Di malam hari yang begitu dingin, seorang pangeran yang bernama Xio Fang sedang berjalan menelusuri lorong kerajaan. "Ngapain dia?" tanya Xio Fang kepada diri sendiri saat melihat orang yang ia benci.
Xio Fang yang ingin tau apa yang di lakukan oleh si penasehat lantas mengikutinya dari belakang, ia mengendap-ngendap sebagai pencuri. "Ngapain sih dia?" tanyanya lagi pada dirinya sendiri, saat melihat si penasehat memasuki ruangan pribadi milik ayahandanya.
Ia lantas menempelkan daun telinganya di pintu yang terbuat dari kayu.
***
"Hormat saya yang mulia" ucap si penasehat sambil berlutut. "Bangun lah, apa hajatmu ingin menemuiku di malam - malam ini?" tanya yang mulia Raja Xio Gian yang penuh wibawa.
"Hamba ingin membahas tentang anak anda, yang bernama Xio Fang!" ujarnya membuat yang mulia Rajja Xio Gian mengangguk.
"Baiklah, aku akan mendengar - kannya" ucap yang mulia Raja Xio Gian. "Baiklah" ucap Si penasehat.
"Anak anda pangeran Xio Fang, sudah beberapa kali saya lihat ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia juga tidak bisa menggunakan senjata seperti Rayi - Rayinya. Mungkin ini hal yang tidak pantas hamba ucapkan" ucap si penasehat sambil menutup matanya dan menghela nafas dengan kasar. Yang mulia Raja Xio Gian, yang melihat ekspresi si penasehat tambah penasaran.
"Lanjutkan, aku akan mendengarkanya!" ucap yang mulia Raja Xio Gian sambil tersenyum tipis.
Setelah menghembuskan nafas kasar, penasehat langsung melanjutkan ucapanya yanh terpotong tadi "sebenarnya pangeran Xio Fang terkena kutukan para dewa sampai ia tidak dapat menggunakan senjata apa pun itu. Hal ini juga adalah dampak yang begitu buruk untuk kerajaan Xio" ucap penasehat panjang lebar sambil meletakkan gulugan yang begitu kuno di atas meja milik yang mulia Raja Xio Gian.
"Kalau anda tidak percaya, anda bisa melihat gulungan kuno ini" ucapnya sambil menghela nafas.
Yang mulia Raja Xio Gian mulai membuka gulungan itu. Tidak lama kemudian ia juga ikut menghela nafas dengan begitu kasar dan mengusap wajahnya.
"Bagaimana yang mulia, kalau hal ini tersebar akan menjadi berita buruk!" ucap penasehat dengan mimik wajah yang ia buat - buat.
"Akan aku pikir kan malam ini, kau boleh keluar!" ucap yang mulia Raja Xio Gian. "Baik yang mulia" ujarnya dengan membungkuk kan sedikit badannya.
ia lantas keluar dari dalam ruangan pribadi milik yang mulia Raja Xio Gian.
***
Xio Fang yang mendengarkannya langsung terkejut, ia pun langsung berpindah dari tempatnya saat pintu mulai di buka.
"Kau pikir aku tidak tau hah!" ujarnya pelan tapi masih dapat di dengar oleh Xio Fang. Xio Fang yang mendegar itu langsung terkejut dan keluar dari tempat persembunyian - nya.
Xio Fang pun langsung berjalan dengan gontai meninggalkan si penasehat. Si penasehat yang masih berada di belakang Xio Fang tersenyum lalu bergumam "dasar penganggu, tapi aku tidak takut". Senyuman liciknya mulai terukir di wajahnya yang begitu berkerut.
***
"Pergi kau dari sini" ucap yang mulia Raja Xio Gian sambil mendorong tubuh kecil Xio Fang dengan begitu kasar. Xio Fang yang kehilangan keseimbangan lantas terjatuh.
"Jangan pernah kembali lagi kesini, anak kutu***!" ucap yang mulia Raja Xio Gian, seperti belati yang menusuk hati si kecil Xio Fang.
"Memalukan, untung saja kau udah di usir" ucap para Rayi Xio Fang dengan wajah di buat - buat tidak suka saat melihat wajah tampan Xio Fang.
"Tapi ayahanda, aku masih bisa menggunakan tongkat Toya, walaupun tidak ahli" bela Xio Fang, yang membuat yang mulia Raja Xio Gian marah.
Wajahnya langsung merah padam, "hah, cuman sedikit, memalukan" ucapnya sambil melayangkan tangannya menuju wajah tampan milik Xio Fang.
"Kalau kau mengusirnya - usir aja. Tapi jangan harap kau melukai dia" ucap yang mulia Ratu Mao yang tidak lain ialah ibunda kandung Xio Fang.
"Cih, memalukan!" ucap yang mulia Raja Xio Gian dengan tekanan di setiap kata. Yang mulia raja Xio Gian langsung memutarkan badannya 180° lalu berjalan meninggalkan siapa saja.
"Anakku, maafkan ibunda yang tidak bisa melindungi mu" ucap yang mulia Ratu Mao sambil mengelus wajah mulus milik Xio Fang, air matanya langsung turun tanpa izin. "Tidak apa - apa ibunda. Ibunda jaga diri baik - baik ya" ucap Xio Fang sambil mengelap lembut wajah ibundnya yang basah akibat air mata.
Xio Fang tersenyum lalu berjalan meninggalkan semuanya. Yang mulia Ratu Mao yang masih menatap punggung anak sulungnya tanpa terasa air matanya mengalir lagi. Hal ini membuat ia terpukul.
"Maaf ya nak" ucap yang mulia Ratu Mao sambil mengelap matanya agar berhenti menangis. "Sampai jumpa di lain hari" sambungnya lagi tapi kali ini dengan nada suara yang begitu pelan.
Ia berjalan dengan tubuh yang begitu lemah, seolah tenaganya habis terkuras. Tanpa ia sadari juga tenaga dalam miliknya ikut terkuras.
penglihatannya mulai memudar, langkahnya semangkin lama semangkin pelan. Kedua kaki miliknya yang sudah tidak dapat menopang tubuhnya yang semakin lama menjadi lebih berat.
Brukkk...
Tubuh yang mulia Ratu langsung menghantam tanah yang masih begitu lembab. seorang dayang wanita yang melihat tuanya jatuh langsung berlari dengan bantuan tenaga dalam.
Ia lantas menaruh tubuh yang mulia Ratu di atas bahunya. Dengan tenaga dalam yang tersisa ia membawa tubuh yang terkulai lemas itu menuju ruang tabib.
"Letakkan disini" ucap sang tabib sembari membantu sang dayang meletakkan tubuh yang mulia Ratu Mao di atas tempat tidur yang terbuat dari sutra pilihan.
Sang tabib dengan cekatan mulai memeriksa sang Ratu. "Bagaiman keadaan yang mulia Ratu wahai tabib agung?" tanya sang dayang yang begitu khawatir dengan keadaan tuannya.
"Yang mulia Ratu tidak apa - apa, ia hanya kelelahan. Kalau bisa tolong bawakan bubur untuknya" ucap tabib yang langsung di patuhi oleh dayang tersebut.
***
Hari mulai berganti malam, panasnya siang mulai berganti dinginnya malam, penglihatan Xio Fang semangkin lama semangkin memudar. 'Ini di mana ya?' tanya - nya kepada diri sendiri.
Ia berjalan tanpa arah, ia tidak tau di mana ia sekarang, keadaan sekitar yang tadinya masih terlihat dengan jelas kini sudah tidak terlihat karena di tutupi oleh gelapnya malam.
Suara hewan malam mulai riuh, mereka menunjukkan suara mereka yang merdu. Karena suara ribut hewan malam tanpa sadar Xio Fang malah masuk kedalam sungai dengan arus yang begitu hebat.
Tubuhnya mulai menghantam air yang begitu deras. Xio Fang yang tidak memiliki tenaga dalam membuat tubuhnya semangkin lemah.
Matanya pun mulai terpejam, ia membiarkan arus air membawa tubuhnya kemana. Ia sudah putus asa dengan kehidupannya.
Tubuh kecilnya mulai terbawa arus sungai dan tidak tau menuju kemana.
"Ayahanda, lihat ada tubuh anak kecil di pinggir sungai itu" ucap seorang anak, sambil menunjuk tubuh seorang anak yang sedang tergeletak di antara batu.
"Ayo kita lihat!" ajak pria paruh baya yang tidak lain ialah ayahanda dari anak itu. Anak itu lantas mengikuti ayahanda - nya dengan hati - hati agar tidak terpeleset saat menginjak batu yang begitu licin karena kena air sungai.
Pria paruh baya itu langsung mengendong tubuh anak kecil itu dan membawanya menuju rumah miliknya. "Ayahanda, apakah ayahanda kenal dengan anak itu?" tanya - nya yang langsung di balas anggukan oleh pria itu.
"Apakah aku boleh melihat wajahnya?" tanya yang membuat pria itu tersenyum simpul. "Nanti saja saat di rumah, anak ini harus di berikan pertolongan. Karena luka yang di tubuhnya begitu banyak" jawab si pria itu yang langsung di balas anggukan oleh anaknya.
***
Xio Fang mulai membuka matanya. 'Di mana ini?' tanya - nya pada diri sendiri, saat ia mulai melihat sekeliling ruangan itu dalam seketika kepalanya berdenyut dengan kuat, membuat ia langsung memengang kepalanya dan jatuh dari tempat tidur.
Brukkk...
Dari arah luar terdengar suara larian yang begitu cepat. Pintu langsung terbuka dengan lebar dan menampak seorang anak laki - laki yang mengedar pandangannya.
"Rayi!!!" teriaknya saat melihat Xio Fang yang sedang meringkuk di bawah tempat tidur, ia berlari menuju Xio Fang. "Apa yang kamu lakukan, kamu belum sembuh" ucap Xio Light yang tidak lain ialah Raka sepupunya.
Xio Light langsung memapah tubuh Xio Fang yang penuh dengan luka, hampir setiap terdapat luka yang begitu mengerika. "Tadi kamu panggil saya Rayi?, kalau boleh tau kamu siapa ya?" tanya Xio Fang yang kebingungan.
"Apa kamu lupa dengan Raka mu sendiri hah?" Xio Light lantas bertanya kembali. "Raka?" ucapnya pelan tapi masih di dengar oleh Xio Light.
"Aku ini Raka - mu Xio Light" ucap Xio Light dengan kesabaran yang mulai habis, seketika emosi yang ia tahan mulai lenyap seketika saat Xio Fang memeluk tubuhnya dan menangis.
"Raka, Raka kemana saja. Rayi capek mencari mu?" tanya Xio Fang yang masih memeluk erat tubuh milik Xio Light. Air mata terus mengalir dari pelupuk matanya.
"Raka kan di usir sama si rubah tua itu bersama ayahanda dan ibunda" ucap Xio Light yang membalas pelukan Xio Fang. Ia juga ikut menangis di dalam pelukan itu.
Setelah menagis untuk melepaskan rindu mereka langsung melepaskan pelukan itu. "Rayi, Raka mau mengambilkan makana untukmu dulu ya!" ucap Xio Light yang di balas anggukan dan senyuman oleh Xio Fang.
Xio Light yang melihat senyuman yang terukir di wajah Rayi - nya pun ikut tersenyum. Sebelum ia menginjakkan kakinya keluar kamar atau bilik yang di tempati Xio Fang, ia berkata "jangan banyak gerak, tunggu Raka ya".
"Baik Raka" jawab Xio Fang yang langsung meletakkan kepalanya di atas bantal yang terbuat dari sutra yang begitu lembut, begitu pula dengan tempat tidur itu.
"Macam mana keadaan ibunda ya?" tanya - nya pada diri sendiri. Xio Fang lantas menghembuskan nafas dengan kasar saat hidupnya sudah begitu hancur, ia begitu kangen sama ibunda yang ia cintai.
"Aku akan membuat ibunda bangga kok!" kata-kata itu terus tergiang di kepalanya, di mana dulu ia pernah berkata seperti sama ibundanya.
Tidak perlu lama Xio Fang menunggu kehadiran Xio Light. Xio Light kini telah berada di ambang pintu dengan satu mangkuk di tangannya. Mangkuk itu mengeluarkan banyak asap yang menandakan makanan yang di bawa oleh Xio Light, ia-lah makanan baru selesai di masak.
Xio Light pun membantu Xio Fang untuk duduk agar dapat menyantap makanan yang ia bawa. "Aaaaaa" ucap Xio Light sambil membuka mulut lebar-lebar.
Xio Fang pun hanya menuruti perintah Raka-nya, ia membuka mulut besar-besar. Satu suapan penuh bubur lantas masuk kedalam mulut Xio Fang. Xio Fang begitu senang karena dari dulu Raka-nya memanjakan-nya seperti ini.
Hanya Xio Light yang ingin menemani-nya di kala sendirian di kerajaan. Jangan di tanya dengan Rayi-nya Xio Fang, mereka hanya baik di depan ayahanda dan ibunda mereka, kalau di belakang mereka jahat.
"Ya sudah kamu istrirahat sahaja dulu, Raka mau berburu untuk makanan nanti malam!" ucap Xio Light sambil menaruh mangkuk yang sudah kosong.
"Raka, tapi Rayi mau ikut!" pinta Xio Fang dengan wajah yang begitu berharap. Xio Light yang melihat kelakuan Xio Fang hanya menghembuskan nafas dengan kasar.
Ia langsung mendekati Xio Fang dan berkata "kamu masih sakit Rayi, kalau sudah sembuh baru boleh berburu sama Raka iya" ."Baik Raka" jawab Xio Fang sambil merebahkan badannya di atas tempat tidur.
"Kamu istrirahat duluya" ucap Xio Light sambil mengelus kepala Xio Fang dengan begitu lembut, Xio Fang yang mendengar-nya hanya mengangguk sahaja lalu memejamkan matanya.
***
"Xio Light, apa macam mana keadaan Xio Fang?" tanya Xio Nigt yang tidak lain ialah ayahanda dari Xio Light. "Keadaan Rayi semangkin lama semangkin membaik, sekarang ia lagi tidur" jawab Xio Light sambil mengelap panah-nya.
"Ayahanda ayo kita pergi, sebelum malam tiba!" ajak Xio Light yang di balas anggukan dan senyuman oleh Xio Nigt ayahanda-nya.
Ayahanda dan anaknya mulai menyelusuri hutan belantara. Hutan yang kaya dengan hasil bumi, bukan hanya hewan yang ada di dalamnya, melainkan banyak seperti buah - buahan, tanaman-tanaman obat dan banyak lagi.
"Ayahanda Xio Light akan berburu di bagian utara hutan ini" ucap Xio Light sambil mengambil panahnya yang berada di pinggangnya.
"Baiklah" jawab Xio Nigt yang mulai berjalan kearah barat hutan.
Baru di pertengahan jalan Xio Light melihat babi hutan yang begitu besar melintas di depannya. Tanpa banyak bicara lagi ia langsung menarik panahnya yang mengandung tenaga dalam.
Saat tali panah itu di lepas, busur dengan cepat melesar dan menancap tepat di bo****-nya dan tembus lewat mata kanannya.
Babi hutan itu lantas terdiam sebentar lalu tumbang. "Berhasil" ucap Xio Light dengan senyum yang begitu puas saat ia berhasil memburu babi hutan yang begitu besar.
Xio Light pun langsung menuju buruannya. Telapak tangan ia buka dan mengarahkan di atas tubuh babi hutan itu. dalam seketika babi hutan itu hilang bak di telan bumi.
Bukan, babi hutan itu tidak hilang kok melainkan berpindah kedalam cincin samudra milik Xio Light. Xio Light tersenyum lalu beranjak pergi dari tempat di mana babi hutan itu mati.
Xio Fang duduk termenung di dekat jendela, ia sudah bisa beranjak kemana ia mau. 'Raka kok lama kali ya?' tanya-nya membatin. "Huhhh" hembusan kasar keluar dari mulut kecil Xio Fang.
Saat enak-enak melihat pemandangan di luar jendela ia lantas jatuh dari kursinya karena Xio Light muncul secara tiba-tiba di depannya. "Aduh Raka, sakit tau" ucap Xio Fang sambil mengusap bokongnya yang sakit karena beradu dengan kaya yang begitu keras (lantai kamar).
"Hahahahahahah!" suara tawa keluar dari mulut Xio Light dengan lantangnya dan merasa tidak berdosa karena telah mengerjai Xio Fang. Xio Fang yang melihat Xio Light langsung pergi.
"Rayi, kamu marah ya. Maaf ya, Raka cuman bercanda kok" ujar Xio Light sambil masuk kedalam kamar melalui jendela yang masih terbuka lebar.
"Enggak kok Raka" jawab Xio Fang. Xio Light pun langsung menarik tangan Xio Fang lalu berkata "ayo kita keruangan pelatihan". Xio Fang yang belum sembuh secara keseluruhan langsung jatuh.
Xio Light yang melihat itu mejadi ketakutan. "Aku pasti kena marah sama ayahanda!" ujarnya pelan yang begitu takut saat Xio Nigt tau apa yang telah di buat oleh anaknya terhadap Xio Fang.
"Rayi maafkan Raka ya" ujarnya begitu memohon kepada Xio Fang dengan Kedua telapak tangan saling menempel. "Tidak apa-apa Raka, ini hanya hal kecil" ujarnya sembari bangkit.
"Ayo Raka" ucap Xio Fang sambil memegang tangan Xio Light, Xio Light yang melihat tangannya di pegang oleh Rayi-nya lantas tersenyum. "Ayok!".
Mereka berdua berjalan bersamaan dengan tangan yang saling berpegangan. Di perjalan mereka berbincang-bincang hal-hal yang lucu yang membuat mereka berdua tertawa dengan lantang.
Tanpa di sadari mereka berdua telah sampai di depan pintu yang begitu besar yang bertulisan [Ruang Pelatihan]. Xio Light langsung membuka pintu itu dengan lebar, pemandangan yang pertama kali mereka lihat ialah Xio Nigt yang sedang melatih anak - anak muda bagaiman mengayunkan pedang dengan benar.
"Ayahanda, apa kami boleh gabung sama kakak seperguruan?" tanya Xio Light kepada Xio Nigt ayahandanya. Xio Nigt langsung melihat anak samata wayang-nya.
"Kamu boleh kok, tapi Xio Fang belum boleh, luka yang ia dapat-kan belum sembuh secara keseluruhan. Xio Fang kamu boleh duduk di sana" ucap Xio Nigt yang langsung di patuhi oleh Xio Fang.
Xio Fang pun langsung berjalan menuju deretan kursi yang telah di siapkan. Ia duduk dengan tatapan mata tertuju kepada Xio Light dan yang lain dengan mudahnya.
"Apa aku bisa seperti mereka?" tanya-nya kepada diri sendiri, tanpa sadar buliran air mata mulai menetes saat ia teringat dengan ucapan ayahanda-nya di mana kala itu ia di sebut dengan anak kutukan.
Ia langsung mengelap buliran air mata saat melihat Xio Light berjalan menuju-nya. "Kamu kenapa Rayi, apa kamu menangis?" tanya Xio Light yang langsung di balas gelengan kepala oleh Xio Fang.
"Tidak kok Raka, mata Rayi kemasukan debu aja" ucap Xio Fang yang terpaksa bohong kepada Rakanya. "Raka mau kemana?" tanya Xio Fang saat melihat Xio Light berjalan keluar dari dalam ruangan.
"Raka, mau ngambil makanan untuk para murid ayahanda" jawab Xio Light yang langsung membuat Xio Fang beranjak dari tempat duduk dan menghampirinya.
"Boleh ikut gak Raka?" tanya Xio Fang kepada Xio Light. "Boleh ayok!" jawab Xio Light sambil mengelus puncak kepala Rayinya itu.
***
Xio Fang dan Xio Light telah kembali masuk kedalam ruang pelatihan, dengan kedua tangan yang memegang mapan yang penuh dengan makanan dan minuman.
"Ayahanda, ayo kita istrirahat dulu. Sekalian sama kakak seperguruan" ucap Xio Light yang langsung di balas anggukan oleh Xio Nigt ayahandanya.
"Stop, latihan cukup sampai disini dahulu, kita lanjutkan besok. Sekarang mari kita menyatap makanan yang telah di bawakan" ucap Xio Nigt panjang lebar kepada para murid didiknya. Para murid didiknya lantas menghentikan latihan mereka dan melihat dan mendengar ucapan guru mereka Xio Nigt.
"Baik guru!!" jawab mereka semua secara serentak yang membuat ruangan ini bergema dengan suara mereka.
***
"Rayi, ayo kita pergi ketempat tabib, agar luka sembuh semua!" ajak Xio Light yang langsung di balas anggukan oleh Xio Fang. Mereka berjalan bersamaan, mereka berdua juga begitu ramah.
Kadang mereka menyapa para pria yang sedang berkerja di ladang mereka, mereka juga menyapa para wanita yang sedang menumbuk beras menggunakan lesung agar menjadi tepung.
"Pangeran Xio, ayo kesini!" ajak seorang anak laki- laki. "Baik, ayo Rayi" jawab Xio Light yang langsung berjalan menuju kumpulan anak-anak.
"Dia ini siapa pangeran Xio?" celetuk salah satu anak yang berkumpul. "Sudah ku bilang panggil saja Xio atau Light tidak usah pakai pengeran. Ini perkenal-kan Xio Fang Rayi ku" ucap Xio Light.
"Salam kenal Xio Fang" ujar mereka sambil menjabat tangan yang mulus milik Xio Fang. "Salam kenal" ucap Xio Fang sambil tersenyum, ia merasa begitu senang karena mendapat-kan teman.
"Kamu begitu tampan sama seperti Xio Light" ujar seorang anak perempuan sambil mencolek pipi Xio Fang. "Terima kasih" ucap Xio Fang dengan wajah yang merona merah.
Mereka yang melihat wajah Xio Fang merona merah lantas tertawa dengan begitu lantangnya. "Kalian pada ngapain?" tanya Xio Light kepada anak-anak yang sedang mengerumuni Xio Fang.
"Kami sedang menyantap kue beras, apa kamu mau" jawab salah satu mereka sambil menyodorkan kue beras yang beralas daun. "Terima kasih" ucap Xio Fang sambil memasukan satu kue beras kedalam mulutnya.
Xio Light juga ikut makan bersama mereka, tawa riang terdengar keluar dari mulut mereka begitu pula dengan Xio Fang, ia merasa begitu bahagia.
"Xio Light, Xio Fang ayo kita pergi ke hutan!" ajak mereka yang langsung di balas anggukan oleh Xio Light.
"Ngapain kehutan?" tanya Xio Fang dengan begitu polos-nya membuat mereka tersenyum lalu menoleh kearah Xio Light. Xio Light yang tau kode dari temannya lantas menjelaskan kepada Rayinya ini.
"Kami kehutan ingin mengumpulkan buah-buahan. Ada berbagai buah-buaha ada di dalam hutan. Ayok!!" jelas Xio Light yang membuat Xio Fang mengangguk beberapa kali.
"Rayi ayo naik atas punggu Raka" ucap Xio Light sambil berjongkok, ia tau kalau Rayi-nya ini tidak dapat menggunakan tenaga dalam lebih tepatnya tidak ada tenaga dalam.
Tanpa banyak tanya Xio Fang langsung naik di punggung tubuh belakang Rakanya. Saat udah naik dengan benar Xio Light mulai melajukan kakinya yang mengandung tenaga dalam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!