NovelToon NovelToon

Jodoh Tak Terduga

kelulusan

Namaku Zahra Khoirunnisa. Aku berusia 18 tahun. Aku sekolah sekaligus mengenyam pendidikan agama. Ya, aku adalah seorang santri, enam tahun sudah ku jalani hidup jauh dari keluarga. Sekarang hari yang di tunggu tunggu. Aku akan pulang karena telah lulus sekolah. Ya aku memang berniat pulang jika sudah selesai SMA. Jujur saja aku memang sudah rindu rumah, terutama tentunya orang-orang rumah.

Hari ini aku sedang menunggu bis di halaman pesantren. bersama teman teman seangkatan ku yang mungkin juga sedang menunggu bis atau jemputan keluarga. Aku pribadi lebih suka duduk sendiri dari pada berbaur dengan orang orang yang belum terlalu aku kenal.

Aku memang susah bergaul, sejak dulu lebih suka sendiri. Itulah salah satu alasan kenapa Ayah mengirim ku kesini. Karena disini mau tidak mau aku pasti harus berbaur, apalagi dengan teman sekamar.

Tapi jujur saja mereka sangat baik. maka dari itu aku bisa bertahan enam tahun tinggal di sini.

"Hey, ngelamun aja." seseorang memecahkan lamunanku.

"Ah kamu ini membuatku kaget." Ucapku.

Dia Dini sahabatku. Kita berdua seumuran, kita juga kenal saat pertama masuk pondok sampai akhirnya teman satu kamar sekaligus sekarang kita jadi sahabat. kemana mana selalu berdua. Dia sahabat rasa keluarga, dia yang selalu menemani aku kemanapun. Rasanya dia juga yang paling mengerti aku.

Dengan Dini aku biasa bercerita tentang apapun. Tentang diri pribadi ku, tentang keluarga ku, dan tentang perasaan ku. Mungkin bisa dibilang dia tau segalanya tentang aku.

Sebenarnya aku heran kenapa wajahnya terlihat sangat ceria padahal ini hari terakhir kita ketemu. Padahal aku sendiri yah lumayan sedih, sudah pasti setelah keluar dari sini kita akan sulit untuk bertemu lagi. Gak akan ada tuh bangun bangunin saat akan sholat malam, apalagi Dini kalau udah tidur ****** banget. Duh kalau Dia menikah kasian lah suaminya.

Gak akan ada juga rebutan kamar mandi, pinjam pinjaman hijab, buku catatan, baju.

Gak akan ada juga acara jajan bareng, tadarus bareng, hafalan bareng apalagi hukuman bareng.

Sumua itu pasti akan sangat aku rindukan nanti. Dini sahabat pertama ku. Segitu dekatnya kami.

"Ada apa, kenapa kamu terlihat ceria begitu?" Bukan menjawab dia malah makin cengar cengir, haduuuh jangan jangan dia stres karna kebelet pengen pulang, yang pengen pulang kan aku yaa haha.

"Eh Ra aku bawa berita bagus nih buat kamu" ucapnya di iringi cengiran.

Karna heran ku tempelkan tangan ku di dahinya "suhunya normal." bisiku.

"Hey kamu pikir aku gila, serius Ra tadi aku lihat pujaan hatimu udah balik ke pondok." Perkataan Dini sukses membuat jantungku loncat. Eh gak loncat juga sih.

Pujaan hati yang di maksud dini itu adalah ustadz Rama. Ustadz muda yang berhasil membuat jantungku loncat loncat ketika melihatnya. Aku suka melihat dia. Wajahnya yang berkarisma dengan kulit putih bersih membuat nya terlihat sangat menarik, dilengkapi peci hitam yang menutupi rambutnya ditambah ilmu agama yang tidak diragukan lagi membuat santri wati disini termasuk aku mengidamkan nya.

Sayangnya aku hanya bisa mengaguminya saja.

Dia terlihat dingin dan tidak pernah menyapa, kecuali dgn ustadz ustadzah, atau santri laki laki.

"Ra kamu di jemput gak? Aku udah ada jemputan."

"Nggak Din Ayahku ada kerjaan di luar kota."

"Apa mau bareng aku?"

"Gak usah aku bisa naik bis ko makasih ya Din."

"Ya udah, sampai ketemu lagi ya Ra aku pasti akan rindu kebersamaan kita." Kami saling berpelukan. Pelukan terakhir perjumpaan kita.

Entah kapan kita akan bertemu lagi. Ah aku juga pasti akan merindukan dia.

"Aku juga Din semoga kita bisa ketemu lagi ya"

"pasti, kita harus ketemu lagi kan masih di kota yang sama Ra, Gampang lah nanti aku main ke rumah kamu, atau kami yang main ke rumah ku."

"Iya Din awas loh jangan ganti ganti nomor hp, kamu kan hobby banget ganti nomor."

"Iya janji deh."

"Ya udah sana kasian udah di tungguin."

"Assalamualaikum Ra"

"Waalaikumsalam Din." Kulihat dia menaiki mobilnya. Aku melihatnya sampai mobil yang dia naiki tak bisa dilihat oleh netraku.

Hmm aku kembali menunggu Bis sendiri, ya sekarang tanpa Dini. Aku sebenarnya sudah sangat nyaman di sini. Tapi bagaimanapun juga aku harus kembali ke kehidupan ku di luar sini. Aku berharap segala yang aku pelajari di sini bisa aku realisasi kan dalam kehidupan nyataku. Semoga bisa bermanfaat untuk orang orang di sekitar ku, khususnya untuk diriku sendiri.

Di sini, di penjara suci ini aku merasakan banyak hal. Bahagia sedih, rindu dan juga cinta.

Jatuh cinta bagiku adalah hal yang baru. Disinilah aku pertama kali merasakan perasaan itu, pada seseorang yang rasanya tidak mungkin merasakan hal yang sama. Tapi tak apa, toh dia sendiri tidak tau aku menyukai nya.

selama ini aku hanya bisa melihat dari jauh, menyapa lewat doa, dan bersama lewat harapan. Tapi kenyataannya bertegur sapa pun jarang.

sampai pada saat ini aku akan pergi dari sini, aku membawa serta perasaan ini untuk ku sendiri.

"Assalamualaikum." Suara itu mengagetkanku. Rasanya aku mengenal suara itu. Seketika jantungku berdetak kencang. Ku belikan tubuh untuk menghadap ke sumber suara.

"Zahra?"

Ah ternyata dugaanku benar. Dia pria itu, maksudku Ustadz Rama. Aku tundukan pandanganku setelah melihatnya sekilas. Jantungku ini ya Allah kenapa tidak bisa tenang. Rasanya mau loncat dari tempat nya.

"Assalamualaikum Zahra."

Suaranya menyadarkan ku kembali. Aku sampai lupa menjawabnya.

"Waalaikumsalam Ustadz." Aku berusaha tenang padahal gugup.

"Kamu pulang sekarang? Apa ada yang menjemputmu?"

"Iya Ustadz, Saya pulang sendiri."

"Mau saya antar? Saya bisa ajak santri perempuan yang lain jika kamu mau."

Apa dia bilang? Mengantarku pulang? Ah aku sungguh bahagia hari ini. Tidak bisa ku tahan senyumku ini. Mungkin saat ini pipiku sudah memerah.

Apalagi ini adalah percakapan terpanjang kami dari sekian lama aku tinggal di sini.

"Eh, Astagfirullah memang aku berharap apa selama ini" gumamku.

Kalau dia bisa denger suara hati, pasti malu aku. Tapi kira kira dia bisa denger suara hati gak sih? kalau emang bisa gawat dong. Haduh

"Eh tadi dia nanya apa ya lupa, mana belum aku jawab lagi. Duuuh kok memdadak loading sih ini otak" pikir ku

Memang kalau udah ada Ustadz satu ini pikiran suka tiba tiba kacau sekacau perasaan ini saat dia tiba tiba mengajak berbicang.

#Hay readers, selamat membaca karyaku. Maaf yaaa kalau masih banyak kesalahan jangan lupa duku terus, dan jangan lupa kasih vote seikhlasnya 😁😁😁 ok readers. jangan bosen. bosen ya

kelulusan 2

Aku sedikit heran, sebenarnya ada apa dengan Ustadz Rama, tidak biasanya dia perhatian padaku.

"Hey, kenapa melamun?" Lagi lagi dia mengagetkanku.

"Tidak apa apa ustadz." Sambil menggaruk kepala yang tidak gatal sebenarnya. Hihi akibat salting.

"Gimana, mau saya antar?" Kembali dia bertanya.

"Tidak perlu Ustadz, saya akan naik bis saja"

ku lihat dia masih berdiri di sebelahku.

"Kalau gitu saya temani kamu disini sampai bis datang." ucapnya

Duh bisa bisa jantung ku benar benar lompat dari tempat nya. ngapain sih Ustadz Rama nemenin aku disini, malah bikin aku deg degan.

Kami menunggu bis dalam suasana hening. benar benar tidak menyenangkan.

"Zahra punya rencana apa setelah lulus" Tanya ustadz Rama memecahkan keheningan.

"Belum tahu Ustadz Zahra cuma mau pulang aja dulu." jawab ku gugup.

"Apa ada rencana menikah muda?" Tanya ustadz to the point.

Entah apa maksudnya bertanya begitu. Aku sendiri bingung harus jawab seperti apa.

"Gak apa apa gak usah jawab kalau belum tahu jawabannya." ucapnya se akan mengerti isi hati ku.

"iya Ustadz maaf."

"Gak apa-apa gak usah minta maaf Zahra."

Suasana kembali hening. sebenarnya ada rasa tidak nyaman jika harus berdua seperti ini. Lebih baik menunggu bis sendirian.

Tak berapa lama, syukurlah bis nya sudah datang, jadi aku tidak perlu lama lama berdekatan dengan ustadz Rama. Sudah tidak kuat rasanya menahan detak jantungku ini yang serasa ingin loncat dari tempatnya. Duh terdengar berlebihan sekali aku.

Ku lirik dia yang berdiri di depanku.

"Maaf Ustadz saya berangkat dulu, Assalamualaikum."

Ku langkahkan kaki menuju bis yang akan ku naiki, saat ingin masuk kedalam tiba tiba dia memanggil namaku.

"Zahra!"

Seketika aku berbalik untuk melihatnya, dia menatap intens. Sungguh itu membuat jantungku kembali dag dig dug tidak karuan. Hah dia memang sangat tampan, ya ampun ada apa aku ini dia kan memang sudah tampan dari dulu.

Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu. Aku menunggu dia mengatakannya. Tapi dia hanya diam. Ku balikan kembali tubuhku menuju bis.

"Zahra tunggu saya datang padamu" Deg.

Apa yang dia katakan, meskipun dia berkata dengan pelan, tapi masih bisa ku dengar. Saat ku berbalik ingin melihatnya, dia sudah masuk ke area pondok. Apa maksudnya, sungguh aku tidak mengerti. Kuputuskan untuk segera menaiki bis.

Saat ini aku hanya ingin pulang. Aku sangat merindukan keluargaku. Urusan pujaan hati ku itu, biarlah waktu yang menjelaskan maksud ucapannya.

Perjalanan ku cukup lama, maka ku putuskan menikmati perjalanan dengan mendengarkan sholawat di earphone ku. Sampai akhirnya aku tertidur.

##

Setelah menghabiskan 3 jam di perjalanan,akhirnya sampailah aku di tempat yang sangat aku rindukan. Sebuah rumah yang lumayan besar terawat dengan cat putih dan pagar yang menjulang tinggi.Yah masih sama seperti enam tahun yang lalu saat keberangkatan aku ke pondok.

Ku lihat Pak Iwan satpam rumah ku, dia seperti sedang memastikan wajah ku, oh ya ampun, apa dia lupa padaku.

"Assalamualaikum Pak." Sapaku sembari tersenyum padanya.

"Waalaikumsalam, Neng Zahra ya?" Waaah dia sudah ingat rupa nya.

Aku menganguk sebagai jawaban pertanyaannya.

"Silahkan masuk Neng" segera dia membuka pagar dan mempersilahkan ku masuk.

"Makasih Pak".

Kulihat beberapa mobil terparkir di halaman rumah, apa Ayah sudah pulang.

Setelah beberapa kali ku ketuk akhirnya pintu terbuka.

Ah pria paruh baya yang sudah sangat aku rindukan dia menyambutku dengan senyuman nya

"Zahra putriku," dia memelukku erat. Sungguh aku sangat rindu pelukannya.

"Ayah, bukan kah ayah di luar kota?" Tanyaku

"Iya sayang, Ayah segera pulang tadi pagi. Walau tidak sempat menjemputmu setidaknya Ayah bisa menyambutmu di sini." Dia

tersenyum dan mengusap kepalaku.

"Masuklah nak! Abangmu juga ada di dalam" dia menuntunku kedalam.

Oh iya aku juga memiliki seorang kaka namanya Reza, aku memanggilnya bang Reza. Usianya 27 tahun. Jarak usia kita memang cukup jauh.

"Bang Reza," saat melihat dia aku langsung berhambur ke pelukannya.

Aku sangat merindukan dia, pria kedua yang sangat aku sayangi setelah Ayah.

"Waaah rupanya adik kecilku begitu merindukan abangnya yang tampan ini ya" ucapnya di iringi kikikan.

Ah ternyata dia masih saja suka menggodaku. Ku akui abangku ini memang lumayan tampan.

"Hmmm tadinya aku memang merindukanmu tapi sepertinya sekarang tidak."Jawabku dengan nada mengejek. Dia malah tertawa. Mmm mungkin aku lucu....

"Apa kabar adik Abang ini, udah lama banget kan kita gak ketemu" bang Reza mengusap kepala ku yang tertutup hijab.

"Alhamdulillah baik, Abang sih jarang banget tengokin Zahra"

"Maaf yah dek Abang sibuk urus perusahaan,Abang bukan nya gak inget sama kamu"

"Iya gak apa apa kok bang,"

"Ya udah Zahra istirahat dulu gih, pasti capek kan perjalanan kesini?" ucapa ayah

"iya yah Zahra capek banget, kalau gitu Zahra ke kamar dulu ya Bang Yah" pamit ku.

"Iya istirahat sana" jawab bang Reza

Aku bergegas ke kamarku, saat ku buka, terasa sekali nuansa kamar seorang gadis. dengan cat berwarna merah muda dan banyak sekali boneka, mengingatkan ku pada beberapa tahun lalu saat tidur di kamar ini.

Walau tidak tidak aku tempati, tapi kamar ini terlihat bersih dan terawat. sudah pasti ayah menyewa seseorang untuk membersihkan nya secara rutin.

Ku lihat kasur di sudut ruangan dengan sprai berwarna pitih yang nampak menggoda untuk aku tiduri.

Ku rebahkan tubuhku di sana. sangat nyaman sampai membuat ku ketiduran.

##

Aku membuka mataku. ku rasakan tubuh ini lebih rileks dari sebelum nya.

"Berapa lama aku tidur" gumamku

Ternyata sebentar lagi magrib, aku bergegas membersihkan tubuh ku yang terasa lengket sambil menunggu waktu sholat tiba.

##

Waktunya makan malam. aku sudah sangat lapar sebenarnya. Tapi aku lupa masak.

tok tok tok

suara ketukan pintu. ku buka pintu kamarku.

"Kenapa bang?" Ternyata Bang Reza

"Makan malam dulu yuk"Ajak nya

"Emang udah masak bang?" tanya ku

"Tadi Abang beli sekalian keluar"

"Ya sudah Zahra juga udah laper bang" ucap ku sambil nyengir tanpa dosa.

"Dasar pemalas, laper tapi tidur mulu." gerutu nya.

"Hehe kan capek bang"

"Alesan aja."

Akhirnya aku dan Abang pergi ke ruang makan. Ternyata disana sudah ada Ayah menunggu kami.

"Eh Ayah, maaf Zahra lama ya Ayah"

"Gak apa-apa sayang" Ayah tersenyum.

kami pun menikmati makan malam dalam suasana hening.

Selesai makan kami bersantai di ruang keluarga. aku sangat rindu suasana ini.

"Zahra punya rencana apa nak setelah lulus, mau langsung lanjut kuliah?" Tanya ayah.

"Zahra mau istirahat dulu yah. Belum mau kuliah. boleh kan yah?"

"Boleh dong nak, tapi nanti kamu tetap harus kuliah yah, pendidikan itu penting sayang"

"iya Ayah. nanti Zahra pikirkan"

sedang asik berbincang terdengar ketukan pintu.

tok tok tok

"Biar Zahra buka" ucapku bergegas ke depan untuk membuka pintu.

Saat ku buka, terlihat seorang pria dewasa mungkin usianya sekitar 30 tahun berdiri berkacak pinggang.

"Cari siapa ya om?" tanyaku.

" Pak Reza nya ada?" tanya pria itu dengan wajah datar.

"Ada, saya panggil kan dulu"

Saat akan berbalik untuk memanggil Abang ternyata Bang Reza dan Ayah sudah di belakang ku.

"Eh Pak Arkan, silahkan masuk pak" ajak bang reza

"Tidak usah Pak Reza saya cuma mau memberikan berkas kerja sama kita" dia menyerahkan map biru.

"Oh iya kenali ini putri saya Zahra ,adik nya Reza. Zahra kenali ini rekan kerja Ayah dan Abang mu" ucap Ayah.

Kami pun saling mengangguk

"Masuk dulu ngopi dulu nak Arkan" ajak ayah

"Tidak usah Pak terima kasih saya buru buru. maaf mengganggu waktu nya"

"Tidak apa-apa pak Arkan"

"saya permisi"

"Silahkan pak"

kami pun kembali ke dalam.

"Ya sudah sekarang kita ke kamar masing masing. sudah waktunya istirahat biar besok fresh." ucap Ayah.

"okay yah Zahra juga udah ngantuk nih. capek banget soalnya. semoga besok bangun udah lebih fresh badan nya" jawab ku.

"Iya sayang tidur yang nyenyak yah" Ayah mengecup kening ku.

Aku pun bergegas ke kamar karena memang sudah sangat mengantuk. Berharap bangun dengan keadaan segar.

#happy reading readers 😘😘 jangan bosen ya nunggu Arkan dan Zahra. Salam hangat dari author. Terimakasih

Tertangkap Razia

Di kediaman Zahra.

Tok tok tok (terdengar suara pintu di ketuk.

"Zahra, bangun nak!"

Sayup sayup ku dengar seseorang memanggilku.

Perlahan aku buka mataku mencari sumber suara.

"Ayah!" ucapku, ya ternyata ayah membangunkanku.

"Bangunlah nak, ini sudah subuh." Ucapnya kemudian.

"Ku lihat jam di samping ku, sudah menunjukkan pukul 4.30 pagi. sudah masih waktu subuh.

"Baiklah yah" jawabku sambil berjalan ke kamar mandi.

saking pulasnya tidurku sampai tidak mendengar adzan subuh. Mungkin karna aku kecapekan setelah beberapa jam perjalanan.

Selesai mandi dan sholat, ku putuskan menyiapkan sarapan untuk Ayah dan bang Reza.

Setelah aku selesai memasak, Ayah turun dengan pakaian kerjanya.

"Pagi Ayah," sapaku.

"Pagi juga sayang," jawabnya dengan senyuman.

"Oh iya, Ayah ingin bicarakan sesuatu denganmu," ucap Ayah dengan serius

Ku lirik Ayah dan Bang Reza, mereka menatapku serius.

"Baik Yah kita bicara setelah selesai sarapan," jawabku.

"Ini masakan kamu dek?" tanya bang Reza

"iya dong, gimana enak gak?" tanyaku

"Biasa aja." ucap nya menyebalkan.

"Iih nyebelin, menurut Aya enak gak yah?"

"Masakan anak Ayah enak banget, Ayah suka." jawab Ayah sambil tersenyum kearah ku.

"Makasih Ayah, besok besok Zahra bikin nya buat kita berdua aja yah, bang Reza gak usah di buatin." ucap ku kesal.

"Diih gak adil."

"Biarin."

Selesai sarapan kami duduk sejenak di ruang keluarga. Jujur saja, aku penasaran dengan yang ingin Ayah bicarakan. Sepertinya ini hal penting.

"Zahra, kamu ingat dengan pria yang Ayah kenalkan semalam?" Deg pria pria pria, aku mengingat ingat memori semalam, dan ya Arkan. Mungkin dia.

"Apa maksud Ayah om Arkan?" Tanyaku ragu

.

"Iya sayang, dia adalah anak rekan bisnis ayah, dia seusia kakamu," jawab ayah.

"Mmm lalu ada apa dengannya?" Tanyaku penasaran.

"Ayah nya melamar kamu untuk dia," kata kata Ayah sungguh membuatku kaget,

"Ayah tidak memaksa kamu menerimanya, kamu boleh memikirkannya dulu nak,"

"Dia yakin kamu bisa membawa anaknya ke arah yang lebih baik nak, dengan pendidikan agama yang kamu miliki," sambungnya

"Baiklah akan zahra pikirkan dulu."

"Iya, kalau gitu, Ayah dan bang Reza ke kantor dulu ya, kamu baik baik dirumah," pamitnya sembari berdiri

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pikiranku kembali pada Arkan, kenapa ayahnya ingin aku membawanya ke arah yang baik? apa dia tidak baik? atau seperti apa? Ah beribu pertanyaan muncul begitu saja.

Apa aku harus menunggu ustadz Rama yang belum pasti, atau Arkan yang jelas jelas sudah ada di depan mata?

Tapi dia kan sudah dewasa, mana mungkin pria dewasa mapan seperti dia belum punya pasangan, ya seenggaknya calon.

Tapi ya sudah lah ini kan baru rencana, lagi pula orang nya juga belum tentu mau sama bocah kaya aku.

##

Hari ini aku menghabiskan waktuku dengan membersihkan rumah, aku ingin sedikit menata beberapa bagian di rumah ini.

seletah selesai membersihkan dan menata rumah , sambil menunggu Ayah dan bang Reza pulang, ku putuskan bersantai dengan sedikit cemilan dan siaran televisi. Ah nikmatnya hidup ini hihi maklum di pondok tidak bisa merasakan hal seperti ini.

Saat tengah santai menonton berita tak sengaja mataku melihat seseorang yang tidak asing lagi. Iya dia mas Arkan, kenapa dia masuk berita televisi? Ku baca tulisan di layar sana,

"Seorang pengusaha muda tertangkap razia di sebuah club malam"

di baca berulang kali, aku tidak salah lihat, benar benar tidak menyangka. Apa aku akan menikah dengan pria seperti itu? Sungguh ini jauh dari kriteria pria idamanku yang tercermin dalam diri ustadz Rama.

Aku tidak ingin membandingkan tapi begitulah kenyatannya.

Tak lama setelah itu Ayah pulang, aku langsung menghampirinya.

"Ayah, apa ayah tau mas Arkan tertangkap razia di sebuah club?" Tanyaku.

Ayah meliriku dan berkata, "Ayah tau nak, itulah mengapa teman ayah ingin kau menikah dengannya."

"Apa ayah mau aku menikahi pria seperti itu?" Tanyaku kesal.

Aku sungguh tidak mengerti dengan ayah, bagaimana bisa dia menikahkan putrinya pada pria tidak bermoral? Yaa jika dia bermoral kenapa bisa tertangkap di tempat seperti itu.

"Dengar nak, kita tidak bisa merasa lebih baik dari siapapun, sampai hanya memikirkan keburukan orang lain, cobalah bawa seseorang itu ke jalan kebaikan, baru kita bisa menunjukan bahwa kita adalah orang baik." Jelasnya.

Apa maksud ayah, apa aku benar benar harus menikah dengannya?

Ayah menatapku yang sedang merenung,

"Tiga hari nak, mereka memberimu waktu 3 hari lagi untuk memberi jawaban atas pinangannya, mintalah petunjuk Allah untuk keputusanmu," Kemudian ayah meninggalkanku ke kamarnya.

Apa yang harus ku katakan nanti? Haruskah ku terima, atau ku tolak?

Andai saja ustadz Rama datang, ah ku rasa dia bahkan sudah lupa padaku.

Tok tok tok, terdengar suara ketukan pintu. Segera ku buka. Ku lihat seorang pria yang tak asing lagi.

"Selamat sore" ucapnya. Deg dia pria itu mas Arkan.

Untuk apa dia kesini?

"sore, cari siapa ya?"

Belum sempat dia menjawab, tiba tiba ayam menyahut dari belakang.

"Eh nak Arkan sudah datang, masuk nak"

aku pun menggeser tubuhku, memberikan jalan padanya agar masuk.

setelah itu aku tidak melihatnya lagi. Dia pergi ke ruang kerja ayah, dan aku pergi ke kamar.

##

Hari sudah malam, waktunya aku menyiapkan untuk makan malam.

Malam ini aku memasak sup daging, tahu dan tempe goreng serta telur balado di lemgkapi kerupuk, menu yang sangat sederhana.

Makanan sudah siap, waktunya memanggil ayah dan bang Reza .

Saat ingin ke ruangan ayah, kebetulan ku lihat bang Reza baru keluar dari ruang kerja ayah.

"Eh bang Reza ayah mana? makan malam sudah siap"

"Zahra ngagetin aja deh, Ayah masih ada kerjaan sebentar lagi juga keluar.Mending kita nunggu ayah sambil nonton aja yuk" ajaknya

" Ya sudah yuk" Kami pun pergi ke ruang tv.

Saat sedang asik nonton, ku lihat Ayah keluar dari ruang kerja nya. Tapi tidak sendiri, dia bersama mas Arkan. Aku pikir dia sudah pulang, ternyata masih di sini.

"Nak Arkan makan malam di sini kan?" tanya Ayah

"Gak udah pak saya makan malam di rumah saja"

"Ayolah bro kasian Zahra udah masak loh" kata bang reza

"Iya nak Arkan makan malam disini aja" Ayah menambahi.

Mas Arkan terlihat segan tapi tak bisa menolak.

"Ya sudah" jawabnya.

"Ya udah yuk kita makan, udah laper banget" itu bukan suara ku. Tapi suara bang Reza.

Akhirnya kita makan bersama dengan menu se adanya.

Mereka tampak sesekali berbincang, sedangkan aku diam saja.

"Gimana bro masakan calon istri, enak gak nih?" tanya bang Reza iseng.

ku lihat dia melirik ku sekilas.

"Enak ko"

"lolos dong jadi calon istri" ucab bang Reza menggoda.

"Abang apaan sih" ucapku.

Akhirnya kami makan dalam suasana hening.

sesekali aku lihat mas Arkan, melihat dia menikmati masakan ku membuat aku sentah kenapa merasa senang. Aku harap dia benar benar suka.

selesai makan kami berkumpul di ruang tv.

ku lihat Mas Arkan berdiri

"Sudah terlalu malam, sepertinya saya harus permisi dulu pak, Za"

"Oh iya nak Reza silahkan, hati hati di jalan" ucap Ayah

"hati hati bro, jangan kapok ya makan masakan Zahra" ucap bang Reza menambahkan.

Ku lihat dia tersenyum ke arahku.

"saya pulang dulu, Assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam" jawab kami serentak.

#

Hay readers segini dulu ya. maaf kalau banyak salah salah😁 author masih belajar. dukung terus yaaa

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!