.

"Sir Apa perburuan hari ini berjalan lancar?"dengan ragu Hana bertanya.

Mendengarnya pertanyaan dahi Ethan berkerut dalam, lalu Ethan menatap Hana.

"Mengapa kau menanyakannya?"tanya Ethan memincingkan mata.

"Hmm... ku pikir, suasana hatimu sedang bagus karena perburuan hari ini, hingga kau membolehkan aku menunggangi willow."ucap Hana terus terang.

Rahang Ethan sedikit mengeras, ia tidak suka dengan pemikiran Hana.

"Kau sedang meragukan kebaikanku, Hana?" Tanyanya marah.

Hana sontak mengambil langkah mundur. Ia ketakutan setelah mendengar nada marah yang di keluarkan Ethan.

"Ti-tidak tentu saja tidak Sir. Aku hanya mengutarakan apa yang ku pikirkan karena willow kuda spesial jadi intinya aku penasaran. "usai mengatakan hal itu cepat-cepat Hana pergi dari istal membuat si empu kuda jantan tersebut menggeram marah.

"Kembali kemari Hana !" Teriak Ethan lantang, sementara yang di panggilnya tetap berlalu pergi.

...***...

"Miss. apa kau sudah memasukan dagingnya kedalam panci?" Tanya Mina mengingatkan.

Hana bergegas memasukan daging tersebut kedalam panci untuk di rebus. ia baru saja mengingat perintah tersebut karena sedari tadi ia asik melamun.

"Kau tidak akan pernah becus jika kau melamun saja."Mina melanjutkan ucapannya.

Hana mendesah pelan."kau benar , Maafkan aku hari ini ada begitu banyak yang kupikirkan."

"Apa bersangkutan dengan tuan Ethan?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu."

"Kau bisa memberitahuku miss."

"Tidak ada yang perlu di beritahukan."

"Aku tahu, dia terkadang memang tidak mudah di mengerti."

Hana mengangguk membenarkan.

"Sangat."

Selesai membantu memasak banyak hidangan makan, Hana di bantu pelayan lainnya menghidangkan makanan tersebut di atas meja. dengan gerakan tangan kikuk akhirnya ia bisa menyelesaikan tugasnya.

Hana meringgis pelan saat luka di punggung tangannya tiba-tiba berdenyut padahal luka tersebut sudah di pastikan telah sembuh. tapi mengapa terasa aneh, ia selalu merasa panas seolah ia pernah menyentuh api di sana hingga tiba-tiba lamunannya terbuyar saat seseorang di belakangnya berbicara.

"Hei, apa kau pelayan di sini ?"tanyanya yang Hana tahu ternyata seorang pria.

Hana membalikan tubuhnya untuk melihat si penanya tersebut.

Degh...

Hana terkejut, ia membelalakan matanya dan geleyar panas menyelimuti hatinya menimbulkan amarah.

Dia di sini. Laki-laki itu di sini. Batinnya berkata.

Karena Hana tak kunjung menjawab, pria itu mengarahkan tangannya ke bahu Hana.

"Jangan menyentuhku!" Ucap Hana saat sadar pria itu akan menyentuhnya.

Pria tersebut mengerutkan dahinya, tidak suka dengan penolakan si pelayan tersebut.pasalnya ia yang seorang bangsawan tak seharusnya di acuhkan oleh seseorang apalagi seorang pelayan rendahan.

"Bajingan! mengapa kau mengikutiku kemari!?"Hana berteriak lantang, ia tidak menyadari keadaan sekitarnya.

"Hei tenanglah, aku tidak tahu apa maksudmu?"katanya seraya kembali mengarahkan tangannya ke bahu Hana.

"Tidak jangan sentuh aku keparat!"

Plak....

Hana menampar pria tersebut. Ia masih belum menyadari keadaannya.

"Jangan berani menyentuhku setelah apa yang kau lakukan. Kau... kau berselingkuh dari---" tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. sekarang ia sadar dengan apa yang sudah ia lakukan.

"APA YANG KAU LAKUKAN HANA MILLER!!!" Teriak Ethan penuh amarah.

Seolah diingatkan. Ia terkesiap reflek menutup mulut dengan tangannya sendiri.

"ASTAGA! apa yang sudah kulakulan!?"

Hana mengedarkan pandangannya, ia baru sadar ia menjadi pusat perhatian sekarang.oh ampun bahkan Ethan ada di sana dengan wajah garang, siap untuk melampiaskan amarahnya. Memang wajar, Terlebih lagi apa yang sudah ia lakukan? demi tuhan ia baru saja menampar Roy, bukan tapi orang yang memiliki wajah persis seperti mantan kekasihnya dan seharusnya ia ingat bahwa ia bukan di dunianya dan seharusnya ia berpikir Roy tidak akan mungkin mengikutinya ke masalu. Jelas, seharusnya ia juga sadar bahwa orang di hadapannya saat ini lebih menarik di banding mantannya tersebut.

Astaga, sekarang semuanya hancur dan kemungkinan Ethan akan membunuhnya sekarang.

"Miss Miller Ikut denganku sekarang juga!" Ucap Ethan geram.

Hana kembali dari lamunannya dan menatap wajah Ethan dengan waswas.

"SEKARANG JUGA MISS Miller !" Teriaknya keras. Membuat Hana terkejut sekaligus ngeri.

Dengan terpaksa Hana mengikuti Ethan. pikirnya, Biarlah Ethan memakinya apapun yang ia inginkan, kali ini Hana akan berusaha tidak melawan malaikat mautnya tersebut. Ia pasrah dan mengakui kesalahannya.

Ethan membawa langkahnya pergi ke arah lorong gelap. Sesampainya di lorong ia membalikan badan tegapnya secara tiba-tiba membuat Hana sedikit terlonjak.

Ethan menatap Hana tajam. Ia kesal dan marah terhadap wanita di hadapannya saat ini. berani sekali Hana memperlakukan tamunya seperti itu tapi anehnya mengapa ia juga marah saat ia mendengar setiap ucapan Hana kepada Richard Harrington putra bibi angkatnya barusan. Hana dengan jelas mengatakan bahwa Richard selingkuh, apa itu artinya Hana adalah kekasih Richard? dan ketika Hana tahu kekasihnya itu selingkuh maka dia melarikan diri kehutan dan bertemu dengannya. Sial Ethan frustasi dengan pemikirannya, tanpa sadar ia juga mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Hana yang melihat hal itu hanya berharap bahwa Ethan masih dalam keadaan waras saat pria itu menyemburkan amarahnya nanti.

"Sir apa kau baik-baik saja?"Hana mencoba bertanya.

Ethan menghentikan gerakan tangannya dan menatap wanita tersebut.

"Kau melakukan kesalahan Hana Miller."ucap Ethan dingin.

Dalam hati Hana membenarkan ucapan Ethan dan sekarang ia menyesal melakukannya.

"Mengapa kau melakukannya? Mengapa kau memperlakukan tamuku seperti itu Hana? Kau menampar tamuku dan kau mempermalukanku ******!!!"maki Ethan lantang.

Hana tak berani menjawab. Ia hanya menatap Ethan marah. Ethan selalu memakinya dengan sebutan ****** dan itu melukai harga dirinya. Ia ingin sekali melawan pria ini tapi apa yang akan ia katakan, ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia menampar pria itu karena mirip dengan Roy mantannya bukan?

" mengapa kau diam saja Hana? Mengapa kau tidak menjawab perkataanku hah!?"

Ethan kembali membentak dan Hana masih tetap bungkam membuat Ethan semakin di kuasai amarah. Dengan perlahan ia mendekati Hana. Sesampainya di hadapan wanita tersebut Ethan kembali berkata kali ini penuh dengan penekanan.

"Katakan sesuatu woman!"

"Apa yang harus ku katakan, Sir?"balas Hana berbisik. ia tak berani sama sekali meninggikan suaranya. Ia takut sekaligus gugup. Ethan berada di hadapannya dengan badan tegap dan tatapan bengis.

Wangi mint dan kayu manis menguar mengisi rongga dada wanita tersebut. Sikap Maskulin dan terkesan misterius Ethan mengingatkan ia akan sesuatu tentang bahaya, sebuah bahaya yang erotis. Haha ia pasti gila menyamakan keadaannya saat ini dengan kata Erotis.

"Apa Kau menyembunyikan sesuatu dariku Hana?"tanya Ethan kemudian.

Hana menggelengkan kepalanya.

"Kau berbohong."

"A-aku tidak berbohong sir."

"Lalu mengapa kau mengatakan padanya bahwa ia telah selingkuh, apa kau kekasihnya?"

Tamat sudah riwayatnya. Itu pertanyaan paling sulit yang tak bisa ia jawab di zaman ini. sekarang apa yang harus ia lakukan?

apa ia harus tetap bungkam?

"Sampai kapan kau akan tetap diam Hana?"

"Sir aku tidak sengaja melakukan itu Sungguh!"kata Hana panik

"****** tidak tahu malu. berani sekali kau membohongi tuanmu hah? apa kau tidak ingat bahwa hidup dan matimu ada si tanganku, aku bisa saja membunuhmu saat ini Hana!"

Hana menggigit bibirnya seraya menghela nafas. kini habis sudah kesabarannya, Ethan kembali memanggilnya dengan sebutan ****** di tambah lagi pria itu kembali mengumandangkan ancamannya.

"Sial aku sudah muak."Hana menatap tajam pada Ethan." Kau memanggilku dengan sebutan ******, apa kau pikir aku tidak sakit hati? dan sampai kapan kau akan terus mengancamku? jika kau ingin membunuhku, Mengapa tidak kau bunuh saja aku sekarang toh aku tidak perduli dengan nyawaku sendiri. mengapa kau masih mengulur waktu sir? Mengapa kau masih membiarkanku hi---hmmp" ucapanya terhenti ketika sesuatu yang lembab nan kenyal menyentuh bibirnya. Hana tertegung untuk beberapa detik kemudian namun selanjutnya ia berusaha melepaskan dirinya dari pria tersebut. ia sama sekali tudak pernah menyangka Ethan akan menciumnya alih-alih kembali mengancamnya.

"Kau...kau menciumku Sir!" Hana berteriak lantang.

Ethan yang baru saja mendengar pertanyaan tersebut sontak terkejut. Ia sendiri tidak tahu apa yang sudah terjadi beberapa detik yang lalu. ia bertanya-tanya, apa benar ia melakukan hal itu? benarkah ia mencium Hana? tapi mengapa ia melakukannya? dan mengapa ia tidak merasakan penyesalan apapun?

"Kau melecehkanku Sir dasar berengsek!!!" Seraya menyerang dada bidang Ethan dengan memukulnya berkali-kali.

" Bajingan, bangsawan tidak bermoral. kau pikir kau bisa melecehkanku seenaknya? aku bahkan sudah sebisa mungkin menahan amarahku, aku bahkan menerima amukan dan makianmu karena aku memang bersalah menamparnya tapi mengapa kau melecehkanku? aku memang sering membuatmu marah tapi kau tidak berhak melecehkanku, aku membencimu sir, aku sangat membencimu!"

Hana terengah-engah setelah menyelesaikan perkataannya.

"Apa kau sudah selesai berbicara Hana?"ucap Ethan dengan suara pelan.

Pukulan Hana di dadanya mendadak terhenti. Hana menatap wajah Ethan yang berubah. Ia tidak tahu ekspresi macam apa yang sedang Ethan terapkan di wajahnya.

Baru beberapa saat yang lalu Ethan marah-marah terhadapnya tapi sekarang ada apa?

"Jika kau sudah selesai, maka aku akan pergi." Imbuhnya kemudian.

"Ethan."

Hana memanggil nama pria itu tanpa ia sadari. saat itu pula Ethan seolah lupa bernafas. Jantungnya uang telah mati terasa berdenyut nyeri saat mendengar Hana memanggilnya tanpa embel-embel tuan.

Tadinya, ia berniat meninggalkan Hana sekarang juga. tapi saat namanya keluar dari mulut wanita tersebut Ethan tak percaya, Ia merasa luarbiasa dan sungguh ia harus memastikan sekali lagi apa yang baru saja ia dengar.

"Katakan sekali lagi."

Hana tak mengerti."Apa?"

"Sebut namaku Hana."

Hana mengerutkan keningnya bingung. mengapa pula Ethan tiba-tiba ingin ia menyebut namanya?

"Kau mendengarkan ku Hana, Kumohon panggil namaku sekali lagi." Ucap Ethan, kali ini terdengar lembut.

Hana tak mampu mengalihkan perhatiannya kemanapun selain pada Ethan seorang dan ia terhanyut di dalamnya.

Ada sesuatu yang salah? Sekarang Hana dapat merasakan jantungnya berdegup dengan kencang dan meski Hana tidak yakin tapi ia tahu Ethan lah penyebabnya. tapi apa artinya? apa ia ketakutan atau sesuatu yang lain. Hana belum bisa memastikan dan ia harus mencobanya sekarang.

"Et-han...Ethan"

Dengan kesadaran sepenuhnya Ethan menarik tubuh Hana dengan satu tangannya. Ia melingkari pinggang wanita tersebut sementara tangan lainnya berada di tengkuknya, menahannya agar tak bergerak. Kini tak ada lagi jarak yang memisahkan keduanya.

"Dengar Hana, kau harus tahu aku tidak pernah bermaksud melecehkanmu karena melakukannya dan aku tidak bisa berhenti melakukannya."ucapnya di depan wajah Hana selanjutnya Ethan kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Hana seperti ucapannya sebelumnya.

Ia tidak bisa berhenti. tidak ketika rasa manisnya membuat Ethan ketagihan, Meski Ethan tahu Hana terkejut dan ingin memberontak lagi tapi Ethan tak akan melepaskannya hingga Ethan tahu kali ini Hana menerimanya.

Tanpa keduanya ketahui benang merah tak kasat mata tersulur menyatukan keduanya. Meski belum nampak terucap tapi hati keduanya tak bisa membohongi apa yang keduanya rasakan saat ini adalah sesuatu yang spesial.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!