Aku tak tahu lagi harus meminta bantuan kemana untuk melunasi hutang-hutang ayahnya yang tertipu oleh rekan bisnis sendiri. 17 miliar bukan angka yang sedikit, seluruh aset keluarga dan perusahaan sudah disita, sementara ayah yang terkena stroke akibat masalah ini juga membutuhkan perawatan dirumah sakit, semua teman-teman dan rekan bisnis ayah sudah aku datangi namun hasilnya nihil, mereka pun selama ini bergantung kepada ayah.
Langkah ku gontai, tagihan rumah sakit dan depkolektor yang terus meneror membuat kepalaku seperti mau meledak, dalam sehari aku seperti dihempaskan dari kehidupan yang begitu nyaman, aman tanpa takut akan kekurangan uang, tiba-tiba harus menanggung semua masalah ini.
Lampu penyebrangan jalan sudah berubah warna dari merah menjadi hijau, menandakan orang-orang sudah boleh menyebrangin jalan, jam tangan ku menunjukan pukul 23.45 WIB sudah cukup larut, sehingga lalu lintas jakarta yang padat menjadi cukup lenggang, aku menyebrang jalan tanpa menoleh kekiri maupun kekanan, melihat lampu penyebrangan berwarna hijau aku melangkah untuk segera menyebrangi jalanan.
Brakkkkkk, aku merasa sesuatu yang melaju dengan sangat kencang menabrak tubuhku, sepersekian detik kemudain aku merasakan tubuhku melayang, dan terhempa diatas aspal, setelahnya gelap dan hanya dingin yang aku rasakan.
______________________________________________
Seorang pria dengan setelan berwarna hitam keluar dari sebuah mobil sport saat menyadari dia telah menabrak seseorang, wanita yang ia tabrak terkapar di tengah jalan berlumuran darah, tanpa pikir panjang pria itu menggendong wanita tersebut kedalam mobilnya, dan melajukan kendaraan dengan sangat kencang.
Sebuah mobil lamborgini berwarna hitam memasuki basement rumah mewah dengan nuansa turki tersebut, pria itu segera menggendong wanita yang ia tabrak memasuki rumahnya, dan memerintahkan asistennya segera menelpon dokter pribadinya untuk merawat wanita yang ia tabrak, tak butuh waktu lama tindakan pun segera dilakukan.
“Maaf tuan Gaozhan terjadi pendarahan di kepala wanita ini kita harus melakukan operasi, saya membutuhkan beberapa bantuan tenaga ahli medis, apakah saya boleh memanggil bantuan untuk melakukan operasi ini atau jika tuan berkeberatan saya akan membawa wanita ini kerumah sakit milik teman saya”. Seorang pria paruh baya yang mengenakan jas dokter menjelaskan kondisi wanita itu.
“Dokter Prabu saya membayar dan memberikan pasilitas untuk anda karena saya tau kapasitas anda sebagai seorang dokter, beberapa staff dan orang kepercayaan saya memiliki pengentahuan dalam ilmu kedokteran, lakukan operasi itu bersama mereka, dan persiapkan segalanya seperti biasa saya tak mau melibatkan pihak luar, wanita itu harus selamat!”. Ucap pria itu tegas dan lugas, seperti biasa Gaozhan tak menerima negosiasi, apapun harus berjalan sesuai kemauannya, hari ini adalah hari apesnya, ia dijebak oleh Aslan rivalnya dalam dunia shadow, sekarang seluruh Aile akan memburunya atas tuduhan pembunuhan Baba, bos mafia yang paling disegani dengan wilayah kekuasaan terluas, bukan hanya bos mafia Baba juga ayahnya, selain fitnah yang Ashlan tuduhkan hatinya juga sakit saat mendapati baba telah tergorok di meja kerjanya saat ini sampai diruangan kerja baba.
“ Siapkan pasukan, Aile akan menyerang kesini malam ini, ashlan menjebakku atas kematian baba, Izmir persiapkan mansion pelarian kita, sementara kita harus menarik diri untuk membalas apa yang ashlan lakukan dan pastikan perempuan yang aku tabrak itu juga hidup malam ini kita harus bertahan, dan pastikan kau jangan mati yah” perintah Gaozhan.
Aile adala keluarga besar mafia turki yang dikepalai oleh Baba, Ashlan sendiri adalah saudara Gaozhan, keserakahan dan ambisinya membuat ia menghalalkan segala cara, sebagai anak lelaki sulung dikeluarganya nantinya bisnis dan wilayah kekuasaan baba akan dikelola oleh Gaozhan namun karen ambisi Ashlan ia sengaja menjebak Gaozhan seolah olah Gaozhan lah yang membunuh ayah mereka.
Sebagai shadow man yang berkencimplung didunia shadow Gaozhan hidup seperti bayang-bayang, garis wajahnya yang keras dan mata shafir yang tajam tak jarang membuat rivalnya terintimidasi, seperti kebanyakan pria turki ia memiliki bulu mata yang tebal dan panjang, rahangnya di tumbuhi rambut tipis yang semakin membuat sangar penampilannya, tubuhnya yang kekar dan terlatih sangat mendukung profesinya yang menantang kematian, dari kecil Baba sudah melatih ia dan Ashlan sebagai penerus keluarga, menyekolahkan mereka hingga keluar negeri dan mempelajari tatanan bisnis shadow yang ada didunia.
Bersamaan dengan Gaozhan dan pasukannya yang menghalau musuh, wanita yang ia tabrak juga sedang berjuang diruangan operasi pribadi miliknya, pendarahan terus terjadi Dr. Prabu nyaris prustasi, sempat denyut jantungnya melemah dan hilang namun semangat hidup wanita ini sangat tinggi ia berjuang untuk terus hidup dan melewati operasi tersebut.
2 minggu berlalu, setelah pertempuran malam itu Gaozhan menarik seluruh pasukan nya ketempat persembunyian mereka, tak banyak yang tersisa sebagian gugur dalam pertempuran melawan aile dan sisanya terpaksa menjadi anak buah Ashlan jika ingin tetap hidup kini yang tersisa bersamanya hanya mengikuti Gaozhan untuk menghimpun dukungan dan melakukan pembalasan.
Gaozhan mencoba menghimpun kekuatan, melakukan aliansi dengan 3 naga mafia yang cukup diseganin dan juga rekan bisnis baba, hari-hari Gaozhan lalui dengan penyusunan strategi balas dendam, satu-satunya hiburan yang ia miliki hanya menatap sosok wanita berwajah sendu yang masih tak sadarkan diri setelah operasi malam itu, sudah 14 belas hari wanita itu belum membuka matanya, malam itu ia bisa saja meninggalkannya di jalan hanya saja ada bagian dari dirinya yang sangat menginginkan wanita ini, warna kulit dan parasnya sangat mirip dengan Paradita istrinya yang meninggal saat melahirkan anak pertama mereka, dan yang terburuk 3 jam setelah dilahirkan anaknya pun ikut meninggal karena dilahirkan prematur, semenjak itu hidupnya pun berubah, ia memutuskan terjun didunia bayangan menantang maut setiap harinya.
“Hei bangunlah, kau sudah tertidur lama jika kau tak bangun juga lebih baik kau mati saja aku sudah muak melihat mu terbaring seperti ini”. Gaozhan berbisik di telinga wanita itu, mendengar perkataan itu wanita itu tetap saja terbaring tanpa merespon, ia semakin kesal saja.
“Bilang ke dokter Prabu untuk mencabut seluruh alat medis yang terpasang ditubuh wanita itu, biarkan saja jika dia harus mati aku tak perduli, aku sudah menunggunya bangun selama 14 hari rasanya muak sekali”. Teriak Gaozhan pada Izmir yang jelas saja Izmir tidak melakukan perintahnya ia tau bosnya sedang prustasi.
Setelah nyaris sebulan koma, Danindra terbangun ditempat yang sangat asing baginya kepalanya sangat sakit namun pandangannya yang masih samar tertuju pada sosok pria yang sedang menggengam tangannya, ayah?? Sepertinya bukan, ia mengguncang bahu pria yang terlelap disebuah kursi lipat disamping kasurnya ia bingung kenapa banyak peralatan medis yang tersambung ketubuhnya, pria tersebut merespon guncangan yang ia lakukan, mata shafir itu menatap tajam kearahnya.
“Siapa dia, apakah aku mengenalnya?”. gumamnya dalam hati.
“Dokter Prabu, dok”. Gaozhan berteriak memanggil nama dokter Prabu saat melihat wanita yang ia tabrak siuman.
“Sepertinya tidak ada trauma fisik dari kecelakaan, maaf nona siapa nama anda?”. Tanya dokter Prabu setelah memeriksa keadaan Danindra.
“Danindra Hardiyanta, maaf saat ini saya dimana? Saya harus segera pulang, ayah saya sedang menunggu saya arghhh”. Danindra merasaakan sakit yang amat sangat menyiksa saat ia memaksa bangun dari tidurnya.
“Hei sabar nona kau baru terbangun dari koma tubuh mu perlu penyesuaian”. Ujar pria itu dingin, suaranya yang berat mempertegas perkataanya.
"Tidak bisa, saya harus kerumah sakit, saya harus ngurusin ayah”. Danindra melawan dan memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur, dan ia terjatuh saat memaksakan diri untuk berjalan.
“Jangan keras kepala, turuti semua yang kuperintahkan berikan aku identitas mu aku akan mencari ayah mu sekarang kau harus dengarkan kata kata dokter Prabu, jangan membantah aku tak suka di bantah”. Dengan tatapan dingin Gaozhan beranjak meninggalkan kamar Danindra.
“Hei bung kau bukan tuhan, oh aku ingat kau pria yang menabrak aku malam itu kan, dan kau tak punya kendali apapun atas ku”. Balas Danindra dengan suara yang masih bergetar.
“ Maaf nona, tubuh anda masih harus menyesuaiakan diri, lakukan saja apa yang disuruh tuan Gaozhan, sekarang saya akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap anda”. Ujar dokter prabu menengahi, Gaozhan hanya menatap dingin kearah Danindra sebentar kemudia berlalu dari ruangan itu.
Pagi itu setelah beristirahat semalaman Danindra ikut sarapan bersama untuk pertama kali, ia menuruni anak tangga yang langsung menuju keruang makan, suasana meja makan yang berisik seketika hening saat Danindra memasuki ruang makan, Danindra menelan ludahnya dimana sebenarnya ia berada ada sekitar 9 orang pria yang sedang bercanda gurau dimeja makan seketika mengalihkan perhatian mereka saat menyadari kehadirannya, ia menatap ke arah pria yang tertidur disampingnya kemaren malam, tatapan itu sangat dingin membuat ia mematung dan terdiam memandanginya.
"Ahh teman-teman semua perkenalkan ini Danindra, wanita yang selama ini kita tunggu-tunggu untuk segera terbangun dari komanya, silahkan bergabung nona”. Seorang pria bermata shafir mempersilahkan Danindra duduk, sangat berbeda dengan pria yang ia temui kemaren malam pria ini terkesan hangat dan lebih sopan.
Meja makan itu diisi oleh 10 orang, sepertinya mereka bukan pribumi hanya ada 3 orang orang yang memiliki wajah Indonesia yang mengisi meja makan itu satu diantaranya dokter yang mengurusku kemaren malam, aku menyapu pandangan ku ke seluruh meja makan, mereka semua membalas tatapan ku dengan senyuman hangat kecuali pria itu, dia terus menatap tajam kearah ku, seperti harimau yang sedang mengendap endap menungu moment menerkam mangsanya.
“Maaf nona, saya rasa anda harus menjaga sopan santun, anda tak mengenal siapa saya setelah anda mengetahui siapa saya anda pasti tidak akan berani menantang saya dengan tatapan seperti itu”. Gaozhan menantap nanar kearah Danindra, dia sangat tidak suka ada orang yang berani menantang nya.
Setelah melewati masa sulit, ia mampu membuktikan dirinya tidak bersalah atas kematian Baba sekarang Gaozhan mewarisi seluruh bisnis yang diturunkan Baba, bahkan ia mampu mengembangkan bisnis mereka dan bekerja sama dengan mafia mafia yang sebelumnya menjadi lawan dari Baba.
Dengan apa yang ia punya saat ini dan penghianatan yang dilakukan oleh Ashlan, Gaozhan semakin keras dan awas namun sebenarnya itu hanya diluar, hampir disetiap sepertiga malam ia menangis sesengukan mengingat almarhum istrinya Paradita.
Saat itu ia bahkan menolak terjun didunia kelam ini ia mejalankan bisnis kuliner bersama istrinya membangun kehidupan seperti layaknya orang normal, semua hanya tinggal kenagan saja kematian Paradita juga membunuh ia yang dahulu.
Ia memilih terjun didunia shadow menatang kematian tak pernah lagi senyum tersemat diwajahnya, ia selalu sedingin es hatinya telah mati semua menjadi bayang-bayang dan ia menjelma menjadi mafia yang tak berbelas kasih untuk lawan-lawannya.
“Sehabis makan temui aku, kau ingin tau kan kabar ayah mu”. Ucap Gaozhan berapa saat sebelum ia meninggalkan ruang makan.
Jantungku berdegup kencang, seiring langkah ku yang semakin dekat dengan ruang kerja Gaozhan. Selain karena aku akan mendengar kabar tentang ayah ada hal yang membuat ku tidak nyaman untuk berdekatan dengannya, intimidasi yang ia lakukan membuat ku risih.
Tok, tok, tok
Suara ketukan pintu terdengar sebelum beberapa saat kemudian seorang pria bermata shafir membuka kan pintu dan mempersilahkan aku masuk. Seperti biasa dia menatap ku dengan tajam seakan menunggu waktu untuk menerkam ku.
"Baik nona saya tak ingin banyak basa basi, Izmir sudah menghimpun informasi tentang ayah mu, sebulan yang lalu ia dirawat di rumah sakit Cahaya Asia bukan?". Gaozhan mencoba memastikan sebelum melanjutkan omongan nya.
"Benar". Jawab ku lirih.
"Apakah nama ayah anda tuan Bagus Hardiyanta?". Sekali lagi Gaozhan memastikan bahwa sebelum memberikan informasi lanjutan.
"Ya". Danindra sudah tak sabaran.
"Maaf nona saya harus meyakpaikan kabar ini, saya harap anda dapat menerima informasi yang akan saya sampaikan".
Danindra sudah tak sabaran ia tak tenang dalam duduknya, menantikan informasi yang akan di ungkapkan oleh Gaozhan.
"Ayah anda meninggal sekitar 2 Minggu yang lalu ia tak mampu bertahan akan kondisinya, jika anda ingin melihat makamnya Izmir akan mengantarkan anda, saya turut berduka atas kehilangan anda". Gaozhan segera meninggalkan Danindra yang masih mematung di kursinya, mencoba menyerap kabar yang baru saja Gaozhan sampaikan.
Sebenarnya ada bagian dihati Gaozhan yang terpanggil untuk menghibur wanita itu, sekedar memberikan pelukan bagi ia yang kehilangan namun trauma atas kehilangan istrinya kembali menghantui ia pun menahan tangis saat keluar dari ruangan itu.
"Aku pernah kehilangan, kau akan semakin kuat saat kehilangan". Ucapnya lirih dalam hati.
Suara langkah kaki Gaozhan semakin menjauh namun Danindra tetap membeku diposisi yang sama, ia masih terdiam seribu bahasa mencoba menerima kenyataan bahwa satu satunya hartanya yang paling berharga telah tiada, lantas apa yang harus ia lakukan selanjutnya?.
Hampir 15 menit Danindra hanya terdiam diposisinya, hingga sebuah sentuhan mendarat di pundaknya, saat ia memalingkan wajah sebuah wajah dingin berada didepannya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya yang ia tau tiba-tiba ia berada dipelukan pria itu.
"Menangislah, kita semua pasti dan akan merasakan kehilangan menangis tidak akan membuat mu lemah itu akan sedikit melegakan hati mu". Mendengar perkataan Gaozhan tiba-tiba air mata Danindra jatuh tanpa bisa ia kontrol, ia benci terlihat lemah didepan orang yg tidak ia kenali tapi ia tak mampu menahan semua emosi yang tadi tidak ia rasakan.
Danindra tertidur dalam pelukan Gaozhan, ia menagis semalaman dipelukan pria itu, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya, Danindra hanya menagis dan Gaozhan hanya terdiam disampingnya. Jika bisa Danindra ingin menyalahkan Gaozhan atas kejadian yang menimpahnya kalau saja malam itu Gaozhan tidak menabraknya, hanya saja ia tak bisa, ia sadar kejadian malam itu kesalahan mereka berdua ia juga tak memperhatikan keadaan jalan saat menyeberang, apakah lampu penyebrangan berwarna merah atau hijau.
Pagi ini Danindra terbangun duluan dipelukan pria itu, saat ia membuka matanya yang sudah membengkak akibat menagis semalaman wajah Gaozhan berada sangat dekat dengannya, ia memperhatikan setiap detail wajah pria itu Gaozhan memiliki rahang yang bidang, hidungnya mancung seperti kebanyakan wajah pria Turki, bulu mata yang panjang dan bulu bulu tipis tumbuh dirahang pria ini.
"Tampan". Danindra bergumam dalam hati, tiba-tiba saat ia sedang menatap pria itu, mata shafir itu terbuka semakin menghipnotis matanya untuk terus menatap wajah tampan itu.
"Jangan terlalu lama menatap ku, kau akan merangkak mengemis cinta nanti". Dengan ringan Gaozhan mengeluarkan kata-kata yang membuat Danindra Sangat malu.
"Aku hanya sedang mengangumi tuhan, ia menciptakan manusia dengan sangat sempurna, cuma itu saja". Jawab ku jujur.
"Bersiaplah Izmir akan mengantarkan mu ke pemakaman pagi ini". Seperti biasa Gaozhan berucap dengan dinginnya.
"Baik aku akan bersiap, Gaozhan terima kasih untuk malam ini." Jawab ku singkat sebelum beranjak kekamar mandi untuk bersiap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!