Hanum Anggraini merupakan anak dari Pak Imam dan Bu Lastri, Hanum seorang gadis cantik berumur 23 tahun yang tinggal didesa harus dijodohkan dengan anak dari sahabat Papanya
Adnan wijaya adalah putra pertama dari Pak Basuki dan Bu Dian. Pak Basuki merupakan sahabat dari Pak Imam, keduanya sama sama berasal dari desa, namun rupanya Pak Basuki lebih beruntung dari Pak Imam. Pak Basuki sukses dikota, namun ia tetaplah orang yang rendah hati. Pak Basuki berniat menjodohkan putra pertamanya dengan putri tunggal sahabatnya tersebut
Pak Imam menerima perjodohan tersebut dengan tangan terbuka, Pak Imam yakin jika sahabatnya tersebut mendidik anaknya dengan baik. Ia berharap jika kelak Putrinya akan hidup bahagia dengan Adnan
Pada awalnya Hanum kurang setuju dengan perjodohan tersebut karena ia merasa masih muda dan bisa menemukan jodohnya sendiri, apa kata orang jika dizaman yang serba modern ini masih berlaku sistem perjodohan
Namun pertahanannya akhirnya runtuh karena kedua orang tuanya menyetujuinya, katanya pilihan orang tua untuk anaknya adalah pilihan yang terbaik bukan? keyakinan itulah yang menjadi pegangan teguh untuk Hanum dalam menjalankan perjodohan tersebut
Lain halnya dengan Adnan Wijaya, laki laki yang berusia 27 tahun dengan wajah dingin dan cueknya tersebut terlihat jauh lebih tenang ketimbang dirinya. Tenang? bukankah itu lebih menakutkan? kita tidak tahu apakah dia menerima atau menolaknya bukan?
"Saya terima nikah dan kawinnya Hanum Anggraini binti Imam Santoso dengan mas kawin seperangkat alat solat dan kalung seberat 15 gram dibayar tunai" ucap Adnan dengan lantangnya saat mengucapkan ijab kabul
"Bagaimana para saksi?"
"Sah?" tanya Pak Penghulu
"Sah" jawab semuanya serempak
"Alhamdulillah" ucap mereka semua hampir bersamaan
Tak terasa pernikahan mereka telah berjalan selama 3 tahun, namun hingga saat ini Hanum belum juga dikaruniahi seorang anak, pasalnya keduanya dinyatakan sehat dalam hal apapun. Baik Hanum, Adnan ataupun keluarga yang lainnya sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kedua orang tua Hanum dan Adnan memaklumi semuanya, toh bukankah mereka telah menjadi anak yang berbakti? mereka mengesampingkan egonya masing masing demi keinginan orang tuanya
"Sayang?....sayang....?" panggil Adnan yang berjalan menuju dapur
"Iyaaa" jawab Hanum yang saat ini tengah memyiapkan sarapan. Hanum dan Adnan memilih tinggal dirumah yang diberikan Pak Basuki sebagai hadiah pernikahan putra pertamanya tersebut
"Kamu masak apa?" tanya Adnan sembari mendudukkan bokongnya dikursi meja makan
"Aku masak nasi uduk" jawab Hanum
"Ohhh" jawab Adnan mangut mangut
"Oiya, nanti kerumah Mama Papa yah" ajak Hanum pada Adnan
"Ngapain?" tanya Adnan sembari menuang air pada gelasnya
"Mau ngasi ini, Mama pasti suka sama nasi uduk" kata Hanum yang saat ini tengah menuang lauk pauk yang tadi dibuatnya kedalam piring
"Oh oke" kata Adnan menyetujui ajakan Istrinya tersebut
"Bapak Ibu kenapa nggak mau tinggal dikota aja sih?" tanya Adnan menatap istrinya lekat lekat
Sungguh beruntung nasibnya karena telah dianugerahi seorang Istri yang cantik dan yang paling penting adalah jago masak, masakannya selalu menambah rasa cintanya pada Hanum
"Yah kan udah hidup didesa sedari kecil, jadi ya udah terbiasa"
"Lagian sih ya menurut aku enakan hidup didesa loh ketimbang dikota" kata Hanum sembari meletakkan nasi uduknya dimeja makan, Adnan terus memperhatikan apa yanh dilakukan oleh Hanum tersebut
"Enaknya apa?"tanya Adnan yang memang tak pernah merasakan bagaimana rasanya hidup didesa
"Disana tuh udaranya masih seger tau mas, terus tuh ya disana tuh banyak ubinya, dan yang paling penting tuh sama pemandangan disawahnya tau mas, seger gitu dilihatnya" jawab Hanum sembari mendudukkan bokongnya dikursi
"Berarti kamu lebih suka disana dong?" tanya Adnan pada Hanum
"He eum" jawab Hanum
"Kamu terpaksa dong disini?" tanya Adnan lagi
"Eh....aku nggak bilang gitu loh ya" kilah Hanum yang kurang setuju dengan perkataan Adnan
"Terus?" tanya Adnan menyernit heran
"Aku sih sekarang udah biasa, kalau dulu sih emang rada rada terpaksa gitu"
"Terbiasa karena terpaksa dong?" sahut Adnan memotong ucapan Istrinya
"Hehehe pinter banget sih nyimpulinnya" ucap Hanum dengan tersenyum menanggapi ucapan Suaminya
"Udah ah, makan dulu nih mas" kata Hanum sembari menyodorkan piring yang telah ia isi dengan nasi dan lauk pauk pada suaminya
"Makasih" ucap Adnan sembari membalas senyuman Istrinya
"Kok aku belum juga hamil ya mas ya?" tanya Hanum disela sela makannya
"Gausah dipikirin, orang nggak buru buru juga" jawab Adnan dengan santainya sembari memotong telur dadar menggunakan sendok makannya
"Tapi juga udah siap loh mas kalau dikasi sekarang" kata Hanum menimpali jawaban suaminya
"Kita banyak banyak doa yah, semoga cepet dikabulin sama Allah" jawab Adnan
"Amiin" kata Hanum mengamini doa suaminya
"Jangan lupa doanya dibarengin sama usaha dong" lanjut Hanum yang masih ingin melanjutkan pembicaraan ini
"Hahahaha awas nanti nggak aku ampun kamu" timpal Adnan dengan diiringi tawa renyah darinya
"Dulu aja kamu nggak mau aku sentuh" lanjutnya lagi geleng geleng kepala mengingat kenangan masa lalunya tersebut
"Eithhhh nggak gitu tau" tolak Hanum
"Aku tuh bukannya nggak mau tapi aku tuh belum siap" kata Hanum membenarkan ucapan suaminya
"Kenapa?" tanya Adnan
"Yaelah....ya bayangin aja kali, kita itu dijodohin jadi ya aku belum siaplah untuk yang itu" jawab Hanum kemudian
"Lagian yah mas, emang mas nggak inget apa gimana dulu sikap mas ke aku?"
"Cuek dingin banget lagi" ucap Hanum geleng geleng kepala, pasalnya dulu ia sempat ragu juga karena sifat Adnan yang? huh....sama sekali nggak ada senyum senyumnya dengannya
"Meskipun aku dijodohin tapi malenya aku langsung siap siap aja tuh" jawab Adnan yang tak mau kalah
"Nahhhhh" kata Hanum mengagetkan Adnan, Bahkan sendok yang tadi dipegangnya kini jatuh dipiringnya hingga menimbulkan bunyi nyaring
"Astagfirullah" kaget Adnan mendengar bunyi sendok yang jatuh diatas piring tersebut
"Kamu apa apaan sih" kesal Adnan
"Ya maap mas, akunya refleks tadi" kata Hanum dengan cengingisannya
"Kenapa sih?" tanya Adnan kemudian
"Berarti kalau cowok tuh bisa ngelakuin itu tanpa cinta dong?" tanya Hanum menatap Adnan tajam
"Eh....ya nggak semuanya juga kali, ada juga yang nggak kok" jawab Adnan kemudian
"Kalau mas gimana?" tanya Hanum kemudian
"Emmmm mas juga nggak tau juga sih, kan Mas baru ngelakuin itu sama kamu doang" jawab Adnan dengan santainya
"Harus sama aku terus sampai nanti" kata Hanum dengan tatapan tajamnya
"Hahaha iya iya sama kamu terus" kata Adnan sembari menjebeng pipi Hanum kekanan kiri
"Tau ah, aku mau siap siap dulu. Mas habisin dulu sarapannya" ucap Hanum yang kemudian langsung berdiri meninggalkan Adnan
Adnan menatap kepergian Hanum dengan perasaan yang hanya ia sendiri yang mengetahuinya. Hari ini Adnan dan Hanum menghabiskan waktu bersama Mama dan Papanya, tak lupa juga mereka menghubungi Bapak dan Ibu Hanum melalui Video Call
Hari ini Adnan harus berangkat kerja setelah menghabiskan hari weekend kemarin bersama Hanum dan juga keluarganya, Wah....kemarin Pak Basuki dan Bu Dian sangat senang dengan kunjungannya
"Mas, bangun udah pagi nih" kata Hanum sembari mengguncang guncang tubuh suaminya tersebut
"Eummm" lenguh Adnan menggeliat pelan, merasa terganggu karena tidurnya telah diusik oleh wanitanya
Hanum merasa kesal karena suaminya tersebut tidak segera bangun, padahal matahari sudah semakin naik ke permukaan. Meskipun Adnan adalah seorang pimpinan tetap saja ia harus memberi contoh kedisiplinan kepada bawahannya
Ada ide yang terlintas dikepala Hanum untuk segera membangunka suaminya tersebut
Cup....cup....cup...cup....cup Hanum menghujani wajah Adnan dengan ciuman bertubi tubi hingga pada akhirnya ada senyum yang terbit dari bibir Adnan
Glek....dengan tiba tiba Adnan menahan tengkuk Hanum dan mencium bibirnya, tidak tidak hanya ciuman tetapi pada akhirnya berubah menjadi *******
Hmmmpppp.....hmmmmppppp.....hmmmmpppp Hanum memukul mukul dada bidang Adnan, nafasnya terasa sudah hampir habis. Pada Akhirnya Adnan pun mengalah dan melepaskan tautan bibirnya dari Hanum
"Ih, Ngeselin banget sih" kesal Hanum sembari memukul dada Adnan lagi, namun sejurus kemudian tangannya dicekal oleh Adnan
"Ayo" kata Adnan ambiku
"Apa?" tanya Hanum yang otaknya belum mengerti kemana arah pembicaraan suaminya tersebut
"Oh....aku udah mandi mas tadi" kata Hanum yang mengira jika Adnan mengajaknya mandi bersama
"Nanti kita mandi bareng lagi" kata Adnan yang kemudian menarik tubuh Hanum kedalam pelukannya, lalu Adnan membalikkan tubuhnya hingga saat ini ia berada diatas tubuh Hanum
"Eh mas mau ngapain?" panik Hanum, walaupun sebenarnya ia sudah tau akan kearah mana adegan ini selanjutnya, namun saat ini hari masih pagi dan Adnan harus segera berangkat kerja bukan
"Ayolah, Mas lagi kepengen banget" jawab Adnan menahan gairahnya
"Terus kerjanya gimana?" tanya Hanum lagi yang belum mengiyakan ajakan suaminya tersebut
"Ah gampang" jawab Adnan yang kemudian menyerang tubuh Hanum
Kamar Hanum dan Adnan pagi ini harus menjadi saksi keganasan Adnan, tak perduli walaupun hari masih sepagi ini untuk melakukan aktivitas suami istri tersebut
Bahkan suara ******* dan erangan pun menggema dikamar tersebut, jika diluar udara masih terasa dingin lain halnya dengan keadaan kamar Hamum dan Adnan ya g temperatur udaranya terasa panas
Adnan menyerang tubuh Hanum hingga 1 jam lamanya, walaupun sebenarnya Adnan merasa masih sangat kurang. Namun ini sudah lebih baiklah sebagai penyemangatnya untuk memulai hari
"Ahhhh" helaan nafas panjang Adnan
"Makasih sayang" ucap Adnan kemudian sembari mengecup dahi Hanum yang nafasnya masih memburu dibawahnya
"He eum" balas Hanum dengan senyuman manisnya
Dan benar perkataan Adnan yang akan menjak Hanum mandi bareng, hari ini keduanya mandi bareng setelah aktivitas ranjang mereka
"Mas mau makan disini apa dibawain bekal?" tanya Hanum sembari memasangkan dasi pada kerah baju Adnan
"Emmm kalau makan disini kayaknya nggak bakalan sempet deh" kata Adnan setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya
"Makanya kalau mau tuh musti tahu waktu" kesal Hanum, eits...hanya kesal dimulut saja, pasalnya hatinya selalu berbunga bunga setelah selesai melakukannya dengan Adnan
"Ya...kan aku nggak tau, orang aku mau nya sekarang"
"Masak harus ditahan sih"
"Lagian nih ya, ini tuh terjadi karena aku selalu menginginkan tubuhmu tau"
"Coba aja kalau aku nggak kerja, bakal aku garap kamu sampai siang" jawab Adnan dengan frontal dan santainya
"Au....au...auh" keluh Adnan saat Hanum mencubit perutnya hingga tercipta rasa pedih
"Ampun ampun" kata Adnan sembari menggeliatkan tubuhnya
"Makanya kalau ngomong tuh jangan seenaknya" kata Hanum yang kemudian melangkahkan kakinya keluat dari kamar
Hanum melangkahkan kakinya menuju meja makan, tentu saja untuk menyiapkan bekal yang nantinya akan dibawa oleh Adnan
Tiba tiba saja ada tangan kekar yang melingkar dipinggangnya, tanpa Hanum menoleh pun tentu saja ia sudah tau siapa pemilik tangan tersebut
"Udah siap?" tanya Adnan dengan nada sensual tepat ditelinga Hanum
"Ih maaas" kesal Hanum dengan bibir yang menyunggingkan senyuman, namun tangannya menyikut perut Adnan dari depan
"Auh, kamu tuh galak banget sih" kesal Adnan, tak lama kemudian senyuman pun melengkung dari bibirnya
"Hahahaha" tawa mereka berdua sama sama pecah, menertawakan kemunafikan mereka yang tampak jelas didepan mata
"Hati hati mas" kata Hanum mengiringi kepergian suaminya dengan senyum lebar, Adnan pun menganggukkan kepalanya dengan senyum yang lebar pula
"Oiya, aku musti belanja nih. Bahan bahan dikulkas udah hampir habis" monolog Hanum
Tut.....tut....tut....suara dering ponsel dari hp milik Adnan, tangannya meraih hpnya yang terletak dibangku kemudi dengan mata yang terus fokus melihat jalan
"Halo" ucap Adnan selepas menekan tombol hijau
"Apa?" kaget Adnan mendengar penuturan orang yang tengah menelponnya tersebut
"Oke oke, aku akan kesana" ucap Adnan yang kemudian mematikan sambungan teleponnya. Ia pun mengambil arah jalan lain dari jalan menuju kantornya
Hanum tak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap siap belanja karena tadi ia sudah mandi, dua kali malah
Hanum mengemudikan kendaraannya dengan tenang, saat tengah fokus menatap jalanan tiba tiba saja matanya menangkap mobil yang tentu saja tak asing untuknya
"Itu kan mobil Mas Adnan?" gumam Hanum sembari memperhatikan terus mobil yang ada didepannya tersebut, memastikan lagi jika itu benar benar mobil milik suaminya
"Bener, tapi kan ini bukan jalan kekantor?" gumam Hanum
"Aku ikutin aja deh, daripada kepo" monolog Hanum dengan senyumannya
Aneh, kenapa mobil Adnan berhenti didepan rumah sakit? Tiba tiba saja mincul perasaan was was dari hati Hanum. Tentu saja ia takut jika ternyata Mas Adnan lah yang tengah sakit
Saat Hanum hendak keluar dari dalam mobilnya....
Deg....dengan siapa Mas Adnan? kenapa bersama dengan seorang perempuan?
"Ke...kenapa mas Adnan dateng bersama dengan wanita hamil?" gumam Hanum dengan mata yang sudah mulai tampak berkaca kaca
Akhirnya Hanum pun mengikuti Adnan dibelakangnya dengan jarak yang cukup jauh, namun ia tetap bisa melihat dnegan jelas gerak gerik suaminya bersama dengan wanita itu
Jelas Adnan dan wanita itu menuju ke ruangan dokter kandungan
"Apa ibu merasakan perutnya kram lagi pak?" tanya seorang suster yang baru muncul dari balik pintu
Deg.....Hanum merasakan jantungnya berdetak dengan cepat, pandangannya terus mengawasi Adnan yang masuk kedalam ruangan dokter kandungan bersama wanita tersebut
"Lagi?" batin Hanum
Dari kata kata lagi tersebut sudah pasti dapat disimpulkan jika suaminya pernah datang kesini dengan wanita tersebut. Entah sekali, dua kali, tiga kali atau bahkan berkali kali
Dengan lemah Hanum memutar balikkan tubuhnya, ia memilih untuk kembali kemobil dengan air mata yang sudah menetes membasahi pipinya
Hiks....hiks....hiksss....tangis Hanum pecah saat sudah berada didalam mobil, pikirannya menerawang terlalu jauh. Yang pasti terlintas diotaknya saat ini hanyalah kemungkinan kemungkinan terburuk tentang hubungan Suaminya dengan wanita tersebut
Pada akhirnya Hanum membatalkan acaranya untuk belanja sayur sayuran, Hanum melajukan mobilnya kembali kerumah dengan hati yang berkecamuk mengiringi perjalanannya
Hanum mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tubuhnya ingin menyalurkan dan meredakan amarahnya dengan mengemudi. Ia bahkan tak segan segan membunyikan klakson berkali kali jika mobil yang berada didepannya tak mau menepi memberinya jalan
Brak....Hanum membanting pintu mobil dengan keras, kemudian langsung berlari kedalam rumah
Hiks....hikss....hikss tangis Hanum kembali pecah dikamarnya, Hanum menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya yang ditekuk. Banyak pikiran berkeliaran diotaknya
"Apakah Adnan selingkuh karena sudah tidak mencintainya lagi?
"Apakah Adnan selingkuh karena ia tidak kunjung hamil?" batin Hanum yang kembali mengingat bahwa wanita yang bersama Adnan tadi dalam kondisi hamil
Apakah? Apakaha? dan masih banyak lagi Apakah yang terlintar dalam otaknya
Hingga kemudian Hanum menyadari dimana saat ini ia tengah duduk, di atas ranjang yang menjadi saksi pergulatannya dengan Adnan, bahkan baru tadi pagi ia melakukannya
Hanum langsung turun dari atas ranjang dan menarik spraynya dengan kuat hingga bantal dan guling yang berada diatasnya berjatuhan dilantai
Aaaaaaaa....teriak Hanum frustasi, entah sejak kapan Hanum tertidur diatas ranjang. Saat ia bangun tiba tiba hari sudah sore. Hanum meraih ponselnya dilihatnya jam dan rupanya 1 setengah jam lagi suaminya akan pulang
Hanum kemudian bergegas untuk mandi dan bersiap siap.Hanum memesan taksi online melalui hp nya
Saat ini Hanum telah duduk dikursi penumpang sebuah taksi, tujuannya kali ini adalah kerumah mertuanya. Saat diperjalanan Hanum teringat akan sesuatu, kemudian ia mengeluarkan Hp nya dari dalam tasnya
"Aku kerumah Mama" pesan singkat Hanum.yang kemudian dikirimkan kepada Adnan. Setelah itu Hanum pun langsung mematikan ponselnya, ia tidak ingin menjawab pertanyaan pertanyaan yang akan keluar dari bibir Adnan
Hampir 30 menit kemudian taksi yang ditumpangi Hanum pun berhenti didepan rumah mertuanya. Hanum pun segera membayar dan masuk kedalam rumah masa kecil suaminya tersebut
"Eh ada Non Hanum, dari rumah non?" tanya seorang pembantu yang bekerja dirumah Adnan
"Iya bik" jawab Hanum, jika biasanya ia akan menjawab dengan tersenyum, namun tidak untuk kali ini. Bibirnya seolah olah terkunci rapat dan tidak mengizinkannya untuk tersenyum
"Loh Hanum? ayo masuk nak" ucap Mama Dian yang sangat senang dengan kedatangan menantunya tersebut. Kenapa raut wajahnya berbedan? ataukah ia tengah bertengkar dengar Adnan?...batin Mama Dian
"Ma Pa, ada yang mau aku omongin" kata Hanum sbari mendudukkan bokongnya disofa ruang keluarganya Bersama ayah mertuanya yang tengah membaca koran
"Ada apa?" tanya Mama Dian
"Nunggu Mas Adnan dulu ma" ucap Hanum
detik demi detik telah berlalu, akhirnya orang yang dinanti nanti kehadirannya datang juga. Saat ini mereka berempat duduk disofa dengan posisi berhadap hadapan
Entah mengapa suasana kali ini nampak tegang, tidak seperti biasanya yang selalu diisi dengan riuh canda tawa. yang membuat suasana tampak mencekam adalah eks0reai wajah Hanum yang terus datar sejak tadi
"Katakanlah, Adnan sudah ada disini" kata Pak Basuki mempersilahkan, Adnan tampak plonga plongo mendengarnya. Kenapa menunggu dirinya?
"Mas Adnan Selingkuh" ucap Hanum dengan satu tarikan nafas, jangan dibayangkan betapa susahnya Hanum mengatakan 3 kata yang sangat menyayat hatinya tersebut
Deg....semuanya tampak terkejut dengan pengakuan Hanum, terutama Adnan yang langsung menoleh kesampingnya. Raut wajahnya sangat tegang kali ini
"Apa yang kau katakan num?" tanya Mama Dian yang maaih tak percaya
"S...sayang" panggil Adnan sembari meraih tangan Hanum, namun langsung ditepis dengan kasar oleh Hanum
"Katakanlah, katakanlah semuanya pada kami" ucap Hanum dengan sinis, rasanya melihat wajah Adnan saja Hanum sudah muak
"Jangan berbohong, aku sudah tau semuanya" desis Hanum
"Apa benar yang dikatakan Hanum Adnan?" tanya Pak Basuki dengan nada tinggi. Adnan langsung menundukkan kepalanya, Menyiapkan mentalnya kuat kuat
"Siapa dia?" tanya Mama Dian
"D..dia, Va...Vanessa" jawab Adnan lirih.
"Va...Vanesaa mantan kamu?" tanya Mama Dian yang dijawabi dengan anggukan kepala lemah oleh Adnan
Pak Basuki langsung berdiri dari posisi duduknya dan memegang kerah Adnan hingga Adnan pun berdiri
Plak......sebuah tamparan mendarat dipipi mulus Adnan dari tangan Papanya
"Paaa" teriak Mama Dian, bagaimanapun juga sebagai seorang ibu ia tidak rela jika anaknya disakiti, walaupun itu adalah Papanya sendiri
"Bagaimana bisa kamu berbuat hal menjijikan tersebut, cepat putuskan dia" kata Pak Basuki dengan tegas
"Wanita itu sedang hamil" ucap Hanum, walaupun hatinya sakit melihat suaminya sendiri diperlakukan seperti itu, tapi lebih sakit lagi atas penghianatan suaminya
"Apaa?" kaget Mama Dian tak percaya, kedua tangannya menutup mulutnya yang menganga lebar
"Kurang ajaarr" gumam Pak Bassuki
"Pa...aku bisa jelasin pa" kata Adnan memohon ampun
"Apa yang mau kamu jelaskan" desis Pak Basuki, bahkan pandangannya kini menatap Adnan dengan nyalang
Adnan berusaha bangkit sendirian , kemudian duduk disofa bersebelahan dengan Hanum. Namun, Hanum sama sekali tidak menoleh menatap Adnan
"Katakanlah" kata Pak Basuki
"Itu bukan anakku" ucap Adnan, semuanya pun langsung menatap Adnan tak terkecuali dengan Hanum
"Maksud kamu?" tanya Mama Dian yang ingin penjelasan lebih lanjut
"Saat ini Vanessa hendak bunuh diri karena laki laki yang menghamilinya pergi dan tak bertanggung jawab" kata Adnan memulai ceritanya
"Apa?" Mama Dian cukup terkejut dengan kata kata hampir bunuh diri yang keluar dari bibir Adnan
"Iya, jadi waktu itu kebetulan aku lewat dan menolongnya"
"Pertama tama Vanessa mengamuk, tak mau cerita"
"Hingga pada akhirnya Vanessa pun bercerita" kata Adnan, semuanya hanya menyimak cerita Adnan tanpa ingin memotongnya terlebih dahulu
"Vanessa hanya ingin bayinya memiliki status yang jelas, jadi ak...aku menikahinya" lirih Adnan
"Apa?" kaget semuanya, terlebih lagi dengan Hanum bahkan air manatanya langsung menetes setelah mendengar jata kata menyakitkan tersebut
"I...ini nggak seperti pikiran kamu" kata Adnan yang langsung menggenggam tangan Hanum
"lalu? apa kamu pikir aku tidak tau apa arti dari menikah" sinis Hanum, tes....air matanya pun kembali turun lagi
"Kamu memalukan " desis Pak Basuki
"Pa, bagaimana bisa aku membiarkan Vanessa bunuh diri pa" sanggah Adnan
"Rupanya kamu masih mencintainya" desis Hanum, walaupun ia sendiri tak tau bagaimana rupa Vanessa tersebut
"Tidak, ini tidak seperti yang kamu pikirkan" tolak Adnan
"Kami hanya menikah siri satu bulan yang lalu, karena aku mencari waktu yang tepat untuk bicara denganmu" lanjut Adan, sekalian saja ia menceritakan semuanya. Toh....keluarganya juga sudah tau, untuk apa berbohong padahal kenyataannya sudah jelas didepan mata
"Kau bahkan menikahinya diam diam" lirih Hanum
"Ini hanya untuk menyelamatkan anak Vanessa yang tak bersalah num"
"Pernikahan kami hanya formalitas saja"
"Bahkan aku meninggalkannya dimalam pertama kami, aku selalu ada bersamamu num" kata Adnan mencoba meyakinkan hanum
"Apa malam pertama kalian sangat penting" desis Hanum
Pak Basuki dan Mama Dian hanya menyimak saja bagaimana cara Adnan mengatasi masalah yang ditimbulkannya
"Bukan begitu num maksudku, apakah aku salah? aku hanya berniat membantunya" lirih Adnan
"Aku melakukan ini karena terpaksa num, bahkan aku tidak pernah meninggalkanmu demi malam bersamanya" lanjut Adnan kemudian
"Aku tidak perduli" desis Hanum
"Ma, Pa? aku harua bagaimana? saat itu aku kacau, aku tidak tega melihat keadaan Vanessa. Maafkan aku yang telah menyembunyikan semuanya"
"Tapi aku sangat mencintai Hanum pa, tidak ada rasa cintaku untuk Vanessa" teriak Adnan frustasi, ia merasa lelah karena terus dipojokkan
"Aku hanya merasa kasian kepadanya" lirih Adnan lagi
"Lalu bagaimana kelanjutannya menurutmu?" tanya Pak Basuki, ia sedikit sedikit mulai mengerti perasaan anaknya tersebut
"Aku berniat menikahinya secara hukum, sudah terlanjut sejauh ini"
"Vanessa dan keluarganya juga tidak ingin menuntut apapun dariku" ucap Adnan kemudian
"Kau bahkan sudah merencanakannya" sinis Hanum tak percaya
"Num, mengertilah. Maafkan aku yang sudah membohongimu, tapi ini audah terlanjur" kata Adnan menghiba
"Vanessa hanya ingin status anaknya jelas" lanjut Adnan
"Bagaimana kedepannya?" tanya Hanum
"Vanessa dan keluarganya akan menjelaskan yang sesungguhnya kepada anaknya kelak, mereka tidak akan menuntut apa apa dariku. Hanya sampai anaknya lahir" kata Adnan menjelaskan
"Semua keputusan ada ditangan Hanum" kata Pak Basuki yang kemudian meninggalkan anak dan menantunya diikuti oleh Bu Dian
"Num, ku mohon pengertianmu"
"Demi anak yang dikandungannya" lirih Adnan, kini keputusannya adalah keputusan yang diambil oleh Hanum
Sesama wanita tentu saja Hanum sedikit banyak memahami kondisi bagaimana wanita itu dan posisi suaminya yang hanya sebatas sikap kemanusiaan
Walaupun hatinya terasa perih dan tak sanggup, pada akhirnya Hanum mengizinkan pernikahan suaminya tersebut. Toh....hanya sampai anak dalam kandungan wanita itu lahir, Hanum juga percaya atas kesetiaan suaminya. Toh....sejauh ini Adnan tidak pernah menyakitinya kecuali hari ini
Semuanya sudah beres, Adnan juga sudah memberitahukan kepada mertuanya dikampung, walaupun pada awalnya orang tua Hanum murka, namun Adnan dengan teguh meyakinkan jika pernikahan antara ia dan Hanum akan baik baik saja. Toh....Adnan juga akan mengutamakan Hanum ketimbang Vanessa
"Saya terima nikah dan kawinnya Vanessa binti Rahmat dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap Adnan dengan satu tarikan nafa
Pernikahan seindah bulan Purnama yang selalu dibayangkan Hanum, kini harus terbelah dengan kehadiran wanita lain atas dasar kemanusiaan. Air matanya tak berhenti menetes mengiringi pernikahan Suaminya yang hanya diadakan sederhana yang penting sah dimata hukum saja
"Maafkan aku" lirih Adnan berlutut dihadapan Hanum, Adnan bahkan meninggalkan malam pertamanya dan memilih untuk datang kekamar Hanum
"Semoga kamu bisa menepati janji kamu" lirih Hanum diiringi air mata yang jatuh membasahi pipinya
"Tentu" Kata Adnan dengan mantap dan menghapus air mata Hanum dengan tangannya
Malam yang seharusnya dilewati Adnan bersama dengan Vanessa kini malah dihabiskan Adnan dengan Hanum, Istrin tercintanya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!