NovelToon NovelToon

Semanis Cinta SHAFIA

Bab 1 ~ Akad Nikah

Cahaya matahari yang bersinar terang masuk ke sela-sela jendela kamar menyinari wajah seorang gadis yang belum lama tertidur, setelah semalaman berperang dengan hati dan pikirannya.

Dia yang tidak pernah menduga jika hari ini adalah hari yang tidak di harapkan sekali pun, matanya yang sembab menandakan jika semalam gadis itu habis menangis.

Bukan tanpa sebab dan alasan mengapa dia seperti itu.

#Semalam

Di dalam kamar sederhana yang di tempati oleh sepasang suami istri terdengar begitu bising di malam yang dingin dan gelap.

"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu begitu tega pada putrimu sendiri, haa? Jawab!" teriak murka seorang wanita begitu nyaring.

"Tenanglah sayang! Ini hanya perjanjian saja. Lagi pula setelah kontraknya selesai putri kita akan kembali lagi pada kita."

Seorang pria yang merupakan suaminya mencoba untuk menenangkan sang istri dari amarah.

"Kontrak? Kamu bilang kontrak? Apa di hatimu kerja sama itu lebih penting dari pada anakmu sendiri? Kamu benar-benar gila Arqa, otakmu sudah di penuhi ambisi gilamu itu."

Lagi-lagi wanita itu berteriak tanpa peduli sekeras apa suaranya saat ini.

"Kamu sungguh tidak punya hati Arqa ... Dia putriku. Bagaimana bisa kamu begitu kejam pada putriku." Suara isak tangis mulai terdengar pilu, Aina tidak mampu lagi menahan sesak dalam dadanya.

PRANG!

Sebuah Vas yang terletak di atas meja hancur tidak berbentuk.

"Tenanglah Aina! Apa kamu pikir jika aku akan merasa bahagia dengan keputusan bodoh ini? Tidak."

"Justru ini adalah hal gila yang pernah aku lakukan. Aku bahkan rela menukar dengan nyawaku jika itu bisa dilakukan, tapi aku tidak bisa Aina. Aku sungguh tidak bisa ..." pria itu jatuh tersungkur ke lantai, kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya yang teramat lelah.

Arqa telah kalah telak. Hal yang paling berharga dalam hidupnya kini harus di renggut secara paksa.

Entah bagaimana nasib kehidupan putrinya nanti, bohong jika Arqa tidak merasakan sakit karena kesalahan masa lalu.

Melihat suaminya dalam keadaan sedih membuat Aina melupakan amarahnya, apa yang harus dia katakan?

"Apa alasannya? Tidak mungkin kamu rela menikahkan putri kita tanpa meminta persetujuan dariku, kerja sama itu bukan fakyor utamanya kan?" Aina menodong suaminya dengan pertanyaan beruntun.

Arqa diam sejenak, berusaha mengangkat wajahnya menatap sang istri tercinta.

"Aku telah berhutang sebuah nyawa, sayang." Jawabnya pelan dengan sorot mata berubah sendu

Mendengar perkataan yang keluar dri mulut suaminya membuat Aina terdiam kaku. Jantungnnya berdegup kencang, wajahnya kini di penuhi air mata jauh lebih banyak dari sebelumnnya.

"A-apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Aina dengan terbata.

"Kamu bilang, kamu berhutang nyawa?"

Dia bahkan mengulang lagi kalimat yang di ucapkan suaminya.

"Benar. Aku telah berhutang sebuah nyawa pada keluarga mereka. Itu sebabnya aku tidak dapat melakukan apapun, perusahaan kita hampir bangkrut dan satu-satunya cara kita harus menjalin hubungan kerja sama dengan Perusahaan Qiemyl Group, hanya mereka yang bisa di percaya." Jelas Arqa panjang lebar tanpa mengangkat wajahnya

"Nyonya Qiemyl yang mengajukan syarat tersebut, dia mau membantu asalkan putri kita satu-satunya harus menikah dengan cucunya." Tambahnya

.

.

.

Kejadian semalam yang begitu menyesakkan bila di ingat kembali, membuat seorang gadis yang tidak lain adalah Shafia terus saja merutuki nasib yang kini harus di alaminya.

Hanya dalam waktu semalam kehidupannya berubah total, Shafia yang awalnya masih menjadi putri kecil manja Arqa dan Aina, kini menjelma menjadi seorang gadis yang di paksa untuk dewasa.

Usianya yang baru saja menginjak 18 tahun, namun harus menjalani hidup yang tidak pernah sekalipun di bayangkannya.

Shafia yang berniat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, harus pupus di tengah jalan dan semua tinggal harapan.

Saat ini, Shafia sudah siap dengan gaun pengantin berwarna putih, riasan yang tidak mencolok semakin menambah kecantikan wajah gadis itu.

Wajah yang dasarnya sudah cantik terlihat jauh lebih cantik lagi, mata cokelat yang indah, hidung kecil yang mancung, bulu mata yang lentik, bibir mungil kemerahan yang tipis, memiliki kulit putih yang lembut dan seputih susu, serta tinggi badan sekitar 160 cm.

SANGAT SEMPURNA!

"Nah sudah selesai. Anda benar-benar pengantin yang sangat cantik, Nona." Ucap seorang penata rias memuji kecantikan Shafia

"Lihatlah Aura gadis ini begitu bercahaya dan sangat mempesona." Sambungnya begitu bangga dengan hasil karya tangannya

Sementara yang di puji hanya diam tanpa sepata katapun keluar dari mulutnya, Shafia hanya tersenyum.

Sebuah senyum yang dipaksakan.

Apakah dia harus bahagia? Ataukah menangis meratapi nasibnya yang jelas untuk sekedar memberi pendapat saja sudah tidak ada harapan.

Waktu menunjukkan pukul 09.40, Akad Nikah akan di langsungkan tepat pukul 10.00 pagi. Itu artinya hanya tinggal 20 menit lagi waktu yang tersisa, semua tamu undangan sudah hadir dan bersiap menyaksikan acara Akad Nikah berlangsung.

Pernikahan tersebut sengaja dibuat tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang hadir, orang luar tidak di undang mengingat pernikahan ini hanya sekedar untuk menjalin kerja sama antara perusahaan saja. Katanya

Semua tamu undangan sudah siap di tempat masing-masing, begitu juga dengan pasangan pengantin yang akan melangsungkan Akad Nikah.

Shafia sudah duduk di depan Penghulu bersama dengan seorang pria yang tidak sekalipun mau di lihatnya.

Arqa dan Aina ikut duduk berdampingan dengan seorang wanita yang merupakan orang terpenting dalam acara tersebut.

Dialah Nyonya Qiemyl pemilik perusahaan Qiemyl Group.

Beberapa bawahannya ikut hadir, juga anggota keluarga inti termasuk kedua orang tua dari cucunya yang akan menikah saat ini.

"Bagaimana menurutmu, Arqa? Cucuku sangat tampan bukan?" tanya Nyonya Qiemyl pada orang tua Shafia.

"Iya Nyonya, cucu anda memang sangat tampan." Jawab Arqa dengan perasaan yang campur aduk

"Dia satu-satunya ahli waris dalam keluarga kami, sikapnya mungkin terlihat dingin, keras kepala dan sombong, tapi hatinya baik." Jelas wanita itu sembari tersenyum hangat

"Putrimu akan bahagia bersama dengan cucuku, kamu tidak perlu khawatir Arqa sebab ..."

Wanita paruh baya itu menoleh ke arah samping kanan di mana Arqa berada.

"Ikatan kerja sama ini sebenarnya hanya alibi ku saja," lanjutnya tanpa mengalihkan tatapan dan tersenyum.

Apa yang terucap dari mulut wanita paruh baya itu barusan membuat Arqa dan Aina sedikit bingung, entah apa yang dia maksud.

"Apa yang anda katakan, Nyonya?" tanya Arqa keheranan.

"Hmm..., Aku rasa kamu bukan pria bodoh Arqa." Jawab Nyonya Iriana kemudian mengalihkan tatapannya dari pasangan suami istri tersebut

"Jujur saja cucuku itu sangat sulit untuk dekat dengan wanita, begitu banyak wanita yang ingin menjalin hubungan yang serius dengannya. Tetapi, tidak ada satupun yang berhasil."

Nyonya Iriana menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Selama ini aku mengira jika cucuku adalah seorang gay, mengingat tidak ada satupun wanita yang bertahan dengannya. Mungkin terdengar sedikit konyol, yang pasti putrimu itu kenal siapa cucuku." Lanjutnya merasa geli sendiri teringat pada sesuatu

Senyum Iriana kembali terukir indah di wajah yang tampak masih terlihat begitu cantik meski usianya sudah lewat setengah abad.

.

.

.

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Faiza Shafia Rafardan binti Arqa Rafardan dengan mas kawin tersebut di bayar TUNAI."

Hanya dengan satu tarikan nafas kalimat sakral telah berhasil pria itu ucapkan.

"Bagaimana para saksi, SAH?" seru pak Penghulu setelah janji suci berhasil di ucapkan.

"SAH"

Alhamdulilllah Hirabbil Alamin.

Semua yang ada di tempat itu mengucapkan kata SAH kemudian berdoa.

Yang artinya, Akad Nikah berjalan lancar dan kedua anak tersebut telah resmi menjadi pasangan suami istri yang SAH di mata Agama.

Tangis bahagia terdengar dari pasangan suami istri yang tidak lain adalah Arqa dan Aina, tidak ada yang mampu mereka ucapkan.

Entah ini sebuah keputusan yang benar atau mungkin juga tidak, yang pasti saat ini putri kesayangan mereka sudah dewasa bukan lagi gadis yang manja bila bersama mereka.

Kedua pasangan itu pun langsung menghampiri Shafia dengan ekspresi yang sulit di artikan.

"Selamat ya sayang, Ibu dan Ayah tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Kami hanya bisa mendoakan semoga gadis kecil manja kami ini selalu hidup bahagia."

🍀🍀🍀🍀🍀

Jangan lupa tinggalkan like.

Kalau mau komen yang sopan ya😁😁

Bab 2 ~ Kemana Perginya

Setelah Akad Nikah selesai, semua tamu undangan satu per satu beranjak pergi meninggalkan Aula hotel.

Suasana yang sedikit tidak nyaman kembali di rasakan oleh kedua anggota keluarga yang kini sudah berkumpul di salah satu ruangan.

Masih belum percaya jika saat ini hubungan kerja sama yang di bicarakan ternyata bukan lagi sekedar sebatas masalah perusahaan, melainkan benar-benar pernikahan yang sesungguhnya.

Beberapa menit yang lalu Shafia menuju salah satu kamar yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin, gadis itu sengaja meninggalkan Aula terlebih dahulu tanpa menunggu acara selesai.

Di salah satu ruangan khusus yang menjadi tempat istirahat seluruh anggota keluarga besar Qiemyl, sudah ada Aina dan Arqa duduk tenang bersama pihak keluarga suami dari putri mereka.

Di hadapan Arqa sudah ada Nyonya Qiemyl dengan senyum hangat menghiasi wajah masih tampak begitu cantik meski usianya sudah lebih dari setengah abad.

Wanita paru baya itu seolah mengerti dengan tatapan penuh intens Arqa terhadapnya.

"Tatapan macam apa itu Arqa?" cebik Nyonya Iriana memulai percakapan yang semula terasa menegangkan.

"Tidak ada Nyonya," sahut Arqa segera menundukkan wajahnya karena malu.

Nyonya Iriana kembali tersenyum melihat bagaimana pria itu ketahuan masih ada keraguan dalam hatinya.

"Apa penjelasan ku masih kurang?" tanyanya menebak isi pikiran Arqa.

"Sedikit, tapi akan aku coba pahami meski butuh waktu sedikit lama." Jawab Arqa dengan wajah kembali menatap serius ke arah wanita paruh baya tersebut

Aina sedari awal hanya diam tanpa berniat untuk menimpali pembicaraan di antara suaminya dengan pihak keluarga suami dari sang putri tercinta.

Menurut wanita itu, mungkin keputusan untuk menikahkan putri mereka tidak lah buruk, bisa di terima dengan baik oleh keluarga Qiemyl tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.

Selang beberapa menit Arqa kembali buka suara.

"Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih banyak sebab kami justru tidak tahu harus bagaimana lagi mengatakannya. Kami hanya memiliki Shafia sebagai putri kami satu-satunya, jika keberadaan anak kami di keluarga kalian di terima dengan baik, kami dengan ikhlas memberikan Shafia pada putra kalian, dan semoga kedepannya hubungan ini bisa terjalin dengan erat tanpa harus ada yang terluka."

Arqa mengungkapkan semua yang ada dalam hatinya di hadapan keluarga besar Qiemyl.

Melihat suaminya berbicara membuat Aina ikut mengutarakan isi hatinya.

"Jujur saja, aku masih belum sepenuhnya ikhlas jika putriku harus menikah secepat ini, sesuatu yang tidak pernah sekalipun terintas di pikiranku malah jadi kenyataan." Ucap Aina terdengar lirih dengan mata berkaca-kaca

"Aku mungkin terlihat seperti seorang ibu yang egois, tapi semua ini aku lakukan karna Shafia adalah putri kami satu-satunya. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya dan rasanya baru kemarin aku mengandung putriku, sekarang malah sudah menikah dan akan tinggal jauh dariku."

Aina menangis tidak mampu lagi menahan gejolak yang begitu menyesakkan dadanya. Setiap ibu pasti akan merasa sedih bila anaknya yang begitu di manjakan harus hidup terpisah jauh darinya.

Arqa yang tahu akan kesedihan istrinya tidak berkomentar apapun, pria itu hanya memeluk erat belahan jiwanya sambil mengusap pelan punggung Aina seraya menenangkan.

"Kamu tidak perlu khawatir, Aina. kapanpun putrimu merindukan mu selama bersama kami, dia bebas bertemu dengan mu juga suamimu." Ujar Nyonya Iriana mengerti akan kondisi hati Ibu dari Shafia tersebut

"Lagi pula kita masih berada di negara yang sama bukan," kekeh wanita tua itu merasa lucu dengan tingkah Aina.

Semua yang ada di ruangan ikut tertawa mendengar perkataan Nyonya Iriana, memang benar mereka sudah pasti akan sering bertemu.

Nyonya Iriana beserta anggota keluarganya memaklumi apa yang di rasakan oleh Arqa dan juga Aina, bagi mereka setiap orang tua pasti akan melakukan hal yang sama jika anak mereka sudah akan menikah dan memiliki keluarganya sendiri.

"Ok, sudah cukup sampai disini pembicaraan kita. Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih pada kalian berdua sudah bersedia menyetujui pernikahan ini." Ucap Adnan mengalihkan pembahasan

"Dan untuk kamu, Arqa." Sambungnya seraya menatap ke arah Arqa

"Yang berlalu biarlah berlalu, semua terjadi bukan karna unsur kesengajaan melainkan sudah takdir putriku harus pergi. Kamu jangan menyalahkan diri sendiri, itu adalah pilihannya untuk pergi membantu. Kalaupun insiden itu harus merenggut nyawa putriku mungkin memang sudah takdirnya seperti itu."

Tanpa sengaja Adnan mengungkit kejadian beberapa tahun lalu.

"Benar Tuan Arqa, begitupun aku juga tidak menyalahkan mu atas meninggalnya putriku. Sebab itu merupakan sebuah kecelakaan, masalah ini sudah lama sekali dan tidak perlu di bahas dan lagi pula saat ini Tuhan sudah menggantikannya dengan kehadiran putrimu. Benarkan suamiku?" sambung Ririn tersenyum bahagia sembari menatap suaminya yang mengangguk kan kepala sebagai jawaban.

Selaku pihak orang tua dari Shafia sendiri mungkin ada sedikit rasa bersalah dan tidak enak mendengar penjelasan secara langsung dari pihak keluarga yang dulu telah kehilangan seorang putri cantik mereka karena sebuah insiden kecelakaan.

Namun begitu, baik Arqa maupun Aina hanya bisa tersenyum sebagai balasan atas kebaikan hati dari mereka.

Biarlah ikatan pernikahan yang terjalin sekarang menjadi patokan bagaimana hubungan mereka yang dulu pernah renggang kembali terikat erat tanpa harus ada yang terluka lagi.

Waktu sudah hampir larut malam, tepat jam 22.00 semua anggota keluarga baik dari pihak Arqa maupun Nyonya Iriana, semua sudah kembali ke kediaman masing-masing.

Awalnya mereka berniat untuk menginap saja di hotel malam ini. Tetapi, mengingat situasi tidak begitu menguntungkan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja.

Sedangkan Shafia sendiri tidak mengetahui akan kepulangan kedua orang tuanya, sebab gadis cantik itu tentu masih berada di dalam kamar pengantin.

Mereka sengaja tidak memberitahukan hal tersebut dan pulang diam-diam. Biarlah Shafia tidur di hotel malam ini bersama suaminya, besok pagi baru mereka akan datang kembali untuk menjemput keduanya.

Mobil yang membawa Arqa dan Aina sudah lebih dulu meninggalkan area hotel, beberapa orang kepercayaan sengaja di tugaskan untuk mengawal pasangan suami istri itu sampai rumah dengan selamat.

Sedangkan di mobil lain yang membawa keluarga besar Qiemyl tampak aura mencekam kembali menyeruak setelah kabar yang baru di terima oleh Adnan membuatnya di runduh amarah.

"Memangnya kemana perginya anak itu?" seru Adnan marah setelah menerima informasi dari orang kepercayaannya yang mengatakan gagal mengikuti putranya.

"Tenangkan dirimu! Jangan biarkan amarah menguasai hati dan pikiranmu," tegur Nyonya Iriana sembari menenangkan kemarahan sang putra tercinta.

Jika wanita tua itu sendiri ikutan marah tidak akan mengubah apapun, semoga saja sang cucu tidak melakukan sesuatu hal yang hanya akan berdampak buruk bagi keluarga.

Kemana perginya anak itu? Gumam pelan sang Nyonya besar mulai khawatir pada cucu kesayangannya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Yuhuuu,

Jangan Lupa Like & Komennya Ya.

Semoga Suka😁😁

Bab 3 ~ Kucing Yang Nakal

Malam semakin larut, suasana kamar terasa asing dan tidak nyaman di rasakan Shafia.

Ruangan yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin nampak begitu indah. Tempat tidur di hias penuh dengan bunga mawar, aromanya yang wangi mampu menenangkan pikiran.

Meski terlihat indah, namun tidak membuat pengantin wanita itu bahagia. Baginya, ini adalah kesalahan terbesar yang pernah ada dalam hidupnya.

Mengapa takdir begitu kejam mempermainkan garis hidupnya? Pernikahan ini benar-benar menguji kesabaran Shafia, bolehkah dia menolak?

Aku harap ini semua hanya mimpi, ya Rabb. Ucap lirih Shafia berbicara dalam hati

Entah bagaimana perasaan gadis itu sekarang, niat awal ingin memberi kabar bahagia atas kelulusannya ketika mengikuti tes masuk Universitas beberapa bulan lalu, malah harus di kejutkan dengan berita akan pernikahannya yang justru Shafia sendiri tidak tahu.

Sebuah keputusan gila yang harus di terimanya mampu menghancurkan harapan besar yang sudah lama di impikannya.

Masih sangat jelas tersimpan dalam ingatannya bagaimana ayah dan ibunya memohon agar Shafia mau menerima pernikahan ini.

.

.

#Flasback

"Sayang percayalah, Ayah tidak ingin kamu cepat menikah. Tapi Ayah juga tidak bisa berbuat Apa-apa, Ayah telah gagal. Maafkan Ayah," ucap lirih Arqa.

"Kamu boleh membenci Ayah tidak berguna ini, kamu berhak untuk marah. Ayah benar-benar sangat menyesal, sayang."

Arqa sungguh di buat dilema dengan keputusannya sendiri, hancur sudah kehidupan tenang yang selama ini ia bangun sebab ia sendiri yang menanam duri dalam keluarganya.

"Shafia sayang, anak Ibu. Maafkan atas kesalahan Ibu dan Ayah, Ibu juga sangat menyesal, hati Ibu sakit jika harus membiarkan kamu menikah."

"Ibu tidak berdaya, kesalahan yang terjadi di masa lalu membuat Ayah mu harus mengambil keputusan tanpa bertanya padamu terlebih dahulu"

Aina tidak lagi berucap, dia hanya bisa meneteskan air mata. Entah sudah seperti apa perasaan pasangan suami istri tersebut.

#Flasback Off

.

.

Ya Allah kuatkanlah hati ku, teguhkanlah iman ku.

Shafia tidk lagi memikirkan perkataan kedua orang tuanya yang memohon padanya agar mau menerima kehidupan yang tidak pernah sekalipun dia harapkan.

"Ingat harus kuat Shafia," ucapnya seraya menguatkan diri.

"Kamu pasti bisa" lirih gadis itu.

Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipinya, sungguh ini bukan kehidupan yang di inginkan Shafia.

Dia masih mau hidup sendiri, melakukan semua yang di impikannya selama ini. Tetapi, semua tidak lagi sama, mungkin sudah takdirnya harus cepat menikah.

BRAKK

Shafia yang masih saja meratapi nasibnya, harus tersentak kaget mendengar suara pintu yang di buka secara paksa.

"Astagfirullah," kagetnya seraya mengusap pelan dadanya.

Pelakunya sudah pasti Shafia tahu. Siapa lagi kalau bukan pria yang kini sudah SAH menjadi suaminya.

Sungguh sangat menguji kesabaran dan mulut pedasnya agar tidak mengeluarkan kalimat yang tidak baik. Tetapi, kali ini sudah di ambang batas.

"Kamu ... Apa kamu tidak punya mulut untuk mengucap salam?" dengus Shafia kesal menatap tajam ke arah pria tampan yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kenapa kamu suka sekali tidak sabaran? Apa kamu mau membuat ku mati dengan terkejut?" berang Shafia yang lagi-lagi kesabarannya harus di uji, bahkan setelah menikah pun sikap pria itu tetap saja masih sama.

Alih-alih bukannya menjawab, pria itu malah tertawa tanpa dosa, ia sangat suka menjahili Shafia.

Gadis cantik yang sering ia ganggu itu benar-benar sudah kehabisan akal menghadapi perilakunya.

"Ckck, kamu yang aneh. Memangnya apa yang sedang kamu lamunkan? Bahkan kedatangan suamimu saja tidak tahu," cebik Abrisam mengejek.

"Mengapa kamu sampai melamun? Apa kamu tidak takut tiba-tiba kesurupan?" imbuhnya.

"Bukan urusan mu, benar-benar pria yang menyebalkan."

Lagi-lagi Shafia hanya bisa mendengus kesal, bukan tanpa alasan dia begitu, semua karna pria yang jadi suaminya tersebut.

Abrisam tidak marah melihat sikap istrinya, justru ia memang sangat suka melihat Shafia kesal.

"Heh, kamu pikir bisa kabur dariku, hmm?" sindir Abrisam mencibir.

"Sudah aku katakan bukan, jika kamu menolak lamaran ku, maka aku akan berbuat apa saja agar kamu mau menerima pernikahan ini" lanjutnya dengan senyum yang sulit di artikan istrinya.

Shafia yang melihatnya hanya bisa menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan, dia tentu tidak bisa apa-apa jika Abrisam mulai mengancamnya.

Semua berawal dari tiga bulan lalu, dimana Shafia baru saja lulus sekolah. Waktu itu tepat seminggu setelah acara kelulusannya berakhir, Shafia meminta izin pada Ayah dan Ibunya untuk pergi keluar Negri dengan alasan berlibur.

Tentu saja permintaannya langsung di setujui, dengan syarat ketika tiba di sana harus bisa menjaga diri dengan baik. Shafia tidak pergi sendiri, ada dua anak gadis yang ikut bersamanya, dan mereka merupakan sahabat Shafia sedari kecil.

Niat awal Shafia keluar Negri bukanlah untuk liburan, tujuannya kesana adalah mengecek beberapa Universitas yang kabarnya sangat bagus dan tentu cukup terkenal.

Sehari setelah Shafia mendapat izin dari kedua orang tuanya, dia langsung berangkat hari itu juga. Sudah pasti kedua sahabatnya juga ikut pergi.

Dan ketika sampai di Negara tersebut, Shafia beserta kedua sahabatnya langsung pergi melihat beberapa Kampus yang akan mereka tempati. Di Sana sudah ada tiga Kampus yang menjadi pilihan ketiha gadis itu, tidak ingin menunggu lama lagi mereka segera memutuskan di Kampus mana akan kuliah nanti.

*Cornell University*

Kampus pilihan Shafia dan kedua sahabatnya.

Mengingat syarat agar bisa masuk kuliah harus ada persetujuan dari pihak orang tua, tentu Shafia akan mengatakannya berharap Ayah dan Ibunya mengizinkan.

Anak gadis yang sangat dimanja itu sudah pasti akan sedikit sulit bila harus berpisah jauh dari kedua orang tuanya. Shafia yang terbiasa selalu bersama dengan sang Ayah juga Ibunya, sudah pasti harus belajar hidup mandiri demi masa depan dia akan berjuang keras.

Dari Negara itu juga awal masalah Shafia di mulai, bertemu dengan seorang pria dingin, keras kepala dan bermulut pedas.

Jika harus menceritakan kisah awal pertemuan mereka tentu akan sangat panjang dan ceritanya tidak selesai.

Shafia dengan cepat mengusir jauh ingatan kejadian konyol itu, kembali menatap Abrisam yang duduk santai di sofa panjang samping tempat tidur.

Pria tampan itu menatap intens wajah Shafia sembari tersenyum tipis seakan ingin melakukan sesuatu.

"Kamu ..." tunjuk Shafia pada suaminya.

"Sudahlah, aku tidak mau berdebat. Kamu yang mandi duluan atau aku?" tanyanya mulai merasa seluruh tubuhnya sangat lengket.

"Terserah, lagi pula aku rasa ..." jawab Abrisam terhenti.

Ia bangkit dari sofa melangkah pelan menghampiri Shafia.

"Akan lebih menyenangkan jika mandi bersama," bisiknya menggigit kecil daun telinga sang istri.

DEG

Ayah ... aku mau pulang. Teriak Shafia dalam hati

Wajah gadis itu sudah merah bak kepiting rebus, antara marah dan juga malu. Sedetik kemudian matanya mulai berkaca-kaca seperti akan menangis. Abrisam yang melihatnya mulai salah tingkah, apa yang salah? Pikirnya

Mampus kau Ris, anak orang mau nangis' Bathin Abrisam

*Bugh..

Bugh*..

"Aww, aww ... Sakit Sha. Galak banget jadi istri," jerit Abrisam meringis sakit kepalanya di timpuk Shafia menggunakan bantal.

"Syukurin. Masih untung pukul pake bantal, coba kalau pake batu udah pecah tuh kepala" ketus Shafia berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Brak!

Bunyi pintu kamar mandi begitu nyaring ditutup Shafia dengan keras.

Ckck, benar-benar kucing yang nakal.

Abrisam tertawa melihat tingkah Shafia yang menurutnya sangat lucu.

🍃🍃🍃🍃🍃

Jangan Lupa Like & Komennya.

Ikut Ramaikan😄

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!