NovelToon NovelToon

Cinta Istri Simpanan

Prolog

Hujan deras mengguyur kota Solo, suasana tampak gelap gulita. Jalanan mulai sepi hanya ada satu dua kendaraan yang lewat.

Akan tetapi di tengah derasnya hujan seorang gadis cantik tengah berjalan dengan lunglai. Ia menggigil mungkin karena sudah terlalu lama kehujanan. Entah kemana langka kakinya sekarang, bayangan tentang kekejaman Ayah tirinya kembali terlintas. Bagaimana ia di tindas dan bahkan sampai di usir.

2 tahun yang lalu saat ia baru saja lulus SMA ayah kandungnya meninggal dunia. Dan selang dua bulan kematian sang Ayah. ibu nya tersayang memperkenalkan sosok laki-laki kehadapannya.. Jujur ia ingin menolak karena baginya Ayahnya cuman satu yaitu Hardi tapi Ibunya tetap nekat menikah walaupun tanpa persetujuan darinya.

Gadis cantik yang bernama lengkap Alsafa Margareth itu baru berusia 20 tahun, bahkan belum genap karena ulang tahunnya 2 bulan lagi.

"Ibu jahat" gumamnya tertahan.

Bahkan air matanya tak bisa di bedahkan dengan tetesan air hujan yang menerpa wajahnya. Rasa air hujan yang menyatu dengan air mata menjadi rasa asin saat mengalir kedalam mulutnya.

Hingga sebuah mobil dengan kecepatan tinggi hampir saja menabrak dirinya, beruntung sang sopir mobil bisa mengerem walau itu akan sangat membahayakan. Karena bagaimana tidak jalanan yang di terpa hujan pasti akan licin.

"Anda tidak apa-apa ?" Tanya seorang laki-laki dengan suara berat.

Safa memincingkan matanya untuk melihat wajah laki-laki, sinar lampu yang menyorot tak mampu membuat penglihatannya jelas.

"Nona apa anda tidak apa-apa ?" Kembali pria itu bertanya.

"Tidak saya tidak apa-apa" jawab Safa cepat.

"Anda mau kemana ? Biar saya antar sebagai permintaan maaf saya"

"Tidak usah saya bisa sendiri"

Pria itu menatap Safa yang saat ini berdiri dan hendak meninggalkan dirinya. Namun dengan cepat ia mencekal pergelangan tangan Safa.

"Mari saya antar, ini sudah malam di tambah hujan deras seperti ini, akan sangat berbahaya jika anda berjalan sendirian"

Dengan gerakan cepat Safa menghempaskan tangan laki-laki itu "saya sudah bilang tidak apa-apa. Lagian mau kemana kamu mengantar saya karena saya tidak punya rumah. Laki-laki bejat itu telah mengusir saya dari rumah Ayah saya sendiri" ungkap Safa. Entahlah rasanya ia sudah tidak tahan mememdam semuanya sendiri. Rasa sesak didadanya semakin besar mungkin ia akan sedikit legah saat mengutarakan apa yang ia rasakan saat ini.

Iba ?

Tentu saja di rasakan oleh pria itu, ia menjadi tidak tega mendengarnya hingga ia punya inisiatif untuk membantu.

"Ayo ikut saya, kebetulan di dekat sini saya ada rumah minimalis yang sudah lama kosong, kamu bisa tinggal disana untuk sementara anggap saja itu sebagai permintaan maaf saya"

Safa langsung menatap pria itu, sekarang Safa bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, tampan dan sangat berkharisma.

"Apa anda orang baik ?" Tanya Safa.

Pria itu terkekeh "Saya Febri, saya ini dokter spesialis kandungan, dan saya berniat baik padamu tak ada niat jahat di dalam diri saya"

Walaupun masih ragu Safa akhirnya menyetujui ajakan Febri, karena tidak ada cara lain lagi. Malam-malam begini kemana ia harus pergi berharap ibunya akan mencari.

Ciih.

Mana mungkin paling ia sedang enak-enakan di bawah selimut tebal bersama laki-laki yang Safa sebut laki-laki bejat.

"Saya mau Tuan"

"Ya sudah ayo"

Febri membukakan pintu mobil supaya Safa bisa masuk. Setelah itu Febri memasuki tempat kemudi. Ac sengaja Febri matikan karena baik dirinya maupun Safa sudah menggigil kedinginan.

"Lap wajahmu dulu !" Febri memberikan sebuah handuk kecil kepada Safa "Itu handuk baru" lanjutnya lagi.

"Terima kasih"

Febri Adi Wijaya, seorang dokter spesialis kandungan usia nya sudah menginjak angka 40 tahun. tapi karena ketampanan wajahnya membuat ia masih seperti umur 30 tahunan.

Tak berapa lama mereka sampai di sebuah rumah minimalis. Febri turun terlebih dahulu untuk membuka pagar supaya mobilnya bisa masuk.

"Ayo masuk !" Ajak Febri kemudian.

Safa mengikuti, dan sedikit berlari karena hujan masih sangat deras. ia menunggu Febri membuka pintu rumah.

Rumah minimalis yang Febri maksud sangat mewah. Safa melirik sekitar. Rumah dengan satu lantai itu begitu unik.

"Ini rumah saya dulu, karena punya rezeki lagi kami pindah. Dan kamu bisa tempati rumah ini untuk sementara" jelas Febri.

"Baik Tuan. Terima kasih atas bantuanya"

"Jangan panggil Tuan ! Panggil Mas Febri saja"

Safa menatap pria di depannya itu lalu tersenyum "Baik Mas"

"Ya sudah saya mau pulang, di dalam kamar itu" Febri menunjuk sala satu kamar "Ada pakaian istri saya dulu kemungkinan masih muat padamu, pakailah dengan bebas" lanjutnya.

"Baik Mas" jawab Safa lagi.

Febri melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Safa, tapi ternyata ia melupakan sesuatu "oh iya mana nomor ponselmu, biar kalau ada apa-apa bisa saling menghubungi" tanya Febri.

Sekarang Safa baru ingat kalau ponselnya tertinggal di rumah. Ia melupakan benda paling berharga dalam hidupnya.

"Maaf Mas ponsel saya tinggal di rumah" ucap Safa.

"Oh ya sudah kalau begitu, hati-hati di rumah ! kunci pintunya dengan rapat ! besok saya akan kembali"

"Satu lagi siapa namamu ?" tanya Febri lagi.

"Safa"

Safa hanya mengangguk tanda mengiyakan, tubuhnya benar-benar menggigil karena kelamaan kehujanan. Hidungnya terasa gatal mungkin ia akan terkena flu. Sudah menjadi kebiasaan Safa memang kalau sudah terlalu kehujana ia akan terkena flu atau sampai sakit.

Setelah kepergian Febri. Safa langsung mengunci pintu dengan rapat. Kemudian memasuki salah-satu kamar yang di tunjuk Febri tadi. Safa mencari pakaian ganti untuk dirinya.

Benar saja didalam lemari itu ada begitu banyak pakaian yang pas di tubuhnya. Pilihan Safa tertuju pada setelan baju tidur tanpa menunggu lama Safa langsung memakainya.

Tidak berapa lama setelah ia berganti pakaian suara bel pintu berbunyi, Safa terlonjak kaget karena siapa yang datang malam-malam begini. Apa mungkin Febri kembali kerumah ini tapi mau ngapain ?

"Siapa sih ? gak mungkin itu Ibu ? atau jangan-jangan Mas Febri kembali ?" berbagai pertanyaan terbesit di benak Safa. Walaupun ragu Safa tetap berjalan mendekati pintu untuk membukanya.

Ceklek... (suara pintu terbuka )

"Dengan Mbak Safa ?" ucap seorang pria yang mengenakan jaket hijau berpadu dengan hitam.

"Iya betul"

"Ini ada kiriman dari Dokter Febri, silahkan di terima !"

"Hah, kiriman ?"

"Iya betul, ini makanan mbak"

Safa menerima paket tersebut "Apa sudah di bayar ?" tanya Safa, karena kalau Febri hanya memesan kan makanan tanpa membayarnya bagaimana cara Safa akan membayar, ia tak ada uang sama sekali.

"Sudah Mbak, ini semua sudah lunas"

"Baiklah terima kasih !"

_

_

_

Hai-Hai para rieder tersayang !

Ini karya baru aku !

Semoga suka ya, jangan lupa Like dan komen

Add favorit.

Rate Bintang Lima !!

Kasih Hadiah kalau yang banyak poin

Perhatian Kecil Febri

"Kamu dari mana saja Mas ? kok baru pulang ? bukankah satu jam yang lalu kamu bilang sudah dijalan ?" tanya Desi bertubi-tubi.

Febri melepaskan sepatunya kemudian meletakkan sepatu itu kerak yang tersedia. Ia menatap sang istri kemudian tersenyum.

"Tadi hujan deras, jalanan banyak tergenang air, dan buktinya sekarang aku sudah pulang kan, telat dikit ya tidak apa-apa" balas Febri sembari menuju kamar mereka.

Namanya Desi Danastri dia adalah seorang bidan, ia bekerja di sebuah klinik yang berbeda dengan sang suami, di rumah Desi juga membuka praktik. Umur Desi 38 tahun. Sifatnya cemburuan dan akan berprasangka buruk terhadap suaminya jika telat pulang kerumah.

Desi bisa tahu perjalanan dari klinik tempat kerja suaminya tidak akan menempuh waktu hingga 1 jam. Ia curiga suaminya mampir kesuatu tempat yang mana membuat Febri pulang telat.

Bukan tanpa alasan Desi bersikap cemburan dan selalu berprasangka buruk terhadap suaminya, karena pernikahan mereka yang sudah menginjak angka 10 tahun belum juga di karunia anak. Desi takut suaminya akan berpaling.

Dengan langka cepat dan nampak buru-buru Desi menyusul sang suami kedalam kamar, suara gemericik air dari dalam kamar mandi membuat Desi mendudukan diri di atas sofa karena sang suami sedang mandi.

"Mas Febri pasti mampir kesuatu tempat hingga pulang terlambat seperti ini" gumam Desi.

Tatapan mata Desi tertuju pada pakaian Febri yang sudah berada di keranjang baju kotor, ia memeriksa pakaian Febri siapa tahu menemukan jawabannya.

"Tuh kan, kalau Mas Febri gak mampir kesuatu tempat gak mungkin pakaian nya basah kuyup seperti ini" ucap Desi kesal. Salah dirinya juga tak memperhatikan pakaian suaminya saat pulang tadi, ia begitu fokus untuk mempertanyakan kenapa suaminya pulang terlambat.

Tidak berapa lama Febri keluar dari kamar mandi, Desi menoleh dan mendekati suaminya tidak lupa membawa kemeja Febri yang basah karena air hujan.

"Ayo jujur sama aku Mas ! kamu dari mana tadi ? kalau kamu langsung pulang dari klinik gak mungkin baju kamu basa seperti ini" tanya Desi berapi-api.

Febri menatap istrinya sejenak "Kebiasaan kamu ni, baju basa aja harus di permasalahkan seperti ini" balas Febri tak suka, ia tahu istrinya sayang dengannya tapi cara Desi mencemburuinya membuat Febri kadang kesal sendiri.

"Harus dong aku permasalahkan, siapa tau kamu tadi mampir keluar dan bertemu dengan perempuan lain ! lalu kamu selingkuh dan rumah tangga kita akan bera.....--"

Belum sempat Desi menyelesaikan ucapannya, Febri langsung memotong, membuat ucapan Desi menggantung di udara.

"Cukup Des !! kamu selalu berpikiran buruk tentang ku, tidak bisakah kamu berpikir positif sedikit padaku, aku bosan selalu di anggap buruk oleh mu" bentak Febri.

Desi terdiam sejenak, namun bukan nya meminta maaf Desi juatru kembali menatap tajam suaminya.

"Apa aku salah jika cemburu padamu Mas, aku lakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan kamu, aku sangat mencintai kamu Mas. Ini semua bentuk perhatian ku padamu"

"Ini bukan perhatian Des, semua ini kamu lakukan karena ketakutan kamu begitu besar"

Benar memang Desi terlalu takut suaminya itu berpaling, ia takut suaminya akan bermain dengan wanita lain di luar sana karena dirinya tak bisa melahirkan anak untuk Febri.

"Kamu mau kemana lagi Mas ?" tanya Desi saat melihat Febri keluar dari kamar mereka.

Febri menghentikan langkahnya "Mau makan malam ? kenapa ? mau ikut ?"

Tanpa menunggu lama Desi langsung menyusul suaminya, di meja makan Febri tak bersuara sama sekali, ia menikmati makanannya dengan pelan.

Kemudian mengambil segelas air putih sebagai penutup makan malamnya.

"Aku mau tidur..... capek !!!" ucap Febri yang langsung beranjak meninggalkan sang istri.

...✨✨✨✨✨✨...

Keesokan paginya, Sebelum berangkat kerja Febri mampir kerumah lamanya ia ingin melihat keadaan Safa. Takut kalau gadis itu sedang tak baik-baik saja karena kehujanan semalam.

*Ting.....Nong.

Ting..... Nong*..

Berulang kali Febri memencet bel tapi pintu tak juga terbuka, akhirnya Febri memutuskan membuka sendiri kebetulan ia mempunyai kunci cadangan.

Saat pintu terbuka keadaan masih sepi, belum ada tanda-tanda kehidupan disana..Febri melangkahkan kakinya menuju kamar yang di tempati Safa. Lancang memang jika ia masuk kedalam kamar itu, tapi harus bagaimana lagi Febri hanya ingin memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja.

Dan benar saja saat pintu kamar terbuka, Febri melihat Safa masih tertidur dengan pulas di atas tempat tidur, ia masih bergelung dengan selimut tebal dengan sedikit dengkuran halus yang Febri dengar.

"Astaga dia masih tidur rupanya" gumam Febri.

Kemudian Febri kembali menutup pintu kamar, ia enggan untuk membangunkan Safa karena tidak tega.

Febri berjalan kearah dapur kemudian membuka kulkas, tak ada bahan makanan sedikitpun, sehingga Febri berinisiatif untuk mengisi kulkas dengan bahan makanan supaya nantinya Safa bisa memasak.

Tak hanya membeli stok makanan, Febri juga membeli gas supaya kompornya bisa menyala. Memang walaupun rumah itu sudah lama di tinggali tapi Febri masih mengurusnya, terkadang Febri menyuruh pembantu di rumahnya untuk membersihkan rumah lamanya.

"Eh kok tumben pak Dokter belanja sayur banyak, apa mau di tempati lagi rumahnya ?" tanya ibu pemilik warung dimana dulu tempat istri Febri sering belanja.

"Oh tidak Bu, ia saya sengaja mau membeli sayuran soalnya ada keponakan saya yang akan menempati rumah itu" jawab Febri dengan senyum merekah. Ia terpaksa berbohong kalau Safa adalah keponakannya karena tidak ingin nantinya banyak tetangga yang berbicara yang tidak-tidak.

"Begitu ternyata, saya kira mau di tempati lagi" Ibu pemilik warung memasukan belanjaan Febri kedalam plastik besar berwarna merah.

Selesai di totalkan Febri langsung pulang lagi kerumahnya, ia tak perlu membawa kendaraan karena memang jaraknya yang sangat dekat. Pas sampai rumah ternyata Safa telah bangun ia terbengong melihat Febri membawa satu plastik berukuran besar yang isinya sayur-sayuran.

"Kau sudah bangun ternyata ?" tanya Febri.

"Mas Febri kapan datang kesini ?" Tanpa menjawab pertanyaan Febri, Safa justru balik bertanya.

"Tadi, tapi kamu belum bangun makanya aku kewarung buat belanja sayuran"

Kening Safa mengkerut, "Ini semua untuk siapa Mas ?" tanya Safa lagi.

"Ya untuk kamu lah, kan kamu mau tinggal disini."

Febri berjalan kearah dapur untuk meletakkan sayuran yang ia bawa. "Kamu bisakan menyusun nya ? soalnya saya mau berangkat bekerja"

"Iya saya bisa Mas, terima kasih atas semuanya" balas Safa ia menjadi tak enak hati dengan Febri karena melakukan semua ini.

"Sama-sama, kalau begitu saya pamit" ucap Febri "Oh satu lagi, kalau ada yang nanya kamu siapa bilang kamu keponakan aku, biar tetangga disini gak banyak nanya" lanjut Febri lagi.

"Baik Mas, sekali lagi terima kasih"

--

...LIKE DAN KOMEN...

...ADD FAVORIT...

...RATE BINTANG LIMA...

...KASIH HADIAH (KOPI/BUNGAH)...

Pertengkaran Lagi.

Klinik Kartika, iyalah tempat kerja kedua Febri karena kerjaan pertamanya tetap di rumah sakit, namun pagi ini ia mendapat jadwal di klinik baru nanti siang setelah sholat Dzuhur Febri akan kerumah sakit.

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa, Febri melangkahkan kakinya menuju Klinik, tatapannya berubah terkejut karena melihat sang istri berdiri di depan pintu masuk Klinik tersebut.

Febri sudah merasakan tak enak, karena tatapan Desi begitu nyalang, dengan menghela nafas panjang Febri mendekati sang istri.

"Kamu kenapa kesini ?"

"Mas dari mana saja ??"

Tanya keduanya secara serempak, keduanya saling pandang dengan keadaan bingung, Desi bingung kenapa suaminya baru tiba sementara Febri bingung kenapa Desi ada di Klinik tempatnya bekerja.

"Dari mana kamu Mas ? kok baru sampai ?" tanya Desi bertubi-tubi.

"Jangan teriak-teriak ! malu banyak pasien disini" bisik Febri, matanya menatap sekitar ternyata sudah ada beberapa pasien yang memperhatikan keduanya.

Tidak ingin menjadi tontonan Febri masuk membawa istrinya masuk keruangan. Dimana didepan nya tertulis.

...Dr. Febri Adi Wijaya. M. Kes, Sp. OG...

...Spesialis Kebidanan dan Kandungan ...

Sebelum masuk Febri berkata pada Tika, perawat yang sering membantunya mengurus Pasien.

"Tika, kalau ada yang mau periksa, tunggu 1 jam ya saya ada perlu sebentar sama istri saya" ucap Febri.

"Baik Kak" jawab Tika, walaupun di Klinik Febri menyuruh rekannya memanggilnya dengan sebutan 'Kak' supaya tidak terlalu formal. Berbeda kalau di rumah sakit.

Febri masuk keruangan bersama sang istri, didalam ruangan itu Desi kembali mengajukan pertanyaan serupa.

"Kamu dari mana Mas ? dari tadi pertanyaanku belum kamu jawab" ucap Desi kesal, ia menarik kursi dan mendudukan diri dengan kasar.

"Tadi ada kendala sedikit di jalan, lagian baru telat 1 jam Sayang, kenapa selalu di permasalahkan sih" jawab Febri dengan lembut. Menghadapi Desi memang harus seperti ini, kalau dengan amarah semuanya tidak akan berakhir.

"Bohong !" sanggah Desi cepat "Kamu jujur saja sama aku Mas kamu dari mana ? dari pada aku cari tau sendiri"

"Astaga Des. Aku jujur salah, aku bohongpun pasti salah. Sekarang terserah kamu lah mau nganggap aku gimana" balas Febri pasra, ia pun ikut duduk di hadapan sang istri.

"Sekarang aku yang nanya kamu ngapain kesini ? bukankah kamu bilang semalam banyak kerjaan pagi ini ?" sekarang giliran Febri yang bertanya.

"Aku cuman ingin mastiin kalau kamu memang keklinik, makanya aku kemari"

Febri tertawa sumbang, bisa-bisanya istrinya bersikap seperti itu, sekarang ia layaknya anak kecil yang selalu di ikuti.

"Sekarang aku sudah di Klinik kan ? jadi aku minta kamu pulang dan kembali ketempatmu bekerja ! please Des jangan terus berpikiran negatif padaku, karena ini semua akan membuatku marah dan kesal denganmu" pinta Febri.

"Aku cuman takut kamu berpaling dariku Mas, aku tidak ingin pernikahan kita kandas karena ada orang ketiga, mungkin kalau aku bisa melahirkan anak untukmu, aku juga tidak mungkin seperti ini" Desi menunduk, cairan bening sudah menumpuk di pelupuk matanya, sekali ia mengerjap maka akan lolos begitu saja, mengucur dengan deras membasahi pipi mulusnya.

Febri kembali menghela nafas panjang, ia sebenarnya kasihan pada istrinya. Rahim Desi dikatakan sehat bahkan ia sering memeriksanya namun Allah belum memberi mereka kesempatan untuk menimang sang buah hati.

Sebagai laki-laki yang sudah lama berkeluarga Febri begitu ingin mempunyai keturunan, apalagi teman-temamnya sudah memiliki anak semua bahkan ada yang sudah punya anak tiga.

"Kita sudah sepakat untuk tak membahas masalah ini Des !" Ujar Febri.

"Tapi tetap saja Mas, sebagai wanita aku juga ingin merasakan hamil dan melahirkan"

Febri bangkit dan mendekati istrinya, ia peluk wanita yang selama ini sudah menemaninya, memberinya semangat disaat ia terpuruk menghadapi kekejaman dunia.

"Udah ya !! kita jalani saja semua berdua !"

Desi menganggukan kepalanya didada Febri, ia menghapus air matanya menggunakan ibu jarinya.

Cup.

Febri mengecup kening istrinya dengan lembut, kemudian menatap istrinya sembari tersenyum.

"Sekarang pulanglah ! katanya banyak kerjaan ! jangan berpikir negatif terus padaku ! aku pulang jam 09 malam soalnya ada jadwal di rumah sakit juga sampai nanti malam. Ada 2 pasien yang akan melakukan kuretasi" jelas Febri.

"Iya Mas, hati-hati ! nanti aku tunggu dirumah, nanti aku siapkan makam malam"

"Terima kasih, tapi ku harap kamu jangan capek-capek ya !!"

...🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥...

Safa membuka pintu gerbang, meregangkan kedua tangannya sambil menghirup udara pagi yang masih sangat segar, jalanan masih ada yang tergenang air karena derasanya hujan semalam.

Dua orang ibu-ibu melewati Safa, mereka menatap heran dengan sosok gadis cantik yang baru kali ini mereka lihat. Safa berusaha menampilkan senyum walau mendapatkan tatapan tak mengenakan dari kedua ibu itu.

"Pagi Bu, pada mau kemana nih ?" tanya Safa ramah, senyum tipis tak pernah pudar menghiasi wajah cantiknya.

"Pagi" jawab kedua ibu itu serempak.

"Kamu siapa ya ? maaf baru kali ini kami melihat kamu" tanya Ibu yang memakai baju biru

(Kalau ada yang nanya kamu jawab aja kalau kamu keponakan aku ! biar tetangga disini gak banyak nanya" seketika Safa ingat dengan pesan Febri tadi pagi.

"Perkenalkan Bu, saya Safa keponakan nya Om Febri" jelas Safa berusaha senatural mungkin supaya kedua ibu itu percaya.

"Oh ponakan dokter Febri, tapi selama mereka tinggal disini istrinya gak perna cerita kalau dokter Febri ada ponakan yang masih muda, kamu juga baru ini kan datang"

Safa meneguk ludanya berkali-kali, pertanyaan ibu-ibu itu membuat Safa tak bisa berkutik, namun sebisa mungkin Safa bersikap biasa saja, mereka tak boleh tau kalau ternyata Safa hanyalah seorang gadis yang di tolong Febri.. Safa tidak ingin nama baik Febri menjadi jelek karena dirinya.

"Iya Bu, saya memang baru kali ini datang kesini karena saya baru lulus SMA. Mungkin Tantenya males aja Bu kalau bahas tentang saya karena kan gak terlalu penting"

Kedua Ibu itu saling pandang dan serempak mengangguk "Betul juga ya !! Ya sudah kalau gitu kami pamit ya semoga betah tinggal disini..Kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong sama kita" jawab Ibu berbaju hijau.

"Iya Bu terima kasih sebelumnya"

Setelah kedua ibu itu pergi, Safa kembali menutup gerbang dan masuk kedalam rumah sebelum ada banyak pertanyaan dari ibu-ibu yang lain.

Safa mendudukan diri di sofa, ia kembali mengingat perlakuan ayah tirinya malam itu. Juga sang Ibu yang terus membela Ayah tiri walaupun Safa anak kandungnya.

"Aku gak mungkin terus tinggal disini, aku gak ingin merepotkan Mas Febri lebih banyak. Tapi kemana aku harus pergi, uang aku gak ada..." Safa mendesah Frustasi memikirkan jalan hidupnya yang begitu menyedihkan..

---

...**LIKE DAN KOMEN...

...ADD FAVORIT...

...RATE BINTANG LIMA...

...KASIH HADIAH (KOPI/ BUNGA** )...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!