Makan opor sayur dan ketupat
Makannya jangan pakai sumpit
Wahai reader, sempat tidak sempat
Masukkan novel Pria Idaman Lain jadi favorit
Reader yang memberikan dukungan, semoga rejekinya melimpah. aamiin
Jangan lupa bahagia
.........
Dinginnya angin malam menerpa kesunyian. Sudah Tiga bulan Aryan meninggalkan Tara untuk selamanya, setiap malam Tara masih menangis di balkon sendirian. Kenangan manis bersama Aryan selalu datang menghampirinya di kala dia sendirian.
Tara berbicara pada bayi yang ada dalam kandungannya sembari mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. "Sayang, kamu sekarang sudah berumur 3.5 bulan. Maafkan mama karena mama sering menangis, kelak jadilah anak yang kuat dan membanggakan papamu. Papa sudah lebih dulu pergi meninggalkan kita, mama berjanji akan melakukan yang terbaik untukmu."
Setiap yang hidup pasti akan mati, namun Tara belum bisa mengikhlaskannya. Bagaimana bisa dia mengikhlaskan kepergian suami tercintanya, apalagi kematian suaminya disebabkan oleh pembunuhan berencana.
Tara bermonolog melampiaskan amarahnya. "Harusnya yang mati adalah mas Anand, bukan mas Aryan suamiku. Anand yang bodoh dan arogan, dia yang bersalah tapi mengapa suamiku yang dihukum?" Isak tangis mulai terdengar lagi.
Tok… tok…tok…
Bi Narti mengetok pintu kamar Tara. "Non… Non Tara, ini ada Tuan dan Nyonya Cakra Wangsa. Beliau ingin bertemu dengan non Tara, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan."
"Baik bi, 10 menit lagi aku akan menemui mereka." Jawab Tara.
Tara mencuci mukanya, membersihkan sisa-sisa air matanya. Saat ini Tara masih tinggal di kediaman Aryan Cakra Wangsa, rumah mewah yang dibelikan oleh suami tercintanya sebagai mahar pernikahan.
"Selamat malam, pa, ma. Maaf sudah membuat papa dan mama menunggu lama." Sapa Tara sopan.
"Tidak apa-apa." Nyonya Gita Cakra Wangsa datang memeluk Tara.
Tara menangis lagi, mengingat kepergian suaminya. Nyonya Gita menenangkan Tara dan Tuan Indra Cakra Wangsa menunggu kesempatan untuk berbicara. Setelah menunggu 15 menit, Tara baru bisa tenang kembali.
"Tara, papa ingin menyampaikan hal penting padamu, ini menyangkut masa depan keluarga Cakra Wangsa." Ucap Tuan Indra membuka pembicaraan.
Tara hanya diam mendengarkan papa mertuanya bicara.
"Kamu memerlukan seorang pelindung, seorang suami yang bisa menjagamu." Lanjut Tuan Yoga.
"Aku rasa itu belum perlu, kenapa papa berbicara seperti itu? Belum kering air mata ini menangisi kepergian mas Aryan, belum kering pusara suamiku. Kenapa papa begitu tega berbicara seperti itu?" Sahut Tara.
"Ini semua demi kebaikkanmu dan kebaikan keluarga Cakra Wangsa. Jangan sampai semua yang ditinggalkan Aryan menjadi terbengkalai dan hancur!" Terang Tuan Indra.
"Itu semua bukan alasan untuk mencari pengganti mas Aryan secepat ini. Bahkan aku tidak berpikir untuk mencari pengganti, apalagi mas Aryan telah memberiku malaikat kecil di perutku ini. Apa papa tidak menghargai mas Aryan sama sekali?" Bantah Tara.
"Bukannya papa tidak menghargai Aryan, tapi saat ini kamu benar-benar membutuhkan suami untuk kehidupan pribadi dan bisnis. Kamu tidak boleh egois, Tara!" Jelas Tuan Indra.
"Kalaupun aku menikah lagi, aku hanya akan menikah dengan orang yang aku cintai. Bagiku yang paling penting adalah anakku, cinta yang mas Aryan tinggalkan untukku. Aku tidak mau mendapat suami yang hanya menginginkan harta tapi tidak mencintaiku serta anakku." Papar Tara.
"Menikahlah dengan Anand! Dia pasti akan mencintaimu dan anakmu." Titah Tuan Indra.
"Apa papa tidak keterlaluan?" Teriak Tara.
"Pernikahan turun ranjang, menikahi ipar sendiri setelah salah satu dari pasangan meninggal itu diperbolehkan." Jelas Tuan Indra.
"Papa sungguh keterlaluan! Padahal papa tahu harusnya yang mati itu Anand yang bodoh dan arogan itu, bukan suamiku!" Teriak Tara emosi.
"Pikirkan baik-baik, Tara! Jika kamu menikah dengan Anand, anakmu tidak akan kehilangan sosok papanya, apalagi Anand dan Aryan kembar." Tegas Tuan Indra ikut emosi.
"Apa papa lupa dengan kesalahan mas Anand? Dia memiliki kekasih saat perjodohan masih berjalan, meskipun saat itu aku belum memilih. Bahkan mas Anand telah bertindak seperti suami istri dengan pacarnya itu. Apa mungkin aku bisa hidup dengan orang seperti itu?" Sinis Tara.
"Itu adalah kesalah lama, harusnya kamu bisa memaafkannya! Anand juga sudah berubah, dia tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun. Papa tahu Anand juga mencintaimu." Papar Tuan Indra.
"Iya, Tara. Mama juga ingin kamu tetap menjadi menantu Cakra Wangsa." Imbuh Nyonya Gita.
"Tapi Tara tidak mencintai mas Anand dan tidak akan mau menikah dengannya. Sebaiknya papa dan mama pulang saja, setidaknya kasihanilah cucumu ini." Tara menahan air matanya.
Sebelum pergi Nyonya Gita masih sempat mengingatkan Tara. "Pikirkan baik-baik apa yang telah papa katakan! Jika kamu menikah dengan Anand, anakmu tidak akan kehilangan sosok papanya."
Tara tidak menanggapi ucapan mama mertuanya, dia tahu betul peragai ibu mertuanya itu. Nyonya Gita memang baik, namun dia juga mencintai harta, pasti dia tidak akan rela jika semua yang dimiliki Aryan hanya kan jatuh ke tangan Tara dan anaknya.
...…...
Kisah ini berawal dari perjodohan Tara dengan dua anak kembar keluarga Cakra Wangsa. Perjodohan sejak Tara masih berusia 17 tahun dan ditangguhkan sampai Tara lulus kuliah S2.
Devi Tara Maheswari adalah seorang wanita cantik, memiliki body yang perfect dan pintar. Dia adalah anak tunggal dari keluarga Maheswari. Tara akan segera wisuda S2 di usianya yang baru menginjak 23 tahun. Dia menjadi lulusan terbaik dan digadang-gadang segera menjadi penerus usaha Maheswari.
Ayah Tara yang bernama Yoga Maheswari adalah seorang pengusaha sukses di bidang tekstil, pabriknya ada di beberapa kecamatan di kota S. Semua orang di kota S tidak ada yang tidak mengenal Tuan Yoga, bahkan beliau digadang-gadang akan menjadi Wali Kota periode selanjutnya. Nyonya Lalita Maheswari ibunda Tara adalah seorang desainer baju dan memiliki butik.
Indra Cakra Wangsa adalah calon ayah mertua Tara. Beliau memiliki perusahan besar yang bergerak di bidang supplier berbagai jenis kain untuk perusahaan garmen. Toko kainnya juga tersebar di beberapa kecamatan di kota S dan Y, selain itu tuan Indra juga merupakan seorang direktur di perguruan tinggi swasta tempat Tara kuliah.
Tuan Indra mempunyai anak kembar bernama Aryan dan Anand. Tuan Indra sengaja membuat sayembara untuk kedua anaknya itu. Salah satu dari mereka yang berhasil merebut hati Tara, akan mewarisi 60% kekayaan tuan Indra. Nyonya Ghita Cakra Wangsa ibu mereka tidaklah setuju dengan sayembara yang dibuat oleh suaminya itu. Nyonya Ghita takut akan terjadi perselisihan diantara kedua putranya.
Anand Cakra Wangsa lahir dua menit lebih dulu dari Aryan Cakra Wangsa saudara kembarnya. Kini usia mereka berdua sudah menginjak 26 tahun. Anand adalah pria yang cukup keras, tegas dan terlihat jutek. Badannya tegap dan dadanya bidang karena rajin nge-gym, wajahnya cukup rupawan dan mirip artis ibu kota. Dia menjalin hubungan back street dengan karywannya sendiri yang bernama Indira.
Aryan lebih muda 2 menit dari Anand. Wajah dan perawakan Aryan sangat mirip dengan Anand, hanya sedikit orang yang bisa membedakan mereka. Dia adalah pria yang lurus dan belum pernah pacaran. Aryan semakin mantap untuk tidak pernah pacaran setelah dia tahu perihal perjodohan itu, bukan karena 60% kekayaan yang ayahnya janjikan, tapi memang sejak awal dia telah jatuh hati pada Tara.
Gala Bagaskara berteman dengan Tara sejak kelas satu SD. Gala adalah anak dari salah satu orang kepercayaan Tuan Yoga di pabrik garmen di kecamatan B. Gala sengaja disuruh tinggal di rumah keluarga Maheswari agar bisa menjadi teman belajar Tara. Gala sudah ditinggal ibunya sejak TK dan Nyonya Lita sudah seperti ibunya sendiri.
...………....
Yuk ditunggu jempolnya, komentarnya dan dukungannya. Terima kasih, matur suwun.
Makan sandwich pakai saus tomat
Yang jual koko ganteng bermata sipit
Wahai reader yang terhormat
Masukkan novel Pria Idaman Lain jadi favorit
Reader yang memberikan dukungan, semoga rejekinya melimpah. Aamiin.
Jangan lupa bahagia.
.........
Jam 5 pagi di kediaman Maheswari, terdengar suara ribut Nyonya Lita dengan make-up artis yang dia sewa.
"Mama, kenapa ribet banget sih?" Teriak Tuan Yoga.
Nyonya Lita menyahut, "Papa jangan ikut ribut dong! Ini semua demi penampilan yang cetar membahana di wisuda Tara."
"Lihat nanti, pa, Tara kita akan jadi yang tercantik. Tentu mama juga nggak kalah cantik dong."
Tuan Yoga hanya menggelengkan kepala dan berjalan menuju ruang ganti. "Pakaian papa sudah disiapin belum, ma?'
“Sudah mama siapin di ruang ganti. Setelan jas warna gold ya!” Jawab nyonya Lita.
Tuan Yoga kembali mendekati nyonya Lita. "Apa mama sudah siapin baju juga buat Gala?"
Nyonya Lita tersenyum. "Tenang, mama sudah siapin juga untuk anak kita yang paling ganteng itu. Tara sama Gala akan jadi pangeran dan putri di wisuda nanti. Kenapa nggak kita nikahin saja mereka, pa?"
Tuan Yoga berkacak pinggang. "Aku juga menyukai Gala, tapi sudah terlanjur ada perjanjian perjodohan dan tidak mungkin aku membatalkannya. Mama jangan berpikir aneh-aneh lagi!"
Nyonya Lita terdiam sesaat lalu bergumam. "Gala kita sudah seperti bodyguard Tara. Aku tidak akan pernah khawatir jika Gala yang ada di sisi Tara. Mungkin memang mereka tidak berjodoh."
Tuan Yoga pergi untuk bersiap-siap. "Sudah ‘lah! Jangan merubah yang sudah direncanakan! Nanti malah melukai banyak hati."
Nyonya Lita malah menggoda tuan Yoga. "Papa, mau tahu nggak sapa yang dipilih Tara? Mama sudah tahu loh siapa pilihan Tara?"
Tuan Yoga balik lagi mendekati Nyonya Lita."Kamu serius, ma?" Tanya tuan Yoga penasaran.
"Aryan atau Anand yang dipilih?" Tuan Yoga mulai tak sabar.
"Ha... ha...ha… Kepo ya?" Nyonya Lita terus menggoda.
"Ayolah! Papa juga pengen tahu siapa yang dipilih putri cantik kita." Tuan Yoga semakin tak sabar ingin tahu.
Nyonya Lita tertawa semakin keras. "Ha... ha... ha… Sabar, pa. Besok juga bakal tahu kok, yang jelas inisial namanya A.”
Tuan Yoga pergi begitu saja sambil menggerutu. "Kalau inisial A, Aryan dan Anand sama-sama insial A, mama cuma godain papa terus."
Semua pendamping wisuda Tara sepakat untuk berkumpul di kediaman Maheswari jam 6 pagi. Mereka semua akan berangkat ke tempat wisuda bersama-sama. Tuan Indra dan Nyonya Gita langsung berangkat ke tempat wisuda karena sebagai direktur Tuan Indra harus bersiap terlebih dahulu di tempat acara. Anand dan Aryan akan berangkat bersama keluarga Maheswari. Semuanya sudah berkumpul di ruang tamu keluarga Maheswari dan sudah siap berangkat, hanya Tara yang belum keluar.
Gala memakai setelan jas hitam, kemeja putih dan dasi hitam yang mewah sesuai dress code untuk wisuda, aura kebahagian yang terpancar membuatnya semakin terlihat tampan. Sudah barang tentu, mahasiswa akan terlihat menawan ketika menggunakan jas hitam untuk wisuda.
Anand mengenakan jas biru navy dengan kombinasi hitam, kemeja putih, dasi kupu-kupu hitam dan tak lupa dengan jam sebagai aksesoris. Anand terlihat lebih santai dan kadang terlihat seperti orang malas, memang sebenarnya dia tidak mau datang ke acara wisuda Tara. Aryan memakai jas hitam dengan kemeja putih yang dipadukan dengan dasi kupu-kupu warna hitam dan mengenakan jam tangan sama seperti Anand. Berbeda dengan Anand yang malas, Aryan terlihat sangat bersemangat dan tak sabar menunggu Tara.
Tara muncul dari dalam dengan gaun wisudanya, gaun berwarna gold yang begitu mewah hasil rancangannya sendiri. Selama ini selain kuliah manajemen, Tara juga menjadi desainer baju di butik mamanya dan bahkan memakai brandnya sendiri. Semua mata terpana melihat kecantikan Tara, bahkan Anand yang semula malas menjadi terpaku karena terpesona dengan kecantikan Tara. Gaun yang Tara pakai menambah kecantikannya, membuatnya terlihat seperti artis internasional.
Aryan mendekati Tara dan mengulurkan tangannya untuk mengandeng Tara. "My princess, kamu sangat cantik dan mengalihkan duniaku. Bolehkah aku menjadi pendampingmu?'
Tuan Yoga sewot dibuatnya. "Calon mantu kenapa kamu mendahului calon papa mertuamu ini?"
Tara hanya tersenyum melihat papanya yang tidak senang karena putrinya diambil alih.
"Papa, gandeng mama aja ya! Biar Tara milih mau sama Aryan atau Gala, ya ‘kan Tara?" Nyonya Lita mengandeng Tuan Yoga.
"Kok Aryan atau Gala sih, ma? Harusnya ‘kan Aryan atau Anand!" Tuan Yoga protes.
"Jangan kepo deh! Toh Tara juga sudah gandeng Aryan tuh." Jawab nyonya Lita.
Gala tidak mampu memuji Tara secara langsung, dia tahu kalau dirinya tak ada kesempatan untuk bersama Tara. Aryan tersenyum bahagia, ditengah-tengah keributan tadi Tara sudah menyambut tangan Aryan.
"Mendingan langsung berangkat, pa, ma." Ucap Tara, kemudian dia berjalan bersama Aryan terlebih dahulu.
Nyonya Lita pov: Papa tidak tahu apa yang terjadi selama ini, Tara hanya boleh sama Aryan atau Gala. Aku sebagai mamanya Tara tidak akan sudi putriku satu-satunya bersanding dengan pria brengsek seperti Anand. Sepertinya aku tidak perlu khawatir dengan sayembara tuan Indra, sudah pasti Aryan yang akan menang. Putriku tidak mungkin memilih Anand yang doyan selingkuh itu. Meskipun belum resmi siapa yang dipilih Tara atau mungkin Anand tidak menyukai Tara, tapi tidak seharusnya dia pacaran diam-diam dan membodohi kami semua.
Keluarga Maheswari dan calon mantu siap berangkat ke acara wisuda.
...………....
Hiruk pikuk suara kebahagiaan, rasa bangga dan juga rasa haru bercampur baur dalam acara wisuda S2 kampus U. Banyak wartawan yang datang untuk meliput acara wisuda kali ini, bahkan lebih banyak dari biasanya, sudah tentu karena wisuda kali ini ada Tara Maheswari. (fotonya sebelum pakai toga 😄👍)
Suasana hikmat pun mewarnai jalannya prosesi wisuda. Kini tiba giliran Tara untuk menyampaikan sambutan sebagai wakil dari wisudawan dan wisudawati. Sorak-sorai teman-teman Tara begitu membahana mengiringi Tara yang berjalan menuju mimbar. Sambutan dari Tara begitu membakar suasana wisuda. Semua hadirin begitu terpana dengan penampilan Tara yang bagaikan dewi turun dari khayangan. Sambutan Tara diakhiri dengan sedikit lirik lagu perpisahan yang membuat semua teman Tara terharu dan menangis.
"Datang akan pergi, lewat 'kan berlalu. Ada 'kan tiada, bertemu akan berpisah. Awal 'kan berakhir, terbit 'kan tenggelam. Pasang akan surut, bertemu akan berpisah. Hei, sampai jumpa di lain hari, untuk kita bertemu lagi. Ku relakan dirimu pergi. Meskipun ku tak siap untuk merindu. Ku tak siap tanpa dirimu, kuharap terbaik untukmu." Tara menyanyi kan sepenggal lagu.
Dari tengah-tengah hadirin yang mengagumi Tara, ada seseorang yang begitu tak acuh dan malas untuk memperhatikan Tara. Orang itu adalah Anand.
“Kalau saja bukan karena papa yang menyuruhku datang, lebih baik aku bersenang-senang dengan kekasihku.” Gerutu Anand.
“Kenapa tak kau biarkan aku datang seorang diri saja?” Aryan menyahut dengan ketus.
“Sudah jelas akulah pemenangnya. Tara hanya akan menjadi milikku!” tegas Aryan.
“Ambil saja kalau mau! Aku tidak sudi dengan playgirl seperti dia." Anand menjawab dengan kesal. Kakinya tidak berhenti menghentak-hentak lantai karena merasa tidak nyambung disitu.
Aryan begitu sewot dan menjawab dengan sarkas. “Siapa bilang dia playgirl? Pria-pria lemah saja yang menganggap dia playgirl. Mereka hanya malu karena ditolak oleh sang dewi!”
Anand melengos karena malas meladeni Aryan yang begitu memuja Tara.
Anand pov: Perkataan Aryan memang tidak salah, akulah yang salah menilai Tara. Andai saja dulu aku tidak merendahkannya dan membuatnya marah, mungkin saat ini aku juga akan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan hati Tara. Aku kira dia hanyalah seorang cewek manja dan mengandalkan kecantikannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Andai saja…
...........
Yuk ditunggu jempolnya, komentarnya dan dukungannya. Terima kasih, matur suwun.
Siang-siang minum es buah pakai selasih
Biar tubuh makin sehat dan gesit
Wahai reader yang terkasih
Masukkan novel Pria Idaman Lain jadi favorit
Reader yang memberikan dukungan, semoga rejekinya melimpah. aamiin
Jangan lupa bahagia
.........
Flashback on
Kebencian Tara pada Anand sudah tumbuh sejak kelas 2 SMA, semua itu karena Alma teman dekat Tara.
Alma berpacaran dengan teman kuliah Anand, Davin namanya. Selama ini Tara tidak tahu kalau Alma dan Davin sudah kebablasan, bahkan Alma sering memanfaatkan uang Davin. Selama 6 bulan pacaran Alma sudah sering meminta Davin membelikannya baju, tas, sepatu, pulsa dan setiap minggu kencan di berbagai tempat liburan. Di bulan ke-tujuh pacaran, Alma menemukan pria yang lebih kaya dari Davin dan akhirnya Alma selingkuh di belakang Davin. Selingkuhan Alma yang bernama Juan ternyata juga kuliah di tempat yang sama dengan Anand dan Davin, namun mereka berbeda fakultas.
Siang itu jam pulang sekolah di tepi jalan yang tak jauh dari sekolah, ada hati yang terluka karena diputus cinta. Matahari begitu panas di hari itu, semakin terasa panas dengan pertengkaran antara Alma dan Davin.
"Apa maksud kamu, Alma? Kenapa tiba-tiba Kamu minta putus?" Teriak Davin emosi.
"Aku sudah menggunakan semua uang jajan dan tabunganku untuk selalu nurutin kamu. Aku kurang apa, Alma?" Davin meminta penjelasan.
"Jadi kamu perhitungan sama aku? " Teriak Alma tak kalah keras.
"Bukan begitu maksudku! Aku hanya mau tahu salahku dimana. Selama ini kita baik-baik saja. Kenapa kamu minta putus?" Bantah Davin.
"Aku sudah nggak sayang sama kamu lagi." Alma berlari ingin meninggalkan Davin.
Davin mengejar Alma dan menarik tangannya. "Kita 'kan sudah sejauh itu, kita sud–"
"Stop!" Alma memotong kata-kata Davin dan meronta melepaskan tangannya dari genggaman Davin.
"Kamu mau semua orang dengar kesalahan apa yang sudah kita lakuin?" Alma pura-pura menangis dan berlari pergi meninggalkan Davin.
Davin frustasi dan mencoba menahan Alma agar tidak meminta putus karena Davin terlanjur sayang dengan Alma. Namun usahanya tidaklah berhasil, Alma sudah bertekad untuk putus karena dia menemukan pria yang lebih kaya dari Davin. Juan jauh lebih kaya dan lebih royal sehingga membuat Alma lebih memilihnya.
Davin yang kacau datang menemui Anand dan mencurahkan isi hatinya pada Anand. Davin menceritakan semuanya, dari mulai uang jajan dan uang tabungannya yang habis untuk menuruti keinginan Alma, sampai perbuatan terlarang yang sudah mereka lakukan.
"Bodoh! Mau-maunya diperas sama cewek matre." Anand marah.
“Aku sayang sama dia, Anand.” Bantah Davin.
"Sayang...? Boleh sayang, tapi jangan jadi bego juga! Sekarang ditinggalin pas lagi sayang-sayange plus sudah kere alias nggak punya duit.” Tiba-tiba Anand bernyanyi meledek temannya itu.
"Tanpo welas kowe lunga biyen kae. Ra ono mesakke aku sitik wae. Ngaboti tresna anyarmu lalu kau tinggalkan aku. Tersakiti sendiri di malam itu. Kowe lunga pas aku sayang-sayange. Tanpa pamit kowe ngadoh ngono wae. Aku ra ngerti salahku dan kau campakkan diriku. Bersanding dengan kekasih barumu. Abot tak trimo kanti ikhlas legawa. Sing tak arep kowe ra disio-sio. Ben cukup mung aku korban janji manismu. Udan bledek kang dadi saksiku." Anand menyanyikan lagu galau untuk Davin.
Dengan wajah kesalnya, Davin pergi meninggalkan Anand begitu saja. Alih-alih mendapat hiburan dan solusi, justru dimarahi dan diledek dengan lagu. Namun Davin juga menyadari bahwa dia yang tidak bisa tegas terhadap Alma. Davin masih penasaran apakah kabar yang pernah dia dengar itu benar, Alma terlihat sedang bermesraan dengan Juan, mahasiswa dari fakultas kedokteran. Jika dibandingkan dengan Juan, Davin merasa dirinya kalah karena memang Juan jauh lebih kaya daripada dia.
.........
Siang itu hari Minggu waktu libur sekolah dan kuliah. Alma, Tara dan Gala berencana ke kampus U untuk koordinasi dengan BEM mengenai acara lomba yang akan mereka adakan bersama. Mereka bertiga pergi sebagai perwakilan OSIS dari sekolah. Sejak pagi Alma sudah merasa resah karena takut jika bertemu dengan Davin atau Juan secara bersamaan. Sebenarnya Alma ingin izin untuk tidak ikut rapat koordinasi, tapi Tara dan Gala tidak mengizinkannya.
Sesampainya di parkiran kampus U, terjadilah hal yang Alma takutkan. Baru saja mereka bertiga keluar dari mobil, Alma terkejut akan keberadaan Davin dan Anand yang sedang nongkrong di sana dengan teman-temannya. Davin yang terkejut dengan kedatangan Alma langsung mendatangi Alma.
"Alma! Kamu ada disini. Apa kamu menemui aku?" Tanya Davin sambil memegang pundak Alma.
"Kamu mencari aku buat balikan 'kan?" Tanya Davin penuh semangat.
Anand sudah pernah bertemu dengan Alma sebelumnya dan masih ingat betul dengan wajahnya. Rasa tidak terima temannya telah dipermainkan membuat Anand mendatangi Alma dan memarahinya.
"Lo! Cewek matre yang sudah morotin temen gue kan?" sarkas Anand pada Alma.
"Mas Aryan kan?" Panggil Tara pada Anand.
"Mas Aryan ada perlu apa disini?" Imbuh Tara.
"Jangan sok kenal! Gue bukan Aryan!" Anand menjawab dengan sombongnya.
"Bilangin sama temen, lo. Kalau jadi cewek jangan matre sampai jual badan."
Tara tidak terima temannya dihina di depan umum. "Apa maksud, lo, ngatain temen gue matre dan jual badan?"Tara menunjuk-nunjuk muka Anand.
"Tanya itu sama temen, lo!" Anand semakin geram.
"Dia morotin Davin sampai uangnya habis, terus Davin ditinggalin gitu aja."
"Stop! Anand, ayo kita pergi aja. Ini kan masalah gue, jangan bikin ribut disini!" Davin mencoba membawa Anand pergi dari situ. Dia tidak mau emosi Anand semakin meledak-ledak dan semakin membuat suasana memanas, namun sayangnya Anand tidak mau pergi.
Tara pun tersulut emosi. "Lo, punya mulut dijaga ya jangan asal nuduh orang!"
"Apa lo bilang?" Anand berkacak pinggang, "Nuduh? Gue nggak nuduh kali! Itu memang kenyataan." Anand menegaskan.
Alma hanya bisa terdiam karena ketakutan. Tara marah karena tidak tahu bahwa yang dikatakan Anand adalah benar adanya.
"Lo, jangan asal nuduh ya! Gue tahu Alma cewek baik-baik!" Sanggah Tara.
"Cewek baik-baik, lo, bilang!" Anand maju mendekati Tara.
"Lo, belain dia?" Menunjuk tepat di depan wajah Tara.
"Jangan-jangan kalian berdua sama aja. Cuma cewek matre yang rela lakuin apapun termasuk jual badan buat dapetin apa yang, lo, mau."
Gala yang emosi langsung maju dan memukul wajah Anand. "Jaga mulut Lo! Siapa kamu sampai berhak ngomong kaya gitu ke Tara?"
"Lo, nggak perlu tahu gue siapa!" Tangan Gala masih mencengkram kemeja Anand.
"Lo, cuma mesti tahu satu. Segera tinggalin cewek-cewek matre ini!" Anand terus saja bicara.
"Lo, tadi menyebut Aryan. Jangan-jangan, lo, juga sudah nargetin dia jadi korban, iya 'kan!" Anand membentak Tara.
"Mending lo jauh-jauh deh! Gue Anand akan hancurkan lo! Kalau lo berani deketin kembaran gue!" Anand memberi Tara peringatan. Andai saja Anand tahu kalau cewek yang dia marahi adalah Tara Maheswari, mungkin dia tidak akan berkata kasar lagi dan justru minta maaf.
Gala semakin emosi karena Anand tidak berhenti menghina Tara. Perkelahian sengit antara mereka sudah tak dapat dihindari dan semakin banyak mahasiswa-mahasiswi yang menonton kejadian itu. Tara dan Davin mencoba melerai perkelahian mereka, tanpa sengaja pukulan Anand mengenai punggung Tara dan membuatnya jatuh terjerembab di lantai parkiran. Gala langsung berteriak memanggil Tara dan segera menolongnya.
"Lo, sudah gila ya! Berani-beraninya mukul cewek, lihat aja nanti gue akan buat perhitungan sama, lo!" Gala berteriak memperingatkan Anand.
Davin dan teman-temannya membawa Anand menjauh agar tidak terjadi keributan lagi. Seorang Anand tidak akan segan membuat keributan jika dia menganggap dirinya benar, apalagi dia anak dari direktur di kampus itu. Namun satu kesalahan Anand yang tidak dia ketahui, emosinya saat ini akan merubah masa depan kisah percintaan dan rumah tangganya.
Keributan telah berlalu, Gala bergegas menggendong Tara ke mobil untuk segera ke rumah sakit. Tangis Alma pecah di dalam mobil, dengan suara yang lirih Alma meminta maaf dan mengatakan bahwa dialah yang bersalah. Tara terdiam membisu karena dia memang tidak pernah bisa marah pada sahabatnya itu. Gala yang melihat kekecewaan di mata Tara, hanya bisa diam dan melajukan mobilnya secepat mungkin. Sesekali Tara meringis menahan sakit di punggungnya yang telah dipukul oleh Anand. Tangan dan kaki Tara memar-memar karena membentur lantai paving parkiran, beruntung wajahnya tidak tergores atau memar sedikitpun. Gala bingung apa yang harus dia jelaskan pada tuan dan nyonya Maheswari nanti. Guratan kesedihan terpancar dari wajahnya, kecewa karena dia tidak bisa melindungi wanita yang diam-diam dia cintai.
Hasil rontgen memperlihatkan bahwa tulang punggung Tara tidak mengalami retak. Kaki dan tangannya yang memar telah diobati. Selesai berobat Tara berpisah dengan Alma karena ingin menenangkan diri. Hatinya terluka karena kenyataan yang baru saja dia ketahui, ternyata selama ini dia tidak mengenal dengan baik siapa teman terdekatnya. Tara masih memikirkan bahwa ternyata Aryan punya saudara kembar yang sangat jauh berbeda sifat. Gala memberanikan diri menggenggam tangan Tara, berharap dia mampu menenangkan hati Tara yang bergejolak penuh tanya dan rasa kecewa.
Tara yang menahan rasa sakit hati karena kata-kata yang telah Anand lontarkan, akhirnya menangis juga. Tara memeluk Gala dan bersandar pada dadanya yang bidang, tidak menyadari betapa kencangnya degup jantung Gala karenanya. Di sela isak tangisnya Tara meminta Gala untuk merahasiakan kejadian tadi, dia tak mau memperpanjang masalah hingga kedua orang tuanya tahu akan masalah ini. Tara bisa memberikan alasan bahwa dia terjatuh karena kecerobohannya.
.................
Yuk ditunggu jempolnya, komentarnya dan dukungannya. Terima kasih, matur suwun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!