DOR!
DOR!
DOR!
"Serang mereka! teriak Alfonso yang sudah memasuki ruangan kerja kakaknya, Alfredo.
"Kak! kakak....!
Alfonso berlari kearah pria yang sudah tergeletak dilantai dengan bersimbah darah.
"Kakak! siapa yang telah melakukan ini kak! teriak Alfonso, seraya mengangkat kepala Alfredo.
"Fon-so, balas-kan den-dam ku!" suara Alfredo hampir tak terdengar.
"Iya kak, aku berjanji akan balaskan, siapa yang tega melakukan ini semua?!
"Ini! Alfredo membuka tangannya yang mengepal, dan terdapat sebuah kalung perak berlontin. "Dia pe-laku-nya." Alfonso mengambil kalung itu dari tangan kakaknya.
"Kak! bertahanlah, aku akan membawa kakak kerumah sakit! Maafkan aku datang terlambat."
"Ti-dak...! ak-aku sudah ti-dak kuat lagi, to-long kau jaga anak ku Georgie, dia ha-rus selamat. dan balaskan den-dam ayah dan ibunya." ucapnya dengan suara tercekat.
"Tidak kak! kakak tidak boleh pergi!
"Beri-kan perusahaan batu Permata dan Berlian pada Georgie, ja-ga anakku." Alfredo menghembuskan nafas terakhir.
"Kak! kakak! Airmata Alfonso sudah tak terbendung lagi, ia menangis sesenggukan. Alfredo meregang nyawa setelah memberikan amanah pada adiknya.
"Aku berjanji kak, akan membalaskan dendam mu! tak jauh dari posisi kakaknya, Alfonso melihat tubuh kakak iparnya yang tergeletak dan bersimbah darah.
"Kakak ipar?! Maafkan aku. Semoga kalian berdua tenang di alam sana.
Polisi sudah datang dan menginvestigasi ruangan kerja Alfredo.
🍃🍃🍃
Untuk menyelamatkan keponakannya yang merupakan pewaris tunggal Permata dan Berlian, Alfonso merelakan Goergie di bawa pergi ibu asuhnya ke kampung halamannya yang berada di Negara Indonesia. Kelompok Genk mafia masih terus mencari keberadaan Georgie, anak kandung Alfredo. Musuh dari Ayahnya yang merupakan seorang Jendral. Bahkan Angela ibu kandung Georgie ikut mati terbunuh bersama suaminya
Seorang pria bernama Georgie Vandeles, harus meninggalkan Belanda bersama ibu asuhnya Mak Isah di usia sepuluh tahun. Georgie harus tinggal di sebuah pedesaan terpencil yang jauh dari keramaian kota. Mak Isah, ibu asuhnya mengganti panggilan Harlan pada Goergie, pria bule itu.
Kehidupan masa kecil yang keras dan jauh dari keluarga. Membuat Harlan menjadi sosok pria pendiam dan dingin. kehidupan pribadinya sangat tertutup dan tidak banyak bicara. Harlan yang memiliki watak keras dan pemberani, jarang berbaur dan berkumpul dengan teman sebaya dan lingkungannya. Harlan memilih menjauh dari lingkungan sekitarnya.
Pria bule itu tumbuh menjadi pria tampan dengan postur tubuh tinggi besar. Namun sayang, ketampanan nya tertutupi dengan brewok di tulang pipi rahang dan dagunya, rambut gondrong berikal ia biarkan panjang begitu saja.
Keseharian Harlan selalu membantu pekerjaan Mak Isah, mencangkul kebon untuk menanam pohon singkong dan umbi-umbian. ,Setelah panen ia akan menjualnya ke pasar. Harlan dan Mak isah terbiasa hidup sederhana jauh dari kemewahan, karena indentitas Harlan yang harus dirahasiakan.
Tahun telah berganti, keseharian Harlan setelah lulus Sekolah Menengah Atas, sering menghabiskan waktu berburu di hutan dan belajar ilmu bela diri pada kerabat Mak isah. Bagi Harlan, Mak Isah bukan saja ibu asuhnya, namun, sahabat dan teman terbaik dalam hidupnya. Harlan begitu menyayangi Mak Isah seperti ibu kandungnya sendiri, yang sudah banyak berkorban untuk dirinya. Menginjak usia 25 tahun, belum pernah sekalipun ia pacaran atau jatuh cinta pada seorang wanita. Sebab sifatnya yang tertutup dan tidak percaya diri.
Hingga pada suatu hari, Harlan kedatangan tamu seorang wanita cantik yang minta tolong padanya untuk mencarikan alamat rumah sahabatnya. Awalnya Harlan tidak mau membantu, takut wanita itu membuat masalah dalam hidupnya. Namun, rasa iba dan kasihan membuat ia sadar untuk menolongnya. Namun, alamat yang di cari tidak pernah ketemu. Wanita cantik itu bernama Nadine, ia sedang mengalami dilema dalam hidupnya. Nadine memutuskan untuk menumpang beberapa hari dan tinggal bersama Harlan dan ibu asuhnya. Waktu terus berlalu dua minggu sudah Nadine tinggal disana. Siapa sangka wanita yang pernah ia tolak untuk membantunya, telah membuat hati Harlan bergetar, ia mulai menaruh hati pada kebaikan dan kelembutan hati Nadine.
Sekelompok orang-orang yang berada di kampung merasa resah dan terganggu dengan kedatangan Nadine yang tinggal di rumah Mak isah. Mereka berdua di fitnah oleh warga dan di tuduh berzina. Pagi itu kepala desa datang bersama penduduk setempat, untuk menikahkan Harlan dan Nadine. Tentu saja mereka berdua membantah dan menolak untuk menikah, Nadine memberikan penjelasan kalau ia sedang hamil anak suaminya.
Mak isah yang baru pulang dari kebun tentu saja marah, hingga kesalahpahaman itu bisa diselesaikan. Nadine akhirnya menceritakan pada Mak Isah dan Harlan tentang kepergiannya dan kabur meninggalkan rumah suaminya yang bernama Revan.
Dengan berjalannya waktu kehamilan Nadine mulai membesar, dengan penuh kasih sayang Harlan yang dianggap Nadine sebagai kakak angkat, selalu ada buatnya dan memenuhi kebutuhan hamilnya. Hingga suatu hari Revan suami dari Nadine berhasil menemukan keberadaan istrinya yang berada di sebuah desa terpencil.
Alfonso paman dari Harlan yang berada di Belanda, perintahkan Harlan untuk kembali pulang ke Belanda, setelah lima belas tahun berpisah. Alfonso akan mewariskan perusahaan Permata dan Berlian milik Alfredo pada Goergie Vandeles putra tunggalnya.
Nadine yang sudah seperti keluarga bagi Harlan dan Mak Isah, tidak ingin berpisah dan memutuskan untuk ikut ke Belanda. Namun, siapa sangka Revan berhasil mengejar Nadine dan tidak ingin kehilangan istrinya lagi.
Helikopter yang menunggu di tanah lapang menjadi saksi kepergian Harlan ke Belanda bersama Mak Isah, Nadine seakan tak rela harus berpisah dengan mereka yang sudah seperti ibu dan kakak angkat baginya. Usia kandungan Nadine yang sudah memasuki bulan kedelapan, tentu saja Revan tidak ingin kehilangan istri dan anaknya. Revan memohon dan berharap Nadine kembali lagi padanya, dengan berjanji akan berubah.
Karena bujukan Mak isah, Harlan tidak jadi membawa pergi Nadine ke Belanda, sebab Revan lah Ayah dalam dalam kandungan Nadine. Sebenarnya, Harlan sudah jatuh cinta sejak kehadiran Nadin dirumahnya, ia bertekad ingin jadi pengganti suaminya. Namun, takdir berkata lain.
Perpisahan pun terjadi, dimana Harlan dan Mak Isah pulang ke Belanda. Sementara Nadine kembali ke Jakarta bersama Revan.
kehilangan orang yang sangat ia cintai, telah membuat Harlan putus asa dan frustasi, Alfonso sebagai pengganti Ayahnya terus berusaha memberikan jodoh untuk keponakan nya itu. Namun, tetap saja tidak membuat Harlan bisa melupakan sosok Nadine.
Dapatkan Harlan melupakan Nadine, cinta pertamanya yang bertepuk sebelah tangan?! Lalu, siapakah wanita yang bisa meluluhkan hati seorang Georgie Vandeles?
'
'
'
Bersambung......💃💃💃💃
@Haiii... Bertemu lagi dalam Novel terbaru Bunda "SUAMIKU SEORANG CEO" diambil dari kisah novel "Menikahi kakak Tiri Yang Kejam" bagi yang belum pernah membacanya silakan membaca novelnya, mungkin ada yang penasaran dengan kisah 'Nadine dan Revan'. Tapi, bila tidakpun tidak apa-apa karena novel ini terpisah dari kisah Nadine dan Revan'
Pasti kalian penasaran bukan? dengan kisah Harlan mencari cinta sejati, yuk ikuti perjalanannya😍
Waktu terus berjalan dengan cepat, tak terasa setahun telah berlalu.
Didalam sebuah kamar seorang pria dengan perawakan tinggi besar baru saja selesai mengenakan Tuxedo yang melekat ditubuh Atletisnya. sorot mata tajam bagai sinar lampu yang bercahaya, terlihat maskulin dengan berewok tipis di tulang rahang nya.
"Harlan apa kau yakin ingin tinggal lama di Jakarta? tanya Mak Isah wanita paruh baya yang selalu setia menemani anak angkatnya.
"Mak, ini sudah keputusan ku, sebentar lagi proyek ku akan rampung. perusahaan baruku membutuhkan banyak karyawan dan aku harus berada disana dalam waktu yang lama."
Mak isah menghela nafas dalam "Baiklah Mak akan ikut denganmu, Mak tidak akan tega meninggalkan dirimu sendiri disana, apalagi disana Nagara Mak juga."
"Terima kasih Mak." Harlan mencium tangan Mak isah, wanita yang berarti dalam hidupnya setelah ibu kandungnya.
"Kalau begitu Mak akan beres beres dulu."
Harlan tersenyum sumringah, akhirnya ibu angkatnya mau ikut bersamanya pulang ke Jakarta.
Sebuah sedan merah masuk kedalam mansion dan terparkir di depan halaman luas. Turun seorang wanita cantik dan seksi berjalan masuk kedalam mansion, pelayan membungkuk saat wanita itu sudah berada didalam ruangan.
"Siang Nona, Anda ingin bertemu dengan siapa? tanya kepala pelayan sopan.
"Tentu saja dengan Tuan anda." ucapannya dingin dan nada bicaranya angkuh. Ia berjalan melewati para pelayan.
"Maaf Nona, anda tidak bisa langsung masuk menemui Tuan Georgie." seru kepala pelayan menahan wanita angkuh itu.
"Haii..pelayan! apa hak mu melarang aku untuk bertemu dengan Georgie! kau tahu bukan siapa aku ini? aku bisa saja menyuruh Paman Alfonso memecat mu, karena kelakuanmu yang tidak sopan padaku!! hardik wanita itu.
"Margareth! berhenti kau memakai jhon! dia hanya menjalankan tugas di mansion ini! Suara lantang harlan terdengar menakutkan. semua pelayan tertunduk, hanya Margareth saja yang berani menatapnya.
"Goergie maaf aku tidak ingin membantahnya, tapi pelayan mu itu tidak sopan padaku? apakah dibenarkan menyambut tamu seperti itu?!
"kurasa kau saja yang berlebihan, sopanlah bila kau datang ke rumah orang dan ingin dihargai!" ucapan Harlan begitu menusuk hati Margareth. Harlan gelengkan kepala dan berjalan melewati Margaret begitu saja.
"John siapkan mobil untukku!"
"Baik Tuan!
"Jhon dimana William!"
"Saya disini Tuan muda, maaf aku terlambat." will berlari kecil dan memberi hormat.
Margareth berlalan mendekati Harlan. "Goergie aku ingin bicara penting denganmu?"
"Bicaralah! ucap Harlan dingin, tanpa menoleh.
Bisa kah kita bicara ditempat lain? rasanya disini tidak enak bicara disini"
"Aku tidak ada waktu lagi, aku harus temui client hari ini!
Margareth mendengus kesal dalam hati, Ia merutuki setiap ucapan Harlan yang membuatnya sakit hati.
"kudengar kau akan pulang ke Indonesia!"
"Iya! jawabannya singkat.
"Lalu bagaimana dengan bisnis yang akan kita jalani Goerge? bukanlah kesepakatan kerjasama kita sudah disepakati?!"
"Yang bekerjasama denganmu adalah pamanku Alfonso, bukan Aku!"
"Tidak mungkin! sudah jelas disurat perjanjian itu atas nama mu bukan Paman mu!"
"Bagiku, namaku atau nama pamanku adalah sama saja! Paman adalah bagian dari hidupku juga. Bila aku tidak ada disini untuk ikut andil bekerjasama dengan mu, sudah pasti Paman ku sendiri yang menanganinya. lalu apa masalahnya denganmu!"
"Tuan muda mobil anda sudah siap!"
"Maaf Margareth, aku tidak bisa lama-lama di sini!"
"Will..!"
"Siap Tuan muda!"
Harlan pergi begitu saja meninggalkan Margareth yang masih berdiri mematung.
"****! dasar pria angkuh! seumur hidupku belum pernah sekalipun pria yang menolak diriku, apalagi pergi meninggalkan ku begitu saja!"
Mobil Harlan pergi meninggalkan mansion. Didalam mobil Harlan duduk manis sambil mengetik sebuah pesan.
"Will, jam berapa keberangkatan ku bersama ibuku."
"Sore ini Tuan, selesai meeting kita lngsung berangkat ke Bandara."
"Tinggal berapa persen lagi perusahaan ku rampung."
"Menurut pengawas di Indonesia, tinggal 5% lagi Tuan, kita masih membutuhkan beberapa karyawan untuk bekerja di bagian Arsitek."
"Bagus! cepat selesai urusan disini, aku ingin kembali ke Negara ibu angkatku yang penuh kedamaian."
****
Siang itu selesai bertemu dengan Clint untuk membereskan tugasnya di Belanda, Harlan berniat untuk menemui pamannya Alfonso sebelum berangkat ke bandara, Mobil berhenti didepan teras mansion megah itu.
"Siang Tuan Georgie!' sapa seorang pelayan rumah Alfonso sopan.
"Dimana paman?"
"Sedang berada di ruangan kerjanya, silakan Tuan akan aku antar."
"Baik, terima kasih."
Harlan mengikuti langkah pelayan itu dan membuka kan pintu untuknya.
"Siang Paman, maaf aku datang mendadak."
Alfonso masih sibuk dengan pekerjaannya, membaca sebuah artikel ditangannya. ia melepas kacamata minus dan menaruhnya diatas meja, menatap dalam wajah keponakannya.
"Apa kau yakin ingin meninggalkan Negara ini?" beranjak dari duduknya dan berdiri didepan jendela membelakangi Harlan.
"Aku tidak meninggalkan Negara ini paman, pasti aku akan kembali lagi. Bagaimanapun juga Belanda adalah negaraku, tempat kelahiran aku dan kedua orangtuaku. Aku tidak akan pernah melupakan itu."
"Apa keputusanmu sudah bulat? bagaimana bila musuh musuh ayahmu ingin melukaimu, dan mengejarnya sampai kesana? paman tidak bisa menjagamu disana."
"Paman tidak usah khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri dengan baik"
"Baiklah bila itu sudah keputusanmu, paman tidak bisa merubah prinsip mu yang keras kepala itu, kau mirip sekali dengan Alfedro ayahmu!"
Harlan berjalan mendekat pada Alfonso dan memeluk pria paruh baya itu.
"Terima kasih paman, aku akan sering kembali kesini, di Indonesia adalah rumah kedua ku, bagaimna pun juga aku besar di Negara itu.'
"Jaga dirimu baik-baik." menepuk punggung Harlan.
"Aku permisi!" Harlan membungkuk dan pergi meninggalkan mansion Alfonso.
Keberangkatan Harlan, Mak isah dan Wiliam berjalan lancar tanpa hambatan. Mereka bertiga berada didalam pesawat ekslusif, tentu saja dengan pengawalan ketat dari orang orang suruhan pamannya, mereka terus berjaga sampai Harlan selamat sampai Indonesia.
Mobil Harlan sudah terparkir di depan bandara. seorang Supir datang memberi hormat, membawa koper Tuannya dan menaruh di bagasi.
Dua jam kemudian Mobil Harlan masuk kedalam perumahan Elite dengan penjagaan super ketat. Rumah yang mewah berlantai empat itu terekspos dari luar yang terlihat megah dipinggir jalan raya. didepan teras ada halaman luas yang ditumbuhi tanaman bunga dan sebuah kolam ikan buatan, terlihat asri dan segar. Rumah besar itu baru saja selesai dibangun dengan Arsitektur Eropa. Terdapat pilar pilar besar yang menjulang tinggi, warna crem dan Gold mendominasi rumah Harlan Georgi vandeles.
'
'
'
'
'
'
Bersambung
Mentari pagi menyinari sinarnya di seluruh muka bumi. sebagian orang sudah sibuk dengan aktivitasnya di luar rumah, sementara disebuah rumah sederhana.
"Lupita!
"Dorr, Dorr, Dorr....
"Haiii! buka pintunya anak pemalas!
"Ceklek!
"Ada apa bibi teriak-teriak! kuping ku sakit!"
"Sedang apa saja kau di dalam! lama sekali membuka pintu kamar!'
"Aku sedang mandi bii, lihat nih rambutku basah!
"Kau semedi apa mandi? pantas saja lama, sana masak aku sudah lapar!"
"Sekarang bibi masak ajah sendiri, hari ini ada sebuah perusahaan yang membutuhkan karyawan, aku mau Pergi melamar."
"Heh' enak saja ya kau ngatur-ngatur aku! kau cuma makan gratis dan numpang hidup disini!
Lupita yang ingin menutup pintu, membukanya kembali. "Apa bibi lupa? siapa yang menumpang di rumah ini? ini rumah almarhum kedua orangtuaku, bibi lah yang menumpang di rumah ku!"
"Kurang ajar kau "Plakk! sebuah tamparan keras mendarat di pipi gadis manis bermata coklat, dan rambut panjang hitam sebahu.
"Berani kau bentak aku! seharusnya kau tau diri! aku yang mengurusi mu sejak usiamu tujuh tahun. Sejak kedua orangtua mu meninggal dalam kecelakaan itu, mereka tidak memberikanmu harta apapun, atau tabungan berupa uang, aku dan pamanmu yang mati matian membiayai sekolahmu dengan jualan warung kopi dipinggir jalan!"
"Bibi tidak usah khawatir, bila aku bekerja akan aku bayar semuanya! agar bibi tidak terus terusan mengungkit lagi" mata Lupita sudah berembun, ia menahannya untuk tidak menangis didepan bibinya yang materialistis.
"Cih! ingin membayar semua jasa ku? memangnya kau bisa? rumah ayahmu dijual saja tidak akan cukup untuk membayar hutang jasamu padaku! anggaplah rumah ini sudah menjadi hak ku dan kau yang menumpang hidup disini!
"Astagfirullah bibi, ini rumah peninggalan orang tuaku. Aku akan bekerja keras untuk membayar semua utang jasa-jasa kepada bibi! sekarang aku ingin berangkat mencari pekerjaan, waktuku sudah habis untuk berdebat hal yang tidak penting!"
"Brakk!
Lupita menutup pintu dengan keras, Airmata sudah membasahi pipinya. Begitu setiap hari bibinya bila berbicara pada Lupita, gadis yatim piatu yang ditinggal pergi selamanya oleh kedua orang tuanya. Sebuah kecelakaan tabrakan motor yang dikendarai kedua orangtua Lupita dengan sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi, hingga musibah itu tidak terhindari lagi. Setelah kepergian orangtua Lupita datang bibi dan pamannya, awalnya hanya untuk menengok saudaranya yang meninggal. Namun, melihat Lupita tinggal di rumah miliknya sendiri. Mereka berinisiatif untuk tinggal disana dengan alasan akan mengurus Lupita yang anak yatim piatu. Sebenarnya semua uang asuransi dan pensiunan ayahnya diambil semua oleh Paman dan bibinya satu minggu setelah mereka meninggal.
Lupita sudah selesai dengan kemeja putih dan rok pendek hitam selutut, ia mengenakan sepatu pantofel. rambut panjangnya ia kuncir kuda. Membuka Pintu kamar dan berjalan keluar menuju teras.
"Wah pagi pagi sudah rapih, mau kemana luh! tegur seorang gadis seumuran dengan nya yang duduk disofa seraya memainkan ponsel.
Lupita menoleh "Tentu saja kerja cari duit! ucapnya dingin dan melengos pergi tanpa peduli tatapan sinis padanya.
"Heh' dasar cewek gak jelas, paling paling kerja jadi cleaning servis!" umpatnya.
"Mau kemana dia bu! wanita itu bertanya pada ibunya yang adalah bibinya Lupita.
"Cari kerja katanya, ibu sudah muak sama si Lupi itu, jadi anak ko pembangkang, bagaimana caranya untuk mengusir dia dari rumah ini!
"Lah mana bisa ibu mengusirnya, inikah rumah dia bu!"
"Hah, ibu bingung rumah inikan sudah ibu gadaikan ke bank untuk bayar hutang kita di kampung. Untuk bayar hutang ke bank ibu keteteran karena mengandalkan warung kopi saja!"
"Kenapa nggak ibu kawinkan saja Lupita sama juragan karyo!"
"Juragan Karyo yang mana?!"
"Itu loh bu yang bandar togel, dan ternak bebeknya sejibun, juga kontrakannya di mana mana."
"Oohh juragan itu, lah kan bininya banyak udah ada empat."
"Tapi Loly denger dia lagi cari bini baru bu, lumayan bu juragan karyo kan olang kaya."
"Iya ya kau benar juga."
****
Sementara Lupita sudah turun dari angkot, dia mencari gedung perkantoran milik perusahaan vandeles yang tertera di surat kabar.
"Ketemu, itu dia gedungnya." Lupita berjalan kearah gedung perkantoran baru itu, sudah banyak orang yang melamar disana.
"Maaf Nona mau apa datang kemari? tanya seorang satpam.
"Saya mau melamar pekerjaan pak?"
"Silahkan Nona ambil nomor antrian didepan pintu masuk, dan silahkan menunggu."
"Baik terima kasih pak?"
Lupita mengambil nomor seperti yang di perintahkan seorang satpam, lalu ia masuk kedalam dan menunggu panggilan. Hampir empat jam menunggu Lupita belum juga mendapatkan giliran, nomornya sudah mencapai ratusan, tertera angka 332 ditangannya.
"Apa aku pergi saja ya lama bnget, mana cacing perutku sudah pada demo, mau berangkat kesini bukannya dapat sarapan malah dapat cacian dari bi Surti." gumamnya kesal.
Tak lama nomor yang berada ditangan Lupita dipanggil, ia sedikit di lega dan masuk kedalam ruangan personalia.
"Siang Pak." ucap Lupita sopan
"Silahkan duduk."
Lupita duduk didepan Pria itu, bagian penerimaan karyawan.
"Bisa kau tunjukkan ijasah mu."
"Iya, ini Tuan."
Lupita memberikan surat lamaran kerjanya pada pria itu. Ia membuka lamaran kerja dan ijasah Diploma Lupita
"Perusahaan kami sedang membutuhkan S1. Ijasah nona hanya Diploma. Maaf, yang tersisa untuk lowongan pekerjaan hanya ada di bagian Arsitek. Tapi bila kau mau, aku bisa memberikan pekerjaan di tempat lain yang masih milik perusahaan vandeles."
"Kalau memang ada aku mau, karena aku sangat membutuhkan pekerjaan saat ini pak."
"Baik tunggu kabar dari kami melalui via telepon."
"Baik, terima kasih pak."
Lupita sudah keluar perkantoran milik vandeles. Diluar langit mulai gelap, sepertinya akan turun hujan. jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Lupita terus berjalan untuk mencari angkot, tiba-tiba hujan turun dengan deras, ia berlari dan berteduh di emperan toko.
Saat sedang berdiri menunggu hujan reda di disebuah toko yang sudah tutup, tiba-tiba sebuah motor moge melintas dengan kecepatan tinggi, dan tubuh Lupita terkena cipratan air hujan yang kotor.
"Haiii, keterlaluan kau berhenti! teriak Lupita.
Motor itu berhenti, dan pria pengendara moge menoleh pada Lupita yang sedang berdiri dengan ekspresi kesal.
🌺
🌺
🌺
@Bersambung........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!