Cerita ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama tokoh, latar belakang dan alur cerita mohon di maafkan
****
Pagi itu sekumpulan remaja berseragam putih abu abu bersorak sorai merayakan kelulusan mereka dari Sekolah Menengah Atas, semua gembira dan bersuka cita, tak terkecuali naima, gadis santun nan sederhana itu tersenyum bahagia. naima sudah merencanakan akan masuk ke perguruan tinggi impiannya melalui jalur beasiswa. dia yakin cita-citanya akan jadi kenyataan.
"Naima, selamat yah akhirnya kita lulus. Dan kau mendapatkan nilai terbaik di sekolah ini"
Salah satu sahabat setia Naima mengulurkan tangan memberi selamat kepada Naima. Namanya Alan, sejak SMP dia bersahabat dengan Naima dengan tulus,
"iya Lan, kau juga selamat, kau juga mendapatkan nilai yang bagus" balas naima menjabat tangan alan
"Hey, kalian aku cari cari taunya disini" sapa ana sahabat naima dan alan
"Yeeeyyy kita semua lulus, sesuai rencana kita semula kita akan sama sama berjuang kembali untuk masuk ke perguruan tinggi impian kita, gimana?" Ucap Ana seraya menengadahkan tangan
"tentu saja An, kita sudah lama menantikan ini" jawab Alan juga memegang tangan Ana
"Sesuai rencana, teman selamanya, yeaaayyyy" Naima memegang tangan keduanya dan mengangkat setinggi-tingginya.
Mereka berbaur dalam suka cita yg amat dalam.
***
"Nai, memangnya kamu sudah yakin akan masuk ke perguruan tinggi itu? biayanya pasti mahal nak?" Ibu naima
"Bu, ibu tenang aja, Naima akan menempuh jalur beasiswa dan akan cari kerja part-time buat bantu bantu ibu, jangan khawatir yah, ibu percaya kan kalau anak ibu ini anak yang pintar" sambung Naima sambil senyum percaya diri
"Oalah sejak kapan anak ibu ini jadi kepedean begini, ya sudah terserah kamu, ibu pasti dukung, ibu juga akan selalu mendo'akan supaya kamu lolos masuk ke perguruan tinggi itu" ibu mencubit hidung Naima dengan penuh kasih sayang
"Hehehe terimakasih ya bu, naima ingin mengangkat derajat ibu sama Dito, Naima ingin Dito semangat sekolahnya"
Naima memeluk ibunya dengan hangat
***
Setelah beberapa waktu berlalu, tanpa hambatan nNima berhasil masuk ke perguruan tinggi yang ia idamkan sejak masih SMA. Begitupun dengan Ana dan Alan ketiganya sepakat untuk melanjutkan kuliah di tempat yang sama.
Hari ini adalah hari pertama mereka akan di ospek oleh senior senior mereka, tentu saja ini akan sangat menyenangkan juga menyebalkan, karna senior mereka akan mengerjai mereka habis-habisan.
Naima lari sekencang-kencangnya karna dia terlambat dan akan mendapat hukuman dari seniornya. dengan tergopoh-gopoh Naima masuk dalam barisan
"Lama amat sih nai," kata alan
"Iya lan, aku telat angkotnya ngetem" jawab naima
"Kamu, yg datang terlambat maju ke depan" tunjuk senior
Naima maju dengan ragu ragu dan cemas
"Belagu yah, baru pertama masuk sudah telat, mana rasa tanggung jawab kamu, kamu pikir masuk ke sini mudah? hah? bentak senior
"Maaf ka, tadi angkot yang saya tumpangi ngetem" jawab Naima sambil nunduk
Dan sesuai dugaan Naima, dia mendapat hukuman lari keliling lapangan..
Hari yang melelahkan, dan akhirnya proses demi proses mereka lalui dengan lancar, hingga kuliah secara normal mereka jalani dengan semangat.
***
Seorang pria tampan yg menjadi rebutan para perempuan lewat ke kantin, usut punya usut pria itu adalah anak dari pemilik saham terbesar di kampus itu. Sudah bisa di pastikan betapa kaya ranya nya dia.
"Nai, coba deh kamu lihat lelaki itu, dia jadi rebutan tau di kampus ini," kata ana
"Lha terus aku harus ikutan rebutan gitu sama cewe-cewek centil itu? nggak deh yah" ledek Naima
"Sudah lah An, jangan berlebihan, lagian dia kan senior kita, kita juga gak kenal secara personal kedia, kamu jangan cari masalah deh, kamu tau kan senior kita yang namany Nela itu? katanya dia gebetannya Vino" sambung Alan
"Kalian berdua kenapa sih kok sewot, aku kan cuma ngasih tau ke kalian kalo Vino itu cowok hits di kampus ini" protes Ana
"Udah deh jangan berantem, kalian ngeributin orang yang gak kita kenal, udah hayu masuk" ajak Naima
***
Saat Naima terburu buru hendak ke toilet, dia bertabrakan dengan Vino
"eh maaf saya ga liat, saya buru buru, maaf ya" rajuk Naima
"Iya ga apa apa, saya juga yang salah karna sibuk mainin hp" jawab Vino
"Saya Vino, saya mahasiswa semester akhir" Vino mengulurkan tangan
"Saya Naima masih semester awal, maaf ya kak Vino" balas Naima
"Ahh jangan panggil saya kakak, panggil nama aja, saya agak risih dengernya" pinta Vino
"Aahh iya kak, eh Vin.. Kalau gitu saya duluan ya, sampai jumpa"
Naima langsung jalan tanpa menunggu jawaban Vino
"Cantik banget, kalem lagi" gumam Vino
"Heh ngapain bengong disini ayo masuk" ajak Nella
"Eh iya Nel, ayo masuk" Vino membuyarkan lamunannya dan bergegas masuk ke kelas bareng Nela
***
Saat kuliah berlangsung, Vino tak henti-hentinya menebar senyum, di pikirannya ada naima, gadis yang baru di kenalnya beberapa hari ini, dan baru berkenalan dengannya secara langdung tadi pagi. sampai sang dosen menutup kuliah nya Vino masih berkelana dalam pikirannya.
"Vin, hey vino hallo" Nella membuyarkan pikiran Vino dengan melambaikan tangan ke wajahnya, ternyata sedari tadi Nela memperhatikan tingkah aneh Vino
"iya Naima, ada apa? udah selesai ya?" jawab Vino spontan memanggil nama Naima
"Naima? gadis yang baru masuk itu?, kenapa kamu manggil nama dia sih, aku Nela Vin Nela!" Nela kesal
"yaampun sorry Nel, a.. aku keceplosan" jawab Vino terbata-bata
"Vin, kamu harus inget, orang tua kita udah sepakat buat jodohin kita, dan aku juga cinta banget sama kamu Vin" Nela merajuk sambil bergelayut di tangan Vino
"Nela, kamu cantik. pasti banyak lelaki yang mau sama kamu, aku gak bisa maksain diri aku Nel. aku sayang sama kamu, tapi sebagai teman aja gak lebih, aku minta maaf Nel" Vino menegaskan tentang penolakannya ke Nela, dia melepas tangan Nela dari lengannya.
"tapi Vin.."
"Nel, apa kamu mau menikah dengan orang yang gak cinta sama kamu, trus kamu gak bahagia? hmmm?" Vino memegang kedua bahu Nela
"maafin aku Nela, aku gak bisa sama sama kamu" tambah Vino kemudian keluar kelas
dan Nela hanya menunduk, hatinya hancur atas penolakan yang ke sekian kalinya dari Vino. Dia mengusap air mata yang mengalir dengan kasar dan memilih langsung pulang.
Vino pulang dengan kegirangan, senyum merekah dari bibir nya begitu saja, masuk rumah sambil bersiul gembira, tak sadar ada mamanya yang memperhatikan sejak Vino turun dari mobil
"Eheemmm" mama vino sengaja berdehem
"Eh mama, kirain ga ada orang di rumah" sapa Vino sambil menggaruk kepala yang tidak gatal
"Mama perhatikan kamu happy sekali hari ini, tumben, ada apa? apa kamu udah jadian sama Nella?" selidik Mama sambil bersidekap bak seorang detektif
"Ah mama, kok ngarahnya ke Nella, mama kan tau Vino ga suka sama dia, ya cuma anggap Nela temen aja, gak lebih ma," protes Vino
"Lha terus knapa kamu senyum-senyum gak jelas kaya gitu? hmm?, Vin, mama sama orang tua Nella kan sepakat mau ngejodohin kalian!" mama mencecar
"Iya ma, Vino tau. Tapi kan kita juga udah sepakat kalo keputusan akhirnya ada di Vino. Mama gak mau kan anak mama satu-satunya ini nggak bahagia karna menikahi perempuan yang tidak Vino cintai" rayu Vino seraya memegang bahu sang mama
"Hhmm terserah kamu deh, mama pusing keputusan kamu dan papamu selalu bertentangan. Intinya kalau papamu marah, jangan ngerajuk ke mama." kata mama
"Beres deh ma, Vino yang tanggung jawab ngomong sama papa, oke" Vino mencium pipi sang mama sambil berlalu ke kamar
"Dasar anak itu" mama menggeleng-geleng kepala
***
Sementara Naima, Alan dan Ana sedang asyik mengobrol di taman kampus setelah selesai jam kuliah..
"Kayaknya aku harus cari kerja sampingan deh, kalian ada chanel gak? kerja apa aja deh, yang penting jangan ganggu kuliah aja, gak mungkin aku cuma ngandelin biaya dari ibu" tutur Naima
"Nai, kayaknya di caffe papaku ada lowongan waitres deh, nanti ku coba tanya ya" jawab Ana
"Nai, kamu beneran mau kerja, kalau kamu butuh apa-apa kan kita bisa bantu, aku khawatir kalau kamu kerja, kuliahmu terganggu" timpal Alan
"aku usahain bisa bagi waktu Lan. aku juga pengen bantu bantu biaya sekolah dito. Dan gak mungkin juga aku selalu ngerepotin kalian, lagian sekarang aku tinggal di kost. Soalnya kalo di kejar dari rumah aku telat melulu kena macet" jawab Naima
"Hhmmm kalau itu keputusan kamu aku sih dukung aja, tapi kalau kamu butuh apa apa, jangan sungkan ngomong ke aku ya, aku pasti bantu" jawab Alan seraya memegang tangan Naima
"makasih ya buat kalian selalu dukung aku" kata Naima
Setelah itu Alan pamit terlebih dahulu karna ada janji dengan keluarga nya..
"Nai, kamu percaya gak, katanya tidak ada persahabatan sejati antara laki laki dan perempuan?" tanya Ana
"Eemmm mungkin, emng kenapa An? jangan bilang kamu suka lagi sama Alan?" Naima mencoba menerka-nerka..
Dan Ana hanya tersenyum lebar. sadar bahwa tebakannya benar naima langsung memborong pertanyaan ke ana.
"Sejak kapan An? kenapa kamu gak pernah bilang, apa alan udah tau?, yaampun ini surprise banget buat aku" Cecar Naima ke Ana
"Sejak pertama kenal alan aku udah suka Nai, dia baik, lembut, sopan pokoknya semuanya deh, cuma yaaa itu, dia gak pernah peka, padahal aku udah sering kasih kode ke dia" jawab Ana dengan muka melas.
"Mungkin kamu harus ungkapin langsung An, biasanya cowok emang begitu, gak pernah peka hahahhahaah"Naima mengejek
"Yeee sok tau. Kayak pernah aja jatuh cinta" Ana tak mau kalah mengejek Naima
"Uda yuk ah, udah sore kita pulang aja" ajak Ana sambil menarik tangan Naima
Ana mengantar Naima pulang dengan mobilnya, kadang alan yang mengantarnya pulang.
"masuk dulu An," ajak Naima sembari melepas sabuk pengaman
"Kapan-kapan aja Nai, aku harus segera pulang. Aku langsung aja ya" tolak Anak dengan halus
"Baiklah, tapi jangan lupa ya tanyain lowongan kerja" kata Naima
"Beres, tar malam aku kabarin deh, yaudah ya aku pulang"
Ana pamit, dan Naima langsung masuk ke kost nya.
Naima menaruh tas dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, memejamkan mata lalu tanpa sengaja bayangan Vino muncul.
"Astaga.. kenapa tiba-tiba aku inget lelaki itu"
gumam Naima sambil tersenyum tanpa ia sadari..
Tak berapa lama naima memejamkan mata lalu tertidur, hari ini sangat melelahkan bagi nya. hingga terbangun karna dering suara hp nya
kriiiing kriiing
Dengan masih sedikit ngantuk Naima mengucek mata dan melihat panggilan telpon ternyata dari Ana
"Iya An ada apa?" Naima berbicara dengan nada serak
"Nai, kata papa ada lowongan kerja di caffe nya, kamu siapain aja lamarannya, mudah-mudahan ke terima" jawab Ana di sebrang sana
"Hh yang benar An, aduh thankyou banget yah, ga tau deh harus bilang apa sama kamu" Naima melompat kegirangan
"Iya iya, siapin lamarannya ya, jngan lupa gajian pertama traktir kita hehehe" Ana
"Tenang aja, semua beres" jawab Ana melingkarkan jempol dan telunjuknya pertanda setuju
"Hehe aku becanda, yaudah yah aku tutup dulu bye Nai"
tutt ttuut
Ana langsung mematikan telpon tanpa menunggu jawaban Naima.
Naima melirik jam dinding ternyata sudah jam 9 malam, dia kemudian mandi dan mencari makan karna sejak sore dia belum makan.
Sebelum masuk kelas, tiga sekawan itu seperti biasa sarapan di kantin. Tanpa mereka sadari Vino celingak celinguk mencari keberadaan Naima hingga dia melihat mereka sedang duduk bertiga. Tanpa ragu Vino berjalan ke arah mereka sambil membawa sarapan di tangannya.
"Hayy, boleh gabung ga" sapa Vino yang langsung duduk di sebelah Naima
Melihat kedatangan Vino yang tiba-tiba, serempak ketiganya menoleh, dengan ramah Naima mempersilahkan.
Sementara lelaki yang duduk berhadapan dengan Naima yang tidak lain adalah Alan merasa sesak melihat pemandangan itu.
"Duuh kok deg-degan gini sih, jangan sampai mereka sadar kalau aku grogi banget berdekatan dengan Vino" gumam Naima yang terlihat gusar
"Oiya kita belum kenalan, nama ku Vino" Vino menjabat tangan Ana kemudian Alan
"Hai ka aku Ana, dan ini Alan" balas Ana dengan senyum manisnya
"Aahh iya itu, ga usah panggil kaka, panggil nama aja, aku risih dengan sebutan itu, berasa ada jarak, iya nggak Nai?" Vino menatap Naima yang sedang asyik memainkan sendok
"Iya Vi..Vino" jawab Ana terbata bata
Alan hanya terdiam, tidak biasanya dia menjadi pendiam begini. Dia hanya terus memperhatikan gelagat Naima yang terlihat grogi di dekat vino. Sementara Ana tersenyum sendiri melihat tingkah laku Naima yang seperti orang kebelet karna grogi.
"Nai, sarapannya jangan cuma di mainin gitu, mubadzir tau.. Apa perlu Vino nyuapin kamu" goda Ana karna gemas melihat tingkah laku Naima
"Uhuk uhuk"
Mendengar itu Naima langsung kesedak, dan dengan sigap Vino memberikan minum kepada Naima.
Melihat pemandangan romantis itu spontan ana kembali menggoda.
"Aahhh kalian romantis banget sih, aku ingin juga di gituin" rajuk Ana
Dan tiba-tiba Alan berdiri, dadanya sesak, dia memilih pergi lalu di susul oleh Ana
"Alan, Alan tunggu iihh" Ana mengejar Alan
"Lan, tungguin aku dong. Aku mau ada yang di omongin sama kamu"kata Ana
"Ada apa An, aku lagi bete nih, aku ga mau di ganggu" tegas Alan
"Iihh Alan kenapa sih, kamu ngiri yaa sama keromantisan Naima dan Vino" Ana malah ngejek
"Udah lah An, ga usah bahas mereka, aku mau ke kelas duluan, lagian aku udah kenyang makannya" tanpa menunggu jawaban Ana, Alan langsung pergi.
"Iihhh alan, dia kenapa sih" gerutu Ana kesal
***
"Aku perhatikan kamu bertiga terus sama mereka Nai?" tanya Vino
"i..iya mereka temen-temen aku sejak SMA" jawab Naima
"Oh ya, keren banget kedengarannya" jawab Vino lagi
Vino mulai sadar akan kegugupan Naima di dekatnya, dia menyelipkan rambut Naima yang menghalangi wajah manisnya, semakin kencang dada Naima berdetak.. Hingga tiba-tiba seorang perempuan datang
"Heh perempuan gatel, ngapain kamu deket2 pacar orang? biar ikut populer di kampus, ga punya malu yah, anak kemaren sore aja sok sok ngedeketin kakak senior" Nela menunjuk muka Naima dan membuat pipinya merah karna malu
"Apa-apaan sih Nela, memangnya siapa yang pacar orang, aku single kok, dan aku yang ngedektin Naima bukan sebaliknya, sebaiknya kamu jaga omongan kamu" bela Vino
"Saya permisi" Naima langsung lari
"Kamu apa-apaan sih Nel? hah" Vino marah
"A..a.. aku ga terima kamu nolak aku gara-gara dia Vin" jawab Nela terbata-bata
"Jangan gila kamu yah, aku bilang aku ga pernah cinta sama kamu. Jangan bawa-bawa Naima, dia gak salah" Vino menunjuk wajah Nela dengan tatapan tajam
"Vin, apa sih lebihnya dia" Nela tsk kalah lantang"
"Terserah kamu" Vino lalu pergi meninggalkan Nela sendiri dengan hati yang kesal. Sementara Nela hanya mengumpat sangat kasar
"Sial sial siaalll, iihhh" umpat Nela
***
Dengan berlinang air mata Naima bangkit dari duduknya dan berlari ke toilet untuk menangis, dadanya sakit mendapat hinaan dari Nela, dan bukan hanya itu jauh di dasar hatinya Naima merasa cemburu kepada Nela, ini pertama baginya, tapi dia lantas menampik perasaannya karna perbedaan kasta di antara mereka..
"Saat Nela mengatakan aku anak kemarin sore dadaku tidak sesakit ini, tapi ketika dia mengatakan vino pacar orang, kenapa dadaku sesak sekali? apakah ini cemburu?"
Naima bicara sendiri menatap bayangannya di cermin. Kemudia dia mencoba menenangkan pikiran dan keluar dari toilet.
Saat keluar toilet tiba-tiba Naima berpapasan dengan Alan.
"Nai, kamu kenapa, kenapa nangis" tanya Alan
Namun tiba-tiba Alan terkejut karna Naima memeluk Alan dan menangis sejadi-jadinya. Ada perasaan senang karna dia bisa dekat sedekat ini dengan Naima.
"Nai, udah yah, malu di lihatin orang" Alan mengurai pelukannya dan mengusap air mata di pipi Naima
"Kalau butuh temen bicara jangan sungkan. aAku bersedia kok jadi pendengar, hhmmm"
Naima hanya menunduk, lalu mengangguk, kemudian Alan menarik tangan Naima dan pergi ke tempat yang lebih tenang..
***
Hari-hari berikutnya Naima di sibukan pula dengan pekerjaan sebagai pelayan di sebuah caffe milik papa Ana. Hal ini tidak lepas dari campur tangan Ana sehingga dengan mudah Naima mendapat pekerjaan..
Sedang fokus mengantar pesanan, tiba-tiba ada seorang pengunjung yang melambai tangan memanggil nya
"Uau pesan apa mas?" tanya naima sambil memegang ballpoint dan kertas.
Dan tetkala tamu itu mengdongkakan wajahnya naima terkejut, ternyata dia adalah Vino.
"Naima..! kamu kerja disini?" tanya Vino yang juga kaget melihat naima kerja
"I..iya, aku kerja sampingan setelah jam kuliah" jawsb naima terbata-bata
"Yaampun Nai, dunia emang sempit yah, beberapa hari gak ketemu di kampus, taunya ketemu disini, ini caffe langganan aku, kalau lagi pengen hangout pasti kesini" jawab Vino panjang lebar.
"Maaf Vin aku harus kerja, gak enak di lihat atasan aku"
Akhirnya vino melanjutkan pesanannya.. Hingga caffe mau tutup, Vino tak juga pulang.
Hingga tiba saat caffe tutup barulah Vino keluar.
Saat Naima keluar hendak pulang, tiba-tiba Vino menarik tangnnya di parkiran
"Vino, belum pulang?" tanya Naima kaget
"Aku nunggu kamu Nai, aku antar yah" ajak Vino
"Eemm gak usah Vin, aku naik ojek aja, lagian aku ga mau nyari masalah sama pacar kamu" Naima menepis tanganya
"Pacar? maksud kamu Nela? Dia bukan pacar aku Nai, aku berani sumpah" jawab Vino
"Ngapain bersumpah, apa peduliku?, dia kan bukan siapa-siapa aku, tapi kenapa jadi lega begini ya" gumam Naima dalam hati
"Heyy kok bengong, aku antar yah ini udah malam, aku bakalan marah lho kalau kau menolak" ajak Vino lagi
"Baiklah kalau kau memaksa" Naima
Dan ahirnya Naima tidak bisa menolak ajakan Vino. Mereka pulang menaiki motor.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!