Semua orang yang di ruangan tersebut menatap sendu pada lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Kedua tangannya di genggam oleh tangan mungil seorang gadis.
"Papah.... Papa cepat sembuhya, Dita kangen kumpul kumpul bareng sama Papah lagi."
Arya menatap putrinya lembut "Nak, Papah punya satu permintaan buat kamu."
Dahi Dita menyerengit. Gadis itu balik menatap Papahnya "Apa itu Pah ?"
" Papah mau kamu menikah dengan anak dari teman Papah "
Genggaman Dita pada tangan Papahnya mengendur seketika. Dia terkejut bukan main saat Papahnya meminta dia untuk menikah, apalagi di usianya yang masih 17 tahun, dan ia masih duduk di bangku kelas 11 SMA. Hal tersebut jelas membuatnya berpikir keras bagaimana menjawab permintaan papanya. Hal itu juga terlihat mustahil di umurnya yang masih terlalu muda ini. Namun, ketika dirinya melihat kondisi papanya yang kritis, Dita tidak sanggup untuk menolak keinginan Papahnya. Ia tak tega melihat kondisi Papanya.
"Iya, Pah. Dita mau nikah sama anak temennya Papah" gadis itu menjawab pasrah
Arya menatap anaknya dengan penuh binar. Hatinya terasa amat senang. Ia lega jika suatu hari ia akan meninggalkan gadis itu. dita sudah punya penjaga.
" Ya udah, nanti kamu serahkan amplop ini ke alamat yang ada di sampul amplop "
Dita menerima amplop yang di berikan papanya. " Iya pah, nanti sore Dita serahkan amplopnya ke temen Papah. "
---
Dita berjalan menelusuri jalan setapak, sambil mengamati satu persatu nomor rumah yang ada di perkomplekan mewah tersebut.
*B*ugh.
Dita jatuh tersungkur ke depan, kakinya tersandung batu yang ada di sisi kanan jalan.
" Aduh, sial banget sih gue hari ini. Udah di suruh nikah sama orang yang nggak jelas, jatuh lagi " Dita menggerutu sebal. Hari yang menyebalkan.
Sementara itu, dari jarak kurang dari 5 mater, Arkan, melihat teman sekelasnya Dita. Gadis tersebut terjatuh katena tersandung batu. Ia setengah berlari menghampiri Dita yang terjatuh.
" Ehh..... Dit, sini gue bantuin bangun "
Arkan mengulurkan tangan kananya pada Dita. Tanpa pikir panjang, Dita langsung menggapai tangan tersebut. Ia sedikit meringis karena lukanya ternyata ia terluka dan mengeluarkan darah.
"Lo ngapain di sini Dit ? Perasaan rumah lo nggak disini deh ?" Arkan menatap heran pada Dita.
"Gue mau nyerahin amplop titipan bokap gue buat temannnya, ini gue lagi cari rumahnya "
"Emang rumahnya nomer berapa" Arkan bertanya, bermaksud untuk membantu dita menemukan alamat yang di carinya.
" Complek B nomer 25 Ar , kamu tau nggak rumahnya"
"Kayaknya gue tau, deh. Gue anterin ya "
" Iya, deh. makasih" Matanya berbinar. Akhirnya ada pahlawan yang menolongnya.
Dita dan Arkan berjalan berdampingan sambil berbincang bincang ringan. Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai pada rumah yang di tuju.
" Eh, Dit, kayaknya udah sampai deh. Gue balik dulu ya ? "
" Iya Kan, makasih ya udah mau nganterin gue, sama tadi mau nolongin gue "
" Iya sama sama Dit, sesama teman emang harus saling membantu. Emm ya udah ya, gue balik. Daaa....... "
" iya, dahh, Arkan " Ucap Dita sambil melambaikan tangan pada Arkhan yang telah berjalan menjauh.
Dita ragu untuk mengetuk pintu yang ada di depannya. Ia takut akan respon yang ia dapat dari orang orang yang ada di rumah tersebut. Namun apa daya ia tadi sudah menyanggupi permintan ayahnya, jadi ia harus berani.
*t*ok tok tok
" Assalamu'alaikum," terdengar derap kaki berjalan mendekat menuju pintu. Tiba tiba kenop pintu di putar dari dalam sehingga pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki tua seumuran ayahnya. dita tebak, laki laki inilah yang akan jadi ayah mertuanya kelak.
"Wa'alaikum salam. Iya ada apa ya nak ? mau, cari siapa ?"
" Ini saya Anandita putri dari bapak Arya. Saya di suruh Papah saya untuk mengantarkan amplop ini pada Om"
" Oooohhh... iya. Kamu mau mampir dulu nak, masuk kedalam, mumpung belum malam banget. Nanti om kenalin sama anak om"
" Ndak usah Om, ini saya mau langsung aja. Soalnya saya mau ke rumah sakit dulu, Papah saya sakit "
" Apa Arya sakit. Sakit apa dia? kok, saya nggak tau! " Surya syok, mendengar kabar temannya setelah hampir 1 tahun tidak bertemu.
" Papah sakit jantung om."
" Oooo... di rumah sakit mana, nanti insyaallah Om datang ke sana "
" Di rumah sakit Kasih Ibu Om. Ya udah Om saya pamit dulu, Assalamu'alaikum "
Gadis itu berjalan menjauhi rumah itu menuju rumah sakit. pikirannya masih berkecamuk mengenai banyak hal.
---
JANGAN LUPA LIKE SAMA KOMENNYA YA GAISS :')
Dita berjalan gontai menyusuri koridor sekolahnya. Ia lelah setelah semalaman menjaga Ayahnya, rasanya ia ingin segera tidur di bangku favoritnya, sambil mendengarkan musik.
Dari kejauhan Dea melihat sahabatnya berjalan, gadis itu lalu berteriak " HOI... DITA TUNGGUIN GUE DONG "
Dita hafal betul itu suara siapa. Dapat dipastikan bahwa itu suara sahabatnya. Dita mengabaikan panggilan tersebut dan memilih untuk melanjutkan perjalanannya yang tertunda.
Dea melihat respon sahabatnya itu memilih untuk berlari mengejar sahabatnya. Dea berdecak sebal, diabaikan begitu saja. Dita pikir di abaikan enak. Diabaikan itu sakit.
"Ihh... Dita di pangil malah diemm. Sakit tau Ditt hati dedek " Dita menatap sahabatnya.
" Lo kenapa sih kalau pagi pagi tu nggak usah teriak teriak,dan lagi nggak usah alay, jijik gue liatnya" Dita menatap sebal ke arah sahabatnya.
"Ya biasa aja kali buuu, orang gue cuma manggil juga"
Dita dan Dea berjalan menyusuri koridor bersama." Eh, Dit. lo nggak nungguin bokap lo di rumah sakit? "
"Nggak, bokap gue di tunggu sama tante ma adik sepupu gue, gantian. Gue juga masih butuh sekolah" Dea yang mendengar hal tersebut hanya ber oo ria, tanpa sadar mereka telah berjalam sampai di depan kelas mereka.
Dita langsung menuju ke bangkunya dan meletakkan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya. Ia merasa sungguh lelah dan mengantuk, tiba tiba Arkan, teman sekelasnya dan juga ketua geng ASPALT menghampirinya "Dit..".
Dita yang merasa namanya di panggil pun mendongakkan wajahnya. Ia kaget bahwa seorang Arkan menghampirinya. "apa Kan?" tanya dita canggung. Ia jarang sekali bebincang dengan laki laki itu.
"Gimana kaki lo, kemarin. Udah sembuh belum? " tanya Arkan yang sedikit khawatir dengan keadaan kaki Dita, pasalnya ia diam diam menyukai Dita dengan segala ke sederhanaan yang dimiliki gadis tersebut. "Ooohhh, kaki gue udah nggak papa kok Kan, udah gue obatin kemarin "
"ooo ya udah. BTW lo mau nggak ke kantin bareng gue mumpung masih pagi "
Dita sebenarnya sangat ingin ke kantin namun mata nya yang mengantuk tak bisa di ajak kompromi. Ia ingin tidur dengan tenang "Makasih Kan tawarannya, tapi maaf gue ngantuk bangen mau tidur aja di kelas " Arkan sedikit kecewa dengan jawaban Dita, namun ia tetap berusaha bersikap biasa. Akhirnya Arkan memutuskan ke kantin bersama sahabat sahabatnya.
---
" Mah, Pah Dika berangkat sekolah dulu ya " Dika berjalan mendekatin kedua orang tuanya . Ia menyalimi keduanya, tak lupa mamanya memberi kecupan di dahi anaknya " Hati hati di jalan bang, jangan ngebut ngebut naik motornya!"
" Iya maa"
Andika berjalan menuju motor sport hitam nya dan lalu menggenakan helm full facenya. Ia mulai menghidupkan mesin melajukan motornya membelah jalan yang di lewati, tak sampai setengah jam ia telah sampai di parkiran sekolah. Tak jauh dari motornya berheti ia melihat seorang gadis berjalan gontai, menurutnya gadis tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Gadis yang terasa familiar juga menarik.
"Eh bos, liatin apa lo? kok fokus banget ?" ucap Gilang sambil menepuk pelan pundak dika. Dika yang mendapat perlakuan tersebut hanya menatap datar pada sahabatnya. " Yahh... kacang lagi kacang lagi. bos mahh gitu!"
Kuping Dika panas mendengar sahabatnya mengoceh pagi-pagi.
" Lo..." kata Dika sambil menunjuk Gilang
" Bisa diem nggak, gue mau ke kelas" Gilang menatap sebal ke arah Dika, pasalnya temannya itu selalu bermuka datar, kalau nggak ya marah marah, jarang banget ngomong yang berfaedah, tapi kalau udah di organisasi OSIS Dika akan banyak banget ngomong walaupun dengan wajah khas nya, datar. "Ya udah, ya udah, ayok kita ke kelas"
Sampai nya di kelas tiba tiba hanphone dika berbunyi. Layar hp tersebut menampilkan panggilan dari mamanya. Dika langsung mengangkat panggilan tersebut.
"dika nanti habis pulang sekolah langsung pulang ya soalnya kamu harus ikut mama sama papa jenguk teman papa "
Dika mendengus mendengar permintaan mama nya " iya ma"
"ya udah kamu nggak ada rapat kan nanti"
"ndak ma " Dika meletakkan hpnya. Dan memilih untuk duduk di bangkunya. Ia berpikir sembentar. Tak biasanya mamanya itu mengajaknya berkunjung. Entahlah, ngapain juga dipikirin.
-----
JANGAN LUPA LIKE SAMA KOMENNANNYA YA GAIIISS
SALAMM LOVE YOU DARI PENULIS
TOK TOK TOK
Dita mendengar pintu rumah sakit di ketuk dari luar, ia berjalan menuju pintu tersebut, bermaksud untuk membukanya. Betapa terkejutnya ia, ketika ia membukakan pintu dan mengetahui siapa yang datang.
Matanya tak bisa beralih dari sosok laki laki dihadapannya. Ia amat kenal dengan laki laki itu. Laki laki yang di incar seluruh kaum hawa yang ada di sekolahnya. Laki laki yang di gosipin dingin banget kalau sama cewek. Laki laki paling susah hatinya buat di dapetin sama cewek. Intinya laki laki di depannya itu laki laki yang most wanted lah di sekolahnya. Laki laki yang mustahil Dita dapatkan. mustahil juga buat dia dekat. nah ini sekarang tanpa di duka laki laki itu berdiri di depan ruang inap ayahnya. what that's ?
Dita terkejut melihat laki laki itu. gadis itu tak bisa bersuara. Ia mematung di tempatnya. Sampai sebuah deheman menyadarkannnya dari keterkejutan.
Ekhemmm
“Boleh masuk nak Dita?“ Tanya pak Surya pelan pelan.
“Bolehh Om, silahkan “ Dita menyilahkan keluarga pak Surya untuk masuk kamar inap Papahnya.
Senyuman Arya mengembang ketika mengetahui sahabat yang di nanti akhirnya datang. Ia tahu betul apa maksud kedatangan keluarga surya ke kamar inapnya.
Surya berjalan mendekati ranjang Arya. Sedangkan Andika dengan mamanya, Nikita, memilih untuk duduk di sofa yang di sediakan. Dan Dita, kalian tahu dia duduk dimana?.
Yups.. Dita duduk di samping Andika. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia salting dengan posisi seperti ini. Rasanya ingin sekali keluar dari ruangan ini. Tapi apa daya. Ia tak mau di bilang gadis tak sopan.
“ Gimana kabar kamu sekarang ?“ tanya Surya pada Arya
“ Alhamdulillah, sekarang udah semakin membaik.”
“ Ooo alhamudullilah kalau gitu. Oh ya, saya sekeluarga kesini bukan hanya untuk
menjengukmu saja, kami kesini juga mau melanjutkan pembahasan perjodohan anak
kita.” Mata Dita membelalak seketika mendengar kata kata yang di ucapkan Surya. Dadanya bergemuruh. Bagaimana ia harus bersanding dengan laki laki yang menjadi incaran banyak cewek. Bisa mampus dia nanti.
“Ooo ya bagus kalau gitu, sekalian nentuin tanggal nikahnya kapan” kata Arya antusias sambil menatap pada putrinya. “Kalau saya sih, sebenarnya udah nentuin kapan waktunya. Sekarang tinggal nunggu persetujuan dari kamu”
“Kalau saya setuju sama usul kamu, lebih cepat lebih baik. gak sabar punya cucu. Emang kamu nentuin kapan tanggal mereka nikahnya?" Papa Dita tekekeh mendengar ucapnnya surya. Tapi tidak dengan Dika dan Dita. Mereka hanya diam.
“Kalau aku pengennya satu minggu dari sekarang “ semua mata yang ada di ruangan itu membelalak seketika mendengat perkataan dari Surya. Dan Dita dia melempar pandang pada Dika. Namun yang dilihatnya hanya menatap datar kepadanya.
“PAHH!!!..”
“Cukup Dita. Itu udah jadi keputusan diri Papah, kamu nggak bisa menolaknya!”
“TAPI PAH!!!….” Namun sanggahannya tak di dengar sama sekali. Kecewa rasanya jika ia harus segera menikah.
“Ya udah kalau gitu, kamu ajak Dita keluar dulu ya Dik, Papah sama Mama mau bicara sama Om Arya “
“Hmm” Jawab Dika datar.
---
Dika melangkah keluar ruangan di ikuti Dita di belakangnya, mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Tidak ada percakapan di antara keduanya, hingga langkah mereka terhenti di taman rumah sakit . “Duduk” dahi Dita mengernyit mendengar perintah Dika.
“Maksudnya kak ?” ia tak mengerti dengan omongan kakak kelasnya yang irit ngomong itu.
Dika mendengus ”duduk di sini!“ sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya. Keduanya berdiam beberapa saat hingga terdengar suara Dika “ gua tadi nggak nolak perjodohan ini karena gue yakin sekeras apapun gue nolak perjodohan ini bakal tetap terjadi.” papar laki laki itu
Dengan mata berkaca kaca Dita berkata “ gue itu nggak cantik, nggak famous, nggak pinter dan pernikahan itu bakal di laksanain tuju hari lagi, gue belum siap . Gue masih pengen hangout hangout sama temen temen masih mau kumpul sama mereka, gue belum ada pikiran untuk berumah tangga. Kenapa nggak kakak tolak aja sih." Dita mengacak rambutnya frustasi
Sedangkan Dika, ia menatap Dita datar “ mungkin ini yang terbaik buat kita. Kalaupun gue nolak. yang namanya jodoh pasti tetep bersatu"
mendengar jawaban dari Dika, membuat Dita bungkam. Ia memilih meninggalkannya sendirian di taman. Ia tak tau ke mana arah pikiran laki laki itu. Aneh sekali. Ngapain juga bawa bawa kata jodoh. Kayak dika tau aja kalau dita itu beneran jodohnya.
Dika merenungkan pilihannnya untuk tak menolak perjodohan ini, akankah ia bahagia dengan perjodohannya. Dika tak terlalu peduli. Yang jelas laki laki itu menerimanya karena memang hatinya telah tertarik pada Dita sejak awal. Walau pun belum ada kata cinta atau perasaan cinta di hati Dika. Ia akan belajar untuk mencintai. membuka hatinya untuk masa depan.
Dita berjalan meningggalkan Dika sendiri di taman. Dalam langkahnya yang tak tentu arah gadis itu memikirkan akan jadi seperti apa dirinya, jika harus bersanding dengan seorang most wanted di sekolah. Pasti ia akan jadi perbincangan hangat.
Dita risih dengan itu semua.
SANGAT!!!!
---.
JANGAN LUPA LIKE SAMA COMENT YA GAIS :')
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!