Sebelum baca cerita ini pastikan kalian sudah baca My Genius Twins Baby And CEO ya 💕💕
Selamat membaca 💕
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Arrabela adalah anak angkat di keluarga Malik, ibunya Sarah Pramudya dan ayahnya Agra Malik. Bella tak tahu, jika selama ini ternyata dia hanyalah anak angkat. Hingga suatu ketika, ia mendengar sendiri ketika ayah dan ibunya mengatakan tentang statusnya itu.
Arabella tak sengaja mendengarnya.
Bella terpuruk, bahkan berniat pergi. Apalagi kini, sang ibu sudah memiliki anak kandungnya sendiri. Tepat diusianya yang ke 7 tahun, sang ibu melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik. Bahkan parasnya begitu mirip dengan sang ayah, Agra.
Kelahiran Alesha Malik, membuat Arrabela merasa harus pergi. Ia sadar, kehadirannya di keluarga ini hanyalah untuk sebagai pancingan agar mama Sarah bisa segera hamil.
Tapi tidak seperti itu, Sarah dan Agra sangat menyayangi Bella. Mereka sudah menganggap Bella seperti anak mereka sendiri. Bagi mereka, Bella adalah anak pertama, dan anak keduanya adalah adik bela.
Namun ketakutan Bella akan pergi meninggalkan mereka terus menghantui Sarah, hingga suatu hari sarah meminta pada suaminya untuk menjodohkan Bella dengan anak Adam Malik, sepupu Agra, yang bernama Azzam Malik.
Saat itu Agra menyetujui, apalagi semasa kecil Bella dan Azzam sudah sangat dekat sebagai sepupu, bukan hal yang sulit jika dewasa kelak mereka menikah.
Saat Bella dan Azam berusia 8 tahun, Agra sudah mengajukan perjodohan itu kepada Adam. Mendengar alasannya, Adam pun menyetujui. Ia juga sangat menyayangi Bela seperti anaknya sendiri. Adam pun tak ingin Bella pergi meninggalkan keluarga Malik.
Azzam yang sejatinya adalah anak berbakti pun menuruti keinginan kedua orang tuanya itu, ia bersedia menikahi Bella.
Dan hari ini, tepat 25 tahun usia Bella dan Azzam keduanya menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah.
Berlangsung di ballroom gedung Malik Kingdom pernikahan itu diadakan. Bella tampil sangat cantik dengan balutan gaun pengantin yang begitu pas ditubuhnya.
Menyandang sebagai model ternama di tanah air, membuat kecantikan seorang Arrabela tak diragukan lagi, ia persis seperti bidadari yang turun ke bumi.
Sangat cantik.
“Nyonya Bella, tolong lebih dekat lagi dengan tuan Azzam,” ucap sang photografer.
Seketika, ucapan itu menjadi bahan candaan bagi semua teman-temannya. Azzura, Julian,
Arnold, Ryu dan Haruka yang datang ke pernikahan ini pun langsung tergelak.
Mereka semua kini sedang melakukan sesi Foto. Pengantin sekaligus para bridesmaid dan Groomsmen.
“Bella, kenapa sekarang jadi malu-malu, dulu waktu kecil kamu selalu memeluk Azzam erat,” ledek Julian dengan kekehannya yang tak sudah-sudah.
“Mungkin sekarang dia sudah mulai gugup,” timpal Arnold hingga membuat semua orang makin tergelak.
Arrabella mencebik, bahkan memukul lengan Azzura dengan buket bunga di tangannya, Azzura adalah yang paling dekat.
“Aduh sakit,” keluh Azzura, bohong, karena nyatanya pukulan itu tak membuatnya sakit
sedikitpun.
“Jangan pukul Zura, lebih baik simpan tenagamu untuk nanti malam.” Ryu ikut buka suara, dan makin tergelaklah semua orang.
Cukup lama, hingga akhirnya tawa itu mereda. Sudah berhasil membuat wajah sang
pengantin wanita merah bak buah tomat, barulah sesi foto itu kembali berlanjut.
Klik!
Satu foto terambil, foto saksi persahabatan diantara mereka tetap terjalin hingga kini. Azzam, Arrabela, Azzura, Julian, Arnold, Haruka dan Ryu, tersenyum dalam Foto itu. Bahkan mereka saling memeluk erat, mengisyaratkan persahabatan mereka yang sangat kuat.
Klik!
Foto kedua terambil. Dalam foto ini, hanya ada para wanita. Arabela, Azzura dan Haruka tertawa keras.
Dan,
Klik!
Foto ketika terambil. Dalam foto kali ini, hanya diisi oleh para pria. Azzam, Arnold, Julian dan Ryu berfoto dengan begitu elegannya, nampak seperti perkumpulan pria-pria tampan di negeri ini.
Dan,
Klik!
Foto keempat terambil. Hanya diisi oleh sepasang pengantin. Arrabela dan Azzam menghiasai foto keempat ini. Keduanya tak saling memeluk ataupun bergandengan tangan. Keduanya hanya berdiri dan saling berdampingan, namun dalam foto ini seolah diisi dengan penuh cinta.
Cinta yang seolah bisa dilihat oleh semua orang, bahkan pernikahan di keluarga Malik ini menjadi tranding topic. Tak hanya keluarga dan kolega yang turut merasakan kebahagiaannya. Namun seluruh penggemar Arabella pun merasakan hal yang sama.
Hingga tengah malam, akhirnya pesta itu usai.
Azzam dan Arabella langsung pulang ke rumah mereka sendiri. Sebuah rumah yang bahkan sudah disiapkan oleh kedua orang tuanya masing-masing jauh sebelum pesta pernikahan ini digelar.
Rumah yang begitu besar, sesuai dengan keinginan Arabella, sebuah mansion.
Masuk ke dalam kamar mereka, mendadak canggung menyelimuti. Biasanya mereka akan selalu berdebat dengan banyak hal, namun malam ini seolah perdebatan itu sudah habis. Keduanya tak ada yang bersuara, seolah lidahnya kelu.
“Bersihkanlah tubuhmu di kamar ini, aku akan menggunakan kamar yang lain,” ucap Azam akhirnya, setelah sama-sama bingung harus melakukan apa.
Dan Bella pun hanya mampu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, seraya menggigit bibir bawahnya kuat.
Bella masuk ke dalam mandi dan Azam segera pergi, membersihkan tubuhnya di kamar yang lain.
Saat itu, Azam lebih dulu usai dan kembali ke dalam kamar mereka, sementara Bella masih juga belum kembali.
Kamar mandi disini, terhubung langsung dengan walk in closet milik Azam dan Bella. Jadi selesai mandi, Bella langsung kembali merias wajahnya dengan riasan tipis.
Bagi Bella, penampilan adalah yang paling utama. Sebelum tidur pun ia harus terlihat cantik.
“Sempurna!” gumam Bella dengan terkekeh pelan. Merasa puas sendiri ketika melihat kecantikannya didalam cermin.
Setelah merasa cukup, akhirnya Bella keluar dan melihat Azam yang sudah duduk disisi ranjang mereka. Seketika, jantung Bella seperti mau copot, seolah yang selalu dikatakan oleh Azzura dan Haruka tentang malam pertama akan ia lakukan malam ini.
Susah payah menelan salivanya sendiri, Bella pun menghampiri sang suami.
Sementara Azam menoleh dan melihat kedatangan istrinya itu, Seperti biasa, Bella memang nampak cantik. Namun malam ini, Bella lebih berani menunjukkan lekukan tubuhnya.
“Duduklah disini,” pinta Azaam, seraya menepuk sisi kosong disebelah kanannya.
Bella menurut, tanpa menjawab apa-apa ia duduk disebelah sang suami.
Azzam. Menatapnya dalam, dengan tatapan yang tak pernah Bella tahu apa artinya itu.
“Bel, kamu tahu kan, kita menikah bukan karena cinta, tapi karena sebuah perjodohan,” ucap Adam langsung hingga membuat Bella tersentak. Entah kenapa, mendadak dadanya menjadi sesak.
Seolah kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Azam akan lebih menusuk hatinya.
Bella hanya diam, tak tahu harus menanggapi apa.
“Aku tidak ingin kita buru-buru, aku juga tidak akan meminta hak ku sebelum kita sama-sama siap,” timpal Azam lagi, dengan yakin.
Lagi-lagi, Bella hanya diam. Tidak tahu harus apa. Mendadak menjadi orang paling bodoh sedunia.
“Tidurlah, aku tahu kamu lelah.” Azam, mengakhiri ucapannya.
Bahkan tak peduli, ketika hati Bella masih merasakan kegundahan.
Bella melihat Azam yang sudah mulai berbaring, lalu menarik selimut dan menutup matanya.
Bella bergeming, dengan sejuta pikiran yang berkecamuk didalam kepalanya. Ucapan-ucapan Azam kembali terngiang didalam ingatannya.
Menikah karena perjodohan dan bukan karena cinta.
Tidak ingin buru-buru.
Tidak akan meminta hak sebelum sama-sama siap.
Apa Azam ingin kita saling jatuh cinta dulu baru melakukan itu?
Bella terus membatin, hingga akhirnya ia sedikit mengulas senyum.
Ya, Azam tidak ingin memaksaku, dia ingin kita saling mencintai dulu.
Lagi, Bella mulai bisa tersenyum. setelah hatinya merasa lega, iapun ikut berbaring di sana.
Hari berlalu.
Bahkan minggu sudah berganti bulan.
3 bulan pernikahan Bella dan Azam, semuanya berjalan seperti biasanya. Baik Azam ataupun Bella masih sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri.
Seolah mereka, belum memiliki pasangan satu sama lain.
Azam semakin sibuk saat ia dipercaya oleh sang ayah Adam Malik untuk menduduki kursi CEO Malik Kingdom.
Kursi yang sudah Adam janjikan, untuk menyerahkannya kepada sang anak, ketika Azam sudah menikahi Bella.
Dengan posisi barunya itu, Azam sering berpergian keluar kota untuk meninjau secara langsung berjalanannya anak perusahaan MK.
Ia bahkan sangat jarang untuk bertukar kabar dengan sang istri, Arabella.
Sama halnya dengan Azam, Bella pun sibuk sendiri dengan dunianya. Menjadi salah satu model ternama di tanah air membuat jadwal Bella padat merayap.
Ia bahkan sampai pergi ke luar negeri untuk melakoni profesinya itu.
Berjalan dengan percaya diri di atas catwalk dan menjadi pusat perhatian adalah keinginan Bella sejak kecil. Berkat kerja kerasnya, kini ia berhasil meraih impiannya itu.
Bella bahkan sudah terkenal hingga jenjang internasional. Tak jarang ia menjadi bintang utama sebuah brand ternama.
Bahkan sudah 1 minggu ini, Bella sudah berada di New York. Untuk tampil di ajang New York Fashion Week.
Menghadiri acara itu, kedatangan Bella langsung mencuri perhatian para wartawan. Kini kehidupan Bella jadi semakin menarik untuk dikulik, semenjak ia dipersunting oleh pengusaha nomor 1 di Indonesia, Azam Malik.
Bahkan untuk menjaga keamanannya, Bella sampai harus menggunakan 6 Bodyguard sekaligus.
Nyonya Bella, bagaimana kehidupan pernikahan Anda?
Apa tuan Azam Malik mengizinkan anda untuk tetap bekerja?
Bagaimana pandangan tuan Azam tentang profesi Anda?
Dan masih banyak lainnya lagi pertanyaan yang diajukan oleh para wartawan, diantara sela-sela langkahnya memasuki gedung.
Bella tersenyum, merasa tersenyum dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Semuanya begitu ingin tahu tentang Azam.
Kenapa tidak tanya sendiri dengan orangnya, batin Bella seraya mengulum senyum.
Nyonya Bella, beri kami waktu sebentar
Nyonya Bella..
Nyonya Bella!
Akhirnya, Bella menghentikan langkahnya ketika sudah sampai diambang pintu.
"Baiklah hanya akan menjawab satu pertanyaan," ucap Bella.
Dan seorang wartawan langsung bersuara dengan keras.
Apa tuan Azam Malik mengizinkan Anda untuk tetap bekerja?
Mendengar itu, Bella tersenyum.
"Ya, suamiku mengizinkannya, dia tau ini adalah mimpiku," jawab Bella dengan penuh percaya diri.
Lalu setelah itu ia pergi, meninggalkan para wartawan yang sudah berspekulasi dengan pikirannya sendiri-sendiri.
Mulai dari detik itu juga, banyak artikel yang keluar tentang Bella dan Azam.
Semua artikel itu menyebutkan betapa bahagianya kehidupan pernikahan Bella.
Bella sangat beruntung, karena disaat kariernya tengah meroket seperti ini, ia juga mendapatkan seorang suami yang begitu mencintai dirinya.
Bahkan tetap mengizinkan sang istri untuk memiliki dunianya sendiri, dunia yang menjadi impian Bella.
Pulang ke Indonesia, berita-berita itu masih menjadi pembicaraan hangat.
Tak langsung kembali ke mansion, Bella lebih dulu menemui Azura dan juga Julian untuk makan siang bersama.
Kini, ketiga orang ini sudah duduk disalah satu meja restoran yang berada di hotel bintang 5 milik keluarga Julian, Luxurious Hotel.
"Dimana Arnold?" tanya Bella langsung, memulai obrolan diantara mereka.
Sebuah pertanyaan yang membuat Azzura dan Julian geleng-geleng kepala.
"Suamimu itu abang Azam, kenapa malah yang ditanya Arnold," Azzura yang menjawab.
Bella terkekeh, benar juga, pikirnya.
"Karena aku tau, mas Azam pasti sibuk," balas Bella pula.
"Ku rasa hari ini Azam juga sudah pulang dari Malang, mungkin nanti malam kalian sudah bisa bertemu." Julian buka suara, kemarin ia sempat bertukar kabar dengan Azam. CEO Malik Kingdom itupun mengatakan jika hari ini ia akan pulang ke Jakarta.
Bella tak menanggapi apapun, terus makan dan menganggukkan kepalanya.
Bella dan Azam memang sudah sepakat untuk memulai semuanya dari awal. Membuat hubungan mereka jadi semakin dekat hingga akhirnya cinta itu ada diantara keduanya.
Tapi Bella pun tak ingin terburu-buru, sejak dulu ia pun sudah menyukai Azam. Baginya bukan hal yang sulit bagi mereka untuk saling mencintai.
Terlebih, mereka punya waktu seumur hidup untuk saling mengenal.
Selesai makan siang bersama, mereka berpisah.
Azzura ke perusahaan Malik Kingdom dan Bella menuju mansionnya. Sementara Julian tetap tinggal, Julian kini bekerja di hotel milik keluarganya itu.
Menghidupkan lagu kesukaannya, Bella mengemudikan mobilnya seorang diri.
Rencananya, setelah pulang nanti ia melakukan perawatan tubuh di rumah. Menyegarkan tubuh sebelum ia bertemu dengan sang suami, Azam Malik.
Bella tersenyum, hanya menyebut nama suaminya didalam hati sudah berhasil membuatnya berseri-seri.
20 menit perjalanan, akhirnya Bella sampai di Mansion.
Kepulangannya kali ini, Bella ingin memperbaiki hubungan dengan sang suami yang selama ini renggang. Bella bahkan berniat, mundur dari dunia modeling. Untuk menjadi istri yang sesungguhnya bagi Azam.
Ia turun dan berjalan dengan cantik menuju pintu utama mansion ini. Baginya, hari ini begitu indah.
Langit bahkan nampak cerah, seperti hatinya.
Namun langkah dan senyum Bella tiba-tiba terhenti saat ia melihat dua orang yang saling memeluk erat di dalam mansionnya.
Bella, begitu mengenal tubuh pria itu.
Tubuh suaminya.
"Mas Azam," lirih Bella, dan hanya didengar oleh telinganya sendiri.
Dadanya mendadak sesak, dan napasnya seolah putus.
Sementara didepan sana, Azam terus memeluk erat wanita itu. Entah siapa, namun wanita itu menggunakan seragam pelayan mansion ini.
Sesaat, Bella hanya bergeming. Merasakan dunianya yang hancur dalam sekejab saja. Entah kesalahan apa yang sudah ia lakukan, hingga tuhan begitu tega.
Dimana suami yang begitu mencintainya? ternyata itu hanya ada diangan-angan.
Setetes, air mata Bella jatuh. Ternyata ini adalah jawabannya, jawaban atas sikap Azam yang selalu menjaga jarak. Atas sikap Azam, yang selalu meminta waktu.
Bukan untuk mengusahakan agar hubungan mereka semakin dekat, namun karena hatinya sudah diisi oleh wanita lain.
Lagi, air mata Bella lagi-lagi jatuh. Namun Bella tak ada niat sedikitpun untuk menghapus air mata itu.
Ia hanya terus menatap nanar pandangan yang ada didepan matanya.
Hingga akhirnya, saat sesak itu makin terasa nyata, barulah Bella mulai menghapus air mata itu.
Menelan salivanya dengan susah payah.
Bella mulai melangkahkan kakinya secara perlahan, dengan hatinya yang sudah hancur lebur.
"Mas Azam," panggil Bella lirih, hingga membuat pelukan kedua orang itu terlerai.
Sesaat, hanya ada diam yang tercipta.
Bella, menatap nanar pada kedua orang dihadapannya ini. Pelayan itu bersembunyi dibalik tubuh suaminya. Sementara Azam terus melindungi wanita itu, seolah Bella akan menyakitinya.
Mereka tidak sadar, jika disini yang paling terluka adalah Bella.
"Siapa dia?" tanya Bella langsung, dengan suaranya yang bergetar dan tatapannya yang dingin.
"Dia adalah Raya, kekasihku."
Deg!
Saat itu juga, jantung Bella rasanya berhenti. Bahkan seolah udara menjauh dari jangkauan hidungnya, hingga membuat dadanya sesak.
Sebuah jawaban yang langsung menusuk tepat diinti hatinya.
"Lalu siapa aku?" tanya Bella lagi, masih belum putus pula ia menatap tajam suaminya. Dilihatnya Azam hanya bergeming, tak menjawab apapun.
"Keluar!" pekik Bella diantara air matanya yang mengalir deras, ia ingin melihat dengan jelas wajah wanita suaminya itu.
"Pelankan suaramu Bella." Azam, malah tak terima saat Raya dibentak seperti itu.
Dalam hal ini, Raya tidak bersalah. Bagi Azam, Raya lah yang paling tersakiti. Saat menyaksikan ia menikah dengan Bella dan mendengar semua orang selalu mengeluh-eluhkan tantang kekasihnya dengan wanita lain.
Raya, sudah cukup menderita. Azam tak mau, Bella menambah luka kekasihnya itu.
Merasa geram dengan diamnya Raya, Bella hendak menarik wanita itu namun dengan cepat langkahnya terhenti saat Azam menahan salah satu lengannya.
"Lepaskan!" bentak Bella, seraya menepis tangan Azam hingga terlepas.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!" hardik Bella, dengan kemarahan yang sudah membuncah.
Berani-beraninya Azam melakukan hal menjijikkan di mansion pemberian kedua orang tua mereka.
"Jaga bicaramu Bel."
"Apa! jangan pernah menggurui aku. Yang seharusnya bisa menjaga sikap itu adalah dirimu Zam. Menjijikkan," balas Bella sengit.
Cinta yang semula hendak tumbuh dihatinya, kini berubah jadi benci yang begitu mendalam. Cinta itu, kini sudah menjadi luka.
"Katakan, apa ini semua Zam? APA!"
Azam, menghembuskan napasnya pelan. Ia tak bisa lagi menutupi ini semua dari Bella. Akhirnya, Azzam menceritakan semua yang sudah terjadi. Jika ia dan Raya sudah lama menjalin kasih, bahkan sebelum mereka menikah.
Azam tak membantah, ia bahkan meminta maaf pada Bella jika harus begini akhirnya.
Di satu sisi ia tak bisa melepaskan Raya, disisi lain ia tak ingin menyakiti semua keluarga Malik.
"Tapi kamu menyakiti aku Zam? apa karena aku bukan bagian dari keluarga Malik, karena itulah itu kamu tega?" tanya Bella lirih, setelah Azam selesai bercerita.
Air mata Bella kembali mengalir dengan begitu derasnya, tak bisa ia tahan.
Ada desiran menyakitkan menyelip dihati Azam kala melihat sahabat kecilnya menangis seperti itu. Tapi kini utamanya bukanlah Bella, melainkan Raya. Gadis, yang masih terus bersembunyi dibalik tubuhnya. Menahan takut.
"Aku tidak salah Zam, bahkan sebelum ketika menikah ayah Agra dan ayah Adam kembali menanyakan kesiapan kita, dan mulutmu sendiri yang menjawab kamu siap." Bella, terus mengutarakan yang ada dibenaknya. Tak peduli meski ucapannya terdengar begitu kasar.
Sementara Azam hanya diam, tak punya pembelaan apapun.
"Suruh dia keluar," pinta Bella, ia sangat ingin melihat wajah wanita ini. Wajah yang sudah berhasil membuat Azam jadi pria bodoh.
Ah tidak, akulah yang bodoh. Akulah yang mereka bodoh-bodohi, batin Bella, sungguh putus asa.
Belum sempat Raya keluar dari persembunyiannya, Bella lebih dulu berbalik dan meninggalkan keduanya.
Tapi langkahnya terhenti, saat Azam kembali mencekal.
"Lepaskan!" pekik Bela, lagi-lagi iapun menepis tangan Azam itu. Sungguh tak sudi Azam menyentuh tubuhnya. Apalagi setelah melihat secara langsung Azam yang memeluk wanita lain.
"Jangan pernah sentuh aku, aku ingin muntah," ucap Bella sarkas, ia menoleh kebelakang hanya untuk mengatakan itu.
Lalu memilih segera pergi dari tempat hina ini.
Meninggalkan Azam yang tergugu, atas sikap Bella itu.
Lamunan Azam buyar saat ia merasa Raya menyentuh lengannya dengan sangat lembut.
"Bagaimana ini Mas? nyonya Bella sudah tahu semuanya, bagaimana jika dia mengatakan kepada tuan Adam dan nyonya Haura?" tanya Raya bertubi, dengan raut wajahnya yang nampak begitu cemas.
Azam, lalu menyentuh kedua bahu Raya, memintanya untuk tenang.
"Semuanya akan baik-baim saja Ray, percayalah. Mungkin sekarang memang waktu yang tepat untuk semua orang tahu," jelas Azam, ingin sang kekasih tenang.
Dan benar saja, ucapan itu berhasil membuat Raya kembali tersenyum kecil.
"Kembalilah bekerja, aku akan menyusul Bella," titah Azam.
Raya menganggukkan kepalanya, menurut. Pergi dari sana tanpa banyak pertanyaan lagi.
Dan dengan hatinya yang entah merasa apa, Azam segera menyusul Bella.
Ia melaju lebih cepat untuk menyusul sang istri. Dan benar seperti dugaannya, jika Bella pasti akan kesini.
Bar, milik Arnold.
Bella turun dari mobil dan segera masuk ke dalam Bar itu. Bar yang belum buka, namun Bella bisa masuk sesuka hati.
Ia berteriak teriak memanggil nama sang sahabat, hingga akhirnya Arnold keluar, turun dari lantai 2.
Bella berlari cepat, ditengah-tengah tangga itu, Bella memeluk erat tubuh Arnold. Menumpahkan semua kesedihan dan kekecewaannya sekaligus.
Ia menangis hingga nyaris meraung, bahkan punggung Arnold tak lepas dari pukulan-pukulan kecilnya.
"Hei, ada apa?" tanya Arnold penuh perhatian, ia bahkan sampai berulang kali mengelus kepala Bella.
Ingin Bella tenang. Seumur hidupnya, baru dua kali inilah ia melihat Bella menangis separah ini.
Pertama, saat Bella mengetahui jika ia bukanlah anak kandung kedua orang tuanya.
Dan yang kedua kali ini, namun entah menangis karena apa.
"Tenanglah, ada aku," ucap Arnold lagi.
Tapi tetap saja tak bisa membuat tangis Bella terhenti.
Cukup lama keduanya berpelukan, sampai tak sadar jika diujung sana Azam terus memperhatikan.
Langkahnya terhenti, dan entah kenapa ia malah terdiam. Bukannya maju, kedua kakinya malah bergerak mundur.
Azam kembali ke dalam mobilnya dan membiarkan Bella tetap bersama Arnold. Setidaknya, Azam tahu, Bella akan aman.
"Apa yang terjadi?" tanya Arnold sekali lagi. Kini ia dan Bella sudah duduk di meja bartender. Meja panjang yang hanya diisi oleh mereka berdua.
Tak sanggup menahan semuanya sendiri, akhirnya Bella pun menceritakan semuanya yang terjadi. Dengan air mata yang kembali mengalir tanpa permisi.
Arnold, sungguh geram. Ia bahkan mengepalkan tangannya kuat, ingin segera melayangkan sebuah tinjuan keras di wajah Azam.
"Ar, aku mohon jangan beri tahu yang lain, jangan beri tahu Julian, Haruka ataupun Ryu, aku tidak mau Azzura tahu," pinta Bella setelah ia selesai bercerita. Bella bahkan dengan susah payah menghapus air matanya sendiri.
"Lalu apa rencanamu? bercerai saja," balas Arnold, dengan suaranya yang lantang.
Lebih baik berpisah daripada harus memiliki rumah tangga yang hancur seperti ini.
"Bercerailah, aku akan mendukungmu, meski yang lainnya akan menjauhimu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!