Jeslyn berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah terburu-buru setelah mendapatkan pesan dari suaminya yang memintanya untuk segera pulang ke rumah. Setelah masuk ke dalam mobilnya, dia melepas jas putih yang melekat pada tubuhnya kemudian meletakkan di tempat duduk kosong di sebelahnya, setelah itu, dia baru melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit tempatnya bekerja.
Jeslyn, wanita berumur 30 tahun yang bekerja sebagai Dokter Bedah di rumah sakit terbesar yang ada di jakarta. Dia adalah salah satu dokter muda terbaik yang ada di rumah sakit tersebut. Dia menikah dengan dengan ahli waris dari Tjendra Group yaitu Dave Christian Tjendra yang tidak lain adalah cinta pertamanya sekaligus anak dari teman dari ayahnya saat masih hidup.
Pernikahannya sudah menginjak 1 tahun tetapi pernikahannya tidak berjalan mulus karena Dave tidak mencintainya. Mereka menikah karena dijodohkan oleh ayah Dave yaitu Rolan Christian Tjendra.
Berbeda dengan Jeslyn menerima pernikahan itu dengan perasaan bahagia karena akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya, Dave justru menolak keras perjodohan yang ditentukan oleh ayahnya, tetapi Dave terpaksa menerimanya karena ancaman dari ayahnya.
Dulu ayah Dave pernah berhutang budi pada ayah Jesyn, ketika masih hidup. Kala itu perusahaan ayahnya Dave terancam gulung tikar. Dia sudah berusaha mencari ke sana-kemari pinjaman untuk menutupi kerugian perusahaanya, tetapi tidak ada satupun yang mau membantunya.
Hingga akhirnya ayah Dave tidak sengaja bertemu dengan ayah Jeslyn di rumah sakit saat istrinya melahirkan anak perempuan cantik yang tidak lain adalah Jeslyn. Saat itu usia Dave masih menginjak umur 5 tahun.
Ayah Dave dan ayah Jeslyn adalah sahabat ketika mereka masih duduk di bangku SMA, kedekatan mereka bertambah saat mereka sama-sama menempuh pendidikan di luar negri di kampus yang sama.
Mereka terpisah saat Antonio menikah dengan gadis yang berasal dari Surabaya. Antonio memutuskan untuk pindah ke kota asal istrinya, semenjak itulah mereka terpisah dan hilang kontak.
Antonio dan Rolan tampak bahagia saat bertemu lagi setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Saat itulah Rolan menceritakan masalahnya pada Antonio, tanpa pikir panjang Antonio langsung memberikan pinjaman dana kepada Rolan.
Rolan sangat terkejut saat Antonio menawarkan bantuan kepadanya, karena sangat sulit untuk mendapatkan pinajaman uang dalam jumlah yang besar. Bahkan Antonio tidak menanyakan kapan Rolan bisa mengembalikan uangnya.
Dia justru mengatakan untuk memberitahunya jika memerlukan bantuan lain. Saat itulah dia memutuskan untuk menjodohkan anaknya saat dewasa nanti untuk memperat hubungan kekeluargaan mereka.
Lambat laun perusahaan Rolan menjadi perusahaan terbesar di indonesia. Saat mendengar kabar kalau sahabatnya meninggal karena serangan jantung, Rolan langsung menemui keluarga Jeslyn. Saat itu, Jeslyn baru saja menyelesaikan kuliah spesialisasinya. Dia memang sudah bekerja di Rumah Sakit Victoria, tetapi masih sebagai Dokter Umum.
Setelah kepergian ayahnya, sebulan setelahnya ibunya ikut menyusul ayahnya, karena kondisi ibunya memburuk setelah kepergian ayahnya. Rolan memutuskan untuk langsung menikahkan anaknya dengan Jeslyn supaya ada yang menjaga Jeslyn setelah kepergian kedua orang tuanya.
Jeslyn memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah. Dengan langkah cepat Jeslyn berjalan masuk ke dalam rumahnya. “Kenapa kamu lama sekali? kamu tidak lihat ini sudah jam berapa?” terdengar suara berat yang berasal dari depan Jeslyn.
Jeslyn menyampirkan jas dokternya di lengan sebelah kirinya, lalu menatap takut pada suaminya. “Aku baru selesai melakukan operasi, saat aku melihat pesan darimu aku langsung bergegas pulang,” ucap Jeslyn dengan nada pelan.
Rasa cinta yang begitu besar membuatnya tidak bisa marah dengan pria di depannya, meskipun Dave selalu bersikap dingin kepadanya. Semenjak menikah dengan Dave, Jeslyn selalu mengalah pada Dave agar pernikahannya tetap bertahan.
Dave tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan dengan istrinya karena Dave sudah membuat perjanjian untuk tidak saling mengusik masalah pribadi masing-masing, asalkan tidak mencoreng nama keluarga.
Walaupun Dave tidak mencintai Jeslyn, tetapi dia tidak pernah bermain gila dengan wanita di luar. Dave selalu menjaga jarak dengan wanita lain karena sudah ada wanita yang sangat Dave cintainya. Meskipun, Dave tidak pernah mencintainya, tetapi Jeslyn selalu berharap suatu saat lambat laun Dave bisa mencintainya.
“Mandilah cepat, aku tidak mau terlambat. Kita akan pergi 20 menit lagi.” Dave berjalan meninggalkan Jeslyn tanpa menunggu jawaban dari istrinya.
“Kita mau kemana?” tanya Jeslyn yang mulai menyusul langkah kaki Dave.
Dave berhenti dan menoleh pada Jeslyn. “Ke rumah orang tuaku.” Dave berjalan pergi meninggalkan Jeslyn yang tampak terkejut saat mendengar jawaban dari Dave.
Jeslyn meremas kedua tangannya. Ada guratan kekhawatirtan di wajahnya tirusnya. Mata sipitnya terlihat menutup sebentar, Jeslyn berjalan menuju kamarnya setelah menghela napas dalam.
Jeslyn masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Dave sedang duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan ponselnya. “Kamu mandi di sini, aku akan mandi di kamar sebelah,” ucap Dave saat mellhat Jeslyn masuk ke kamar mereka.
Dave berjalan menuju lemari pakaian kemudian berjalan meninggalkan kamar mereka. Jeslyn menghela napas kembali. Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan sifat Dave yang cuek, tetapi terkadang dia merasa capek menjalankan rumah tangga yang tidak dilandasai oleh cinta antar kedua pasangan suami istri itu. Adakalanya Jeslyn ingin menyerah dengan rumah tangganya, tetapi dia masih sangat mencintai suaminya.
Jeslyn kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Dia memutuskan untuk segera mandi sebelum Dave memarahinya lagi karena terlalu lama di dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi, Jeslyn menuju walk in closet dan kembali keluar setelah selesai berpakaian. Dia mengenakan dress berwarna hijau zamrud yang membuat Jeslyn tampak terlihat anggun.
Jeslyn sedang mematut dirinya di depan cermin dan melihat pantulan wajahnya yang sudah dirias dengan makeup tipis justru karena makeup tipisnya membuat kecantikan alami Jeslyn semakin terpancar jelas.
“Kita hanya pergi makan malam. Kenapa kamu berdandan seperti akan pergi kencan.” Suara berat di belakangnya membuyarkan lamunan Jeslyn.
Jeslyn menoleh pada Dave, yang terlihat tampan saat mengenakan setelan kemeja hitam yang fit body dan celana panjang berwarna senada dengan bajunya. Dengan tinggi 180 Cm, membuatnya terlihat seperti model pria yang memiliki postur tubuh tegap.
“Maaf Dave, spa aku harus ganti baju yang lain?” tanya Jeslyn saat melihat mimik tidak suka dari wajah Dave.
“Tidak perlu. Nanti kita bisa terlambat. Lain kali, jika pergi keluar tanpa aku, kamu jangan berdandan seperti ini,” ucap Dave dengan wajah datar.
“Aku hanya memakai makeup yang tipis, baju yang kugunakan juga yang simpel,” jelas Jeslyn dengan nada pelan.
Dave menatap Jeslyn dengan tajam. “Seperti itu kamu bilang simpel? Yang benar saja? Kau bisa menggoda laki-laki lain diluar sana dengan dandananmu itu.”
Jeslyn sebenarnya ingin membalikkan kata-kata Dave. Selama ini dia selalu bilang tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing dan tidak berhak mengatur segala sesuatu yang bersifat pribadi, tapi sekarang dia mulai memprotes pakaian yang dia kenakan.
Selama ini Dave selalu mengatakan untuk tidak ikut campur dan tidak boleh bertanya hal pribadinya karena mereka sudah membuat perjanjian tertulis, tetapi dia tidak sanggup untuk mengatakannya. Dia hanya memendamnya dalam hati.
“Maaf.”
Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Jeslyn. Sebisa mungkin dia tidak mengeluarkan perkataan yang memancing pertengkaran di antara mereka.
“Aku tidak peduli kau berhubungan dengan siapa. Tapi ingat, jangan melewati batasmu sampai perjanjian kita berakhir.”
Jeslyn hanya menunduk. “Baik.”
Dave pernah mengatakan mereka boleh memiliki hubungan dengan orang mereka cintai karena mereka memang hanya menunggu sampai perjanjian habis, perjanjian yang mereka buat sebelum menikah yang berisikan kalau mereka akan bercerai setelah 3 tahun menikah. Sisa 2 tahun lagi sebelum perjanjian itu berakhir, Dave dan Jeslyn masih tampak seperti orang asing, mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing.
“Kita harus pergi sekarang atau kita akan terlambat.”
Jeslyn berjalan mengikuti langkah Dave yang terlihat menuruni tangga. Jeslyn berusaha mengimbangi langkah Dave yang cepat. Untung saja Jeslyn memakai dress di atas lutut sehingg tidak menyulitkannya untuk berjalan cepat.
Terdengar nyaring suara hentakan sepatu heels yang digunakan oleh jeslyn. Mobil melaju setelah Dave dan Jeslyn masuk ke dalam mobil. Dave mengendarai mobil itu sendiri, tanpa bantuan supir menuju rumah orang tuanya.
Mobil Dave terlihat memasuki sebuah mansion besar dan mewah. Dave dan Jeslyn turun saat mobil sudah berhenti tepat di depan mansion orang tuanya. Jesyn mengaitkan tangannya di lengan Dave, saat memasuki mansion orang tua Dave. Mereka selalu berpura-pura sebagai sepasang suami istri yang bahagia saat berada di depan orang yang mereka kenal ataupun orang tua mereka.
Dave dan Jeslyn langsung menuju meja makan, karena malam ini memang ibunya mengundang mereka untuk makam malam bersama di mansionnya. Dave dan Jeslyn jarang sekali berkunjung ke rumah orang tua Dave, karena ke sibukan mereka berdua.
“Kalian sudah datang?" ujar ayah Dave saat melihat anak dan menantunya memasuki ruang makan.
“Selamat malam, Ma, Pa,” sapa Jeslyn sopan sambil duduk di samping Dave dan berhadapan langsung dengan kedua orang tua Dave.
Ayah Dave mengangguk sambil tersenyum, sementara ibu Dave hanya diam, dia berpura-pura sedang sibuk mengambilkan makanan untuk suaminya.
“Bagaimana kabarmu Jeslyn?” Ayah Dave membuka suara untuk memecahkan kehening di meja makan.
Jeslyn tersenyum. “ Baik, Pa.”
“Bagaimana pekerjaanmu?”
“Aku sedang banyak jadwal operasi Pa, jadi tidak bisa sering-sering ke sini.”
Ibu Dave tampak tidak memperdulikan kehadiran Jeslyn, begitupun dengan Dave yang sedari tadi hanya diam saja. Dia tampak tidak berminat untuk bergabung dengan pembicaraan Jeslyn dan ayahnya.
Ayah Dave mengangguk-angguk. “Tidak apa-apa, papa mengerti.”
“Kamu itu seorang istri, seharusnya kamu fokus mengurus suamimu, bukannya sibuk mengurus orang lain,” ucap Ibu Dave dengan ketus.
Jeslyn menunduk. “Maaf, Ma.”
“Mamaa, tugas dokter itukan tugas mulia. Dia menyelamatkan nyawa banyak orang, bagaimana bisa mama mengatakan hal seperti itu kepada Jeslyn,” ucap ayah Dave dengan suara keras.
Ibu Dave tampak kesal karena suaminya malah membela menantunya. “Tetapi dia itu seorang istri Pa, kewajiban utamanya adalah mengurus suaminya dulu. Sudah setahun menikah, tapi dia bahkan belum hamil juga.”
Bersambung....
Ayah Dave tampak menghela napas. “Mereka baru menikah 1 tahun Ma!”
“Terus harus menunggu berapa lama lagi? Mama itu sudah ingin menimang cucu Pa.”
“Sabar Ma. Berikan mereka waktu,” ucap Rolan menenangkan istrinya.
“Jeslyn, kamu harus menguranhi pekerjaanmu, supaya kamu bisa cepat hamil, mungkin saja karena kamu kelelahan membuatmu susah hamil.”
Jeslyn tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa dia hamil, sementara anaknya tidak pernah sekalipun menyentuhnya dari awal mereka menikah.
Walaupun mereka tinggal di kamar yang sama, tetapi mereka selalu membuat pembatas di tengah, supaya mereka tidak bersentuhan satu sama lain. Dave sama sekali tidak ingin menyentuh Jeslyn karena dia tidak mencintainya.
Jeslyn mengangguk. “Baik Ma.” Jeslyn tidak bisa membantah ucapan ibu mertuanya, apalagi dari awal pernikahan ibu Dave tidak menyetujui pernikahan mereka. Ibu Dave sangat tidak menyukai Jeslyn. Dia selalu saja bersikap ketus pada Jeslyn.
“Dave, kamu harus mengurangi pekerjaanmu juga, bagaimana istrimu bisa hamil, kalau kamu saja selalu pulang malam.”
Dave tampak jengah mendengar ucapan mamanya. Setiap mereka berkunjung ke rumah orang tuanya, mamanya selalu saja membahas soal anak. Itulah alasan Dave malas untuk berkunjung ke rumah orang tuanya.
“Sabar Ma, kami juga sedang berusaha,” ujar Dave. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Dave hanya berusaha mengulur waktu sampai perjanjian dengan Jeslyn berakhir.
“Mama tidak mau mendengar kata-kata itu lagi, Mama beri kalian waktu 3 bulan, jika dalam waktu 3 bulan Jeslyn tidak hamil juga. Kamu harus menikah dengan wanita lain, mungkin saja Jeslyn mandul.”
Bagai tersambar petir di siang bolong, Jeslyn sangat terkejut dengan ucapanya ibu mertuanya. Bagaimana bisa dia bertahan, jika ada wanita lain di dalam rumah tangganya nanti karena mustahil untuknya bisa hamil karena Dave tidak akan pernah mau menyentuhnya. Dia pasti lebih memilih menikah dengan wanita lain dari pada harus menyentuhnya.
Tanpa ada kehadiran wanita lain di dalam rumah tangganya saja, sudah membuat hatinya sakit karena suami yang dicintainya tidak pernah sekalipun memperdulikannya. Jeslyn bahkan tidak bisa membuat hati Dave luluh setelah satu tahun pernikahan.
“Mamaa..!! Jangan keterlaluan!” teriak Rolan saat mendengar perkataan istrinya.
Rolan tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya, dia memang tahu, kalau istrinya tidak menyukai Jeslyn, tetapi dia tidak menyangka kalau istrinya sampai nekat meminta anaknya untuk menikahi wanita lain, hanya karena Jeslyn belum hamil.
“Keputusan mama tidak bisa diganggu gugat, selama ini mama sudah cukup sabar menunggu. Pilihannya hanya dua, membuat istrimu hamil bagaimanpun caranya atau menikah dengan wanita pilihan mama,” ucap Ibu Dave dengan suara lantang.
“Maa, beri kami waktu, Mama tidak bisa memberikanku pilihan yang sulit seperti itu.” Dave tidak mau menikah lagi, kehadiran Jeslyn saja sudah membuatnya sakit kepala. Dave berencana untuk menikah wanita yang selama ini dia cintai, yang keberadaanya masih belum dia ketahui di mana.
“Waktumu hanya tiga bulan. Tidak ada penawaran lain,” ucap Ibu Dave tegas.
“Tiga bulan terlalu singkat untuk kami Ma. Bagaimana kalau setahun?” tawar Dave.
Dia harus mencoba bernegosiasi dengan ibunya. Dia tidak ingin menambah beban pikirannya dengan kehadiran satu orang wanita lagi di dalam hidupnya. Dave tidak ingin jika wanita yang di cintainya nanti marah karena tahu dia memiliki dua istri.
“Tidak bisa!”
“Maa, jangan seperti itu, mereka bisa setress kalau Mama terus mendesak seperti itu,” ujar Rolan.
Jeslyn hanya diam saja, dia berusaha menyembunyikan perasaannya yang hancur karena perkataan ibu mertuanya.
“Papa tidak usah ikut campur masalah ini. Keputusan mama sudah bulat.” Ibu Dave berdiri. “Ingat Mama, beri waktu hanya 3 bulan.” Ibu Dave melangkah pergi dengan wajah marah meninggalkan ruang makan.
Rolan menghela napas sambil geleng-geleng kepala melihat sikap keras kepala istrinya. “Lebih baik kita makan malam. Nanti, papa akan coba membujuk Mama kalian,” ucap Rolan sambil menatap Jeslyn dan Dave secara bergantian.
Jeslyn Dan Dave mengangguk. Mereka mulai makan dalam keadaan sunyi. Jeslyn hanya makan sedikit, dipikirannya terus terlintas ucapan ibu mertuannya. Seperti biasa Dave hanya menampilkan wajah datarnya. Setelah mereka selesai makan malam, Dave dan Jeslyn langsung pamit pulang, karena mereka harus bekerja lagi besok pagi.
Selama perjalanan tidak ada percakapan antara keduanya. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sesampainya di rumah, mereka langsung masuk ke kamar. Dave dan Jeslyn memutuskan untuk menganti baju mereka secara bergantian.
Mereka tampak masih diam, tidak ada dari mereka yang berniat untuk membuka suara. Suasana hening, Jeslyn tampak berjalan menaiki tempat tidur, sementara Dave sibuk dengan ponselnya. Dia sudah terlebih dulu naik ke atas tempat tidur.
“Aku tidak ingin menikah lagim kamu tahukan kalau aku sudah mencintai wanita lain. Aku akan menikahinya setelah bercerai denganmu.” Dave membuka suara memecahkan keheningan yang ada.
Jeslyn menoleh. “Bagaimana cara kamu menolak permintaan Mama?”
Hati Jeslyn bagai teriris pisau saat mendengar penuturan Dave. Di dalam hatinya dia merasa seperti wanita bodoh yang masih saja mengharapkan cinta tulus dari Dave. Padahal jelas-jelas dia tahu, kalau Dave sudah mencintai wanita lain.
“Aku akan mencari cara untuk membatalkan niat mama untuk menyuruhku menikah lagi.”
“Bagaimana jika mama tetap memintamu untuk menikah?” tanya Jeslyn pelan.
Dave mengalihkan pandangannya ke Jeslyn. “Aku akan memikirkan jalan keluar lain.”
Jeslyn menoleh saat ponselnya berbunyi. Dia kemudian buru-buru mengangkat. Jeslyn menyudahi pembicaraannya dengan cepat. Jeslyn berdiri.
“Kamu mau kemana?” Dave memutuskan bertanya saat melihat Jeslyn tampak berjalan cepat menuju lemari pakaian.
Jeslyn berhenti sejenak. “Aku harus ke rumah sakit. Ada pasien yang sedang kritis.” Jeslyn langsung berlari dan buru-buru mengganti pakaiannya.
“Siapa yang barusan menelponmu?”
“Dokter Dion, dia temanku.”
Dave tersenyum sinis. “Apa dia sudah tahu kalau kamu sudah menikah?”
Dahi Jeslyn mengerut. Dia tidak mengerti arah pembicaraan Dave. “Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk merahasiakan pernikahan kita dari orang lain?”
Saat Dave setuju untuk menikah dengannya. Dave mengajukan persyaratan kepada kedua orang tuanya, terutama ayahnya dan Jeslyn. Dia ingin pernikahannya dirahasiakan untuk sementara waktu.
Dia juga meminta pernikahannya dilakukan secara sederhana, yang hanya mengundang keluarga inti saja, tidak ada perayaan sama sekali. Bahkan sehari setelah menikah Dave dan Jeslyn langsung bekerja seperti biasa. Mereka tidak mengambil cuti.
“Pantas saja dia menelponmu selarut ini. Sepertinya hubungamu dengannya lebih dari rekan kerja.”
Jeslyn mulai emosi, dia benar-benar dibuat kesal dengan tingkah Dave hari ini.
“Dave, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Aku buru-buru. Kita bisa melanjutkan perdebatan ini besok.”
Jeslyn tidak habis pikir dengan Dave. Dia tidak punya waktu untuk meladeni Dave. Dia sudah berusaha untuk menghindari pertengkaran dengan Dave, tetapi Dave seolah sengaja mencari masalah dengannya.
“Ini sudah pukul 11 malam, memangnya tidak ada dokter lain yang bisa menangani pasien itu selain dirimu? atau karena tidak ada dokter sehebat dirimu?” ada nada sindiran dalam kata-kata Dave.
Jeslyn mulai jengah mendengar perkataan Dave, suasana hatinya sedang tidak baik hari ini. “Berhenti mengolok-olok aku Dave. Ini adalah tugasku, kamu tidak berhak untuk mengomentari masalah pekerjaanku! Kamu tidak berhak ikut campur urusanku.”
Dave sedikit terkejut saat mendengar perkataan dari jeslyn, ini adalah kali pertamanya Jeslyn berani membalas kata-katanya dengan tajam. Selama ini Jeslyn hanya diam atau dia hanya akan berkata pelan padanya.
“Kamu...“
”Malam ini aku tidak akan pulang. Aku akan tidur di rumah sakit.”
Jeslyn langsung memotong ucapan Dave, kemudian dia meraih jas dokternya. Jeslyn langsung keluar dari kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Dave. Jeslyn juga tidak tahu dia mendapatkan keberanian dari mana, sehingga berani membalas ucapan Dave.
Dave hanya diam sambil menatap punggung Jeslyn yang tampak mulai hilang di balik pintu. Ada kilatan kemarahan dalam tatapannya. Dave juga tampak kesal saat Jeslyn berani meninggalkannya tanpa menunggu jawaban darinya dulu, apalagi Jeslyn berani memotong ucapannya.
Bersambung...
Mohon dukungannya untuk karya Author yang baru...Terima Kasih.
Sudah tiga bulan berlalu, masih seperti bulan sebelumnya. Tentu saja hubungan Jeslyn dan Dave tidak ada kemajuan. Hanya sikap Dave lebih dingin dari pada dulu.
Jeslyn juga tidak terlalu mengugbris sikap Dave. Setelah kejadian tiga bulan lalu, Dave sering pulang tengah malam saat dirinya sudah tidur. Jesyn juga jarang bertemu dengan Dave di pagi hari karena Dave belum bangun saat Jeslyn berangkat kerja.
Jelyn berpikir kalau Dave sengaja menghindarinya. Jeslyn juga tidak tahu apa penyebabnya, Dave tiba-tiba saja berubah. Dulu walaupun Dave cuek, tetapi dia terkadang masih mengajaknya untuk berbicara, tidak seperti sekarang, Dave seolah sangat membenci Jeslyn.
Jeslyn juga sudah tidak mau ambil pusing dengan perubahan sikap Dave, perlahan perasaannya terhadap Dave juga mulai berkurang seiring dengan sikap Dave yang seolah tidak menganggapnya ada.
“Dave, ibu tadi menelponku meminta kita untuk ke sana,” ucap Jeslyn saat dia baru saja pulang kerja, dan melihat Dave sudah berada di kamar. Tidak seperti sebelumnya, Dave yang sering pulang malam. Jeslyn berpikir kalau Ibu mertuanya pasti sudah menelpon Dave terlebih dulu.
“Hhhmmm,” gumam Dave tanpa menoleh pada Jeslyn. Dave sedang duduk di sofa kamarnya sambil menatap layar ponselnya.
Jeslyn duduk di sofa lalu meletakkan tas dan jas dokternya di sofa tepat di sebelahnya. “Jam berapa kita akan ke sana?” tanya Jeslyn lagi, saat melihat Dave tampak mengacuhkannya. Dia berusaha untuk mencairkan suasana yang terasa dingin.
“Jam 7 malam.”
“Kenapa Mama tiba-tiba meminta kita untuk ke sana?”
“Tidak tahu.”
“Dave, apakah aku pernah berbuat salah kepadamu?”
“Tidak,” jawab Dave.
“Lalu kenapa sikapnya seperti ini? kalau aku punya salah padamu, aku minta maaf.”
“Aku sedang sibuk.”
Jeslyn sudah tidak tahan lagi dengan sikap Dave yang terlihat enggan berbicara dengannya. Jeslyn berdiri. “Baiklah, kalau kamu ingin terus bersikap seperti ini kepadaku. Aku juga bisa bersikap acuh padamu. Lebih baik kita bersikap seperti orang asing.” Jeslyn berjalan keluar kamarnya sambil menutup pintu dengan kuat.
Dave menatap pintu yang sudah tertutup. Dia meletakkan ponselnya dan mengusap kasar wajahnya. Tatapannya terlihat lebih dingin dari tadi. Dave melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena nanti malam dia akan pergi ke rumah orang tuanya.
Jeslyn berjalan menuju taman belakang, walaupun matahari sore sudah tidak ada lagi, tetapi langit tampak masih cerah. Jeslyn duduk di taman belakang sambi memandangi bunga yang sedang bermekaran. Pikirannya sedang kalut saat ini.
Jeslyn benar-benar dibuat kesal oleh sikap Dave. Jeslyn merasa kesabaranya sudah habis. Rasa cintanya perlahan mulai terkikis habis. Hatinya membeku akibat sikap Dave tiga bulan terakhir ini. Selama ini dia terus saja memaklumi sikap Dave tetapi sepertinya Dave semakin semena-mena kepada dirinya.
Jeslyn sudah tidak mau bersikap baik lagi pada Dave. Dia akan bersikap acuh seperti sikap Dave padanya. Sudah cukup kesabarannya selama ini. Jeslyn memutuskan untuk tidak pernah lagi bersikap basa-basi kepada Dave. Dia hanya akan menjalani kehidupannya sendiri, tanpa memperdulikan Dave lagi, sampai perjanjian itu berakhir.
Jeslyn memasuki rumah saat langit sudah mulai gelap. Jeslyn melihat Dave sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, saat dia memasuki kamar. Jeslyn berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil baju, setelah itu dia masuk ke kamar mandi.
Dave melirik sekilas pada Jeslyn saat dia hanya melewati dirinya. Dia mengalihkan pandangannya lagi pada televisi saat tubuh Jeslyn sudah tidak terlihat lagi.
Jeslyn keluar dari kamar mandi setelah berganti pakain menggunakan gaun berwarna putih, panjang di bawah lutut dengan kerah sabrina memperjelas pundak dan leher jenjangnya.
Jeslyn berjalan menuju meja rias diikuti tatapan menyala dari Dave. Jeslyn memoles bedak tipis pada wajahnya kemudian eye shadow berwarna soft peach, lalu memakai maskara dan lipstik berwarna nude. Dave terus menatap heran pada Jeslyn yang tampak mengacuhkannya setelah kejadian tadi.
Jeslyn menatap cermin untuk terakhirnya kalinya, dia kemudian berdiri. “Aku akan berangkat sendiri ke rumah orang tuamu,” ucap Jeslyn setelah dia selesai berdandan. Dia melihat Dave tampak belum bersiap, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.
Jeslyn berjalan dengan acuh, dia melangkah menuju pintu. “Berhenti!” Terdengar suara dingin Dave. “Aku tidak mengijinkanmu pergi ke sana sendiri!”
Jeslyn menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap malas pada Dave. “Aku sudah tidak mau berpura-pura lagi seperti pasangan suami istri sungguhan. Biarkan mereka tahu keadaan rumah tangga kita yang sebenarnya. Aku ingin menyelesaikan ini dengan cepat. Mungkin saja dengan begini kita bisa bercerai dan kamu bebas menikah dengan siapa saja,” ucap Jeslyn ketus.
Dave beranjak dari duduknya, dia berjalan mendekati Jeslyn yang tampak tidak peduli lagi dengannya. “Apa maksudmu?”
“Aku ingin kita segera bercerai,” ucap Jeslyn dengan lantang dan menatap berani pada Dave.
Rahang Dave mengeras, emosinya tiba-tiba naik saat mendengar perkataan Jeslyn. “Kamu pikir mudah bercerai denganku?” ucap Dave dengan tatapan tajam.
“Aku bisa mengurusnya, di keluargamu hanya ayahmu saja yang selalu bersikap baik kepadaku. Aku tahu, kalau selama ini ayahmu yang selalu menentang perceraian kita. Kamu tenang saja, aku yang akan berbicara langsung dengan ayahmu. Aku jamin, kali dia pasti mengabulkan perceraian kita. Dia pasti mendengar perkataanku, jadi kamu cukup diam saja, biar aku yang mengurus perceraian kita. Aku akan mengurusnya dengan cepat, lebih cepat lebik baik,” ucap Jeslyn dengan wajah serius.
Dave menaikkan sudut bibirnya. “Sepertinya kamu sudah memikirkan semuanya dengan matang soal perceraian kita.”
Dari awal Dave tahu kalau jeslyn sangat mencintainya itulah sebabnya, Jeslyn tidak pernah membantah ucapannya, apapun yang dikatakan oleh Dave, Jeslyn pasti menurutinya. Dave tidak menyangka kalau Jeslyn sendiri yang meminta untuk bercerai dengannya.
Jeslyn menatap Dave lalu tersenyum sinis. “Tentu saja. Aku tidak ingin membuang waktu denganmu lagi. Aku juga ingin bahagia dengan laki-laki yang juga mencintaiku.”
Dave menyeringai. “Jadi alasanmu ingin bercerai denganku karena kamu ingin hidup bahagia dengan laki-laki lain?”
“Tidak penting apa alasanku. Bukankah dari dulu kamu yang sangat menginginkan perceraian kita. Kali ini, aku sendiri yang akan mewujudkan keinginanmu itu,” ucap Jeslyn dengan penuh percaya diri.
Dave maju selangkah, Dia mendekatkan wajahnya dan menatap tajam iris hitam Jeslyn. “Bagaimana, kalau kali ini aku yang tidak ingin bercerai denganmu.” Dave tersenyum jahat lalu menjauhkan wajahnya dari Jeslyn.
Jantung Jeslyn berdetak tidak menentu saat wajahnya terlalu dekat dengan Dave tadi. “Apa maksudmu? Bukankah kamu yang sangat ingin bercerai denganku? Jangan mempermainkan aku Dave!”
“Aku berubah pikiran, aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia dengan laki-laki lain! Aku akan membuatmu menderita karena sudah berani menentang perjanjian yang aku buat. Hanya aku yang berhak mengakhiri pernikahan kita.”
“Kau gilaa Dave.. Aku tidak mau lagi hidup denganmu! Aku tidak mencintaimu lagi.”
“Aku tidak peduli, suka tidak suka, kamu harus tetap harus menjadi istriku. Aku tidak akan melepaskanmu.”
“Aku akan tetap mengajukan cerai, walaupun kamu tidak setuju.”
Dave menatap Jeslyn dengan pandangan meremehkan. “Kamu tidak akan menang melawanku!”
“Aku membencimu Dave! Aku menyesal pernah mencintaimu. Aku benar-benar muak denganmu!” ucap Jeslyn dengan air mata yang sudah keluar dari matanya.
Wajah Dave menggelap, matanya memancarkan amarah yang besar saat mendengar perkataan Jeslyn. Dave menarik tangan Jeslyn dengan kasar. Dia melemparkan tubuh Jeslyn ke tempat tidur lalu menindihnya. “Ap..apa yang akan kau lakukan Dave?” tanya Jeslyn dengan gugup saat melihat Dave sudah berada di atasnya.
Dave memegang kedua tangan Jeslyn, saat Jeslyn mulai memberontak. “Bukankah kamu sangat ingin memiliki anak dariku? Baiklah, akan kuberikan sebanyak yang kamu mau, tapi jangan pernah berharap kau bisa pergi dari hidupku!” Dave mulai mencium bibir Jeslyn dengan kasar.
Jeslyn terus berusaha untuk melepaskan diri dari Dave, tenaga Dave sangat besar sehingga Jeslyn tidak bisa melepaskan diri. Dave terus saja mencium bibir Jeslyn, sesekali dia menggigit bibir bawah Jeslyn. Dave sudah mulai kehilangan akal sehatnya.
Dave mencoba untuk melepas paksa baju yang melekat di tubuh Jeslyn sambil terus melu*mat bibir Jeslyn. Ini adalah pertama kalinya Dave mencium Jeslyn. Dia belum pernah menyentuh sedikitpun tubuh Jeslyn semenjak menikah.
Jelyn terus berusaha memberontak. ”Dave tolong jangan begini!” Dave tidak memperdulikan permintaaan Jeslyn. Dia sudah terbawa emosi.
Jeslyn yang mengenakan gaun dengan kerah sabrina memudahkannya untuk melepas gaun itu dari tubuh Jeslyn. Jeslyn mulai meneteskan air matanya saat tubuhnya sudah hampir polos, menyisakan kain yang menutupi dada dan bagian daerah sensitifnya.
Dave menghisap kuat leher putih Jeslyn sehingga menimbulkan bekas merah di lehernya, Dave meningakan banyak bekas di leher Jesyn terakhir dia membuat tanda merah di atas dada Jeslyn, kemudian Dave beralih ke bibir Jeslyn lagi.
Jeslyn sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk memberontak. Jeslyn hanya diam dengan tatapan kosong. Tenaganya sudah habis karena tadi dia terus memberontak dan berusaha keras melepaskan diri dari kungkungan Dave.
Dari dulu, Jeslyn memang selalu berharap Dave mau menyentuhnya, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Dave memperlakukannya seperti wanita murahan kali ini.
Dave menghentikan ciumanya. Dia menatap sebentar tubuh istrinya. Seketika hasratnya laki-lakinya membuncah. Dave tidak menyangka kalau Jeslyn bisa memancing gairahnya.
“Tolong lepaskan aku Dave,” pinta Jeslyn dengan suara lemah.
Dave menatap wajah tidak berdaya Jeslyn. Dia melihat air mata sudah keluar dari sudut mata Jeslyn.
“Bukankah kamu selalu ingin aku menyentuhmu? Kenapa sekarang kamu menolak? Harusnya kamu senang karena akhirnya aku mau menyentuhmu,” ucap Dave dingin. “Apa karena kamu sudah menemukan laki-laki lain? Sehingga kamu tidak ingin aku sentuh?” tanya Dave lagi.
Jeslyn tidak merespon ucapan Dave. Dia hanya diam. Dave bergerak menjauh dari tubuh Jeslyn. Dia berdiri dan menoleh sedikit. “Jangan pernah bermimpi untuk pergi dariku! Dan jangan pernah berani memancing emosiku lagi! Suka tidak suka kamu harus tetap jadi istriku,” ucap Dave dengan dingin, kemudian berjalan keluar kamar untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi sebelah.
Jeslyn bangun dari tidurnya setelah melihat Dave sudah keluar dari kamarnya. Dia menutupi tubuhnya yang hampir polos dengan selimut, kemudian berjalan ke kamar mandi. Jeslyn menatap ke cermin yang ada di depannya, terlihat leher dan dadanya penuh tanda merah. Jeslyn menghembuskan napas berat. Jeslyn mencoba untuk membersihkan tubuhnya lagi.
Dave sudah masuk lagi ke kamarnya dan sudah berganti pakaian. Dia duduk di tepi tempat tidur. “Cepat ganti bajumu! Kita harus pergi secepatnya ke rumah orang tuaku!” perintah Dave saat melihat Jeslyn baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe.
Jeslyn hanya diam dan berjalan menuju lemari untuk mengambil gaun lagi. Jeslyn berjalan ke kamar mandi lagi setelah mendapatkan gaun yang bisa menutupi lehernya. Dia tidak ingin mertuanya melihat tanda merah di lehernya.
Jeslyn keluar setelah selesai memakai gaun. Dia berjalan menuju meja rias. “Jangan berdandan seperti tadi, aku tidak suka! Dan mulai sekarang jangan memakai pakaian yang terbuka jika keluar dari rumah,” perintah Dave. Dia tidak menyukai, kalau Jeslyn memamerkan tubuhnya kepada orang lain. Padahal selama ini dia tidak pernah peduli dengan baju yang dipakai Jeslyn.
Jeslyn hanya merias wajahnya sebentar dan memberikan sentuhan lipstik tipis di bibirnya. Dia tidak berani lagi membantah ucapan Dave. Dia takut Dave akan melakukan hal gila seperti tadi lagi. Setelah dirasa cukup Jeslyn berdiri. “Aku sudah siap” ucapnya tanpa memandang wajah Dave. Dave menatap Jeslyn sejenak, terutama bangian lehernya.
Dave juga tidak tahu kenapa dia bisa bersikap seperti itu pada jeslyn, selama ini dia tidak pernah hilang kendali seperti tadi. Dia sedikit menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan tadi pada Jeslyn.
Dave berdiri tanpa mengatakan apa-apa, Jeslyn mengikuti langkah Dave, saat dia melihat Dave berjalan keluar kamar mereka. Selama perjalanan Dave terlihat diam saja, begitupun dengan Jeslyn.
Tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Tiba di kediaman orang tuanya. Dave dan Jeslyn langsung berjalan masuk tanpa bergandengan tangan seperti biasanya. Dave tampak cuek dengan Jeslyn, begitupun sebaliknya.
“Kenapa kalian terlambat?” Ibu Dave langsung bertanya saat dia melihat anak dan menantunya memasuki ruangan makan.
“Tadi macet Ma,” bohong Dave, dia tidak mau terlalu banyak bicara dengan ibunya.
“Duduklah.” Kali ini ayah Dave yang berbicara.
“Kalian pasti tahu kenapa Mama memanggil kalian untuk datang ke sini?” Ibu Dave tidak ingin berbasa-basi lagi. Dia mau langsung mau ke inti permasalahannya.
“Maaa! Biarkan mereka duduk dan makan dulu.” seru ayah Dave saat melihat istrinya tampak tidak memberikan waktu untuk anak-anak mereka beristirahat dulu.
“Baiklah, lebih baik kita makan terlebih dahulu,” ucap Ibu Dave mengalah.
Mereka semua memulai acara makan malam dengan keadaan hening, yang terdengar hanyalah suara pelan dentingan sendok dan piring yang saling beradu. “Mama tidak akan berbasa-basi lagi. Apakah kamu sudah hamil Jeslyn?” tanya ibu Dave yang sudah menatap Jeslyn dengan tatapan ingin tahu.
“Maaa, belakangan ini Jeslyn kurang sehat. Aku tidak bisa terus memaksanya Ma!” Dave langsung menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Jeslyn sebelum Jeslyn membuka mulutnya.
Ibu Dave menatap marah anaknya. “Itu bukan alasan yang bisa Mama terima Dave. Sesuai perjanjian waktu itu, kamu akan menikah dengan wanita pilihan Mama.”
“Mamaa!” bentak ayah Dave.
Ibu Dave menoleh pada suaminya. “Dulu Mama diam saja, saat Papa menjodohkan Jeslyn dengan Dave, Mama sudah mengalah. Mama hanya meminta mereka bisa memberikan cucu, sebab itu Mama akhirnya menyetujui pernikahan mereka. Sekarang gantian Mama yang akan menjodohkan Dave dengan wanita pilihan Mama, karena Jeslyn tidak bisa memberikan Dave keturunan. Ini Mama lakukan untuk kebaikan keluarga kita juga Pa! Bagaimanapun Dave harus mempunyai calon penerusnya,” ucap mama Dave menggebu-gebu.
“Tapi masih banyak waktu Ma,” ucap papa Dave.
“Mama tidak bisa menunggu lebih lama lagi.”
“Dave, mama sudah mengundang calon istrimu, sebentar lagi dia akan datang.”
Jeslyn tampak meremas kuat tangannya di bawah meja. Dia tidak menyangka kalau Ibu Dave akan secepatnya itu mencari calon istri untuk suaminya.
“Mama harus berbicara dengan aku dulu, kalau ingin mencari calon istri untukku. Aku tidak mau menikah dengan wanita sembarangan,” ucap Dave menahan marah.
“Tenang saja, kamu mengenal baik calon istrimu ini.”
Alis Dave bertautan. “Siapa?”
“Naah itu dia.. Dia datang tepat waktu.” Semua orang menoleh kepada wanita yang sedang berjalan dengan anggun, tubuh langsing, tinggi sekitar 175 Cm, dan berkulit putih. Dengan senyuman lebar yang terlihat mengembang di wajahnya.
“Felicia," ucap Dave dengan wajah terkejut.
“Selamat malam semua,” sapa wanita itu dengan lembut sambil tersenyum dan menatap Dave dengan tatapan penuh kerinduan.
Wajah ibu Dave seketika cerah. “Duduk sayang,” ucap Ibu Dave tidak kalah lembut.
Jeslyn tertawa getir dalam hatinya. Selama ini, ibu Dave tidak pernah sekalipun berkata dengan lembut kepadanya, apalagi bersikap baik kepadanya. Jeslyn juga tidak mengerti kenapa ibu Dave sangat membencinya.
“Terima kasih Tante.”
“Kenalkan Ini adalah Felicia, anak dari teman Mama sekaligus teman Dave sewaktu SMA,” ucap ibu Dave dengan bangga, perkataannya itu sebenarnya ditujukan untuk Jeslyn.
Dave menatap tidak percaya pada Felicia dan mamanya. Felicia dan Dave sebenarnya pernah dekat. Dave juga pernah memiliki perasaan pada Felicia. Perasaan itu masih ada walaupun tidak sebanyak dulu.
Dave menatap Felicia. “Semenjak kapan kamu di indonesia? Bukankah kamu sudah pindah ke London?” tanya Dave penasaran.
Felicia melirik sekilas pada Jeslyn yang terlihat dari tadi hanya diam, kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Dave. “Aku baru sebulan di sini.”
“Bagaimana Dave? Apa kamu setuju kalau Felicia menjadi istri keduamu?” tanya Ibu Dave penasaran.
Dave tampak diam sejenak. Saat ini dia dilanda dilema, di satu sisi dia tidak ingin menikah lagi, tapi di sisi lain tidak punya piliha lain selain menikah dengan Felicia, yang pasti dia tidak mungkin dia membuat Jeslyn hamil. Dave berpikir tidak ada salahnya dia menikah dengan Felicia, toh dirinya sudah mengenal Felicia dengan baik, di samping itu juga dia pernah menyukai Felicia.
“Dave akan pikirkan lagi Ma. Dave akan berunding dulu dengan Jeslyn.”
Dave tahu kalau Jeslyn pasti akan menolak pernikahan keduanya. Dia berencana bebicara dengan Jeslyn terlebih dahulu.
“Mama beri kamu waktu seminggu untuk berpikir,” ucap Ibu Dave tegas.
Jeslyn hanya diam tidak mengeluarkan suara sedikitpun dari pertama dia datang ke rumah orang tua Dave. Sementara papa Dave hanya bisa menatap iba pada Jeslyn. Dia tahu kalau saat ini menantunya pasti merasa sakit hati dengan rencana bodoh istrinya.
“Kenapa kamu menyetujui pernikahan ini Fel?” tanya Dave dengan wajah heran.
Felicia tersenyum. “Karena aku mencintaimu,” ucap Felicia sambil melirik kepada Jeslyn. Dia ingin melihat reaksi istri Dave.
Dave sedikit terkejut dengan jawaban Felicia, entah mengapa saat mendengar perkataan Felicia saat ini, tidak sebahagia saat dulu dia menyukainya.
“Tapi aku sudah punya istri Fel, apakah kamu sanggup menjalani pernikahan ini?”
“Aku tahu, aku tidak keberatan jika kamu sudah mempunyai istri,” jawab Felicia lugas.
“Lihatlah, betapa baiknya Felicia. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan kamu sudah mempunyai istri,” puji ibu Dave dengan senyuman mengembang. Sementara Felicia yang dipuji tampak tersenyum malu-malu.
Tentu saja dia rela menjadi istri kedua karena dia hanya menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga orang lain. Lain cerita kalau dia yang menjadi istri pertama, apa dia masih sanggup menerima kehadiran istri kedua Dave. Pastinya dia akan menentang keras pernikahaan kedua Dave, jika posisinya dibalik.
“Kami pamit dulu! Sudah malam,” Dave tidak menanggapi ucapan mamanya.
Dave dan Jeslyn segera pulang, setelah berpamitan kepada semua orang.
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!