Nasib orang memang tidak ada yang pernah tahu. Seno yang selama ini menjalani kehidupan normalnya sebagai mahasiswa Desain Komunikasi dan Visual, harus beralih profesi yang sangat jauh dari jurusannya.
Itu semua karena kedua orang tuanya meninggal bersamaan. Bus yangmereka tumpangi mengalami kecelakaan beruntun, dan mereka tidak selamat. Hal itu memaksa Seno untuk keluar dari zona nyamannya.
Ia mengambil cuti satu tahun dari kuliahnya, untuk menata keluarganya. Meski ada uang asuransi dari jasa raharja, itu tidak akan cukup untuk menunjang kehidupan Seno dan kedua adiknya. Apalagi tahun depan adik keduanya juga akan kuliah.
Tidak hanya itu saja yang menjadi pukulan berat untuk Seno. Ketika laki-laki itu membereskan barang-barang miliknya yang masih tertinggal di kosan, Raisa pacarnya mendatanginya. Perempuan itu langsung memutuskan hubungan di antara keduanya.
Itu terjadi karena Raisa sudah mendengar kabar bahwa Seno tidak akan lagi melanjutkan kuliahnya. Itu berarti masa depan Seno akan suram menurut Raisa. Apalagi Seno perlu menanggung dua adiknya. Semua itu yang menjadi alasan bagi Raisa memutuskan hubungannya dengan Seno.
Seno hanya bisa menerima takdirnya itu. Meskipun ia sangat mencintai Raisa, tetapi ia hanya bisa merelakan kepergian perempuan itu. Ada tanggung jawab besar yang menanti Seno. Sepertinya mereka memang tidak ditakdirkan bersama.
Tanpa pemasukan dan terus ada pengeluaran, jelas Seno tidak bisa menjalani kehidupan seperti itu. Seno sudah berdiskusi dengan kedua adiknya bahwa selama satu tahun dirinya cuti itu, ia akan mengelola kebun sayur milik orang tunya.
Kedua orang tua mereka adalah seorang petani. Lahan mereka tidak seberapa luas. Meski begitu, dengan penghasilan mereka yang tidak seberapa itu, kedua orang tua mereka berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga keperguruan tinggi.
Seno sangat bangga dengan pekerjaan orang tuanya. Maka dari itu, ia ingin melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan sebelumnya. Menjadi seorang petani.
Laki-laki itu paham dengan kondisinya yang sekarang, akan sulit baginya mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar. Ijasah yang dimilikinya adalah ijasah SMA. Jadi, daripada susah-susah mencari pekerjaan di luar, lebih baik ia mengelola kebun sayur milik orang tuanya.
Tiga hari setelah diskusi yang dilakukannya dengan kedua adiknya, Seno memulai membersihkan kebun milik mendiang orang tuanya. Kedua adiknya sekarang kembali ke kosan mereka untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Meski Renata masih SMA, tetapi adiknya itu tinggal di kosan. Itu karena mendiang orang tuanya memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang bagus. Sekolah seperti itu tidak ada yang berada di dekat rumah mereka. Alhasil Renata perlu menyewa kamar kos untuk tetap bisa bersekolah.
Sekarang ini Seno sedang membersihkan kebun sayurannya. Sayuran yang ada di sana hampir semua sudah mati. Tidak ada yang terselamatkan dari kebun tersebut. Itu karena seminggu lebih tidak ada yang menyirami tanaman di sini.
Jadi, Seno perlu mencabuti tanaman tersebut agar dirinya bisa menanam sayuran baru. Ketika Seno selesai mencabut sayuran pertamanya, ia melihat bola cahaya yang terbang dari sudut matanya. Seno pun mendongakkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.
Bola cahaya itu dari jatuh dari langit, dan sekarang bergerak ke arah Seno. Melihat hal itu, Seno berniat menghindar agar bola cahaya itu tidak mengenainya. Tubuh Seno bahkan sampai terjerembab ke belakang.
Tetapi, pergerakan bola cahaya itu begitu cepat. Hal itu membuat bola cahaya itu menabrak kepala Seno. Tidak peduli dengan tangannya kotor atau tidak, Seno menggerakkan tangnnya untuk mengecek keadaan kepalanya. Ia sama sekali tidak merasakan sakit apapun. Kepalanya juga tidak mengalami luka.
Lalu, sebenarnya apa bola cahaya tadi? Mungkinkah Seno hanya salah lihat? Karena dirinya lelah dengan masalahnya, dia mejadi berhalusinasi seperti sekarang ini?
Ketika Seno memikirkan hal itu, tiba-tiba sebuah suara monoton terdengar di telinganya. Hal itu membuat Seno melebarkan matanya karena kaget.
[Ding]
[Host telah dipilih]
[Ding]
[Menghubungkan Host dengan Sistem]
[0%]
[8%]
[14%]
…
[87%]
[95%]
[100%]
[Ding]
[Selamat Anda sudah terpilih menjadi Host dari Sistem]
[Sistem yang terikat dengan Host merupakan produk dari Perusahaan Sonem Teknologi yang berbasis di Planet Zyoriek, Galaksi Dooliom dengan series X003FG90FX]
[Ding]
[Memindai impian dan pekerjaan milik Host]
[Ding]
[Berdasarkan analisa yang ada, sistem akan membantu Host menjadi petani terhebat]
[Ding]
[Host carilah lahan yang akan ditautkan dengan sistem]
“Sebuah sistem? Ini sungguhan?” Teriak Seno tidak percaya. Jika saja Seno tidak berada di kebunnya sekarang, sudah pasti akan ada beberapa pasang mata yangs memandangnya dengan tatapan aneh sekarang.
Sekarang Seno mencubit salah satu lengannya dengan keras. Ini ia lakukan untuk mengetahui apakah ini kenyataan atau tidak. Ternyata Seno merasakan sakit di lengannya itu.
“Ini sakit. Jadi ini memangnya nyata, bukan mimpi.” Ucap Seno tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya.
Seno sudah tidak asing dengan yang namanya sistem. Semasa kuliahnya, Seno membaca beberapa novel di Noveltoon. Beberapa novel yang ada di platform itu menceritakan mengenai seseorang yang mendapat sistem yang bisa mengubah hidupnya.
Apakah Seno bisa memanfaatkan sistem untuk mengubah hidupnya?
[Tentu saja Host. Sistem akan membantu Host dalam mengubah kehidupan Host sesuai dengan keadaan Host sekarang.]
Sebuah suara monoton terdengar di telinga Seno. Hal itu membuat laki-laki itu sedikit kaget. “Eh, kamu bisa mengobrol denganku?” Dari cerita dibeberapa novel yang Seno baca, tidak semua sistem dapat berkomunikasi dengan Host mereka. Ternyata sistem miliknya ini bisa ia ajak berkomunikasi.
[Tentu Host. Sistem akan membimbingmu mencapai kesuksesan. Jika ada hal yang membuat Host bingung, tanyakan saja pada Sistem.]
“Kamu tadi bilang bahwa akan membantuku mencapai kesuksesan. Jika tidak salah ingat, Kamu akan membantuku menjadi petani terhebat. Benarkah itu?” Tanya Seno.
[Itu benar Host. Saat ini pekerjaan Host adalah sebagai petani, jadi sistem akan membantumu menjadi petani terhebat di planet ini.]
“Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Tanya Seno.
[Untuk saat ini, Host perlu menentukan lahan yang akan ditautkan dengan sistem. Lahan tersebut tidak boleh lebih dari seribu meter persegi.]
Mendengar hal itu, Seno langsung memandangi kebun yang sudah selesai ia persiapkan. Kebun ini memiliki luas delapan ratus meter persegi. Tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah kebun. Orang tuanya masih memiliki kebun lain selain kebun ini. Tetapi letaknya cukup jauh dari rumahnya.
Jadi, kebun inilah yang pertama kali Seno urus setelah dirinya memiliki waktu luang. Kebun orang tuanya yang lain, lebih luas lagi daripada yang ini.
“Sistem, apakah aku bisa memakai kebun ini untuk ditautkan denganmu?” Tanya Andi.
[Ding]
[Apakah Host yakin akan menautkan kebun seluas delapan ratus meter persegi dengan sistem?]
[Ya] [Tidak]
[Ding]
[Penautan berhasil]
[Ding]
[Selamat Host mendapatkan kotak petani pemula]
[Bercocok tanamlah untuk menjadi petani terhebat]
“Kotak petani pemula? Jadi aku mendapatkan hadiah pertamaku. Sistem buka kotak petani pemula itu untukku.”
[Ding]
[Selamat Host mendapatkan 10 kantong bukan pupuk biasa]
[Selamat Host mendapatkan 10 benih wortel penuh vitamin A]
[Selamat Host mendapatkan +500 poin tanam]
[Semua hadiah telah disimpan di penyimpanan sistem]
[Host akses panel sistem untuk mengecek hadiah yang ada]
Setelah menerima semua hadiah kotak petani pemula, Seno kemudian berniat mengecek panel sistem miliknya. Ia penasaran dengan apa saja yang ada di sana. Tetapi sebelum dia melakukannya, suara moton sistem kembali terdengar.
[Ding]
[Sistem mendeteksi bahwa lahan yang host miliki tidak layak untuk dijadikan kebun]
[Host sebagai calon petani terhebat, olah kebun yang sudah tertaut dengan sistem agar layak ditanami]
[Ding]
[Misi telah dibuat]
[Host bersihkan lahan milikmu dari tanaman-tanaman yang sudah mati]
[Waktu : 3:00:00]
[Hadiah : +2 Stamina]
[Hukuman : - 500 poin tanam]
[Host lakukan semua misi dengan sungguh-sungguh agar bisa segera menjadi petani terhebat di dunia ini]
“Eh sebuah misi? Membersihkan semua tanaman ini? Bukankah itu memang yang akan aku lakukan? Jadi, tanpa misi pun aku akan melakukannya. Tetapi dalam waktu tiga jam? Apakah aku bisa melakukannya?”
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Seno langsung melaksanakan misinya itu. Jika dirinya menunggu terlalu lama, maka waktunya akan habis ia pakai untuk bengong. Oleh karena itu, Seno buru-buru menyelesaikan misi dari sistem ini.
Seno menhabiskan empat puluh menit waktunya untuk mencabuti semua tanaman dan rerumputan yang ada di kebunnya. Ia memasukkan semua itu kedalam kantong sampah dan menaruhnya di luar area kebun.
Seno tidak mau nantinya sistem menganggap Seno belum menyelesaikan pekerjaannya karena masih ada tumpukan kantong sampah di kebunnya. Setelah kebunnya bersih dari sampah dan tanaman mati, Seno kemudian menggemburkan tanah yang ada di sana.
Meski sekarang pun tanah dikebunnya masih gembur, tetapi untuk bisa ditanami tanaman baru, Seno masih perlu melakukannya lagi. Juga, sistem belum memberinya pemberitahuan mengenai terselesaikannya misinya. Jadi ia harus melakukan semuanya.
Seno berusaha meneyelesaikan semua itu secepat mungkin. Waktunya semakin lama semakin berkurang. Stamina dari Seno tidaklah terlalu tinggi. Ia bukan tipe orang yang suka olahraga. Yang ia tahu adalah bagaimana caranya belajar untuk bisa mendapatkan nilai bagus.
Orang tuanya memang melarang mereka membantu di kebun. Menurut mereka, ini adalah pekerjaan mereka, tanggung jawab mereka. Sementara itu, tanggung jawab Seno dan adik-adiknya hanyalah belajar untuk mencari sebanyak-banyaknya ilmu.
Jadi, meski pernah membantu orang tuanya dikebun, Seno hanya akan membantu sebisanya. Jika lelah ia akan berhenti dan pekerjaannya itu akan dilanjut oleh petani yang bekerja dikebun orang tuanya.
Jadi, pekerjaan fisik seperti ini sangat menguras stamina Seno. Meski begitu, Seno harus bisa menyelesaikan misi ini tepat waktu. Jika ia gagal, maka poin tanam yang sebelumnya sudah ia dapatkan dari kotak petani pemula akan habis.
Pada akhirnya, usaha tidak menghianati hasil. Seno berhasil menyelesaikan misinya lima menit sebelum waktunya habis. Setelah mendapatkan pemberitahuan dari sistem tentang hal itu, Seno langsung membaringkan tubuhnya.
[Ding]
[Selamat Host telah menjalankan misi pembersihan kebun]
[Selamat Host mendapatkan +2 stamina]
Seno merasakan tubuhnya menghangat. Mungkin ini karena tubuhnya menerima tambahan stamina dari sistem. Tidak lama setelah itu, Seno merasakan sedikit rasa leleahnya berkurang.
“Ini benar-benar melelahkan. Pantas saja sistem memberiku hadiah stamina. Itu karena staminaku sangatlah buruk. Untuk mengelola kebun ini dengan baik, aku memang perlu memiliki kekuatan dan stamina yang bagus.” Gumam Seno.
Sekarang karena ia sudah tidak diburu waktu, Seno memiliki kesempatan untuk mengecek panel sistem miliknya.
“Panel Sistem”
[Host : Seno Eko Mulyadi (23)]
[Kekuatan : 7 (Manusia Dewasa : 10)]
[Stamina : 5 +2 (Manusia Dewasa : 10)]
[Luas lahan : 800m2]
[Level kebun : 0 (0/100)]
[Poin tanam : 500]
[Penyimpanan Sistem : 10 slot (2/10)]
[Misi : - ]
[Toko sistem : terkunci]
“Pantas saja aku memiliki aku sangat cepat lelah. Itu semua karena stamina yang aku miliki hanya lima sebelum ini. Ternyata stamina dan kekuatan yang aku miliki masih jauh dari manusia dewasa pada umumnya.”
Seno sedikit malu mengetahui hal itu. Hal ini karena jurusan Seno yang membuatnya lebih sering berada di depan komputer. Jadi, ia jarang melakukan aktifitas fisik yang bisa menambah kekuatan dan staminanya.
Seno pun duduk dari posisi berbaringnya. “Sistem, bagaimana caranya agar aku bisa membuka toko sistem?”
[Jika kebun milik Host sudah mencapai level 1 maka Host toko sistem akan otomatis terbuka]
[Host dapat menaikkan EXP dan mengumpulkan poin tanam dengan memanen banyak tanaman]
Mendengar penjelasan sistem tersebut, Seno sedikit banyak memahami apa yang harus dilakukannya. Ia perlu menanam bisa panen dan mendapatkan EXP serta poin tanam. Dari namanya Seno bisa menebak bahwa poin tanam dipergunakan untuk membeli barang yang ada di toko sistem.
Seno pensaran ingin mencoba menanam di kebunnya yang sudah tertaut dengan sistem. Tetapi, dirinya tidak memiliki benih tanaman sekarang. Tunggu dulu, bukankah sebelum ini sistem sudah memberikannya hadiah benih wortel dari hadiah kotak petani pemula?
Seno akan memakai benih itu sekarang. Ia hanya mendapatkan sepuluh butir benih wortel. Tetapi ia tidak mempermasalahkan hal itu. Wortel bisa ditanam langsung tanpa penyemaian terlebih dahulu.
Jadi, untuk sekarang Seno bisa menanam sepuluh butir wortel ini terlebih dahulu. Setelah itu, Seno akan pergi ke kota untuk membeli beberapa benih sayuran lainnya. Besok barulah ia akan menyemai benih yang ia beli dan nanti di tanam di kebunnya yang ini.
Tanpa menunggu lama lagi, Seno mengembalikan terpal yang sebelumnya ia ambil. Sekarang ia mengambil seember air untuk nanti dipergunakan menyiram wortel yang ia tanam.
Langsung saja Seno memilih petak lahan yang terdekat dengannya. Ia menggali lubang kecil dengan ujung jarinya sedalam dua centi meter. Kemudian Seno memasukkan benih wortel yang ia dapatkan dari sistem.
Seno ingat, selain benih wortel, dirinya juga mendapatkan sepuluh kantong pupuk dari sistem. Nama yang diberikan oleh sistem terhadap barang yang diberikan cukup aneh menurut Seno. Bukan pupuk biasa dan wortel penuh vitamin A. Dari namanya saja, Seno yakin dua barang tersebut cukup spesial.
Ketika mengambil bukan pupuk biasa dari penyimpanan sistem, Seno cukup kaget. Pasalnya, pupuk tersebut dibungkus dengan kemasan tidak lebih besar dari kemasan makanan ringan yang disukai anak-anak.
Jika Seno memperkirakan, beratnya kurang dari seratus gram. Mungkin pupuk ini memang pupuk yang spesial. Langsung saja Seno menuangkan semua isi dari bukan pupuk biasa itu untuk menutupi lubang yang ia buat sebelumnya.
Kemudian, ia menutupi tipis pupuk tersebut dengan tanah. Tidak lupa Seno memberikan air secara hati-hati ke benih wortel yang baru saja ia tanam. Jika ia tidak hati-hati, bisa jadi benih wortel yang baru saja ia tanam akan terbawa oleh air yang ia siramkan.
Seno kemudian mengulangi hal itu pada sembilan benih wortel dan sembilan kantong bukan pupuk biasa. Laki-laki itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.
“Semuanya sudah selesai. Sekarang saatnya aku membeli benih sayuran ke kota. Aku harap tokonya masih buka ketika aku sampai di sana nanti.” Gumam Seno.
Ketika Seno baru berdiri dari posisi jongkoknya, sebuah pemberitahuan dari sistem terdengar di telinganya.
[Ding]
[Sistem mendeteksi bahwa Host telah melakukan penanaman benih khusus]
[Host sebagai calon petani terhebat, harus memiliki target untuk dicapai]
[Ding]
[Misi telah dibuat]
[Host panen 50 buah wortel dengan penuh vitamin A]
[Waktu : 5 hari]
[Hadiah : +100 benih Wortel dengan penuh vitamin A]
[Hukuman : - 25000 poin tanam]
[Host lakukan semua misi dengan sungguh-sungguh agar bisa segera menjadi petani terhebat di dunia ini]
“Misi baru lagi? Panen lima ratus wortel dalam lima hari? Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya? Masa taman dari wortel sendiri saja lebih dari dua bulan."
"Jadi bagaimana bisa semua selesai dalam waktu lima hari? Sekarang saja aku tidak memiliki benih sebanyak itu.”
[Bersabarlah Host dan capai level satu untuk bisa membeli benih di toko sistem]
[Jangan menyerah Host masih ada kejutan utntuk Host agar bisa menyelesaikan misi ini]
“Hah.” Seno menarik nafas panjang. “Baiklah jika memang begitu. Sekarang aku perlu membersihkan diri dan segera pergi ke kota. Aku harus segera mencapai level satu agar bisa menyelesaikan misi ini”
Seno membutuhkan waktu satu jam untuk bisa sampai di kota. Itu karena rumahnya terletak cukup jauh dari kota. Itu saja laki-laki itu tempuh dengan memacu motornya dengan kecepatan maksimal yang bisa ditempuh.
Beruntung toko yang menjual benih sayuran belum tutup. Jadi Seno bisa membeli beberapa benih sayuran berbagai jenis. Ia membeli wortel terbaik yang ada di sana, sebagai pembanding wortel yang diberikan oleh sistem padanya.
Selain itu, Seno membeli timun, terong, bayam dan beberapa jenis selada. Untuk sekarang Seno rasa itu saja sudah cukup. Lahan di kebun yang ada di belakang rumahnya tidak terlalu luas. Jadi ia tidak akan membeli terlalu banyak benih sayuran.
Mungkin nanti ketika dirinya mulai mengelola kebun sayur peninggalan orang tuanya di tempat lain, baru Seno akan membeli banyak sayuran. Tetapi, kebun itu sudah dikelola oleh pekerja mendiang orang tuanya.
Jadi, sudah pasti keadaan kebun di sana baik-baik saja tidak seperti kebun yang ada di belakang rumah mereka. Mungkin setelah Seno sudah memenuhi semua petak lahan di kebun belakang rumahnya dengan sayuran, barulah dirinya akan mengecek kebun peninggalan orang tuanya yang lainnya.
“Seno.”
Ketika Seno keluar dari toko benih tanaman, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Hal itu membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya. Ia kemudian mengedarkan pandangannya mencari tahu siapa yang sudah memanggil namanya itu.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Seno melihat sosok perempuan memakai dres selutut berwarna tosca. Rambut perempuan itu diikat tinggi sehingga menunjukkan leher jenjangnya. Sebuah senyum simpul terlihat menghiasi wajahnya.
Seno sendiri tidak menyangka bisa bertemu dengan sosok perempuan itu di sini. Teman masa sekolahnya yang sudah lama tidak Seno lihat. Dia adalah teman sekolah Seno sejak di bangku SMP.
Entah kenapa mereka selalu satu kelas dari SMP hingga SMA. Sayangnya keduanya menempuh pendidikan lanjutan di kota yang berbeda. Hal itu membuat lama kelamaan interaksi diantara keduanya berkurang.
Terakhir kali mereka bertemu adalah satu tahun setelah mereka lulus SMA. Setelah itu ia kehilangan kabar dari temannya ini. Seno cukup senang bisa bertemu dengan temannya ini.
“Hai Dina, apa kabar? Sudah lama sekali kita nggak ketemu.” Sapa Seno kepada perempuan tersebut.
“Ternyata itu beneran kamu Seno. Tadi aku lihat kamu masuk ke toko pertanian itu. Aku kira kamu tadi orang lain. Jadi aku tidak berani menyapamu.” Ucap Dina sembari memandang lekat wajah Seno. Laki-laki itu tidak mengalami banyak perubahan setelah beberapa tahun tidak bertemu dengannya.
“Kabarku juga baik-baik saja. Gimana kalo kita nyari tempat deket sini buat ngobrol bareng? Sudah lama banget kita nggak ketemu.” Imbuh Dina.
“Tentu saja. Tidak masalah untukku. Aku memiliki waktu untuk melakukannya.” Jawab Seno.
Untung saja sebelum berangkat tadi Seno sudah mandi dan memakai baju yang pantas. Jika tidak melakukannya, sudah pasti dirinya tidak akan mau ikut ketika diajak Dina ngobrol bareng di sebuah kafe. Pasti badannya akan bau keringat setelah beraktifitas di kebun.
“Aku dengar kabar bahwa kedua orang tuamu meninggal belum lama ini. Aku turut berduka cita Sen. Maaf aku waktu itu nggak sempet buat melayat ke rumahmu.” Ucap Dina mengawali pembicaraan mereka.
“Terima kasih Din. Kamu nggak perlu minta maaf karena nggak bisa dateng ke tempatku. Setiap orang punya kesibukan masing-masing. Jadi, aku paham keadaanmu. Dengan kamu peduli seperti ini saja sudah sangat berarti untukku.” Jawab Seno.
“Jadi, apa kesibukanmu sekarang? Apakah kamu melanjutkan pekerjaan orang tuamu sekarang?” Tanya Dina.
Dina tahu bahwa orang tua Seno merupakan petani sayuran. Dengan meninggalnya kedua orang tuanya, Dina tebak sekarang ini Seno lah yang mengurusi kebun sayur mereka. Tadi saja Dina melihat Seno keluar dari toko pertanian. Sudah pasti laki-laki itu membeli beberapa keperluan untuk kebun miliknya.
“Ya. Sekarang kebun sayur itu aku yang mengelola. Jadi, bisa dibilang aku meneruskan pekerjaan mereka.” Jawab Seno.
“Lalu bagaimana dengan kuliahmu? Apakah kamu berhenti kuliah?”
Seno mengelengkan kepalanya pelan. “Aku mengambil cuti setahun. Aku mau mengelola kebun milik orang tuaku. Hitung-hitung menambah pemasukan sebelum adikku yang paling kecil kuliah. Tahun depan aku baru balik kuliah lagi.”
Dina sedikit lega mendengar Seno tidak sepenuhnya berhenti kuliah. Akan sangat disayangkan jika laki-laki itu menghentikan kuliahnya yang sedikit lagi selesai itu.
“Kamu sendiri gimana? Kuliahmu lancar?” Tanya Seno.
“Cukup lancar. Semester ini aku sudah mengambil skripsi. Jadi, jika semester ini skripsiku sudah selesai, maka aku akan lulus enam bulan lebih cepat dari waktu normal.”
“Wah hebat. Kamu masih aja sepintar dulu. Dulu kamu selalu meraih peringkat pertama di kelas. Sekarang sepertinya tidak terlalu jauh berbeda.”
Keduanya kemudian saling mengobrol lama. Ketika hari mulai menggelap barulah mereka menghentikan obrolan mereka.
“Kalo aku pulang, kapan-kapan kita nongkrong lagi ya. Ngobrol denganmu ternyata masih seasik dulu.” ucap Dina.
“Tentu saja. Jika kamu pulang dan ingin nongkrong bareng, akan aku sisihan waktuku untuk nemenin kamu.”
“Jangan lupa hubungin aku lagi. Awas kalo lupa.”
Dina kemudian mengangkat sebelah tangannya yang mengepal ke arah Seno. Hal itu seolah ia lakukan untuk memperingatkan Seno apa yang akan ia terima jika laki-laki itu tidak menghubunginya.
Keduanya memang sudah bertukar kontak mereka sekarang. Jadi, kedepannya komunikasi di antara mereka tidak akan lagi terputus.
“Tentu. Aku tidak akan lupa. Waktu itu ponselku hilang jadi kita tidak bisa saling kontak. Sekarang, nomormu akan aku simpan baik-baik. Kalau perlu, aku akan menghafalnya. Hehehe.” Jawab Seno sembari menunjukkan sebuah seringai kepada Dina.
“Baiklah. Ingat kata-katamu itu dengan baik.”
*****
Pagi harinya setelah meminum kopi, Seno pergi ke kebun miliknya. Mumpung hari belum terlalu terik, ia ingin menanam beberapa benih yang sudah ia beli kemarin. Laki-laki itu kemudian berjalan menuju petak di mana ia menanam wortel kemarin. Ia ingin mengecek perkembangan wortel tersebut.
Seno cukup kaget ketika melihat tanaman wortel yang ia tanam kemarin sudah memiliki daun yang cukup panjang. Itu seperti wortel yang sudah berumur satu bulan. Seingat Seno, umur tanam dari wortel minimal adalah tujuh puluh lima hari baru bisa panen.
Tetapi wortel di depannya ini tidak seperti wortel yang baru kemarin di tanam. Apakah ini karena ia menanamnya di kebun yang tertaut dengan sistem?
[Memang itu benar Host]
[Semua yang ditanam di kebun yang sudah tertaut dengan sistem akan memiliki masa tanam yang dipersingkat]
[Jadi Host bisa memanen lebih cepat dari biasanya]
Mendengar penjelasan sistem, mata Seno berbinar. Itu berarti dirinya bisa mendapatkan sayuran lebih banyak dari biasanya. Bahkan ada kemungkinan kebunnya yang hanya memiliki luas delapan ratus meter persegi ini, hasil panennya bisa mengalahkan kebun yang memiliki luas beberapa hektar.
Jika kurang dari dua puluh empat jam saja wortel yang ia tanam sudah sebesar ini, itu berarti kemungkinan besar besok sore dirinya bisa memanen wortel tersebut.
“Jika seperti ini, maka aku bisa menyelesaikan misiku dengan cepat.”
Seno baru sadar bahwa misi penanaman wortel yang diberikan oleh sistem memiliki waktu lima belas hari. Awalnya Seno mengira ia akan gagal karena waktu yang diberikan oleh sistem sangatlah singkat. Ternyata tidak seperti itu.
Waktu tanam dari sayurannya yang dipercepat membuat semangat Seno berkobar. Dengan begini, dirinya bisa mengumpulkan uang yang cukup banyak hanya dengan mengandalkan kebun sayurnya ini.
“Sistem, bisakah aku menanam benihnya langsung di kebunku ini tanpa melakukan penyemaian?” Tanya Seno.
[Tentu Host]
[Host bisa langsung menanamnya tanpa harus melakukan penyemaian]
Seno senang mendengar hal itu. Jika tanpa menunggu penyemaian terlebih dahulu, waktu tanam dari sayurannya benar-benar dipersingkat. Langsung saja Seno bergegas menanam benih sayuran yang ia beli kemarin.
Kali ini Seno langsung menanam benih-benih tersebut tanpa menambahkan pupuk lagi. Dirinya tidak lagi memiliki pupuk pemberian sistem. Lagi pula kemarin ketika Seno menyiapkan lahan ini, ia menebar pupuk kandang di kebunnya.
Meski itu pupuk biasa, tetapi Seno yakin bahwa sayurannya itu bisa tumbuh subur. Seno menghabiskan waktu tiga jam untuk mengisi semua lahan yang ada dengan bibit sayuran. Meski terlihat sepele, tetapi itu membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Untung saja stamina miliknya bertambah. Jadi sekarang ini Seno tidak terlalu merasa lelah setelah menanam begitu banyak sayuran dalam satu waktu. Jika Seno melakukan ini sebelum mendapatkan tambahan stamina dari sistem, ia pasti akan banyak berhenti untuk beristirahat.
Sekarang saatnya dia membersihkan diri dan sarapan. Sedari tadi memang Seno belum mengisi perutnya dengan makanan. Hanya secangkir kopi hitam.
Sore harinya, Seno mengecek keadaan kebunnya itu. Benih yang tadi pagi ia tanam, sekarang ini sudah mulai tumbuh tinggi. Wortel dari hadiah sistem pun sudah terlihat siap di panen. Tetapi, Seno baru akan melakukannya besok.
Seno kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Memandangi hasil jerih payahnya pagi ini. Sudut bibirnya terangkat memikirkan berapa banyak uang yang ia dapat jika berhasil menjual semua sayuran itu.
Tetapi, senyum di bibir Seno tiba-tiba menghilang. Hal ini dikarenakan Seno baru sadar jika kebunnya itu terbuka. Tidak ada pagar pembatas yang memisahkannya dengan lahan milik orang lain. Hal itu berarti, tetangganya bisa melihat keadaan kebun miliknya kapan saja.
Mereka pasti akan cukup kaget melihat perkembangan tanaman sayur milik Seno yang tumbuh dengan pesat. Alarm bahaya langsung saja berbunyi di kepala Seno saat ini.
[Host tidak perlu risau]
[Tanaman yang ada di kebun milik Host ini akan dianggap sebagai tanaman biasa saja di mata orang lain]
[Selain Host, tidak akan ada yang mengetahui percepatan tumbuh dari sayuran yang ada di sini]
[Dalam ingatan mereka, sayuran di kebunmu memang hanya sebesar itu]
Mendengar penjelasan sistem Seno bisa bernafas lega. Ini karena untuk memagari kebunnya, Seno membutuhkan uang yang cukup besar. Keliling dari kebunnya ini adalah seratus dua puluh meter.
Dengan harga konstruksi bangunan yang sekarang, Seno membutuhkan uang delapan puluh hingga sembilan puluh juta untuk membangun pagar sepanjang itu. Seno sendiri tidak memiliki uang sebanyak itu. Jadi, ia lega tidak harus memagari kebun miliknya ini.
“Syukurlah jika aku tidak perlu melakukan hal itu. Jika kebun milikku ini memiliki mekanisme perlindungan diri seperti itu, maka nanti ketika aku meninggalkannya, aku tidak akan diliputi kecemasan memikirkannya.”
“Dengan begini, aku bisa melakukan aktifitas lainnya dengan tenang.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!