Seorang gadis sedang berusaha sekuat tenaga untuk menutup mulutnya yang terbuka lebar karena menguap.Sudah hampir satu jam lebih,Anna menunggu sahabatnya ditempat yang telah mereka berdua janjikan.
Namun sejak kedatangannya,Anna tak kunjung melihat tanda-tanda akan kedatangan sahabatnya itu.Bahkan waktu sudah melebihi dari apa yang sudah dijanjikan.
"Nyasar kemana ini bocah?." Gumam Anna yang sesekali melihat kearah ponselnya.Anna yang tengah fokus dengan pikirannya,tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan seseorang tepat ditelinganya,yang membuat Anna tersentak.
"Anak setan emang." Sungut Anna menatap marah pada orang itu.Echa selaku sahabatnya hanya tertawa melihat raut wajah Anna yang terlihat kesal.
"Lagian serius banget,lagi mikir apa sih?." Tanya Echa tanpa rasa bersalahnya.
"Mulut lu kalo bisa gue kuncir,udah gue kuncir dari dulu Cha." Ucap Anna semakin kesal dengan tingkah Echa yang begitu santai disaat dirinya mengkhawatirkan gadis itu.Karena Anna sempat berpikir jika terjadi sesuatu pada Echa diperjalanan menuju tempat janjian.
"Iya-iya,gue minta maaf.Gue tau gue salah.Tadi pas mau kesini ibu negara nyuruh gue dulu."
"Lu disuruh ngapain?,nguras laut?.Lu bayangin Cha,gue nunggu disini hampir satu jam lebih.Kalau emang sekiranya lu mau dateng telat,lu kabarin gue biar gue nggak nunggu kaya gini.Lu pikir nunggu nggak pake tenaga?."
"Maaf Na,gue bener-bener nggak kepikiran buat ngabarin lu,gue kira lu bakalan dateng mepet-mepet sama waktu yang udah dijanjiin,ternyata lu dateng lebih awal." Ucap Echa yang membuat Anna menghela napas lelah.Mau bagaimana lagi,alasan Echa telat karena gadis itu membantu ibunya,sangat tidak logis jika ia marah pada sahabatnya itu.
"Na maaf." Mohon Echa padanya.Dan mau tak mau Anna harus memaafkan sahabat menyebalkannya itu.
"Iya gue maafin,tapi lain kali jangan diulang lagi." Peringat Anna yang langsung membuat Echa mengangguk cepat.
"Makasih ya Na,lu emang terbaik." Ucap Echa sembari menunjukkan kedua ibu jarinya.Anna yang meihat itu hanya bisa berdecak pelan saat melihat kelakuan sahabatnya.
Setelah perdebatan yang cukup panjang,Anna dan Echa memutuskan untuk memesan menu yang disediakan direstoran itu,namun dengan syarat jika Echa lah yang membayar semuanya sebagai ganti karena Anna yang telah lama menunggunya.
.
Setelah beberapa menit,makanan serta minuman yanh dipesan telah tandas tak bersisa,kecuali minuman yang Anna pesan.
"Kok minuman lu masih segitu aja sih perasaan?." Tanya Echa saat melihat minuman dihadapan Anna yang hanya berkurang sedikit.
"Ngirit gue minumnya." Jawab Anna enteng.
"Najis ih,kan lu bisa pesen lagi buat dibawa pulang." Ucap Echa yang membuat Anna langsung menggeleng cepat.
"Gue bawa duitnya pas-pasan."
"Yaelah,kan bisa minjem duit gue dulu." Lagi-lagi Anna menggeleng cepat."Gue nggak mau punya utang." Jawab Anna yang membuat Echa berdecak sebal.
Anna dan Echa kembali pada kesibukan masing-masing.Anna yang tengah memainkan game diponsel hitam miliknya,sedangkan Echa sibuk mengikat rambut dan merapikan penampilannya.
"Oh iya Na,cerita lu udah tamat belum sih?." Tanya Echa yang mendapat gelengan dari Anna.
"Lu geleng-geleng maksudnya apa setan?." Sarkas Echa yang membuat Anna menatap kearahnya.
"Belum." Jelas Anna membuat Echa mengangguk.
"Lu ngasih nama tokoh antagonisnya terlalu bagus menurut gue."
"Ya mau gimana lagi,udah terlalu mentok otak gue buat bikin nama.Mau nggak mau,terima nggak terima ya itu namanya."
"Ck,kasih nama tuh yang cocok gitu sama sifatnya,kaya nama lu contohnya." Ucap Echa yang mendapat tatapan tajam dari Anna.
"Lama-lama gue banting lu Cha." Sungut Anna yang tau jika Echa hanya ingin mengganggu dirinya yang tengah bermain game.Sedangkan Echa hanya bisa tertawa melihat ekspresi kesal dari sahabatnya itu.
"Na,kali ini gue nanya serius.Lu berhenti main itu kek." Echa mengambil alih ponsel Anna yang masih menampilkan game yang gadis itu mainkan.
"Rese banget sumpah." Kesal Anna.
"Gue mau nanya,apa alasan lu nyiptain tokoh antagonis kaya Sherina?." Anna yang kesal pada Echa masih tetap berpikir untuk menjawab pertanyaan yang sahabatnya itu berikan.
"Sebenernya nggak ada alasan kenapa gue buat tokoh fiksi si Sherina ini.Cuma kalo dari segi pembelajaran dari cerita ini adalah,kita sebagai manusia nggak boleh egois apalagi terobsesi sampai ngelakuin segala cara biar bisa dapetin apa yang kita mau." Jawab Anna yang membuat Echa mengangguk paham.
"Lagi,lagi."
"Nanya mulu lu,wartawan lu?." Echa berdecak mendengar Anna yang malh ganti bertanya.
"Kalo lu jadi sosok dari Sherina ini,apa yang bakal lu lakuin?."
Anna nampak berpikir sejenak."Kalo gue jadi Sherina,gue bakalan berhenti buat ngelakuin hal yang nggak penting."
"Oke jawaban diterima." Ucap Echa yang membuat Anna mengerutkan dahinya.Setelah itu ia pun mengangkat kedua bahunya acuh dan memilih untuk menghabiskan minumannya yang sudah tidak dingin lagi.
.
.
Ketika Anna dan Echa asik berbincang,ponsel milik Anna yang diletakkan diatas meja berdering menampilkan telepon masuk dari ibunya.
Tanpa lama-lama,Anna segera menjawab telepon dan mendekatkan benda pipih itu ketelinga.
"Halo Ma?."
"..."
"Oke,Anna pulang sekarang." Jawab Anna yang langsung memutuskan panggilan itu.
Echa yang sedari tadi hanya diam menyimak,kini bereaksi saat Anna mulai membereskan barang-barangnya.
"Lah kok lu beres-beres?." Tanya Echa.
"Disuruh pulang gue." Jawab Anna yang membuat Echa merengek."Nanti dulu sih,gue belum puas main."
"Lu bilang sama mama gue sana,berani nggak lu?." Tantang Anna yang membuat Echa terdiam.Gadis itu sangat paham akan sifat dari ibu kawannya ini.
"Nggak berani kan lu?,mampus!." Ledek Anna yang membuat Echa sedikit kesal padanya.
"Gue balik dulu ya,lu juga balik sana."
"Iya hati-hati,abis ini gue balik kok." Ucap Echa yang membuat Anna mengangguk,dan setelahnya ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
.
Diperjalanan pulang,Anna sebisa mungkin menahan kantuk yang sudah ia rasakan sejak berada direstoran tadi,gadis itu tidak bisa fokus melihat jalan karena dirinya yang terus menerus menguap karena rasa kantuk yang menyebabkan kedua matanya sedikit buram karena berair.
“Fokus Anna Fokus.” Anna menepuk-nepuk pipinya,bahkan sesekali mencubitnya untuk mengurangi rasa kantuk yang ia rasakan.
Saat usahanya yang tengah memfokuskan diri,tiba-tiba dari arah depan Anna melihat sekelebat bayangan hitam yang membuat dirinya berhenti mendadak.
“Astaga,tadi itu apa?.” Gumam Anna melihat sekeliling,namun ia tak menemukan apapun.
Setelah menenangkan diri sejenak Anna kembali melajukan pelan motor maticnya.Namun belum jauh dari posisinya tadi berada,tanpa aba-aba,sebuah mobil melaju dengan kencang,menabrak Anna hingga terpelanting menjauh dari motornya.
Helm yang digunakannya terlepas sehingga membuat kepalanya tak bisa terhindar dari benturan.Bau anyir yang kian menusuk indra penciumannya,serta rasa pusing yang luar bisa membuat Anna tak bisa melakukan apapun kecuali merintih menahan sakit diseluruh tubuhnya.
Samar-samar Anna mendengar beberapa orang mendekat.Gadis itu mencoba untuk membuka kedua matanya,dilihatnya satu persatu dari orang-orang yang datang mengerumuninya.
Anna mencoba untuk bangkit disisa kesadaran yang ia miliki,namun hal itu menjadi sia-sia karena kegelapan lebih menguasai dirinya.
Apakah ini menjadi akhir dari hidupnya?.
...Tbc...
...Hai semua,...
...Sesuai rencana,aku akhirnya melakukan revisi dari cerita ini....
...Tujuannya supaya kalian lebih nyaman buat baca ceritanya.Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya,...
...❤Terimakasih❤...
Anna mencoba membuka kedua matanya yang terasa berat.Kepalanya pusing setiap kali ia bergerak.Gadis itu mengerjapkan pelan netranya untuk memperjelas penglihatannya.Langit-langit ruangan menjadi hal yang pertama kali ia lihat.
Anna kembali mengingat kejadian yang menimpanya,membuat tubuh gadis itu sedikit gemetar.Ketika ia berpikir jika dirinya sudah mati,ternyata tuhan masih memberinya kesempatan untuk tetap hidup.
Anna mencoba untuk memperbaiki posisinya yang semula berbaring menjadi terduduk diatas brankar.Ia ingin bertemu dengan orang yang telah membawanya kemari untuk berterimakasih.
"Sherina!!!." Anna yang terkejut segera menoleh kearah seorang gadis yang sepertinya lebih muda dari dirinya.
Ketika Anna melihat sekeliling,tidak ada satu pun orang diruangan ini kecuali dirinya.Tapi kenapa gadis yang masih berdiri didekat pintu itu menatapnya,dan yang lebih anehnya lagi,gadis yang sepertinya masih terlihat syok itu menyebutkan nama Sherina,nama yang sama seperti tokoh fiksi antagonis diceritanya.
"Akhirnya lu sadar Sher." Anna mematung saat gadis yang tak ia kenal itu tiba-tiba memeluknya.
"M-mbak,mbaknya salah or..." Belum sampai Anna menyelesaikan kalimatnya,gadis yang memeluknya tadi langsung melepas cepat pelukan itu.
"Apaansih,sadar-sadar malah ngelawak." Ucapnya kesal.Anna mengedipkan matanya berkali-kali.Tidak ada yang melawak disini.
"Tapi mbak..." Lagi-lagi kalimat Anna harus berhenti karena gadis dihadapannya itu merengek tak jelas.
"Kok lu manggil gue mbak sih?,gue Maudy Sherin,gue Maudy.Gara-gara ketimpuk bola,otak lu jadi error gini dah."
Anna sedikit bingung dengan yang gadis ini bicarakan.Sejak kapan dirinya berurusan dengan bola.
Tapi sejak gadis itu memeluknya tadi,ia merasa aneh.Pasalnya,Anna tak merasakan sakit sedikit pun.Jelas-jelas tabrakan itu membuat beberapa luka dibagian tubuhnya,terutama dibagian kepala yang paling parah karena benturan yang cukup keras.Namun saat ia menyentuhnya tidak ada perban sama sekali yang melekat disana.
"Heh,malah bengong.Lu kenapa sih?." Anna menatap gadis yang mengakui dirinya bernama Maudy.
Jika diingat-ingat kembali,hari ini Anna mendengar nama-nama yang persis sekali dengan nama tokoh dinovel miliknya.Mulai dari Sherina,tokoh antagonis wanita,dan Maudy yang menjadi sahabatnya.
Gadis itu mencoba untuk menyingkirkan pikiran anehnya mengenai hal itu.Ia tak mungkin hidup kembali menjadi tokoh fiksi dari cerita karangan yang ia buat sendiri.
Ditengah-tengah pikiran yang tak karuan,Anna melihat kearah tubuhnya yang entah sejak kapan sudah terbalut dengan seragam sekolah,padahal Anna lulus tiga tahun lalu.Saat ia meneliti pakaian yang ia kenakan itu,mata Anna seketika membola saat melihat name tag dengan nama "SHERINA Z" terpampang jelas disana.
"Nggak,ini nggak mungkin." Gumam Anna yang membuat Maudy menatap bingung kearahnya.Jantung Anna berdetak dengan cepat,bahkan napasnya terdengar memburu.
"Sher,lu kenapa?." Tatapan bingung Maudy kini berganti dengan perasaan khawatir saat melihat gadis dihadapannya itu mulai terisak.
"Sher lu.."
"Gue minta kaca,gue minta kacaa!!." Maudy yang mendengar sentakan dari Anna langsung mencari benda yang gadis itu butuhkan.Ia mencari kesegala tempat yang ada didalam ruangan.
Dan setelah menemukan benda yang dicari-cari,Maudy langsung menyerahkannya kepada Anna yang langsung diterima oleh gadis itu.
Anna menatap bayangannya didalam kaca dengan pandangan tak percaya.Ini bukan dirinya,rambut yang Anna miliki tidak sepanjang ini.Bahkan rupa ini lebih dari kata sempurna.
"Kenapa jadi gini?." Isak gadis itu yang membuat Maudy semakin khawatir.Ia juga tidak tau harus melakukan apa,gadis itu juga cukup terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi.
"Sher lu tenang ya." Maudy kembali memeluk Anna sembari mengusap pelan punggung gadis itu.Membuat isakan Anna kian mereda.
Setelah dirasa cukup.Maudy perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Anna yang ia kira adalah sahabatnya,Sherina.Pandangannya tertuju pada seragam yang ia kenakan.
"Ih jorok banget,ingus lu kebaju gue." Ucap Maudy ketika melihat bagian seragam depannya yang sudah basah.
Anna mendengus kesal,sempat-sempatnya Maudy mengatakan hal itu disaat dirinya dalan keadaan seperti ini.Anna mencoba mencerna semua yang terjadi,ia masih tak menyangka jika dirinya berubah menjadi Sherina.
"Kepala lu masih pusing?." Tanya Maudy yang dijawab anggukan oleh Anna.
"Emang sialan tuh si Satria.Dia sengaja ngarahin bola ke lu." Anna mengernyit bingung,namun tak lama ia terkekeh melihat Maudy menggerutu yang membuat bibir gadis itu mirip seperti paruh bebek.
"Lu nggak mau bales Satria?." Tanya Maudy membuat Anna menghentikan aksinya.Ditatapnya gadis yang kini mungkin sudah menjadi sahabatnya.
"Biarin aja deh.Dia kayanya nggak sengaja.Salah gue juga sih kenapa nggak ngehindar." Maudy menatap Anna tak percaya.Mungkin karena reaksi yang Anna berikan sangat berbeda dengan sosok asli Sherina.
"Tutup tuh mulutnya,kemasukan kecoa baru tau rasa." Ucap Sherin yang membuat Maudy segera menutup mulutnya yang tanpa ia sadari terbuka cukup lebar.
Ia masih tak menyangka,kenapa reaksi gadis itu berbeda dari sebelumnya,dimana Sherina akan membalas siapa pun yang berani mengusik dirinya.
"Ke kelas yuk!." Ucap Anna yang malah mendapat gelengan keras dari Maudy.Anna menatap bingung gadis dihadapannya itu.
"Nggak boleh,lu harus disini dulu sampai keadaan lu bener-bener pulih." Ujar Maudy yang membuat Anna mendengus kecewa.
Padahal niatnya,Anna ingin melihat-lihat sekolah ini.Ia yang awalnya mengira jika ruangan ini adalah ruang rawat rumah sakit, ternyata adalah unit kesehatan yang sekolah itu miliki.
"Gue kan cuma pusing biasa.Gue udah baikan kok." Mulai sekarang,Anna akan membiasakan diri dengannkehidupan barunya sebagai Sherina.
"Keras kepala lu kok nggak ilang sih,padahal ketimpuknya lumayan kenceng loh." Ujar Maudy yang membuat Anna menatap jengah kearahnya.
Akhirnya dengan segala paksaan yang Anna berikan,membuat Maudy berhasil luluh dan menuruti kemauannya.
...Tbc...
...Ada sebagian yang aku ubah guys,namanya juga revisi 😅...
...Tapi intinya tetap sama ya,cuma beda dibeberapa kalimat aja.Jadi kalau kalian mau baca ulang lagi juga nggak papa....
...Jangan lupa tinggalkan jejaknya...
...Terimakasih❤❤...
Sherina dan Maudy akhirnya sampai didepan kelas mereka.Namun,saat hendak masuk kedalam,seseorang menghadang jalan keduanya.Maudy menatap tajam kepada laki-laki yang berdiri didepannya,sedangkan Sherin hanya bisa menatap bingung kearah mereka.
"Bisa minggir nggak?." Ujar Maudy sinis.
"Udah sadar?.Gue kira bakalan tutup mata selamanya." Ucap laki-laki itu dengan nada meremehkan.Sherin yang tadinya menatap Maudy kini beralih menatap laki-laki yang belum ia ketahui namanya ini.
Sherin ingat sekarang,laki-laki ini sepertinya orang yang Maudy maksud,dan benar saja dia adalah Satria,sahabat dari tokoh utama pria.Sherin melangkah lebih dekat kearah laki-laki itu.
"Ketimpuk bola doang nggak bakalan bikin gue mati." Terlihat dari mata Sherin,laki-laki itu sedikit terkejut,terlihat dari raut wajahnya sedikit berubah.
"Cara ngomong lu beda,nggak kaya biasanya." Sherin mengangkat satu alisnya mendengar ucapan Satria.Memangnya bagaimana cara bicara Sherina saat masih menempati raga ini?.
"Nggak ada yang beda dari cara ngomong gue,pendengaran lu aja yang bermasalah." Satria kini memandang Sherin kesal.Gadis ini tak seperti biasanya.Sherina akan selalu bersikap sok manis didepan orang terdekat tokoh utama pria.Tujuannya tentu saja agar mereka mau mendukung gadis itu.
Tak membalas,Satria pergi dari hadapan Sherin.Maudy yang melihatnya pun tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar barusan,Sherin benar-benar berbeda dari biasanya.
"Kenapa liatin gue kaya gitu,mau gue colok?." Raut wajah Maudy seketika berubah kembali normal mendengar kalimat sadis yang Sherin ucapkan.Gadis itu tetap Sherin sahabatnya.
"Nggak,udah ayo masuk." Maudy menggandeng tangan Sherin dan berjalan cukup cepat,membuat gadis yang digandengnya tertarik dan hampir saja terjatuh jika ia tak bisa menjaga keseimbangannya.
"Nggak usah narik-narik lah setan." Gerutu Sherin yang hanya dibalas tawa oleh pelaku utama.Siapa lagi kalau bukan Maudy.
Sesampainya didalam kelas,Sherin mendudukkan dirinya setelah ia yakin jika kursi dan meja ini adalah tempatnya,terbukti dari buku tulis dengan nama "Sherina Z" dibagian sampulnya.
"Nanggung sih kita masuk kelas sekarang,sebentar lagi juga pulang." Sherin sedikit terkejut dengan apa yang Maudy katakan.
Dilihatnya jam dinding yang ada diatas papan tulis.Dan benar saja,sebentar lagi waktu untuk pulang sekolah.
"Mau,gue pingsan berapa lama?." Tanyanya sedikit berbisik.Maudy nampak berpikir sejenak.
"Dua jam-an lebih deh kayanya." Sherina menarik napasnya tak percaya.Bahkan dikehidupannya yang dulu,ia tak pernah mengalami hal semacam itu.Apa mungkin tubuh Sherina dinovel ini sebenarnya lemah.
"Tadi itu Satria kan ya?." Pertanyaan Sherin membuat Maudy kebingungan.
"Nggak jelas lu,tiba-tiba nanya begitu." Jawab Maudy dengan sinis.Sherin terdiam,benar juga kenapa dirinya malah bertanya begitu,dasar bodoh.
"Eh iya Sher,lu nanti ke kelas Rafka lagi dong ya?." Sherin mengerutkan keningnya,gadis itu mencoba mengingat isi novel yang ia buat.Setelah ia mengingatnya,Sherin menggelengkan kepala.
"Nggak.Ngapain kesana?." Jawab Sherin yang membuat Maudy menoleh cepat kearahnya.
Kebiasaan Sherina yang ia gambarkan adalah selalu menghampiri laki-laki bernama Rafka,orang yang sudah Sherina sukai selama tiga tahun.Tapi karena cara Sherina yang salah dalam menyukainya,laki-laki itu bukan balik menyukai diri Sherin,melainkan membenci gadis itu.
"Lah biasanya kan gitu." Sherin menggelengkan kepalanya.Sedangkan Maudy masih menatap aneh gadis yang duduk disampingnya ini.
Sejak kejadian dimana sahabatnya itu tersadar dari pingsannya,sikap serta kelakuannya menjadi aneh dan berbeda dari biasanya.
"Gue mau berhenti." Kini tatapan aneh yang Maudy berikan berubah menjadi tatapan terkejut mendengar kalimat berhenti yang Sherin ucapkan.
"Gue mau berhenti buat ngejar Rafka."
...Tbc...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!