NovelToon NovelToon

Secret Life [Rafael Vers_]

Eps 1

Rafael Benedict, laki-laki tampan dengan sifat dinginnya yang begitu di incar semua wanita.

Siapa yang tidak mengenal Rafael Benedict? Pangeran di kerajaan Benedict itu bisa di bilang sebagai visual di kerajaan nya.

Bukan hanya tampan, tapi kemahiran nya dalam segala hal membuat dia begitu di takuti oleh siapapun.

Kedua adik nya yang bernama Rachel dan Raymond pun tak kalah hebat, mereka benar-benar menuruni sifat kedua orang tua nya.

Baik keahlian ataupun visual.

.......

Terbangun tiba-tiba di sebuah tempat yang sama sekali tak kau kenali, apa yang akan kau lakukan jika berada di posisi itu?.

Kaget? panik? bingung? was-was? takut? marah? Atau kesal?.

Itu mungkin berlaku untuk orang-orang yang sudah biasa mengeluarkan semua ekspresi mereka.

Tapi tidak untuk manusia satu ini, saat manik mata berwarna hazel itu perlahan terbuka, tak ada ekspresi lain selain kedua dahi yang mengernyit terlihat heran dan bingung.

Manusia yang berjenis kelamin laki-laki itu mulai mengedarkan pandangan nya menatap sekitar, aneh, batin pria itu saat dia tak mengenali tempat nya saat ini.

Pria itu mulai mencoba mendudukkan tubuhnya, dia sedikit meringis saat merasakan sakit di kepala nya.

Saat sudah berhasil duduk pria itu pun tak sengaja menatap tubuhnya, apala lagi ini? Batin nya.

Saat ini dia memakai pakaian yang tidak seperti biasa nya, sejujurnya dia tidak terlalu kaget karena dia sudah biasa memakai pakaian seperti ini, sedari kecil karena nenek dan kakek nya.

Dia menghela nafas lalu dia pun mencoba turun dari tempat yang dia tiduri tadi, saat sudah berdiri dia menatap ke sekeliling nya, dapat dia pastikan jika ini sebuah kamar.

Terlihat dari lemari, kaca, kursi dan sebuah benda berbentuk segi empat yang ada di atas, entah dia tidak tahu apa itu nama nya.

Lalu dia pun berjalan menuju pintu yang sedikit menarik perhatian nya, saat sudah sampai dia pun membuka pintu itu, terlihat seperti tempat mandi?.

Entahlah, dia tidak peduli.

Lalu setelah nya dia pun menutup kembali pintu itu, lalu dia berjalan menuju pintu satu nya.

Dia membuka pintu itu dengan perlahan dan saat dia membuka pintu nya, dia dapat melihat dua orang berpakaian hitam-hitam berdiri di luar pintu itu.

"Tuan muda?." ucap mereka serempak dengan kaget.

Lalu mereka pun membungkuk.

"Anda sudah sadar tuan muda? Apa anda membutuhkan sesuatu? Ah apa perlu saya panggilkan dokter?."

Pria yang di panggil tuan muda itu mengernyit, dia menatap aneh kedua pria di depan nya.

"Kalian siapa?." Dua kata yang berhasil lolos dari bibir merah nan seksi itu membuat kedua pria tadi saling menoleh dengan terkejut.

"Tu-tuan muda?." salah satu penjaga itu berucap dengan terbata.

Sebelum penjaga tadi kembali melanjutkan perkataannya, pria yang di panggil tuan muda itu pun berjalan meninggalkan kedua penjaga tadi.

Lama.

Ck, dia tidak suka menunggu! Hanya untuk menjawab pertanyaan nya saja kenapa lama sekali?.

Pria itupun menuruni tangga rumah dengan santai nya, tidak ada ketakutan di wajah nya, wajah tampan yang memiliki sedikit lebam di wajahnya itu terlihat datar sekali dengan pandangan lurus yang sangat dingin.

Mata tajam nya mampu begitu mengintimidasi setiap orang yang bersitatap dengan nya.

Suara ketukan sendal yang dia pakai di setiap tangga yang dia turuni, mampu menarik perhatian orang-orang yang berada di lantai bawah.

Orang-orang yang berada di ruang tamu menoleh kan pandangan mereka pada tangga, mereka terkejut saat melihat siapa yang baru saja turun.

"Rafael?." pekik seseorang dengan lumayan keras dan pria yang baru saja menuruni tangga itu pun menoleh.

Dia menatap seseorang yang meneriakkan nama nya tadi.

Dia berjalan dengan santai menuju orang-orang disana.

"Kau mengenalku?." tanya nya dengan dingin saat sampai di hadapan mereka semua.

Semua orang yang ada di sana terkejut, mereka bangkit berdiri dan menatap pria itu heran.

"Aku bertanya." ucap nya lagi yang sekarang sudah menatap semua orang di sana dengan datar.

"Rafael apa-apaan kau ini? Apa kau tidak bisa sopan sedikit?!." bentak seseorang dengan lumayan keras.

Pria yang di panggil Rafael itu memicing, dia menatap tak suka pada pria tua yang membentak nya tadi.

"Selama ini, tidak ada yang berani membentak ku!." jawabannya dengan sangat dingin.

Mereka semua kembali saling menatap, merasa aneh dengan sifat Rafael.

"Sudah-sudah jangan bertengkar, lebih baik kita lanjutkan acara yang sempat tertunda." lerai seorang wanita yang di perkirakan berumur 35 tahun ke atas itu.

"Dan kau Rafael, duduklah. Setelah ini kita lanjut berbicara." lanjut nya lagi dengan ketus dan menatap Rafael tak suka.

Rafael tak menjawab, dia berjalan menuju tempat yang dia yakini kursi itu tapi ini terasa empuk saat dia menduduki nya.

Setelah duduk Rafael hanya diam menatap semua orang dengan wajah datar nya, tak ada kata yang dia ucapkan sama sekali.

"Baiklah, kita lanjutkan acara tadi." semua orang mengangguk.

Mereka kembali fokus dengan acara yang sempat tertunda tadi, dapat Rafael pastikan jika acara itu sedang membahas acara pertunangan.

Setelah selesai dan menyepakati kapan acara itu akan berlangsung, mereka pun saling tersenyum bahagia.

Berbeda dengan Rafael yang merasa sangat bosan dan mengantuk sekali.

"Rafael, aku tau kau pasti saat ini sedang merasa sedih kan? Maafkan aku, tapi bagaimana pun Keyzia hanya mencintai ku." ucap seseorang dengan remeh.

Rafael yang sempat memejamkan matanya perlahan membuka nya kembali, dia menatap seseorang yang baru saja berbicara itu dengan alis yang terangkat.

Dia yakin pria di depan nya ini tak jauh berbeda umur nya dengan nya, mungkin lebih tua satu atau dua tahun darinya.

"Kau jangan marah pada kakak mu Rafael, karena yang di ucapkan oleh nya itu benar.

Aku hanya mencintai Leo, bukan dirimu." timpal seseorang.

Rafael beralih menatap wanita itu, wanita yang sama dengan yang meneriakkan namanya tadi.

Lagi-lagi Rafael terdiam.

"Omong kosong apa yang kalian katakan?." jawab Rafael dengan dingin.

"Jangan berlagak seolah kau tak mengenal kami Rafael, akui saja jika kau marah dan benci pada kami." ucap pria yang di sebut Leo itu.

Rafael semakin memicing.

"Tapi aku memang tidak mengenal kalian, jangan berlagak akrab padaku! Karena dasar nya aku memang tidak mengenal kalian!."

Beberapa kata yang berhasil keluar dari bibir Rafael berhasil membuat mereka semua terkejut bukan main, apa barusan yang dia katakan? Rafael tidak mengenal mereka?.

"Kau sudah berani rupa nya!." sela pria tua tadi dengan marah.

Lagi-lagi Rafael hanya menatap pria itu dengan aneh.

"Sejak kapan aku menjadi pengecut?." jawab Rafael dengan tersenyum miring.

"Kau?!." pria itu menunjuk Rafael dengan geram dan tatapan yang terlihat begitu marah.

Rafael yang memang pada dasarnya tidak pernah di perlakukan seperti itu semakin mendatarkan wajahnya.

Selama ini tidak ada yang berani membentak, memarahi ataupun menunjuk dengan tidak sopan padanya.

Tapi sekarang? Pria tua ini berani nya melakukan hal seperti itu pada nya.

Rafael yang geram pun memegang jari pria itu lalu memelintir nya dengan keras.

"Akhh!."

Teriakan keras dapat Rafael dengan saat dia semakin memelintir jari pria itu, semua orang terkejut dan segera membantu pria itu.

"Kakek!."

"Rafael hentikan!." teriak wanita yang melerai tadi.

Plakk

Suara tamparan yang begitu keras terdengar di ruangan itu, mereka semua terdiam begitu pun dengan Rafael yang segera melepaskan tangan nya.

Dia memegang pipi sebelah kanan nya yang baru saja terkena tamparan begitu keras, tanpa banyak kata Rafael segera berdiri dia menatap orang yang baru saja menampar nya itu dengan marah.

Plakk

Bugh

Brukh

"Ayah."

"Paman."

Tamparan dan tinjuan pada perut Rafael berikan untuk pria yang dia yakini suami wanita tadi.

Leo membantu ayah nya untuk berdiri, dia menatap Rafael dengan marah dan terkejut.

"Berani-beraninya kau?!."

Rafael berjalan menghampiri Leo dan ayah nya itu, lalu dia menarik kerah baju mereka berdua dengan cepat.

"Jangan pernah mengusik ketenangan ku jika kalian ingin hidup damai, selama ini tidak ada yang berani menampar ku tapi dengan berani nya pria tua seperti mu menampar wajah berharga ku!.

Untuk sekarang aku akan mengampuni mu, tapi tidak untuk lain kali, mungkin kalian akan menemui ajal kalian!."

Rafael berbicara dengan nada rendah yang terkesan menyeramkan, setelah mengatakan itu dia pun mendorong kedua orang tadi ke arah belakang lalu setelah nya berjalan pergi dari sana.

Dia lebih memilih kembali ke tempat awal dia terbangun, ada banyak yang harus dia pikirkan termasuk kenapa dia berada di tempat ini dengan orang-orang yang terlihat sangat membenci nya.

Rafael Benedict

Putra pertama dari Devin dan Freya, saudara kembar Rachel dan Raymond.

Rafael Alexander

........

Eps 2

Setelah sampai di kamar Rafael terdiam di tempatnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Dia kembali menatap ke sekeliling, saat pandangan nya tak sengaja melihat sebuah cermin Rafael pun berjalan mendekati cermin itu.

Setelah sampai, dia menatap tak percaya pantulan dirinya yang berada di cermin itu.

Rafael pun memegang dengan pelan wajah nya, lalu menepuk pipinya untuk memastikan jika ini hanya mimpi.

Tapi saat dia merasakan sakit dia pun memundurkan tubuhnya, ini bukan wajah nya! Siapa pria yang ada di cermin itu!!.

Rafael panik, dia menatap kembali sekitarnya.

Baru kali ini dia merasakan panik seperti ini, lalu dia pun membalikkan tubuh nya dan berlari keluar dari kamar itu.

Dengan terburu-buru Rafael menuruni tangga mengabaikan panggilan kedua penjaga yang berada di pintu kamar nya.

Saat melewati ruang tamu, Rafael tak menoleh sedikitpun saat kembali mendengar teriakan murka dari pria tua yang tadi membentak nya.

Saat sampai di halaman rumah Rafael terdiam, dia menatap kembali sekeliling nya lalu menatap benda-benda berbentuk besi atau apalah itu yang memiliki roda empat.

Rafael tak tahu, dan dia pun tak mau tahu.

Yang harus dia lakukan sekarang adalah, dia harus mencari tahu ini dimana dan wajah yang dia lihat di cermin tadi siapa!.

"Tuan muda."

Rafael menoleh saat seseorang memanggil nya dari arah belakang, dia menatap dua pria itu.

"Ini dimana?." tanya Rafael dengan datar.

Kedua penjaga itu menatap heran Rafael.

"Ini di kediaman anda tuan muda." jawab salah satu nya.

Rafael terdiam, dia menggeleng.

"Bukan! Katakan dengan benar, ini dimana? Dan siapa kalian?." bantah Rafael dengan tidak terima.

Mereka kembali saling tatap.

"Saya mengucapkan kebenaran tuan muda, ini kediaman anda."

Rafael terdiam, ada apa sebenarnya ini?.

Bunda, ayah, kalian dimana?.

"Dimana bunda dan ayah?." tanya Rafael sekali lagi, dia hanya ingin memastikan sesuatu.

"Bunda? Ayah?." tanya balik kedua penjaga itu.

Rafael mengangguk.

"Tuan muda, apakah anda lupa? Jika ibu tuan muda sudah meninggal saat tuan muda berumur 15 tahun."

Rafael tersentak, dia mengigit bibirnya saat mulai menyadari sesuatu.

INI BUKAN DUNIA NYA!!.

Rafael meremas rambut nya dengan keras, dia mengusap wajah nya dengan kasar saat mulai menyadari bahwa dirinya saat ini bukan berada di dunia nya.

"Tuan muda, anda baik-baik saja?." tanya salah satu penjaga itu saat melihat tuan muda nya seperti merasa kesakitan akibat tarikan di rambut nya.

Rafael kembali mengusap wajahnya, lalu menghela nafas panjang.

"Siapa nama ku?." tanya Rafael saat mulai merasa tenang.

Walaupun aneh dan merasa bingung, kedua penjaga itu tetap menjawab pertanyaan Rafael.

"Rafael Alexander, tuan muda kedua keluarga Alexander."

Rafael mengangguk.

"Tuan muda, boleh saya bertanya?."

Rafael memicing.

"Silahkan."

Dengan ragu penjaga itu pun bertanya.

"Kenapa tuan muda bertanya hal-hal aneh seperti tadi? Tuan muda, apakah tuan mengalami amnesia?."

Rafael mengernyit, jangan kalian kira dia tidak tahu apa itu amnesia ya!.

"Sepertinya, aku memang tidak mengingat apapun, bahkan nama ku sendiri aku tidak ingat." jawab Rafael dengan datar.

Jalan satu-satunya agar dia tidak di curigai hanya ini, dia harus berpura-pura amnesia agar tidak di kira aneh oleh orang-orang.

Kedua penjaga itu tersentak.

"Mereka sudah keterlaluan!." gumam kedua nya dengan geram.

Rafael mendengar gumaman itu, tapi dia memilih acuh dan kembali berjalan menuju rumah nya.

Entahlah dia mendadak pusing, waktu pun sudah menunjukkan sore hari dia harus membersihkan dirinya dan kembali memikirkan apa yang terjadi padanya setelah membersihkan diri.

Saat melewati ruang tamu, teriakan amarah kembali terdengar oleh Rafael.

"RAFAEL! BERHENTI KAU DISANA BRRNGSEK!." teriak Leo dengan keras.

Rafael berhenti, dia menatap datar Leo yang berjalan ke arah nya dengan wajah memerah.

Setelah sampai tanpa aba-aba Leo menarik kerah pakaian Rafael dengan kencang lalu meninju wajah Rafael dengan keras.

Bugh

Brukh

Rafael terjatuh, dia meringis saat merasakan darah mengalir dari bibir nya yang sobek akibat pukulan pria di depan nya ini yang sekarang sudah kembali menarik kerah pakaian nya.

"Berani-beraninya kau tadi melawan ku, sudah sok berani kau ya sekarang hah?!."

"Bajingan seperti mu memang benar-benar selalu membuat ku mauk!."

Saat Leo hendak kembali memukul Rafael, Rafael terlebih dahulu menendang perut Leo dengan kencang hingga membuat Leo terjatuh.

Brukh

"Uhuk, uhuk."

"Leo!."

Rafael berjalan mendekati Leo, saat Leo hendak berdiri Rafael kembali menendang perut Leo dan menginjak perut nya.

"Akh! Lepaskan brengsek!." teriak Leo dengan marah.

"Leo!."

"Bajingan! Jauhkan kaki mu dari tubuh anak ku sialan!." teriak ibu Leo dengan murka.

"Berani kau mendekat, aku pastikan tubuh anak mu terbelah menjadi dua sekarang juga." ucap Rafael dengan sangat dingin saat melihat ibu Leo hendak mendekati mereka berdua.

Sontak hal itu membuat semua orang menegang termasuk Leo yang sudah pucat pasi.

Rafael berjongkok, dia mencengkeram dagu Leo dengan kuat.

"Sudah aku katakan bukan, jika kau kembali mengusik ku kau tidak akan selamat!.

Kau tau? Kau itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan diriku, keahlian mu bahkan tidak ada seperempat nya dari semua keahlian yang aku miliki.

Hanya dengan mengandalkan kedua tangan mu itu kau mau melukai ku? Cih! Lelucon apa yang sedang kau buat hm?.

Kau tau? Kau terlihat sangat memalukan saat ini dimata ku!." sinis Rafael dengan tersenyum miring.

Dia melepaskan cengkraman tangan nya dengan keras, lalu setelah berdiri dia pun kembali menendang perut Leo dengan keras hingga dia terbatuk mengeluarkan darah.

Saat Rafael sudah berjalan menjauh, semua anggota keluarga Alexander pun mendekati Leo dan membantu Leo untuk berdiri.

Sedangkan kedua penjaga Rafael, mereka segera mengikuti Rafael dengan keterkejutan yang masih mereka alami.

Itu benar-benar tuan muda Rafael? Tuan muda keluarga Alexander yang terkenal bodoh?.

Tapi tadi?.

"Itu benar-benar tuan muda Rafael?." tanya salah satu penjaga itu dengan tampang bodohnya.

"Aku tidak tahu, sejak kapan tuan muda menjadi begitu berani melawan tuan Leo?." timpal penjaga satunya.

"Entahlah, tapi tuan muda tadi benar-benar terlihat sangat keren, dia terlihat sangat berbeda dengan biasanya."

Teman nya itu mengangguk, mereka menatap tuan muda mereka yang berada beberapa langkah di depan mereka itu.

Taun muda mereka terlihat sangat berbeda sekali saat ini, dia menaiki tangga dengan santai nya bahkan kedua tangan nya dia masukan kedalam saku celana yang dia pakai.

Kenapa mereka baru tahu jika tuan muda mereka bisa melakukan hal seperti tadi? selama mereka menjadi penjaga Rafael tidak pernah sekalipun mereka melihat Rafael yang seberani tadi.

"Apa amnesia bisa merubah kepribadian seseorang?." penjaga itu bertanya dengan menolehkan kepalanya pada teman nya.

"Aku tidak tahu Jack, jangan bertanya hal yang tidak aku ketahui sama sekali!." dengus teman nya itu.

Orang yang di panggil Jack itu hanya menghela nafas.

"Jika memang iya, aku harap tuan muda selalu seperti tadi agar dia tidak bisa diremehkan dan di bully lagi saat di dalam ataupun luar kampus, begitupun saat di rumah ini." ujar Jack dengan serius.

"Aku harap juga begitu Jack." pria itu menepuk pelan pundak Jack dengan tersenyum kecil.

.......

Leo Alexander

Anak pertama keluarga Alexander, penerus perusahaan AX Company perusahaan ternama di NY.

[Sebenarnya ga tega buat Hobi jadi jahat, tapi ga apa-apa lah ya Bi kamu juga pasti ngertiin aku༎ຶ‿༎ຶ]

Eps 3

Pagi hari saat Rafael terbangun dia kira dia akan berada di kamar kediaman nya, ternyata semua nya masih sama.

Dia masih berada di tempat ini, tempat yang tidak Rafael ketahui sama sekali.

Tok

Tok

Tok

"Tuan muda, apa anda sudah bangun?." tanya Jack dari pintu luar.

"Sudah." jawab Rafael dengan malas.

"Baiklah, saya akan menyiapkan sarapan untuk anda."

Rafael hanya berdehem, dia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

Jika kalian bertanya apakah dia bisa menggunakan kamar mandinya? Jawaban nya iya, karena Jack dan James yang mengajari nya kemarin sore.

Setelah 20 menit akhirnya Rafael keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju lemari, Jack bilang jika hari ini dia akan kuliah.

Jangan di tanya apa Rafael tau tentang kuliah, maka kalian pasti sudah tahu jawabannya.

Dia tidak tahu sama sekali, tapi sudahlah mungkin dengan kuliah-kuliah itu dia akan tahu kehidupan Rafael asli.

Setelah Rafael selesai memakai pakaian nya, ketukan pintu kamar kembali terdengar lalu dia pun membuka pintu itu.

Saat sudah terbuka Rafael dapat melihat James yang sedang membawa sarapan nya, saat James milihat penampilan tuan muda nya.

[Tapi Rafael ga pake cincin ya༎ຶ‿༎ຶ].

Dia terdiam tak percaya, kenapa tuan muda nya sekarang terlihat berbeda sekali?.

Jika biasanya tuan muda nya akan berpenampilan cupu, tapi sekarang? Benar-benar jauh berbeda dengan biasanya.

"Kau kenapa?." tanya Rafael dengan aneh.

James tersadar, dia menunduk lalu tersenyum kikuk.

"Maafkan saya tuan muda, hari ini anda benar-benar terlihat berbeda sekali, saya sangat pangling melihat penampilan anda."

Rafael mengernyit, tapi dia hanya mengangkat bahu acuh saja.

..

Setelah selesai sarapan, Rafael pun turun dan bersiap untuk berangkat menuju kampus.

Saat melewati ruang makan, semua keluar Alexander dibuat menganga tak percaya dengan penampilan Rafael.

Lagi-lagi Rafael tak peduli, dia lebih memilih terus melangkahkan kakinya menuju Jack yang sudah menunggu nya diluar.

"Itu tadi Rafael?." tanya nyonya Alice Alexander dengan tidak percaya.

"Kenapa dia sangat berbeda sekali?." tambah Andrew Alexander, suami Alice ayah dari Leo dan Rafael.

"Anak itu, kenapa setelah kejadian kemarin dia menjadi sangat berubah?." gumam tuan besar Hendry Alexander.

"Entah kenapa aku merasa jika Rafael benar-benar tidak mengenal kita, apa dia amnesia?." tanya Leo pada ayah, ibu dan kakek nya.

"Bahkan kalian tau sendiri bukan? Kemarin saja dia benar-benar berani pada kakek, ayah dan diriku, apa kalian tidak curiga dia mengalami amnesia?." tambah Leo dengan serius.

Nyonya Alice terdiam, dia menatap Leo.

"Tapi, apakah amnesia bisa membuat seseorang benar-benar berubah seperti Rafael?." jawab tuan Andrew.

Saat semua orang sedang memikirkan ucapan tuan Andrew, suara berat Hendry menginterupsi mereka hingga membuat mereka menyudahi untuk membicarakan tentang perubahan Rafael.

Sedangkan diluar, sudah 5 menit Rafael terdiam di tempatnya tak bergerak sedikitpun sembari menatap benda aneh di depannya ini.

Jack dan James yang melihat tuan muda mereka seperti sangat kebingungan itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Tuan muda? Anda kenapa? Apa ada yang salah dengan mobil nya?." tanya Jack dengan bingung.

Rafael menoleh "oh, benda aneh ini nama nya mobil?." bukan nya menjawab Rafael justru malah balik bertanya.

Jack mengangguk ragu, kenapa tuan muda nya benar-benar terlihat sangat tidak tahu apa-apa sama sekali.

Apakah amnesia yang di alami tuan muda nya sangat parah, hingga mobil saja dia tidak tahu?.

"Lalu bagaimana cara menunggangi nya?." tanya Rafael dengan polos.

"Hah?." serempak Jack dan James menganga.

Menunggangi? Apa tuan mereka kira ini kuda?.

"Kenapa?." Rafael memicing.

"Mungkin maksud tuan memasuki? Atau mengendarai, bukan menunggangi." bisik James pada Jack.

Jack mengangguk mengerti, lalu dia pun membuka pintu mobil belakang dan menyuruh Rafael untuk masuk.

Rafael menurut, setelah duduk di kursi benda yang di sebut mobil itu, dia hanya duduk diam dengan tegak bak patung.

Saat Jack dan James sudah masuk, mereka terkekeh kecil saat melihat ekspresi tuan muda mereka yang terlihat tegang sekali.

"Tuan muda santai saja, rileks, jangan terlalu tegang seperti itu, kita sedang tidak balapan." James kembali tertawa kecil setelah mengucapkan itu.

Rafael yang mendengar itu segera melemaskan otot-otot nya, lalu dengan ragu dia pun bersandar pada kursi mobil saat melihat James melakukan hal itu.

Setelah dirasa tuan muda nya rileks, Jack pun mulai menjalankan mobil nya menjauhi pekarangan rumah mewah itu.

Selama perjalanan Rafael hanya terdiam, dia mulai mengingat saat terakhir kali dia berada di dunia nya.

.....

"Aku benar-benar bosan." gumam pangeran Rafael saat dia sedang duduk diam sedirian di atas pohon apel.

"Kak Ael?." panggil seseorang dari arah bawah.

Rafael yang sedang menatap langit pun menurunkan pandangan nya, dia menatap salah satu adik nya yang sedang menatap nya itu.

"Ada apa?." tanya Rafael dengan datar.

Orang itu berdecih, kenapa kakak pertama nya ini benar-benar sangat dingin sekali?.

"Turunlah, kita harus segera ke tempat biasa keluarga kita berkumpul, katanya kakek dan nenek ingin membicarakan sesuatu."

[Jia Li sama Yui udah tua༎ຶ‿༎ຶ].

Rafael menghela nafas lalu dia pun segera loncat, setelah berdiri di hadapan adik nya itu tanpa aba-aba sang adik merangkul pundak nya.

"Ck! Lepas Ray!." decak Rafael dengan tidak suka.

"Diamlah kak, sekali saja kau ini mau aku rangkul seperti ini!."

Tanpa mendengar ucapan sang kakak, Raymond pun segera mengajak Rafael menuju taman istana itu.

"Ray."

Raymond menoleh saat mendengar panggilan sang kakak.

"Hm?."

"Berjanjilah padaku, saat aku tidak ada jaga keluarga kita dengan baik." ucap tiba-tiba Rafael dengan suara lembut untuk pertama kali nya.

Raymond yang mendengar suara lembut sang kakak refleks menghentikan langkahnya, dia menatap Rafael tak percaya.

"Kak?." panggil Raymond dengan terkejut.

Rafael memicingkan matanya.

"Hahaha, aku tak menyangka akan mendengar suara mu seperti tadi! Tanpa terdengar datar dan dingin!."

Rafael yang mendengar itu menggeleng.

"Kau dengar apa yang aku ucapkan tadi kan?."

Raymond menoleh, dia kembali merangkul pundak sang kakak dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Kita akan menjaga keluarga kita sama-sama, jangan berkata seperti itu kak kau seolah-olah akan pergi jauh saja."

Rafael tak menjawab, entahlah dia memiliki firasat jika dirinya tak lama lagi akan meninggalkan keluarga nya.

Tapi sebisa mungkin Rafael menepis perasaan itu.

"Berjanjilah Ray."

"Aku tidak akan berjanji, karena kita akan menjaga keluarga kita sama-sama kak."

Rafael menghela nafas panjang, lalu tak lama mereka pun sampai di taman terlihat disana semua keluarganya sudah berkumpul.

Rafael dan Raymond berjalan mendekati bunda dan ayahnya, dia memeluk sang bunda dari belakang dengan erat.

"Aku menyayangimu bunda, maafkan aku jika suatu hari aku tidak bisa menjaga mu lagi."

Rafael berbisik dengan pelan dan menyembunyikan wajah nya di ceruk leher sang bunda, sedangkan Freya yang masih terkejut kembali terkejut saat mendengar perkataan sang putra.

"Apa yang kau katakan Ael, jangan berkata aneh-aneh, bunda tidak suka!." Freya mengusap lembut rambut Rafael.

Kenapa putra nya berkata seperti itu? Tapi tak bisa Freya pungkiri, saat ini perasaan nya menjadi sangat tidak enak sekali.

"Hey boy, berhenti memeluk istri ku!." ucap Devin dengan tidak suka.

Rafael yang mendengar itu segera mengangkat wajahnya lalu menatap sang ayah.

Dia tersenyum kecil, sangat kecil hingga semua orang tak menyadari nya.

"Ayah tenang saja, setelah ini ayah puas memeluk bunda, aku tidak akan merebut bunda dari ayah lagi." jawab Rafael setelah duduk.

Devin mengernyit, kenapa dia merasa perkataan putra nya itu memiliki arti yang sangat dalam?.

Setelah perkataan Rafael tadi, semua orang pun kembali melanjutkan perbincangan yang sempat tertunda walaupun dengan perasaan ganjal di hati mereka.

Di tengah perbincangan hangat keluarga istana itu, Rafael yang sedang berbicara dengan para sepupu nya mendadak diam.

Raymond yang menyadari itu menatap sang kakak.

"Kak kenapa?."

Rafael menggeleng belum sempat dia membuka mulutnya, kesadarannya sudah di renggut terlebih dahulu.

Tubuh Rafael terjatuh di atas meja.

Prang.

"Kak!."

Semua orang terkejut, mereka berdiri dengan cepat dan segera menghampiri Rafael yang sedang di bantu oleh Raymond dan putra Fredy.

"Ada apa dengan kakak mu?." tanya Devin dengan khawatir.

Dia segera menggendong Rafael ala bridal dan membawa Rafael ke kamar nya dengan panik.

"Cepat panggil tabib!." teriak Yui.

Setelah sampai di kamar Rafael dan Devin sudah menidurkan nya, Freya dengan cepat duduk di sisi tubuh putra nya itu.

"Nak, sayang? Ael? Bangun nak." ucap Freya dengan bergetar.

Ada apa dengan putranya?.

"Tenanglah, tabib akan segera datang." Devin mengusap punggung sang istri dengan lembut.

"Taun muda, kita sudah sampai." Rafael yang masih melamun segera tersadar, dia menoleh pada Jack.

"Kita sampai?."

Mereka berdua mengangguk.

"Kau yakin? Ini masih di jalan? Apa kuliah itu di jalan?." tanya Rafael dengan datar tapi terdengar bingung.

Jack dan James saling menatap, lalu mereka pun serempak menepuk kening mereka.

Mereka lupa, jika sebelumnya tuan muda mereka itu selalu minta di antar sampai perempatan dekat kampus.

Tapi sekarang? Tidak mungkin mereka membiarkan tuan muda mereka turun saat ingatan tuan muda mereka saja hilang.

"Maaf tuan muda, saya lupa."

Lalu Jack pun kembali menjalankan mobil nya, tak lama mobil yang di kendarai Jack memasuki kawasan kampus.

Saat sampai di parkiran Jack dan James pun segera turun lalu James membuka pintu mobil untuk tuan nya, setelah terbuka Rafael pun segera turun.

Saat sudah diluar mobil semua orang yang berada di parkiran menatap ke arah Rafael, mereka semua terdiam karena merasa terpesona oleh kehadiran Rafael.

Rafael yang tidak mengerti apa-apa hanya acuh saja.

"Dimana?."

Jack yang mengerti pun segera menjawab.

"Tuan muda hanya perlu lurus saja dari sini lalu setelah itu belok kiri dan kembali lurus lagi saat ada tangga tuan muda naik kelantai dua, dan setelahnya kembali lurus lalu belok kanan pintu ketiga dari belokan itu adalah kelas tuan muda."

Rafael mengangguk.

"Terimakasih, kalian kembali lah."

Jack dan James tersenyum, lalu mereka membungkuk.

"Kami permisi tuan muda."

Rafael hanya mengangguk, lalu dia pun mulai melangkahkan kakinya dengan tenang, dia hanya menunjukkan ekspresi datar nya saja saat banyak orang-orang yang menatapnya.

"Itu siapa? kenapa sangat tampan sekali?." ucap seorang wanita dengan ekspresi kaget nya.

"Ya Tuhan, dia sangat tampan sekali!."

"Apa dia mahasiswa baru?."

"Aku tidak percaya ada manusia setampan dirinya!."

"Tapi wajah nya sangat datar sekali."

"Justru itu terlihat sangat keren, sangat cocok dengan tatapan nya yang tajam."

"Seperti nya Zergio saja kalah dengan ketampanan laki-laki itu!."

"Kau benar, aku yakin jika Zergio tahu dia tidak akan terima."

"Ya, seperti nya begitu."

Tanpa menghiraukan semua perkataan tak bermutu orang-orang, Rafael terus berjalan menuju tempat yang di maksud oleh Jack.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!