NovelToon NovelToon

SATRIO YANG TERPINGIT ALAM

MASA KECIL

Di sebuah kota kecil lahir lah anak laki - laki yang bernama Satrio Wicaksono yang biasa di panggil Tio oleh kawan dan saudara - saudara nya.

Sejak awal kelahiran nya begitu banyak keanehan - keanehan yang terjadi contoh nya awal kelahiran nya telah di sambut dengan angin, hujan serta guntur yang ber saut - saut an, namun semua hal itu di anggap suatu kebetulan saja bagi orang tua Satrio dan nenek nya dan kelahiran Satrio juga aneh sebab tidak di usia 9 bulan dalam kandung an namun hanya 5 bulan dalam kandung an Satrio kecil sudah terlahir dengan ukuran bayi yang normal dan masih banyak lagi keanehan - keanehan.

Mari kita semua melihat bagaimana kehidupan Satrio yang saat ini sudah berusia 5 tahun.

Sejak pagi seperti biasa bila hujan di kota itu tiada henti nya hingga ke esok an hari nya pun masih turun hujan meski tidak dengan intensitas tinggi, siang itu Satrio kecil sedang duduk di teras bersama nenek nya sambil sesekali Satrio kecil memandang bunga melati yang sedang berbunga di taman kecil di depan teras.

" Nek,Siapa sih sebenar nya Bapak dan Ibu ku?"

Tanya Satrio sambil merasa takut bila Nenek nya marah pada nya sebab menanya kan hal tersebut.

" Tio harus berapa kali Nenek harus berkata sama kamu bahwa kamu anak Nenek yang Nenek temu kan di sungai belakang rumah saat banjir besar"

Jawab Nenek nya dengan sedikit menghela nafas mengingat semua kejadian yang telah menimpa keluarga itu.

Kemudian Satrio pun hanya mampu tertunduk sedih mendengar pernyataan Nenek nya tersebut namun Satrio tidak menunjuk kan kesedihan nya tersebut pada Nenek nya, Satrio sedari kecil sudah terlatih untuk diam meski hati nya terasa perih dan sedih.

Tiga hari kemudian cuaca pun begitu cerah dan kebetulan sekali hari itu Nenek nya Satrio keluar dengan tante nya untuk mengambil pensiun, ya maklum lah Kakek nya Satrio dulu nya tentara sebelum meninggal dunia.

Setelah Nenek dan Tante nya Satrio pergi tidak lama kemudian Satrio pun mengendap - endap keluar dari rumah lewat pintu belakang agar tidak ada yang mengetahui ke pergi an Satrio, saat itu Satrio berjalan menuju sungai yang lumayan deras arus nya dan di sisi sungai itu ada sebuah batu besar yang asal nya dari sebuah gunung saat meletus tepat dengan waktu kelahiran Satrio.

Sekitar 15 menit kemudian sampai lah Satrio di sungai yang letak nya tidak begitu jauh dari rumah nenek nya lalu segera lah Satrio naik ke atas batu besar tersebut, sesampai nya di atas batu tersebut Satrio berdiri dan melihat ke arah arus air sungai yang mengalir begitu deras nya sambil dalam batin nya berkata.

Kalau aku saat banjir besar tersangkut di atas batu ini berarti orang tua ku tinggal nya di arah sana.

Batin Satrio sambil tangan nya menunjuk ke arah sisi kiri nya lalu Satrio duduk di atas batu besar tersebut sambil memandang langit dan awan yang sedang ber kejaran.

Sekitar 30 menit Satrio duduk di atas batu itu sambil berteriak dalam batin nya siapa sebenar nya bapak dan ibu ku lalu mengapa aku di buang apakah benar mereka tidak menginginkan aku, lalu menetes lah air mata Satrio di pipi nya merasakan kepedihan hati nya dan seketika itu awan gelap menyelimuti langit yang awal nya cuaca begitu cerah dan guntur pun mulai ber saut - saut an, saat itu Satrio memutus kan untuk segera pulang dan mencoba menuruni batu besar tersebut namun naas nya Satrio kecil terpeleset dan jatuh ke aliran sungai yang lumayan deras dan pasti nya Satrio hanyut terbawa arus.

Satrio sudah tidak sadar kan diri sebab terbawa arus aliran sungai yang lumayan deras, namun tiba - tiba ada sesosok laki - laki yang tubuh nya bersinar menolong Satrio kecil dan membawa nya ke sebuah gubuk, sambil menunggu Satrio tersadar laki - laki tersebut membuat perapi an lalu duduk di samping Satrio.

Tidak begitu lama Satrio pun tersadar kemudian segera lah terduduk sambil melihat sekitar dan melihat baju nya apakah basah dan kotor sebab seingat Satrio dia terjatuh di sungai dan lalu terbawa arus namun baju Satrio tidak basah dan tidak kotor sama sekali dan saat Satrio melihat laki - laki tersebut Satrio lumayan terkejut siapa laki - laki tersebut yang telah duduk di samping nya sambil tersenyum ramah penuh kasih sayang itu dan baju nya pun begitu bersinar.

" Jangan takut anak Ku,Aku sangat menyayangi mu dan Aku tidak akan pernah membiarkan kau terluka "

Kata laki - laki itu sambil tersenyum dan mengelus kepala Satrio yang masih kebingungan siapa laki - laki tersebut..

" Anda siapa saya tidak pernah melihat anda di kampung ini????? "

Jawab Satrio sambil melihat laki - laki itu dengan tatapan penuh tanya.

"Aku Bapa mu nak,Aku yang menolong mu tadi saat kau hanyut terbawa arus jadi mulai saat ini kau tidak usah sedih lagi ya anak Ku "

Kata laki - laki itu lagi sambil tersenyum dan memberi kan buah apel hijau kepada Satrio yang masih terlihat bingung.

Kemudian Satrio teringat bahwa waktu semakin siang dan jangan - jangan nenek dan tante nya sudah pulang bila mereka tau Satrio tidak di rumah bisa - bisa dipukuli Satrio dengan nenek nya sebab main tanpa ada yang menemani.

" Eeeeeemmmmm Bapa aku harus pulang sebelum Nenek dan Tante ku pulang bila mereka tau aku main tanpa ada yang menemani bisa - bisa aku dipukuli mereka "

Kata Satrio dengan begitu panik dan ketakutan sebab merasa bersalah main tanpa izin terlebih dahulu kepada nenek atau tante nya.

" Baik lah mari aku antar pulang anak Ku tapi janji mulai sekarang kau jangan bersedih hati ya sebab kau sekarang sudah tau Aku lah Bapa mu dan kau putra ku yang tunggal "

Jawab laki - laki tersebut sambil berdiri dan menurun kan Satrio dari tempat duduk nya dan mencium kening Satrio dengan penuh kasih sayang.

Saat itu Satrio hanya tersenyum dan mengangguk sambil memegang buah apel hijau pemberian laki - laki itu, kemudian Satrio pun di antar kan pulang dan tidak semua orang bisa melihat laki - laki tersebut hanya Satrio yang melihat nya.

Sesampai nya di depan rumah Nenek nya Satrio pun membuka pagar rumah Nenek nya dan di taman depan rumah nenek nya ada Mbah Dipo tukang kebun di rumah itu sedang memotong rumput dan lumayan terkejut melihat Satrio masuk lewat depan sebab Mbah Dipo berfikir Satrio sedang di dalam rumah bukan di luar rumah.

" Lo lo Aden Satrio dari mana kok tau - tau masuk dari situ Den memang aden dari mana ???"

Kata Mbah Dipo sambil masih bingung dan menunjuk pagar yang masih terbuka setelah Satrio buka.

" Mbah Dipo Nenek sama Tante sudah pulang belum???? "

Tanya Satrio kepada mbah Dipo yang masih berdiri bingung melihat Satrio yang aneh di mata nya.

" Belum Den Den jangan duduk situ kotor, Den Satrio duduk di bangku saja sini Mbah Dipo kupas kan buah apel nya "

Kata Mbah Dipo yang masih merasa aneh melihat Satrio yang tidak seperti biasa nya.

Kemudian Satrio pun memberi kan buah apel yang berada di genggaman nya kepada mbah Dipo sambil tersenyum dan pandangan yang sangat tajam membuat yang melihat nya sedikit merinding, kemudian mbah Dipo pun masuk kedalam untuk mencuci apel itu dan akan mengupas nya tiba - tiba datang lah mbak Rahayu dari arah belakang mbah Dipo sambil membawa ember cucian.

" Mbah mau ngapain kok nyari piring nya Den Satrio??? "

Tanya Mbak Rahayu sambil meletakan ember di samping kulkas.

" Ini lo Yuk aku mau mengupas kan apel buat Den Satrio"

Jawab Mbah Dipo yang masih sibuk mencari piring kecil kesukaan Satrio.

" La kok malah di kasih apel la wong Den Satrio waktu nya makan siang kok Mbah - Mbah ya sudah mana itu apel nya saya kupas dan mbah suapin Den Satrio ya mbah"

Kata Mbak Rahayu sambil menyerah kan piring pada Mbah Dipo.

Kemudian Mbah Dipo pun berjalan menuju teras depan rumah itu namun lagi - lagi Mbah Dipo di buat kaget dengan ulah Satrio, saat Mbah Dipo di depan pintu Mbah Dipo melihat Satrio sedang melambai kan tangan ke arah tiang bendera.

" Walah tiang bendera la kok di dadain to ya nama nya anak - anak sering bikin orang tua bingung"

Gumam Mbah Dipo yang segera duduk di hadapan Satrio untuk menyuapi Satrio makan siang.

" Ayo sekarang Den Satrio makan dulu ya nanti setelah makan baru makan apel nya biar perut nya tidak sakit ya anak ganteng "

Kata Mbah Dipo sambil menyendok kan nasi, sayur dan ayam goreng

Saat itu Satrio hanya mengangguk dan senyum dan tidak begitu lama Mbak Rahayu pun menghampiri Mbah Dipo dan Satrio untuk memberi kan buah apel nya dan sat itu makan siang Satrio telah habis dan saat melihat Mbak Rahayu membawa apel Satrio pun segera mengambil apel tersebut dan memakan nya dengan tenang dengan pandangan masih menatap ke taman di depan nya sambil sesekali tersenyum.

Mbah Dipo lumayan keheranan melihat tingkah Satrio sebab selama ini Satrio paling susah untuk makan nasi bahkan sejak kecil Satrio makan nya umbi - umbi an bila di suruh makan nasi pasti tidak pernah habis, beda dengan siang ini makan siang nya habis bahkan masih lagi makan buah apel habis juga.

"Den Satrio Mbah Dipo bawa masuk piring nya dulu ya nanti Mbah Dipo temani lagi di sini."

Kata Mbah Dipo sambil melihat wajah Satrio yang tidak seperti biasa nya.

Saat itu Satrio hanya melihat ke arah Mbah Dipo sambil senyum dengan pandangan yang tajam dan mata nya pun bercahaya, saat itu juga Mbah Dipo pingsan sebab Mbah Dipo lumayan ketakutan melihat perubahan Satrio siang itu, saat Mbah Dipo pingsan Satrio pun turun dari tempat duduk nya dan berjalan menuju kamar nya untuk tidur siang sebab mata nya mengantuk padahal Satrio selama ini bisa di bilang tidak pernah tidur siang.

Wahhhh seperti nya reader makin penasaran saja ya dengan apa yang terjadi pada Satrio.....ikuti terus perjalanan kehidupan Satrio yang di pingit oleh alam.

Jangan lupa like, komen, share n raet nya ya kawan - kawan.😊🙏

KISAH DI HARI MINGGU

Waktu pun terus berjalan dengan segala keanehan yang tanpa di sadari oleh seisi rumah Nenek Satrio hingga hari minggu pagi ini dan seperti biasa pagi ini Satrio kecil di bangun kan oleh Nenek nya untuk di ajak berjalan - jalan dan itu sudah menjadi suatu tradisi setiap hari minggu nenek nya pasti mengajak Satrio dan anak - anak nya untuk berjalan - jalan ke keliling kota.

" Tio sayang bangun nak sudah pagi ayo mau ikut Nenek jalan - jalan tidak? "

Kata Nenek Satrio sambil membuka kelambu kamar Satrio yang masih tertutup rapat.

Beberapa menit kemudian Satrio pun terbangun lalu duduk di atas kasur nya sambil masih terdiam dan memandang ke arah Nenek nya yang berdiri di depan jendela kamar nya.

" Anak pinterayo sayang bangun lalu mandi setelah itu kita jalan - jalan keliling kota. "

Kata Nenek nya lagi sambil memeluk tubuh Satrio kecil yang masih lesu.

" Nek kita mau jalan - jalan ke alun - alun bukan ????"

Jawab Satrio sambil menuruni kasur nya dan berdiri tepat di hadapan Nenek nya.

" Iya sayang ayo lekas mandi sama Mbak Rahayu nak Nenek siap kan baju baru buat Satrio ganteng ya nak."

Jawab sang Nenek sambil tersenyum melihat kepolosan cucu nya.

" Asiiiiikkkkkkk jalan - jalan ke alun - alun sama Nenek bisa naik becak lagi."

Teriak Satrio sambil berlari menuju dapur untuk mencari Mbak Rahayu yang biasa memandin kan nya.

Saat Nenek nya sedang menyiapkan baju untuk Satrio tiba - tiba muncul lah Elly Tante nya Satrio yang usia nya tidak terpaut jauh dari Satrio muncul di depan pintu kamar Satrio dengan berwajah murung.

" Bu mau jalan - jalan ya sama Satrio ke kota ???"

Kata Elly sambil menyandarkan badan nya ke pintu.

" Iya kan kemaren dia tidak ikut waktu kita mengambil pensiun lagi pula kan memang waktu nya Satrio jalan - jalan El?"

Kata Nenek nya Satrio sambil meletakkan baju nya Satrio di atas kasur.

" Aku ikut ya Bu kemaren aku lupa tidak beli mangir dan lulur"

Jawab Elly dengan harapan di izin kan oleh Nenek nya Satrio.

" Kamu itu kebiasaan kok apa - apa tidak pernah sekalian kok El ya sudah sana lekas mandi juga lalu kita sarapan dulu baru pergi."

Kata Nenek nya Satrio sambil senyum melihat ulah anak nya yang sudah besar tapi masih suka ngiri sama Satrio yang masih kecil.

Setelah Nenek nya Satrio menyiapkan baju, kaos kaki dan sepatu untuk Satrio kemudian Nenek Satrio berniat untuk menuju meja makan untuk menyiapkan sarapan pagi namun saat akan menuju tangga Nenek nya Satrio berjumpa dengan Arik anak nya yang no 2 baru keluar dari kamar nya yang semalam baru datang dari swiss.

" Sudah bangun Rik tumben pagi - pagi sudah rapi apa ada acara mau keluar sama teman - teman mu nak?"

Tanya Nenek nya Satrio sambil memegang lengan Arik putri nya yang semalam baru datang.

" Tidak Bu nanti kawan - kawan ku yang mau kemari biasa lah cuma mau ngumpul bareng aja."

Jawab Arik sambil membetulkan jam tangan nya dan senyum kepada Ibu nya.

" Oh ya sudah kalau begitu ayo kita sarapan sama - sama Rik lagian Ibu ingin dengar cerita mu selama di sana bagaimana?"

Kata Nenek nya Satrio sambil senyum dan melangkah untuk menuruni tangga menuju meja makan dengan di ikuti Arik putri nya.

Sesampai nya di meja makan Nenek nya Satrio duduk di tengah dan di sebelah kiri nya duduk lah Arik sambil membuka piring di hadapan nya dan di mulai lah percakapan di antara Nenek nya Satrio dan Arik.

" Rik bagaimana kawan - kawan kampus mu di sana apa mereka baik - baik dan apa kamu tidak pernah di jaili mereka nak?"

Kata Nenek nya Satrio sambil mengambil roti tawar di hadapan nya dan di letak kan di atas piring.

" Kawan ku di sana baik - baik dan lucu - lucu Bu kalau masalah yang iseng pasti ada aja Bu cuma sudah lah tidak penting juga bagi ku."

Jawab Arik sambil memberi kan sele coklat di atas roti nya dengan merata.

" Lalu bagaimana dengan kawan - kawan mu di tempat kerja mu Rik apakah mereka juga baik - baik dan bisa di ajak untuk bekarja sama selama ini?"

Tanya Nenek nya Satrio sambil memotong roti di hadapan nya sambil sesekali melirik ke arah Arik putri nya.

" Kawan ku di kantor mereka juga baik - baik Bu dan aku paling suka nya itu di sana kompak banget Bu kalau sedang kerja dan setiap hari selalu ada model - model baru jadi tidak bosan."

Jawab Arik dengan penuh antusias menceritakan tentang di kampus nya dan di tempat kerja nya selama di Swiss.

" Ya sudah kalau kamu sudah nyaman di sana Ibu juga senang nak cuma kamu harus ingat dan terus waspada cukup sekali kamu buat kesalahan ya nak jangan sampai kamu ulang lagi di sana."

Kata Nenek Satrio sambil bernada serius dan memegang lengan Arik dan memandang mata arik dalam - dalam.

Arik hanya mampu me ngagguk kan kepala sambil menatap wajah Ibu nya, tidak lama kemudian dari arah tangga terdengar lah Satrio dan Elly sedang menuruni tangga untuk menuju meja makan.

" Ayo lekas Tio, El sini sarapan dulu setelah sarapan baru kita jalan - jalan ya."

Kata Nenek nya Satrio sambil senyum memandang ke arah Satrio dan El.

Tidak begitu lama duduk lah mereka berdua di bangku masing - masing dan siap untuk sarapan dan Elly mulai iseng kepada Arik kakak nya dan memang mereka berdua tidak pernah akur dan selalu berselisih paham.

" Mbak Arik tumben sudah mandi pagi - pagi sudah rapi juga mau ikut kita jalan - jalan ke alun - alun ya."

Kata Elly sambil mengambil roti di hadapan nya.

" Tidak ngapain aku ke alun - alun emang apa juga yang di lihat paling juga cuma air mancur."

Jawab Arik sambil senyum melihat ke arah adik nya Elly yang sedang mengoles kan mentega ke roti nya.

" Isssss belagak mentang - mentang dari luar angkasa."

Kata Elly sambil menabur kan mesesceres di atas roti nya.

" Sembarangan aja emang nya kamu pikir aku elien apa dari luar angkasa El."

Jawab Arik dengan nada yang tidak suka sambil melanjut kan sarapan nya.

" Hahahahahaha elien"

Kata Satrio sambil tertawa dan menunjuk ke arah Arik.

"Hhhhuuuuufffff jadi hilang selera makan ku!"

Kata Arik sambil melempar lap ke meja makan sambil pandangan nya tertuju kepada Satrio dan berlalu pergi dari meja makan menuju kamar nya.

" Gimana selera makan orang sudah kenyang hihihihi."

Kata El lagi sambil di ikuti tawa Satrio yang duduk di samping Elly.

" Sudah - sudah ayo lekas habis kan sarapan kalian lalu habis kan juga susu nya ok Ibu mau ganti baju dulu"

Kata Nenek nya Satrio sambil berdiri dari tempat duduk nya dan berjalan menuju kamar nya di atas.

Sebelum Nenek nya Satrio masuk kamar nya Nenek nya Satrio mengetuk pintu kamar Arik untuk mengajak nya bicara agar sikap nya berubah kepada Satrio.

TOK TOK TOK

" Rik Ibu boleh masuk?"

Kata Nenek nya Satrio dari balik pintu kamar Arik.

" Iya masuk saja Bu tidak di kunci kok pintu nya."

Jawab Arik dari dalam kamar sambil masih duduk di depan meja rias nya.

Kemudian Nenek nya Satrio pun masuk kedalam kamar Arik putri nya dan duduk di kasur Arik.

"Rik ini sudah saat nya Satrio tau Ibu dan Bapak nya, Ibu semakin tua Rik dan sekarang Ibu sudah mulai sakit - sakitan lalu mau sampai kapan kamu tidak mau mengakui bahwa Satrio itu anak kandung mu Rik?"

Tanya Ibu nya Arik pada Arik yang selama ini memang tidak pernah mau mengakui bahwa Satrio putra kandung nya.

" Ibu jangan bicara begitu Ibu akan selalu sehat kok dan kalau masalah Satrio aku masih belum siap Bu kan Ibu tau sendiri bahwa di kampus dan di tempat kerja ku tidak boleh orang yang sudah memiliki anak?"

Jawab Arik mencoba memberi penjelasan pada Ibu nya.

" Ibu tidak menyuruh mu agar semua orang tau bahwa Satrio anak mu Rik tapi minimal Satrio tau bahwa kamu lah Ibu kandung nya, kasian Satrio Rik yang selalu menanyakan siapa Bapak dan Ibu nya."

Kata Nenek nya Satrio mencoba mengetuk sisi ke Ibu an dari Arik yang selama ini mengeras kan hati nya.

" Baik lah Bu nanti malam aku akan mencoba bicara dengan Satrio dan semoga saja dia paham dengan situasi saat ini."

Jawab Arik sambil menunduk yang menandakan sebenar nya Arik tidak menginginkan Satrio tau bahwa dia lah Ibu kandung nya.

" Iya Ibu sangat yakin Satrio faham dan kamu pasti bisa menjadi Ibu yang baik untuk Satrio."

Kata Nenek nya Satrio sambil senyum dan memegang pundak Arik untuk menguat kan.

Kemudian Nenek nya Satrio pun keluar dari kamar Arik dan berjalan menuju kamar nya untuk ganti baju sebab sudah berjanji kepada Satrio dan Elly untuk berjalan - jalan ke kota.

Wahhhh reader sebenar nya apa sih yang terjadi sampai - sampai Satrio tidak di akui anak oleh Ibu kandung nya, ikuti terus ya perjalanan hidup Satrio yang di pingit oleh alam agar kita bisa mengambil hikmah nya dalam setiap kejadian dalam kehidupan.

Jangan pernah lupa tinggal kan like, komen, rate dann favorit kan agar setiap update bab baru kalian lah pembaca pertama nya.😊🙏

MALAM GELAP MESKI CERAH

Angin berhembus sepoi - sepoi menggerak kan dedaunan di pepohonan, langit pun begitu cerah dengan hadir nya bulan sabit dan di teman ni taburan bintang - bintang menambah ke anggun nan alam semesta malam itu, namun indah nya alam seperti nya tidak mewakili perasaan Satrio malam itu yang sedang duduk di tangga teras depan sambil memandangi langit dan sesekali tersenyum dengan halusinasi nya.

" Satrio sedang apa kamu malam - malam duduk di sini bukan nya tidur tapi bagus juga sih aku jadi bisa bicara sama kamu dan semoga kamu paham dengan kata - kata ku."

Kata Arik sambil awal nya berdiri di samping Satrio lalu duduk di samping Satrio.

" Memang nya Mbak Arik mau bicara apa kok seperti nya penting sekali?"

Jawab Satrio dengan pandangan bingung dan sedikit kaget dengan kehadiran Arik di samping nya.

" Ya mungkin penting buat mu tapi sebenar nya tidak penting buat ku tapi ya sudah lah Satrio kamu kan selama ini ingin tau siapa Bapak dan Ibu mu kandung dan aku tau apa yang kamu cari selama ini."

Kata Arik dengan nada datar dan pandangan lurus kedepan dan sesekali melirik ke arah Satrio.

" Siapa Mbak Arik Bapak dan Ibu ku kandung di mana mereka sekarang?"

Kata Satrio dengan penuh harap agar bisa mengetahui orang tua kandung nya siapa dan dimana tinggal nya.

" Baik akan aku beri tau tapi ingat setelah kamu aku beri tau kamu harus menurut dengan semua perintah ku ingat kamu Satrio bila kamu melanggar aku akan membuang mu di pinggir jalan!"

Jawab Arik dengan penuh ketegasan membuat Satrio sedikit takut.

Saat itu Satrio hanya mengangguk sebab rasa takut nya di kalah kan oleh rasa penasaran yang besar di hati nya rasa ingin tau siapa sebenar nya orang tua kandung Satrio.

" Aku lah Ibu kandung mu."

Kata Arik dengan pandangan lurus ke depan dan nada suara yang datar.

Saat Satrio mendengar bahwa Arik lah Ibu kandung nya Satrio serasa tidak percaya dengan apa yang di dengar nya namun di sisi lain hati Satrio sangat senang mengetahui bahwa ternyata Mbak Arik yang selama ini ia kenal hanya sebagai kakak tapi ternyata dia adalah Ibu kandung nya yang telah melahir kan dia.

" Kamu jangan bahagia dulu Satrio.kamu kalau di depan Nenek harus panggil aku Ibu Arik tapi ingat kalau di depan kawan - kawan ku kamu harus tetap memanggil aku Mbak Arik faham kamu Satrio?"

Kata Arik dengan nada sedikit memberi penekanan agar Satrio paham dengan apa yang Arik maksud.

" Iya mbak lalu siapa Bapak saya mbak?"

Tanya Satrio dengan penuh harap mendapat jawaban dari Arik siapa sebenar nya Bapak nya.

" Bapak, Bapak, Bapak kamu itu orang penyakitan, pemalas, pemabok, pembawa sial dan pembohong sama seperti kamu anak sial, anak pemalas, pembohong kamu harus tau diri sampai detik ini masih bisa hidup karena kebaikan hati Ibu ku kalau tidak kamu sudah aku lempar ke tembok sejak bayi sebab aku tidak mau punya anak seperti kamu!"

Jawab Arik yang terpancing emosi nya sambil memegang erat ke dua lengan Satrio.

Saat itu Satrio hanya meringis menahan sakit lengan nya yang di genggam oleh Arik.

" Ok kamu sudah ingat kan apa perintah ku bila di depan Nenek kamu panggil apa dan saat di depan kawan - kawan ku kamu harus memanggil apa pada ku?"

Kata Arik sambil bernada datar namun tatapan mata nya begitu tajam memandang ke mata Satrio.

" Iya mbak Arik saya akan mengingat nya dan tidak akan memanggil Ibu di depan kawan - kawan mbak Arik tapi bila saya melanggar maka Mbak Arik akan membuang saya di pinggir jalan."

Jawab Satrio sambil meringis menahan sakit di lengan nya yang di remas oleh Arik.

" Anak pandai bisa juga kamu aku ajak kompromi anak nya pembohong ok kalau kamu sudah paham dengan maksud ku."

Kata Arik sambil berdiri dari duduk nya lalu melangkah masuk kedalam rumah.

Saat Arik sudah masuk ke dalam rumah saat itu lah Satrio menetes kan air mata nya di pipi dan seketika itu alam pun memberi respon yang sama tiba - tiba langit yang awal nya cerah berubah menjadi gelap tertutup awan dan bulan sabit yang awal nya begitu cantik namun kini sudah tidak nampak lagi tertutup oleh awan tebal dan suara guntur yang ber sautan.

Dalam hati Satrio berteriak sambil pandangan nya tertuju pada langit yang gelap hanya kilatan petir yang terlihat.

Mengapa Ibu kandung ku tidak mau mengakui aku apakah aku sehina itu atau aku memang anak pembawa sial hingga Ibu kandung ku begitu membenci ku bahkan akan membuang ku di pinggir jalan Bapa aku juga tidak mau di lahir kan di keluarga ini Bapa.

Kata dalam hati Satrio sambil menangis dan memeluk pohon cemara yang besar di taman depan rumah Nenek nya namun yang di lihat oleh Satrio bukan lah sebuah pohon cemara namun yang di lihat Satrio adalah sosok laki - laki yang bercahaya yang di panggil Bapa oleh Satrio.

" Jangan bersedih anak Ku biar kan mereka tidak menginginkan mu namun Aku Bapa mu menginginkan mu dan semua yang mereka kata kan akan berbalik ke pada diri nya sendiri dan semua orang akan mengatakan bahwa orang itu sama persis dengan yang dia kata kan pada mu."

Kata sosok itu sambil memeluk Satrio yang masih pedih hati nya mendengar semua kata - kata Arik itu tadi.

Dengan waktu yang bersamaan Mbah Dipo berjalan menuju ruang tamu untuk mengecek pintu depan dan pagar apakah sudah di kunci atau belum dan saat itu Mbah Dipo lagi - lagi di buat kaget dan bingung melihat ulah Satrio yang malam - malam memeluk pohon cemara sedang kan angin begitu kencang dan petir pun ber saut - saut an seakan - akan badai akan datang malam itu.

" Weleh - weleh itu den Satrio sedang apa malam - malam kok malah petak umpet tapi kalau petak umpet juga sama siapa kan aku baru dateng lalu Rahayu juga sedang di kamar?"

Gumam Mbah Dipo sambil masih mikir melihat ulah Satrio yang makin hari makin aneh bagi Mbah Dipo.

Namun Satrio tidak menyadari bahwa di perhatikan oleh Mbah Dipo dari depan pintu, Satrio masih menangis sambil memeluk pohon cemara itu untuk meluap kan sakit hati nya dengan kenyataan bahwa Ibu kandung nya tidak menginginkan nya.

" Den Satrio sedang apa di sini main petak umpet dengan siapa den?"

Kata Mbah Dipo sambil berjalan menghampiri Satrio yang masih memeluk pohon cemara.

" Anak ku jangan pernah bersedih hati sebab Aku Bapa mu akan selalu menemani mu dan kau tidak pernah sendiri, sekarang hapus lah air mata mu dan segera lah masuk dan beristirahat."

Kata sosok itu sambil mengelus kepala Satrio dan mencium kening nya dengan lembut dan tersenyum penuh kedamaian.

Saat itu Satrio mengangguk dan menghapus air mata nya sambil tersenyum ke arah sosok yang bercahaya itu namun di mata Mbah Dipo Satrio tersenyum kepada pohon cemara di hadapan nya.

" Nah kan semakin aneh den Satrio malah senyum sama pohon Aden mari Den masuk seperti nya mau ada badai malam ini nanti aden ke hujan an dan sakit."

Kata Mbah Dipo sambil mencoba melewati angin yang sangat kencang dan petir yang bersaut - sautan.

Kemudian Satrio pun menoleh ke arah Mbah Dipo sambil senyum dengan khas nya dan seketika itu berhenti lah angin dan petir bahkan awan yang awal nya menyelimuti langit begitu gelap berangsur berarak - arakan pergi dan langit pun kembali cerah bulan sabit pun kembali tersenyum dan bintang pun kembali menyinari di gelap nya malam.

Seketika Mbah Dipo semakin bingung dengan perubahan alam yang begitu spontan dan saat Mbah Dipo masih bingung melihat langit dan menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari kemana lari nya angin yang kencang itu tadi saat itu Satrio menegur Mbah Dipo yang kebingungan.

" Mbah Dipo kenapa sedang mencari apa?"

Kata Satrio yang sudah berdiri di hadapan Mbah Dipo sambil tersenyum tenang.

" Oh iya Den Mbah Dipo sedang mencari angin sama awan den kok tau - tau hilang ya dan kemana hilang nya ya Den?"

Jawab Mbah Dipo sambil masih tersirat wajah bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi.

" Angin sama awan nya sudah pulang Mbah Dipo jadi tidak usah di cari lagi."

Kata Satrio sambil senyum dan berjalan menuju ke dalam rumah Nenek nya.

" La memang nya angin dan awan punya rumah ya lalu rumah nya di mana?"

Gumam Mbah Dipo yang masih bingung dan serasa tidak masuk akal jawaban Satrio saat itu.

Sedang kan Satrio sudah masuk di dalam rumah dan akan menuju kamar nya dan saat itu Satrio berjumpa Elly Tante nya yang keluar dari kamar dengan menggunakan masker di wajah nya yang membuat Satrio terkejut dan berteriak hingga seisi rumah keluar kamar.

" Aaaaaaaaa hantu."

Teriakan Satrio mencapai 8 oktaf sambil menutup wajah nya sebab ketakutan.

Namun saat itu Elly tidak bisa ber kata - kata sebab bila Elly sampai membuka mulut nya maka rusak lah masker nya jadi Elly hanya diam sambil melihat ke arah Satrio dengan mata yang terbelalak sebab Elly juga kaget melihat Satrio yang di ikuti oleh sebuah cahaya yang sangat terang saat itu.

Seperti nya kisah Satrio makin menguras air mata raeder ya? lalu bisa kah Satrio berjumpa dengan Bapak kandung nya dan di mana tempat tinggal Bapak kandung nya dan mengapa Ibu kandung Satrio sangat membenci Satrio?

Ikuti terus perjalanan hidup Satrio jangan lupa like, komen, rate n favorit kan agar setiap up bab baru kalian lah pembaca pertama nya 😊🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!