~𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 01~
Ini menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Naira Anandya, gadis kecil yang mengijak umur 9 tahun, Naira merupakan sosok gadis kecil yang penyayang dan juga periang.
Naira di besarkan oleh kedua orang tuanya yang bernama Pak Wawan dan istrinya bernama Buk Rati, Pak Wawan dan Bu Rati membersakan putrinya dengan penuh rasa tanggung jawab dalam kehidupannya.
karena itu di usianya yang sekarang Naira jauh lebih mandiri di banding anak di usianya.
Terlihat hari ini Naira tampak sudah bersiap siap untuk bersekolah, terlihat di wajah gadis itu seperti menampakan sangat bersemangat. Entah itu karena dia suka bersekolah atau... bertemu cinta pertamanya.
disinilah perjuangan cinta Naira akan kah suatu saat cintanya akan terbalaskan oleh cinta pertamanya.
"ibuk... Naira berangkat sekolah dulu ya, dah ibuk..?" Ucap Naira seraya mencium tekuk tangan ibunya
"hem hati hati ya.. di jalan!" ucap Buk Rati kepada putri kecilnya itu
Naira kini berpindah mencium tekuk tangan ayahnya, dan bergegas menuju luar, saat dirinya hendak menuju pagar rumah nya seketika Naira di panggil oleh ibu nya
"Nai... jangan lupa bawa air minum mu." Teriak buk Rati kepada Naira
Naira sontak menghentikan langkahnya dan kini bergegas kembali ke dalam rumahnya mengmabil botol minumannya. Saat dirinya sudah selesa mengambil Naira berpamitan lagi untuk kesekian kalinya.
di perjalanan menuju sekolah terlihat Naira dan temannya kini tengah menikmati suasana sejuk kampung itu, saat dirinya tengah sibuk menatap bunga bunga yang tertanam rapi disana.
seketika teman nya, yang bernama Putri kini melihat sosok anak laki laki kecil yang juga hendak mau kesekolah, Putri memanggil Naira dan meminta Naira melihat kearah dimana anak laki laki itu berada.
Naira spontan menatap kearah dimana anak laki laki itu, tampak di wajah gadis kecil itu ada senyuman yang terukir di bibirnya.
"Kak Dirga..?" Panggil Naira kepada anak laki laki itu yang bernama Dirga.
dengan rasa sedikit acuh anak laki laki itu kini melihat kearah Naira gadis kecil yang masih bersekolah di bangku Sekolah Dasar itu.
"Hemm!!" Sahut Dirga dengan raut wajah biasa biasa saja, Naira yang melihat kehadiran Dirga, anak laki laki yang berumur 14 tahun, yang lebih tua darinya kini wajahnya menampakan kesenangan.
"Cie.. Dirga.. anak SD di embat juga" ucap teman Dirga yang bernama Falen yang merupakan satu sekolah dengan Dirga
Dirga anak laki laki yang kini menginjak kelas 2 SMP, tampak di wajah anak laki laki itu ada sedikit rasa kesal akibat ejekan dari temannya Falen.
"ck... ahh sudahlah aku buru buru" ucap Dirga yang kini berjalan lebih cepat menuju kesekolahnya.
Naira tampak sangat bersemangat dan kini dirinya menarik Putri untuk berjalan lebih cepat menyusul anak laki laki itu.
di sepanjang perjalanan kini di persimpangan Naira dan Putri harus berpisah dengan anak laki laki itu, Dirga yang dari tadi tidak memperhatikan Naira kini dirinya menatap sekilas gadis itu dan kembali menuju ke arah halaman sekolahnya.
begitu juga Naira yang kini berjalan masuk ke halaman sekolahnya yang bersebelahan dengan sekolah Dirga.
***
pukul 09.30 kini jam sudah menunjukan waktu istirahat, Naira yang mendengar suara bell berbunyi kini dirinya beranjak menuju luar kelas, bersama dengan Putri, kini mereka berdua menuju arah kantin.
"Nai... kenapa sih, kamu suka sama anak laki laki itu?" tanya Putri kepada Naira
"hemm Kak Dirga?, nggak kenapa karena kak Dirga itu orangnya lucu dan imut" jawab Naira kepada putri.
masa yang indah bagi Naira, yaitu mencintai anak laki laki itu meski di pikir seperti cinta monyet di usianya yang terbilang sangat kecil.
Naira berpikir bagaimana jika dirinya suatu saat bisa bersama dengan pria yang dia cintai.
Namun saat mereka tengah sibuk berbicara, terlihat seorang anak laki laki yang kini berjalan menghampiri mereka berdua.
"Nai?" Panggil anak laki laki itu kepada Naira yang masih duduk di bangku kantin seraya menikmati makanannya.
"hemm" gumam Naira yang kini menatap kearah anak laki laki itu
"oh.. Rendi?" ucap Naira yang kini melihat kearah anak laki laki itu yang bernama Rendi
Rendi kini duduk di bangku yang terletak di samping Naira, tampak dari wajah anak laki laki itu, seperti menyukai sosok Naira, Rendi merupakan siswa kelas 6 yang ternyata menyukai Naira.
Rendi yang menyadari kalau Naira menyukai kakak kelas yang kini bersekolah di SMP Anugrah, Rendi dengan rasa penuh percaya diri untuk membuat Naira menerima cintanya.
"Nai... nanti pulang bareng mau gak?" tanya Rendi kepada Naira
Naira seketika mengerutkan alisnya menatap bingung anak laki laki itu, namun di sisi lain Putri yang mendengar perkataan Rendi kepada Naira seketika wajahnya sedikit berubah.
"Hemm lain kali aja gimana, aku pulangnya sama Putri" jawab Naira kepada Rendi.
Rendi seketika menatap kearah Putri, tampak gadis itu menatap dirinya dengan wajah terlihat rasa tak suka.
Rendi kini beranjak pergi meninggalkan Naira bersama Putri disana, dengan wajah menetap Rendi dengan sedikit bingung.
"kenapa kau tidak terima ajakan Rendi si Nai?" tanya Putri kepada Naira.
"hem.. tidak, aku tidak mau" jawab Naira yang sebenarnya tau kalau Putri menyukai Rendi.
***
pulang Sekolah kini Naira dan Putri beranjak menuju luar kelas namun saat mereka hendak melangkah menuju halaman seketika hujan turun dengan deras, Naira segera mengambil payungnya yang di tinggal kannya di dalam loker
" kamu bawa payung kan Putri?" tanya Naira kepada Putri
"hemm bawa kok" jawab Putri
kini mereka berdua bergegas menuju halaman sekolah, di sepanjang perjalanan menuju rumah.
namun saat mereka berdua berada di sebuah taman, tampak dari sana terlihat seorang anak laki laki yang tengah menunggu hujan redah, Naira menatap kearah anak laki laki itu.
Naira seketika tersenyum dan kini menghampiri anak laki laki itu.
srek..Deg...
Seketika anak laki laki itu terkejut dengan kehadiran sosok Naira di sana
Naira hanya menatap senyum anak laki laki itu yang kini menatap bingung kearahnya, dengan spontan Naira mengulurkan payung itu kepada anak laki laki itu yang ternyata Dirga
"eng..." gumam Dirga menatap bingung uluran itu
"kak Dirga pakai saja, Naira bisa pulang tanpa payung kok, kalau di tanya ibuk nanti Naira bilang kalau payungnya rusak" ucap Naira yang kini memberikan payung itu kepada Dirga.
Naira bergegas kembali menuju di mana Putri berada.
"loh.. Nai, kok kamu beri payung mu sama kak Dirga?" tanya Putri kepada Naira
"gak papa lagian aku juga sudah lama tidak mandi hujan, ayo kita pulang" ucap Naira kepada Putri
sebelum dirinya benar benar pergi, Naira menatap keberadaan Dirga sejenak seraya tersenyum kearah anak laki laki itu.
Dirga yang merasa tertegun kini menatap payung itu sekilas, dan kembali menatap kepergian gadis itu yang kian menjauh dari pandangannya.
-
--
-
-
Dirga bergegas memakai payung itu dan menuju pulang kerumahnya.
di rumah Naira, tampak gadis kecil itu kini terlihat sedang terkena Flu, akibat hujan. Buk Rati yang melihat Naira seperti itu hanya membuang nafasnya dengan berat.
"sudah ibuk katakan Nai, jangan mandi hujan, sudah tau kamu itu rentan sekali sakit"
"hacih.." seketika Naira merasa tak enak badan dan tampak di wajah gadis kecil itu terlihat sedikit merah.
"Ibuk.. kepala Naira sakit" ujar Naira yang kini merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya memejamkan kedua mantanya.
Buk Rati kini bergegas menghampiri Naira seraya mengecek suhu tubuhnya.
tampak di wajah buk Rati sedikit terlihat panik
"ya Allah Nai, kamu demam tinggi nak" ucap buk Rati yang kini berlalu memanggil suaminya.
Di ruang tengah terlihat pak Wawan yang sibuk memperbaiki sebuah lampu, namun dari arah lain buk Rati yang kini sudah tiba di sana seraya menghampiri suaminya dengan wajah terlihat panik
"pak.. Naira sakit pak, demamnya tinggi" ucap buk Rati kepada suaminya.
pak Wawan sontak menghentikan aktifitasnya dan kini beranjak bangun dari tempat duduknya dan seraya menghampiri buk Rati
"apa buk? Naira sakit? sudah kita bawa saja kerumah sakit, takutnya terjadi apa apa nanti" ucap pak Wawan yang kini beranjak menuju kamar Naira.
di dalam kamar, terlihat Naira yang sudah terlihat lemas dan kini segera di larikan kerumah sakit, tampak di di wajah buk Rati sangat cemas dengan keadaan putri semata wayangnya itu
***
Di rumah sakit sejahtera Naira yang sudah di bawa kesana ,tampak gadis itu tengah berada di salah satu ruang rawat unit itensif.
namun di sisi lain di sebuah rumah terlihat seorang anak laki laki yang kini tengah duduk seraya menatap keluar jendela. Tampak anak laki laki itu tengah seperti bersedih.
"Nak?" Panggil seorang wanita kepada anak laki laki itu
"iya Mah!" jawab anak laki laki itu yang masih menatap keluar jendela
"Nak, lusa kamu akan pergi bersama paman dan bibik mu, ingat saat kamu sudah disana, jaga diri kamu baik baik mengerti?" ucap Wanita itu yang merupakan ibu dari anak laki laki itu.
"hemm iya Mah" sahut anak laki laki itu dan kini beranjak keluar kamarnya.
***
satu minggu telah berlalu tampak Naira kini terlihat sudah baikan, yang sudah di perbolehkan pulang, tampak gadis itu terlihat sangat senang.
"ibuk, apa Naira besok udah bisa sekolah lagi?" tanya Naira kepada ibunya
"hemm, besok kamu sudah boleh sekolah" ucap buk Rati kepada Naira.
Naira tersenyum dan kini dirinya bisa bertemu dengan anak laki laki itu.
pukul 10.00 pagi kini Naira dan kedua orangtuanya beranjak pulang kerumah mereka.
Di rumah Kini Naira beranjak masuk kedalam kamarnya seraya meletakan, tasnya di atas tempat tidur.
namun dari arah luar terdengar suara Putri yang kini memanggil dirinya, sontak Naira melangkah kan kakinya mendekati sebuah jendela yang terletak di kamarnya.
Naira mendongak kan kepalanya menatap keberadaan Putri di luar sana. Naira beranjak menuju luar kamarnya dan menghampiri Putri yang masih menunggunya di depan.
"Put, kenapa?" tanya Naira yang sudah berada di sana
"Nai... ayo ikut aku sebentar" ucap Putri meminta Naira untuk ikut bersamanya
"tapi kita mau kemana?" Tanya Naira bingung melihat Putri sedikit khawatir
"sudah ikut saja dulu ayo" ucap Putri seperti tergesa gesa.
Naira dengan spontan mengambil sandalnya dan beranjak menuju luar dan mengikuti Putri menuju sebuah taman.
saat mereka telah tiba di sana Naira menatap bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Put.. kenapa sih?" Tanya Naira yang masih terlihat bingung
Putri seketika menunjuk ke salah satu rumah, dengan keadaan masih bingung Naira juga ikut melihat kearah pandangan Putri.
Deg.... Naira seketika terkejut menatap kearah rumah itu.
"itu..." gumamnya yang menggantungkan kaliamatnya
"itu rumah kak Dirga kan, keluarga kak Dirga tidak tinggal disini lagi Nai, yang ku tau saat kamu di rawat, kak Dirga katanya juga pindah keluar negeri" ucap Putri kepada Naira
Naira seketika terdiam membisu dan kini menatap nanar rumah itu, yang dimana dirinya selalu melihat sosok anak laki laki yang di kaguminya.
Naira seketika menangis, dan beranjak menuju taman seraya duduk di salah satu ayunan.
Putri bergegas menuju Naira dimana temannya itu berada.
"Nai.. jangan nangis" ujar Putri kepada Naira yang masih menangis di sana, seraya menatap kearah bawah
Naira tak menyahuti perkataan Putri melainkan dirinya beralih menatap kearah sebuah pondok yang dimana dirinya memberikan sebuah payung kepada anak laki laki itu.
"sudahlah.. Nai, ayo kita pulang, kau baru saja pulang dari rumah sakit" ucap Putri kepada Naira.
Naira hanya menganggukan kepalanya dan kini berlalu menuju kembali kerumah dengan mata yang masih terlihat sembab
***
saat dirinya sudah tiba di depan rumahnya, tampak di rumah Naira terlihat sebuah mobil mewah terpakir disana, Naira menatap sekilas keberadaan mobil itu dan kini melangkah kan kakinya masuk kedalam raumahnya.
Saat dirinya telah berada di teras, seketika seseorang memanggil dirinya, Naira hanya menatap kearah orang itu tampak di sana ada sepasang suami istri yang tengah bersilahturahmi kepada keluarga Naira.
"iya Buk?" tanya Naira yang kini sudah tiba disana
"kenalkan......" belum sempat ibu Rati mrnyuruh putrinya untuk bersalaman, seketika wajahnya menatap bingung dengan apa yang terjadi pada anaknya itu.
"kamu kenapa Nai..., kamu habis nangis nak?" Tanya buk Rati yang masih menatap kearah Naira.
Naira menggelengkan kepalanya dan kini beranjak menghampiri kedua orang itu, dan menyalam lembut tangan mereka.
Saat dirinya sudah selesai, Naira beranjak menuju kamarnya dengan mata yang masih sembab akibat menangis
Di dalam kamar Naira menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan seketika tangisnya kembali pecah.
namun di sisi lain di ruang tamu kini buk Rati dan pak Wawan tengah kedatangan sahabatnya yang sudah lama tidak berjumpa, padahal rumah mereka terbilang cukup dekat, meski berbeda kampung saja.
"Buk Rati.. itu putri buk Rati kan? Naira?" tanya ibu Wulan kepada buk Rati
"iya buk.. " jawab buk Rati kepada buk Wulan
"kenapa Naira menangis buk?" tanya pak Wawan yang kini datang dari arah luar.
"pak Wawan? apa kabar teman lamaku?" ucap seorang pria paruh baya yang kini beranjak dari tempat duduknya dan seraya menjabat tangan pak Wawan
"oh senang juga bertemu dengan anda pak Marchel, loh.. Satya nya gak ikut pak?" tanya pak Wawan kepada pak Marchel dan buk Wulan
"Satya.. tidak ikut sama kami pak Wawan, Satya ikut bersama bibinya menemui neneknya di luar negeri, jadi Satya juga ikut pindah dan bersekolah disana!" jawab buk Wulan kepada pak Wawan
Pak Wawan dan buk Rati mnganggukan kepalanya seakan akan mengerti dari perkataan buk Wulan.
Namun saat mereka tengah sibuk mengobrol, namun seketika sebuah suara tangisan kini terdengar di sana, sontak Pak Wawan, dan yang lainnya kini menatap kesebuah kamar yang dimana di dalam kamar itu ada Naira.
"loh.. itu anak kenapa nangisnya makin keras buk?" tanya pak Wawan yang kini menatap bingung dengan apa yang terjadi kepada putrinya itu
"yah.. ibu mana tau, Naira tiba tiba nangis waktu pulang kerumah!" jawab buk Rati yang juga menatap bingung
"apa jangan jangan tu anak, ketempelan buk, kita rukiyah aja gimana?" ujar pak Wawan lagi
"ayah ini... mana mungkin Naira ketempelan, jangan bicara yang enggak enggak loh yah" ucap buk Rati lagi.
"loh.. pak Wawan, Naira kenapa?" Tanya Pak Marchel yang juga terlihat bingung.
pak Wawan menggelengkan kepalanya tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada putrinya itu.
kini mereka ber4 menggelengkan kepala mereka yang mendengar suara tangisan dari kamar Naira.
soreh sudah, kini Pak Marchel dan istrinya berpamitan pulang menuju kerumah mereka yang baru.
pak Wawan memberikan beberapa oleh oleh untuk sahabatnya itu, namun sebelum pak Marchel beranjak pergi, seketika pak Marchel meminta sesuatu kepada pak Wawan dan juga buk Rati
"eng.. begini, pak Wawan... bagimana kalau suatu saat nanti anak kita, kita jodohkan, saya ingin kita menjadi satu keluarga seutuhnya pak Wawan" ucap Pak Marchel kepada pak Wawan seketika buk Rati dan Suaminya terkejut.
"loh... Naira sama Satya saja, beda jauh loh pak umurnya" jawab buk Rati kepada Pak Marchel
"tidak masalah toh Rat, saya lebih senang jika Naira jadi keluarga kami, iya kan Pah?" ujar buk Wulan meyakinkan buk Rati dan suaminya.
buk Rati dan pak Wawan kini mereka saling pandang satu sama lain, dan seraya menganggukan kepalanya seakan akan setuju dengan apa yang pak Marchel dan buk Wulan katakan.
saat pak Marchel dan buk Wulan sudah benar benar pergi, buk Rati segera menghampiri Naira yang masih menangis di kamarnya.
tokk... tok... suara pintu di ketuk dari luar
"Nai... buka pintunya?" panggil buk Rati kepada Naira
Naira seketika menghentikan tangisannya dan segera menghapus airmatanya, Naira beranjak turun dari tempat tidur dan beranjak membuka pintu kamarnya.
tampak dari sana terlihat buk Rati yang kini berada di depan pintu kamarnya.
"Nai kamu ngapain nangis?" tanya buk Rati kepada Naira
"nggak ada buk.." jawab Naira
"jangan bohong Nai, katakan sama ibuk kamu nangis kenapa?" tanya buk Rati yang kini mengajak Naira menuju tempat tidurnya.
namun seketika Naira kini kembali menangis, buk Rati yang masih menatap bingung Naira kini memeluk putrinya itu
"ibuk.. kak Dirga pergi!!" ucap Naira seketika.
"Dirga..? Dirga siapa?" tanya buk Rati bingung dengan siapa Dirga
"itu buk... yang pernah Naira ceritain waktu itu ke ibuk, hiks.. hiks.." ujar Naira
"ya Allah Nai, kamu ini, masih kecil.. bisa bisanya toh naksir ama anak laki laki, sudah sudah... jangan nangis lagi" ujar buk Rati kepada Naira
Naira menganggukan kepalanya dan seraya menghapus airmatanya.
***
beberapa tahun berlalu terlihat seorang gadis cantik anggun dengan rambut ikal bergelombang, gadis itu adalah Naira yang sudah beranjak dewasa.
Naira yang kini bekerja di salah satu cafe minuman tampak gadis itu tengah melayani seorang pelanggan.
"Nai..?" panggil Putri yang ternyata juga kerja disana
"iya Put? kenapa?" tanya Naira kepada Putri yang kini berada di hadapannya
"Nai, yang lain pada ngajak reunian besok malam, kamu mau ikut gak?" tanya Putri kepada Naira
"hemm boleh juga, dimana?" tanya Naira kepada Putri
"di restoran dekat SMA kita yang dulu, besok malam aku jemput okeh!" ucap Putri kepada Naira.
"okeh.. sip" jawab Naira seraya mengacungkan jempolnya
Putri kini berlalu kembali bekerja menuju dapur, namun di sisi lain Naira yang kini sibuk mengemasi meja kasir, namun seketika di luar terdengar suara hujan yang turun begitu deras
Naira sontak mengalihkan pandangannya menatap kearah luar, namun seketika ingatannya kini kembali kemasa lalunya
yang dimana dirinya pernah memberikan sebuah payung kepada seorang anak laki laki, yang merupakan cinta pertamanya saat masih kecil
Naira terdiam sejenak, mengingat tingkah konyolnya itu, yang bisa bisanya mencintai anak SMP di usia yang masih bau kencur.
"sudah lama sekali, aku tidak ketaman itu!" gumam Naira yang kini kembali menatap kearah luar yang terlihat masih hujan deras.
pukul 20.00 tampak cafe tempat Naira bekerja kini sudah terlihat sepi, Naira beranjak menutup seluruh tempat itu, dan saat dirinya sudah selesai Naira kini beranjak keluar, namun lagi lagi hujan tidak berhenti.
Naira membuang nafasnya dengan berat, dan saraya mendongak kan kepalanya menatap kearah jalan, mencari sebuah taxi.
sudah berapa menit Naira masih berdiam disana, namun tidak kunjung mendapatkan taxi bahkan hari sudah terlihat makin malam dan hujan belum juga reda.
Naira bergegas menuju halte bus seraya menutup kepalanya dengan tas slempangnya, namun saat dirinya hendak berlari menuju halte, seketika seseorang kini memayungkan kepalanya.
Naira seketika tertegun dan seraya menatap kearah payung itu, sontak dirinya terkejut dan kini menatap kearah seseorang yang kini memayungi dirinya.
Deg...
Naira seketika menatap bingung orang itu, yang sudah lama tidak berjumpa dengannya.
terlihat orang itu tersenyum menatap keberadaan Naira di hadapannya.
"hai?" ucap orang itu kepada Naira
"eng... Rendi?" panggil Naira yang melihat sosok Rendi di hadapannya.
Rendi tersenyum dan kini memayungi Naira dan membawanya menuju halte bus. di sepanjang perjalanan menuju halte Bus, tampak kedua orang itu hanya terdiam dalam keheningan.
"sudah lama ya tidak bertemu, kamu makin cantik Nai!" ujar Rendi yang tampak di wajah pria itu masih menyimpan perasaan terhadap Naira.
Naira seketika tersenyum dan kini menundukan kembali kepalanya,
"hemm iya Ren, kamu apa kabar?" tanya Naira kepada Rendi
"hemm aku baik kok Nai" jawab Rendi
"lalu bagaimana dengan kamu?" tanya Rendi kepada Naira
"hem Alhamdulillah kok Ren" jawab Naira seraya tersenyum kearah Rendi.
"oh.. aku tidak pernah lihat kamu Ren, selama di sekolah dulunya, kamu kemana?" tanya Naira kepada Rendi
"oh.. itu, aku pergi keluar negeri, karena sepupuh ku mengalami trauma waktu itu, aku juga tidak tau, apa yang sebenarnya terjadi, yang ku tau saat dirinya tinggal disana, kata om ku, kalau sepupuh ku habis di culik, untuk dijadikan tawanan" ucap Rendi kepada Naira
Naira seketika turut bersedih mendengar cerita Rendi saat ini, kini mereka berdua telah tiba di Halte bus Naira beranjak duduk di bangku penunggu begitu juga Rendi, kini mereka kembali larut dalam keheningan.
"lalu apa sepupuhmu, sekarang baik baik saja?" tanya Naira kepada Rendi yang kini penasaran akan kelanjutan cerita dari Rendi
"eng.. ya, dia baik baik saja sekarang, meski terlihat dari matanya ada rasa sedikit takut untuk berkenalan dengan seorang wanita" ujar Rendi lagi.
Naira seketika mengerutkan alisnya dan menatap Rendi dengan tatapan untuk meminta penjelasan lebih lanjut
"yang aku tau, kalau penculiknya itu adalah mantan dari om ku, yang masih mencintainya, karena om ku sudah menikah dan mantan kekasih om ku tidak terima, maka dia menculik anak dari om ku untuk menjadi tawanannya, untung nyawa sepupuhku tidak dalam bahaya!" jelas Rendi seraya menatap jauh kedepan.
saat mereka tengah sibuk mengobrol, tak lama sebuah bus kini berhenti di sana, Naira dan Rendi sontak menatap kearah datangnya bus itu.
"hem pulang lah, ini sudah malam" ucap Rendi kepada Naira, meminta gadis itu untuk masuk kedalam bus.
Naira menganggukan kepalanya dan kini beranjak masuk kedalam bus, namun sebelum dirinya beranjak duduk Naira kini menatap sekilas kearah Rendi seraya bersuara.
-
-
-
-
-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!