Di ruang tamu sebuah rumah mewah sedang mengadakan pertemuan kedua keluarga. mereka sedang memperbincangkan rencana pernikahan anak mereka yang akan diadakan dalam waktu 2 bulan lagi. terlihat raut bahagia di wajah para orang tua.
namun, kebahagian itu tidak terlihat di wajah seorang gadis cantik yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan.
Aleta Quenby Elvina, gadis berusia 21 tahun yang akan di nikahkan dengan teman kolega papa nya, seorang CEO perusahaan kontruksi. Aleta terpaksa mengikuti kemauan orang tua nya ini.
maka dalam pertemuan keluarga ini dia hanya diam saja.
Aleta sungguh tidak minat untuk ikut masuk dalam perbincangan nya, kalau bukan karena paksaan dari orang tua mungkin dia tidak akan berada disini sekarang. dia akan lebih memilih bersenang- senang bersama teman teman nya di club. ya dia termasuk gadis yang nakal. tapi, bukan tanpa alasan Aleta menjadi gadis yang seperti itu. sedari kecil kedua orang tua nya sangat sibuk dan sangat jarang ada di rumah. setiap hari Aleta hanya bisa bermain dengan mbak yang selalu menjaga nya. sehingga setelah dia tumbuh dewasa, dia mulai mencari kebahagian nya di luar rumah dengan menjadi gadis yang nakal yang suka bersenang- senang di club.
"kamu mau konsep pernikahan yang seperti apa Aleta?" tiba tiba sebuah pertanyaan diajukan untuk dirinya. dan Aleta menjadi sedikit bingung karna sedari tadi hanya diam dan terbengong saja
"ah gimana?"
"mamah tanya kamu mau konsep pernikahan yang gimana?" sebenarnya Aleta tidak terlalu memikirkan akan konsep pernikahan yang seperti apa. karna memang dari awal pun pernikahan ini bukan atas kemauan nya.
"terserah mamah aja" putus nya, aleta tidak peduli akan seperti apa nantinya.
"emm... okee"
"mah, pah, om, tante, Aleta izin ke kamar duluan ya. Aleta ngerasa ngantuk banget" Aleta memutuskan untuk meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamar nya.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"hah bisa gila gue kalo kaya gini caranya" Aleta membanting tubuh nya di kasur setelah dia sampai di kamar nya.
"mana peduli gue sama konsep pernikahan, toh kalian semua juga yang maksa gue buat nikah. lagian gue gak berharap pernikahan ini akan terus bertahan. cukup sampai 1 atau 2 tahun" dia terus saja mengoceh tentang pernikahan yang orang tua nya atur, lagi pula dia berharap pernikahan ini tidak akan bertahan lama.
tok...tok....tok
saat Aleta masih terus mengoceh terdengar suara pintu yang diketuk. dia fikir itu mamah nya nya yang memberitahu bahwa keluarga dari calon suami nya akan segera pulang. maka, dia bergegas untuk membuka pintu, dan terkejut saat melihat siapa yang telah mengetuk pintu kamar nya.
dia adalah Adhitama Elvan Syahreza, calon suami nya. pria berusia 31 tahun yang akan menikah dengan Aleta, teman kolega papah aleta, Akbar wirawan. bukan tanpa alasan dia mau menikah dengan Aleta di saat papah Aleta menawarkan dirinya untuk menjadi menantu nya. itu dia lakukan karna orang tua nya yang terus-terus an menyuruh nya untuk menikah.
dan Aleta memanggil dirinya dengan sebutan 'om Tama'. saat mengetahui itu Aleta langsung memasang muka sebal.
"ngapain om kesini?" tanya nya judes
"saya hanya ingin berbicara dengan kamu" dengan suara yang lembut Tama menjawab pertanyaan Aleta
"bicara apa"
"saya boleh masuk" tanpa membalas perkataan Aleta, Tama bertanya apakah dia diperbolehkan untuk masuk.
"gak boleh om, laki laki itu gak boleh sembarangan masuk kamar perempuan. lagian kamar gue juga privasi gak boleh di masukin dengan siapapun kecuali orang tua gue" nada bicara Aleta terdengar sangat tidak bersahabat.
"tapi saya ingin berbicara dengan kamu" masih mencoba mengajak berbicara Aleta, walau dia tau Aleta sangat tidak ingin berbicara dengan dirinya.
"apa sih yang mau om bicara in"
"tentang pernikahan kita" Aleta sangat tidak suka mendengar nya. sudah terlihat jelas kan pernikahan ini bukan atas kemauan nya, buat apa mereka juga harus membicarakan pernikahan ini. lagi pula sudah ada orang tua mereka yang mengatur nya kan. lalu, kenapa si om satu ini sangat ingin sekali membahas tentang pernikahan mereka.
"gue males om kalo bahas soal pernikahan, lagian orang tua kita udah ngatur semua nya kan, terus buat apa kita bahas itu juga"
"bukan soal itu yang ingin saya bahas" Tama bukan ingin membahas soal seperti apa pernikahan mereka nanti, tapi yang ingin dia bahas adalah soal kehidupan setelah pernikahan mereka nanti.
"terus?" Aleta bingung, kalau bukan soal pernikahan mereka yang akan di laksanakan 2 bulan lagi. lantas, soal apa yang akan di bahas dengan Tama
"makanya perbolehkan saya untuk masuk, tidak enak kalau kita berbicara seperti ini" bukan memperbolehkan Tama untuk masuk ke kamar nya. tetapi, Aleta menyuruh Tama untuk menunggu nya di taman belakang.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"hal apa yang mau om bicara in" saat sampai Aleta langsung mempertanyakan inti dari pembicaraan yang akan mereka bahas.
Tama menengok ke belakang saat mendengar suara Aleta, dan tersenyum menyambut kedatangan Aleta.
"duduk dulu supaya lebih enak bicara nya" Aleta memilih duduk di depan Tama. setelah Aleta duduk, Tama memulai pembicaraan mereka
"setelah pernikahan kita"
"setelah pernikahan kita?" Aleta bingung, ada apa setelah pernikahan mereka, apa yang ingin di bahas oleh Tama setelah pernikahan mereka
"ya, setelah pernikahan kita nanti nya yang akan jadi seperti apa" Tama sedikit memberi penjelasan.
"kenapa?"
"saya tau kamu tidak menginginkan pernikahan ini, saya juga tidak akan membatasi kamu. tapi saya minta ke kamu, setelah kita menikah nanti kamu bisa bersikap sebagai istri yang baik"
"loh, om, udah jelas jelas tau kalo gue gak mau nikah, terus kenapa gue harus bersikap sebagai istri yang baik"
"di depan orang tua saya"
"hah?"
"kamu bisa kan bersikap sebagai istri yang baik di depan orang tua saya" Aleta tidak menjawab, dia bingung apakah dia bisa bersikap menjadi istri yang baik di depan orang tua Tama. sedangkan, mereka saja menikah karena perjodohan papah Aleta.
"orang tua saya selalu menyuruh saya untuk menikah, tapi saya selalu bilang ke mereka saya belum ingin menikah. dan ketika kemarin saya bilang ke mereka bahwa saya ingin menikah, mereka terlihat senang. saya tidak bilang ke mereka bahwa saya menikah karena perjodohan papah kamu. saya hanya bilang bahwa ada wanita yang saya sukai dan ingin saya nikahi. jadi saya minta ke kamu, kamu bisa menjadi istri yang baik di depan mereka" Tama menjelaskan kenapa Aleta harus bersikap menjadi istri yang baik di depan orang tua nya, Tama hanya tidak ingin orang tua nya memandang buruk Aleta hanya karena sikap Aleta yang nakal.
mendengar itu Aleta menjadi semakin bingung, apakah ia harus? tapi bagaimana cara menunjukkannya? dia bahkan tidak bisa untuk bersikap baik. tapi setelah di pikir-pikir lagi itu hanya di depan orang tua nya Tama, mungkin saja ia bisa.
"okee, hanya di depan orang tua om aja kan"
"ya, hanya di depan orang tua saya"
"okee gue akan jadi istri yang baik di depan orang tua om"
"terimakasih Aleta" Tama senang mendengarnya, sampai ia mengembangkan senyum nya.
"enggak ada yang di bicarakan lagi kan om, kalau gak ada gue mau balik ke kamar" Aleta rasa perbincangan mereka sudah cukup, dan ia pun memutuskan untuk kembali ke kamar nya.
"ya, sudah cukup. sekali lagi terimakasih Aleta kamu sudah mau berbicara dengan saya"
"hm" Tama melihat Aleta beranjak dari duduk nya, dan setelah itu pergi meninggalkan dirinya. Tama hanya berharap Aleta akan bisa menjadi istri yang baik untuk dirinya, walaupun pernikahan mereka karena perjodohan.
"semoga Aleta adalah seseorang yang tepat untuk saya"
------------
pagi hari yang cerah di awali dengan suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring. keluarga Aleta sedang sarapan bersama, hening.... tidak ada suara sama sekali selain suara alat makan yang saling bersentuhan. mereka selalu menerapkan, tidak ada pembicaraan apa pun saat sedang makan.
setelah selesai makan Aleta membantu mamah nya mebereskan meja makan, dan saat mamah nya sedang mencuci piring, mamah memberitahu Aleta bahwa nanti siang Aleta harus melakukan fitting baju pengantin dengan Tama.
"ah iyaa Aleta, Tante Anna semalem chat mamah kalau siang ini kamu disuruh ke butik nya untuk fitting baju pengantin" Aleta kaget mendengar nya. fitting baju pengantin? secepat itu? bukan nya baru kemarin mereka membicarakan soal pernikahan, dan sekarang sudah harus melakukan fitting baju pengantin.
"fitting baju pengantin mah? siang ini? jam berapa?" pasal nya siang ini pun dia sudah memiliki janji dengan teman nya.
"jam 1 siang" jawab mamah
jam 1 siang? bahkan di jam itu juga bertemu dengan Zizi, temannya. duh.. kenapa waktu nya harus secara bersamaan gini sih. lalu dia harus apa sekarang. "yah mah apa gak bisa di undur, siang ini juga Aleta ada janji sama Zizi"
"gak bisa sayang, Tante Anna minta nya hari ini. terus Tama juga kan sibuk jadi kalau gak hari ini ya akan susah cari waktu nya buat Tama" benar Tama adalah orang sibuk jadi kalau bukan hari ini akan susah mencari waktu luang untuk Tama.
"mah, yang kemarin aja aku udah batalin janji loh sama teman teman aku, terus? sekarang? aku harus batalin janji juga sama Zizi?" sungguh Aleta sangat kesal sekali dengan mamah nya. apakah tidak bisa di lain hari saja
"Zizi juga pasti akan ngerti kok" Aleta menghela nafas nya, jika mamah nya sudah berkata seperti itu. berati dia sudah tidak bisa membantah lagi
"ohh mamah baru inget, nanti Tama juga yang akan jemput kamu" kaget? tentu saja, bahkan matanya sampai melotot saat mamah nya berkata seperti itu. yang benar saja dia harus pergi bersama Tama. apa tidak bisa jika bertemu di butik saja kenapa harus pergi bersama juga
"om Tama mah? aku harus berangkat bareng dia?" mamah mendengar ada yang mengganjal dari pertanyaan Aleta.
"om?" mamah bertanya untuk memastikan bahwa yang di dengar nya salah
"iya" tapi ternyata tidak saat Aleta menjawab dengan mudah nya
"kamu manggil Tama om?" mamah bertanya sekali lagi
"iya mah, dia kan lebih tua dari Aleta ya wajar dong Aleta panggil dia om"
"tapi kenapa bukan kakak atau mas aja yang enak didengar" mamah sedikit tidak suka saat Aleta memanggil Tama dengan sebutan om
"umur dia sama Aleta beda jauh mah, lucu kalo Aleta panggil om Tama kakak atau mas"
"apa salah nya sama umur yang beda jauh, lagian mamah liat kamu cocok tuh sama Tama" hah? cocok? Aleta bersumpah bahwa dia dengan Tama sangat lah tidak cocok
"mamah becanda nih, om Tama itu terlalu tua untuk Aleta mah jadi gak mungkin lah kami itu cocok" benar kan? umur mereka sangat lah jauh jadi tidak mungkin mereka itu. cocok
"bukan Tama yang terlalu tua untuk kamu, tapi kamu nya aja yang telat lahir" mamah tertawa kecil saat berkata seperti itu.
Aleta menggulirkan mata nya sedikit kesal. telat lahir apanya, memang Tama nya saja yang tua bukan Aleta yang telat lahir
"udah ah Aleta mau ke kamar aja ngobrol sama mamah tuh bikin kesel" dia meninggalkan mamah nya dan memilih untuk ke kamar nya saja
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
brak...
suara pintu yang sedikit dibanting oleh Aleta, dia terlampau kesal dengan sang mamah yang membahas Tama. apakah mamah nya itu tidak tau bahwa Aleta sangat tidak menyukai Tama. kenapa mamah nya membahas soal Tama kepada diri nya. haisss.. tadi apa kata mamah nya? cocok? dia dan Tama? haha itu hanya dalam mimpi. argh memikirkan nya sudah membuat nya sangat kesal
"aduh Aleta kenapa sih lu mikirin si tua jelek itu udah udah jangan dipikirin lagi" menepuk nepuk kepala nya pelan. dan setelah nya dia membanting tubuh nya di atas kasur. tiba tiba saja dia teringat bahwa dia harus menghubungi Zizi supaya Zizi nanti tidak menunggu nya
dia mengambil ponsel nya yang berada di samping, mengetikkan sesuatu dan setelah nya menaruh ponsel nya di telinga nya, terdengar suara seseorang menyapa dari seberang telfon
"halo ta? kenapa?" itu suara Zizi, dia bertanya kenapa Aleta menghubungi nya padahal jadwal mereka bertemu masih aja waktu 3 jam lagi
"Zi, sorry ya Kali ini gue harus batalin janji lagi" terdengar nada sedih dari ucapan Aleta
"loh kenapa? tiba tiba?"
"mamah gue tadi ngasih tau gue kalau hari ada fitting baju pengantin, dan itu harus gak bisa di tunda, jadi ya terpaksa gue harus undurin janji ketemu kita" Aleta menjelaskan kenapa dia tidak jadi pergi dan Zizi yang mendengarkan paham akan itu karena sebelum nya Aleta sudah bercerita perihal perjodohan yang papah nya lakukan maka, dia tidak menuntut Aleta untuk harus pergi bersama
"oh, oke gue paham kok ta gak papa mungkin lain kali aja kita nongkrong, bareng anak anak juga" mendengar itu Aleta sedikit menyunggingkan senyum nya. ia lega bahwa teman nya itu mengerti keadaan nya
"thanks banget sih Zi, sekali lagi maaf"
"gak papa ta santai aja, yaudah kalau gitu gue tutup ya telfon nya. lancar buat fitting nya ta" Zizi menutup telfon
Aleta menghela nafas nya sungguh sangat menyebalkan berada di situasi saat ini. jika bisa memilih maka ia tidak akan mau menikah dengan Tama. tapi semua sudah terlanjur dia harus menikah dengan Tama dan hidup dengan seseorang yang sangat menyebalkan menurut dirinya.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Aleta membuka matanya saat mendengar suara ketukan pintu. ternyata setelah menelfon Zizi dia tertidur, dia meraba raba kasur nya mencari ponsel yang tadi dia letakkan di samping dirinya. setelah ketemu dia melihat jam di ponsel nya yang menunjukkan pukul 12.15 dengan malas dia beranjak dari kasur nya dan membuka pintu yang sedari tadi di ketuk oleh mamah nya
"kenapa mah" dengan mata tertutup dan suara khas bangun tidur Aleta bertanya dengan mamah nya
"yaampun Aleta kamu belum siap siap? itu Tama udah dateng loh" mamah sedikit mengoceh saat melihat keadaan Aleta yang berantakan
"hah? udah dateng? cepet banget sih, bahkan aku aja belum siap siap"
"yaudah kamu cepet siap siap kasian nanti Tama nunggu lama"
"tapi kok aku jadi males ya mah, apa biar om Tama aja ya? mendengar itu mamah reflek menggeplak lengan Aleta "aww sakit mah" dengan bibir cemberut Aleta berkata seperti itu
"makanya gak usah aneh aneh, udah cepet siap siap" karya di dorong masuk ke kamar nya agar dia cepet untuk bersiap siap.
setengah jam kemudian Aleta selesai dia menghampiri mamah nya yang sedang menemani Tama di ruang tamu.
"mah" panggil nya
"eh udah selesai, yaudah kalian langsung berangkat aja nanti keburu telat"
"yaudah kalau gitu kami berangkat dulu ya mah" Aleta kaget saat Tama berkata seperti kepada mamah nya. apa katanya tadi? mah? mamah? sejak kapan Tama memanggil mamah nya dengan sebutan mamah?
"Aleta? hei? Leta?" panggil mamah tapi Aleta tidak menyahut sama sekali. baru saat mamah memegang pundak nya dia baru sadar dari lamunan nya "eh iyaa mah?"
"kok bengong, udah sana nanti keburu telat loh" ucap mamah
"oh iyaa, yaudah Aleta pergi dulu" setelahnya baru dia meninggalkan mamah nya dan memasuki mobil Tama.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
mereka telah sampai di butik Tante Anna. Aleta membuka pintu mobil nya dan berjalan meninggalkan Tama yang baru saja keluar dari mobil. dia memasuki butik di sambut dengan pegawai Tante Anna
"Mbak Aleta ya?" tanya pegawai Tante Anna ramah
"oh iya saya"
"mari ikuti saya mbak" dia mengikuti pegawai itu menuju tempat dia akan mencoba baju pengantin nya
"silahkan tunggu sebentar ya mbak, saya akan ambil beberapa pakaian nya dulu" dia duduk di sofa yang telah tersedia sembari menunggu mbak pegawai mengambil pakaian yang akan dia coba. tidak lama Tama datang dan duduk disebelah nya
"maaf tadi saya menjawab telfon dari asisten saya dulu makanya agak lama" beritahu Tama saat dia sudah duduk di sebelah Aleta.
Aleta hanya berdeham saja sebagai jawaban sembari membaca majalah yang tersedia di meja. tak lama mbak pegawai datang membawa baju yang akan ia coba dengan Tama.
"ayok mbak Aleta kita masuk ke ruang ganti"
Aleta meletakkan majalah nya di meja dan beranjak dari duduknya untuk masuk ke ruang ganti. dan mbak pegawai menyusul Aleta tapi sebelum itu dia memberi tau Tama untuk ganti di ruang sebelah.
beberapa menit kemudian mereka keluar dari ruang ganti Tama dan Aleta sama sama tercengang melihat penampilan masing masing, bahkan Aleta saja sampai terbengong melihat Tama yang menurut nya sangat tampan. tapi pikiran itu langsung ia tepis
"apa sih enggak-enggak, mana ada dia ganteng jelek banget pokoknya jelek" ucap nya dalam hati
sedangkan Tama, masih terbengong melihat Aleta yang menurutnya sangat cantik berbeda dari biasa nya. sungguh dia tidak menyesal memilih Aleta sebagai calon istri nya
"cantik" ucap nya pelan tanpa sadar, dan itu terdengar oleh Aleta
"hah? apa om?" tanya Aleta. Tama yang mendengar pertanyaan itu kaget tapi dia tidak menyangkal perkataan itu malah dia memuji Aleta dengan terang terangan
"saya bilang kamu cantik"
"oh, gue memang cantik kali om" sebenernya Aleta sedikit terkejut saat Tama berbicara bahwa dia cantik tanpa ada rasa canggung sama sekali. tapi dia tidak menunjukkan keterkejutan nya itu, dan malah menjawab perkataan Tama dengan pede nya.
mbak pegawai hanya tersenyum melihat mereka. menurut nya mereka sangat lucu yang satu tsundere dan yang satu nya lagi terlalu terang terangan.
-----------
setelah dari butik Tama mengantarkan Aleta pulang, tapi sebelum itu dia membelokkan mobil nya ke toko perhiasan. Aleta yang tidak tau sempat bingung sebelum Tama berbicara bahwa mereka akan mencari cincin terlebih dahulu.
"om...." saat Aleta akan bertanya, Tama lebih dulu memotong nya
"mamah kamu belum bilang ya, kita cari cincin dulu sebelum pulang"
"tapi mamah bilang hari ini cuma fitting baju pengantin aja, gak bilang kalo cari cincin juga"
"mungkin mamah kamu lupa bilang ke kamu nya" jeda "yaudah ayok keluar" Tama keluar dari mobil dan berjalan masuk ke toko perhiasan. Aleta hanya mengekori Tama saja. sesampai di toko mereka di sambut hangat oleh pegawai toko
"selamat siang ada yang bisa kami bantu"
"ah iyaa mbak, saya mau cari cincin pernikahan" ucap Tama
"baik, mari ikuti saya" mbak pegawai toko mengajak mereka ke etalase untuk melihat lihat cincin pernikahan. saat melihat cincin cincin yang terpajang mata Aleta berbinar, cincin cincin yang begitu indah dan cantik
Tama melihat Aleta yang terlihat begitu berbinar saat melihat cincin yang terpajang di etalase. dan ia berkata kepada Aleta agar Aleta yang memilih cincin nya
"kamu yang pilih cincin nya"
"loh kok gue om, nanti kalo gak sesuai sama Lo gimana?" kenapa juga dia yang harus memilih, jika nanti tidak sesuai dengan apa yang di inginkan Tama bagaimana
"tidak apa saya akan terima apa pun yang kamu pilih" ucap Tama sedikit menggoda
"cihh" Aleta hanya berdecih mendengar nya, sungguh sangat menyebalkan saat Tama berkata seperti itu.
dan Tama tersenyum melihat perlakuan Aleta yang seperti karena menurut nya Aleta yang seperti itu sangat menggemaskan.
Aleta sibuk memilih cincin yang di pajang di etalase, rasanya sangat ingin membeli semua tapi itu sangat tidak mungkin. karena yang memakai nya hanya dia dan Tama saja. mata terus menyusuri cincin yang sangat indah itu dan mata nya jatuh pada 3 pasang cincin yang menurut nya cocok untuk dia dan juga Tama.
"mbak saya mau lihat cincin yang 3 ini ya" ucap nya kepada Mbak pegawai yang sedari tadi berada di depan mereka.
mbak pegawai itu mengeluarkan cincin yang di minta oleh Aleta. dan Aleta mencoba cincin yang mana menurutnya lebih cocok untuk diri nya.
"gimana menurut om?" Aleta bertanya kepada Tama yang berada di samping nya. tapi belum sempat Tama menjawab dia sudah menyela nya dan berkata bahwa cincin yang dia coba tidak cocok.
"kurang cocok deh kaya nya, coba kalo yang ini" dan Aleta mencoba cincin yang kedua. dan sama seperti tadi dia bertanya kepada Tama. dan sama saja sebelum Tama menjawab dia langsung berkata bahwa cincin yang kedua juga tidak cocok menurut nya
"ah sama aja, ini juga kurang cocok" Aleta mengambil cincin yang ketiga dan mencoba nya, tapi sebelum dia berkata bahwa cincin yang ketiga tidak cocok. Tama telah lebih dulu berkata
"cincin yang ini bagus kok" ucap Tama, Aleta menoleh melihat Tama yang tersenyum kepada nya
"tapi ini terlalu mewah om, kaya nya kurang pas deh"
"em... kalau gitu yang pertama ini, gimana? ini simpel gak terlalu mewah" tawar Tama kepada Aleta
"enggak deh om, terlalu simpel" tapi Aleta menolak karena menurut nya itu terlalu simpel
"yaudah kalau gitu yang kedua ini, menurut saya ini pas gak terlalu simpel dan gak terlalu mewah" tapi menurut Aleta itu juga kurang pas, jadi dua juga akan menolak pilihan yang kedua itu. tapi sebelum itu Tama sudah lebih dulu berbicara kepada Mbak pegawai bahwa ia memilih cincin yang kedua.
"mbak kami pilih cincin yang ini ya"
"baik mas" kata si mbak pegawai
sebelum Aleta memprotes, Tama berkata bahwa cincin itu sudah yang paling cocok karna jika dilihat cincin yang pilihan kedua itu tidak terlalu simpel dan juga tidak terlalu mewah. sejak awal pun dia sudah suka dengan cincin itu. dan tanggapan Aleta hanya mencibir dan memanyunkan bibirnya saja. tapi jika ia lihat lihat memang pilihan kedua itu sudah paling cocok sih, ah sudah lah tak apa toh, cincin itu juga bagus kok
"oh iya mbak, di dalam nya tolong ukir nama Aleta dan Tama ya" Tama meminta kepada Mbak pegawai agar mengukir nama nya dan Aleta.
"om apaan sih alay tau gak" protes Aleta
"ya gak papa, kan bagus" Tama sedikit menggoda Aleta "yaudah mbak, kalau gitu kita tinggal dulu ya? nanti kalo udah jadi mbak bisa hubungin ke nomor ini" memberikan kartu nama nya ke mbak pegawai. dan setelahnya mengajak Aleta untuk pergi meninggalkan toko perhiasan.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang ingin memulai duluan untuk berbicara. bahkan Aleta terbilang yang sangat tidak bisa diam. disaat ia berdua di mobil dengan Tama seperti ini menjadi pendiam dan tidak banyak berbicara. bukan karena takut dengan Tama yang terlihat dingin itu tapi karna ia malas saja untuk berbicara dengan Tama
"mau mampir makan malam gak?" tiba tiba suara hening terpecahkan oleh pertanyaan Tama yang mengajak untuk makan malam. dan mau tidak mau Aleta harus menjawab pertanyaan itu
"gak usah om, langsung pulang aja. gue pengen cepet cepet mandi terus tidur" tolak Aleta, ia memang tak ingin makan berdua saja dengan Tama. toh ia juga bisa makan dirumah nanti
"beneran? kamu tidak lapar? kita cari makan dulu deh, saya gak mau nanti di bilang tidak bertanggung jawab, karena ngajak anak orang keluar tapi tidak memberi makan" Tama memaksa Aleta agar mau mencari makan dahulu. ia takut saja jika Aleta kelaparan dan ia akan tercap sebagai orang yang tak bertanggung jawab karena membiarkan anak orang kelaparan.
"gak usah om, gue bisa makan dirumah nanti" sekali Aleta menolak dan tetap tidak ingin makan dengan Tama
"yaudah kalau begitu" dan Tama pun pasrah saja dengan tolakkan aleta
pukul 19:00 malam mereka sampai di rumah Aleta. Tama mengantar Aleta sampai kedepan pintu nya.
"udah om sampe sini aja, om boleh pulang sekarang" Aleta sedikit mengusir, dan bersamaan dengan itu pintu terbuka memunculkan mamah Aleta yang membawa se plastik sampah untuk di buang.
"eyy, gak sopan banget masa Tama nya di usir sih" marah mamah yang mendengar Aleta mengusir Tama.
"mah" sapa Tama, dan melihat mamah Aleta yang membawa sampah dia berinisiatif mengambil sampah itu dari tangan mamah Aleta "sini biar Tama aja yang buang sampah nya mah, sekalian nanti Tama juga mau pulang" mamah Aleta memberikan sampah nya kepada Tama.
"loh kok pulang, kalian udah makan malam? kalau belum makan dulu yuk" ajak mamah kepada Tama, namun Tama melihat Aleta yang tidak suka saat mamah nya menawarkan Tama untuk makan malam bersama. jadi, dia berniat untuk menolak
"gak usah mah, nanti Tama makan dirumah aja" tolak Tama halus
"mending makan disini aja sekalian, kalau pulang keburu kelaparan nanti" mamah memaksa Tama untuk mau makan malam bersama. dan Tama merasa tidak enak hati jika harus menolak lagi. jadi, mau tidak mau ia harus ikut makan malam bersama keluarga Aleta. walaupun setelah nya Aleta mencebikkan nada tidak suka
"yaudah Tama buang sampah ini dulu ya mah"
"iyaa, mamah tunggu di dalam ya"
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
setelah membuang sampah Tama kembali kerumah Aleta dan masuk ke dalam rumah. dia langsung menuju ke ruang makan, disana sudah ada mamah dan papah Aleta. bahkan Aleta pun sudah duduk disana.
"eh nak Tama" papah menyapa saat melihat Tama memasuki ruang makan
"malam pak Akbar" sapa Tama canggung
"eh kok masih canggung aja sih" papah Akbar yang mendengar nya pun sedikit menggoda Tama.
"ah iyaa pah" ucap Tama "papah juga panggil Tama aja ya, jangan pakai nak biar tambah akrab" Tama juga mencoba obrolan yang sedikit akrab.
"ah benar juga, sebentar lagi kamu kan jadi menantu papah ya" papah tertawa dan Tama pun juga ikut tertawa.
"udah udah makan dulu, nanti di lanjut lagi ngobrol nya" mamah yang sedari tadi diam mendengarkan mereka mengobrol sambil tersenyum pun. akhirnya mengintruspi obrolan mereka.
"eh iyaa Tama, ayok di makan dulu. nanti kita lanjut lagi ngobrol nya" suruh papah dengan sedikit tersenyum
"iya pah"
saat Tama akan menyendokkan nasi ke piring nya tiba tiba mamah berbicara, menyuruh Aleta mengambilkan nasi untuk Tama.
"Aleta, Tama nya di layanin dong masa kamu diem aja sih" tidak bergerak sama sekali, Aleta masih tetap diam tidak mendengarkan apa kata mamah nya. dan memandang Tama dengan sinis. apakah harus? bahkan Tama sendiri pun masih bisa mengambil makanan nya sendiri. dan Tama yang menyadari itu hanya memandang Aleta dengan perasaan tak enak hati
"gak usah mah, biar Tama ambil sendiri aja"
"hei gak boleh gitu dong, Aleta harus belajar dari sekarang untuk ngelayanin kamu supaya nanti dia bisa setelah menikah" jeda "lagipula Aleta juga harus belajar menjadi istri baik"
"ck" dari pada banyak berdebat akhirnya dia menurut untuk melayani Tama.
dengan malas Aleta mengambil piring Tama dan menyendokkan nasi lalu mengambilkan lauk untuk Tama, baru setelah nya memberikan piring itu kepada Tama. lalu setelah itu mereka makan dengan tenang.
"maaf Aleta ngerepotin kamu, tapi mamah kamu benar agar kamu bisa menjadi istri yang baik untuk saya nanti" Tama hanya mengucapkan itu dalam hati nya saja, ada sedikit senyum yang ia sunggingkan di bibir nya saat menatap Aleta.
_________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!