NovelToon NovelToon

Not A Dream Marriage

Bagian 1 (HAPPY ANNIVERSARY, cinta)

“Aaaaaaaaaaaa,” teriakan Salsa menggema menjadi pembuka pagi yang tidak cukup indah untuk penghuni rumah lainnya.

Salsa hanya mampu tersenyum sendiri sambil melihat rangkaian mawar yang sudah terpampang di taman persis samping kamarnya. Kejutan yang tak pernah dia pikirkan. Terdapat satu tulisan berukuran lumayan besar berkibar bersama dengan rangkaian puluhan bunga mawar.

HAPPY ANNIVERSARY Caa, LOVE YOU.

Salsa sigap mengambil ponselnya sibuk memotret rangkaian bunga mawar dan mengetikkan pesan kepada si pembuat ulah pagi ini.

[“TRIMS JAAAAAA.”] Chatnya dengan penuh emoji hati.

Pintu kamar Salsa terbuka, terlihat seorang lelaki tampan dengan wajah khas bangun tidur memasuki kamar yang pintunya telah dia buka.

“Ada apaan si Ca? pagi-pagi udah teriak ganggu orang tidur aja dah lu.” Bang Sam masuk tanpa permisi memastikan apa yang terjadi oleh adik bungsunya.

Dengan penuh rona malu dan senyum Salsa menunjuk ke arah jendela kamarnya.

Bang Sam hanya menatap malas. Dia pikir adiknya melihat hantu kesiangan yang telat mau pulang karena sudah adzan subuh.

“Ohh jadi lu udah liat itu, gue pikir ada setan apa yang merasukimu sampe lu teriak pagi-pagi begini,” ujar bang Sam terkekeh sambil menirukan gerakan yang sedang viral di dunia maya itu.

Salsa hanya melotot jijik melihat kelakuan absurd abangnya, lalu mengusir Sam untuk keluar dari kamarnya. Salsa mendorong tubuh Sam keluar hingga terjungkal ke lantai.

“Aduhhh Caaaaaa sakit.”

Salsa hanya tertawa tidak memperdulikan teriakan Sam sama sekali. Ditutup pintu kamarnya rapat-rapat tak ingin ada orang lain mengganggu dirinya yang sedang menikmati kebahagiaan di awal pagi yang dia terima.

“AWASSS LU YAA CAAA KELUAR GUE JITAK.”

Suara bang Sam masih terdengar nyaring dari balik pintu.

Triing... triing...

Bunyi chat masuk pada ponsel membuyarkan lamunan indah seseorang disebrang sana.

“Gimana yah ekspresinya saat ini? Semoga saja dia suka.”

Di ruang makan.

Keluarga Joni sedang menikmati santapan sederhana sarapan mereka. Itu sudah menjadi aktivitas pagi yang rutin bagi keluarga mereka sebelum pergi melanjutkan aktivitas di luar masing-masing. Salsa yang sedang asyik memakan potongan sandwich menghentikan kunyahannya melirik gawai yang bergetar di sisi kanan.

[“Maaf Ca, aku tidak bisa jemput kamu pulang kuliah hari ini. Aku sibuk banget. Aku tunggu kamu nanti jam 7 malam dicafe xx. Aku juga sudah meminta izin sama mamah dan papah kamu. Dandan yang cantik yah Ca, Jangan lupa dipakai! Love u hunny.”]

Salsa menaikkan sebelah alisnya. Mencoba mencerna kembali maksud dari pesan singkat yang Reza kirim.

Jangan lupa dipakai? Emang dia ngasih apa?

Belum sempat Salsa membalasnya, satu chat kembali masuk memenuhi layar ponselnya.

[“Keluar Ca, sekarang!”]

Salsa menurut saja mengikuti intruksi dari Reza, dia buru-buru keluar menuju pintu rumah. Baru saja membuka pintu di lihatnya seorang laki-laki mengenakan topi dengan seragam rapih membawa sebuah kotak dan selembar kertas.

“Selamat pagi, Mbak Salsabila yah? Ini ada kiriman untuk Mbak. Silahkan tanda tangan disini Mbak!”

Salsa hanya mengangguk dan memberikan secarik kertas tanda terima yang sudah ia tanda tangani kepada kurir tersebut.

Masih dengan kebingungan Salsa menerima kotak besar berwarna kuning, warna kesukaannya dan membawanya masuk kedalam.

Mamah yang melihat putrinya membawa sebuah kotak menjadi penasaran siapa pagi-pagi yang sudah mengantarkan kiriman.

“Dari siapa Ca?” tanya mamah.

“Paling dari Eza mah, dari siapa lagi yahkan?” Sam yang menjawab sambil mengunyah nasi goreng yang sudah memenuhi mulutnya.

“Makan dulu baru ngemeng,” timpal Salsa sambil terkekeh melihat kelakuan abangnya yang seperti anak kecil. Kelakuan abangnya benar-benar absurd. Tidak menyangka kalau abangnya dari dulu benar-benar tidak pernah berubah. Menurut Salsa otak abangnya sedikit geser.

“Eh udah jangan berteman nanti berantem," lagi-lagi papah menengahi sambil tertawa melihat kelakuan kedua anaknya. Pak Joni sama saja dengan Sam, kelakuan mereka tak jauh berbeda. Meskipun pak Joni terkesan tegas tapi tetap ada sisi humoris dan absurd yang tak bisa dijelaskan.

Salsa membuka percakapan perihal permintaan izin Reza kepada kedua orang tuanya. Mereka mengizinkan asalkan Salsa dapat menjaga diri sebaik mungkin. Karena orang tua Salsa sangat percaya kepada Reza yang tidak akan berbuat hal buruk pada putri bungsunya.

“Asyiiiikkkkk.”

Riang gembira hati Salsa hari ini. Setelah selesai sarapan Salsa berpamitan ke Kampus dan menaruh kotak kuningnya tanpa melihat isinya terlebih dahulu.

Setelah ojek online yang dipesan Salsa datang mereka melaju meninggalkan halaman rumahnya. Terlihat pengemudi mobil sedan berwarna putih sedang tersenyum tenang didalamnya.

******

Jarum jam tangan sudah menunjukan pukul 11.30 malam.

Seorang pria masih mematung didepan mobil sedan putihnya tatapannya masih tertuju kepada salah satu ruangan disebuah rumah.

“Sudah semalam ini, kenapa lampunya masih menyala?”

Tak lama lampu diruangan yang diperhatikan sejak tadi oleh pria itu pun padam.

“Cepat persiapkan segalanya!” Pria itu tersenyum tenang sambil menunggu yang ditunggunya datang.

“Gue udah didepan, gue mau bicara sesuatu ke elo." Pria itupun mulai menjelaskan maksud dan tujuannya kepada seseorang yang dia hubungi lewat panggilan telepon.

“Pastikan dia jangan sampai tau semua kejutan ini dari gue.” Pesan pria tampan yang terkesan dingin itu.

Bagian 2 (PERSIAPAN DINNER)

Ojek online yang ditumpangi oleh Salsa telah membawanya sampai pada tujuan, Kampus xx.

Salsa berjalan menyusuri koridor Kampus, ia menoleh kebelakang merasa ada seseorang yang memanggilnya.

“Caaaaaaaaa, tungguuuuuuuu gueeeeee!” teriak Anna cempreng.

Salsa menengok kebelakang sambil menutup kupingnya, suara Anna sangat tidak enak didengar sampai membuat mahasiswa lain yang berada di koridor ikut menatapnya aneh.

“Caaa, lu jalannya cepet amat sih. Masih pagi Ca, udah kaya dikejar setoran aja lu.” Gerutu Anna.

“Emang iya gue lagi ngejar setoran," jawab Salsa.

“Hah, setoran apaan Ca?”

“Setoran pagi, mau ikut?” Salsa menjawabnya tertawa dan membelokkan badannya menuju arah toilet.

“CAAAAAAAAAAA” Anna kembali berteriak.

Sambil menunggu Salsa yang sedang setoran pagi Anna duduk di bawah rindangnya pepohonan, mendengarkan playlist lagu favoritnya sampai akhirnya matanya melotot kaget menatap seseorang di sebrang koridor kampusnya.

Whaattt? Apa gue lagi mimpi yah?

Anna mengucek matanya berkali-kali berharap kalau apa yang dilihatnya ini hanya halusinasi. Dia kembali menatap ke seberang koridor tapi sosok yang dicarinya sudah tidak ada entah kemana menghilangnya.

Saat sedang menyelidiki sekitar tiba-tiba saja.........

“Dooorrrrrrrrrrrrrr.” Salsa mengejutkan Anna dari belakang sambil tertawa terpingkal-pingkal melihat Anna yang terperanjat. Anna melompat kaget, Salsa benar-benar keterlaluan pagi-pagi sudah membuatnya olahraga jantung.

“Ngapain sih? mendelik-mendelik begitu udeh kaya Pol PP nyari banci ngumpet.”

Salsa melihat Anna yang nampak mencari-cari sesuatu. Matanya masih tertuju pada koridor seberang.

Ah, masa iya pagi-pagi gue udah halu? Anna meyakinkan kembali bahwa memang matanya masih normal. Tidak salah lagi itu pasti dia.

“Iya tadi gue ngeliat, hmmm---”

Tiba-tiba saja Anna mengurungkan niatnya berbicara kepada Salsa.

“Liat apa Ann? Jangan bikin gue penasaran deh”

Anna kembali menarik kembali kata-kata yang ingin ia sampaikan kepada Salsa. Semua sudah menjadi masa lalu memilih untuk membiarkan adalah cara yang tepat untuk tidak mengungkit luka. Anna mengalihkan topik pembicaraan mereka, persiapan pembuatan tugas akhir. Anna mengajak Salsa menuju kelas, ia tidak ingin pikirannya semakin membuat dirinya penasaran.

Jam belajar kuliah telah usai, dua sejoli ini masih asyik merapihkan beberapa tumpukan buku dikelas.

“An, gue ikut nebeng ama lu yah baliknya. Eja kaga jemput gue hari ini karna dia banyak kerjaan di kantor dan gue mesti pulang buru-buru untuk persiapan dinner nanti malem sama Eja.”

Dinner berarti makan malam romantis. Membuat jiwa jomblo Anna menjadi iri meronta-ronta. Seandainya saja dia tak punya komitmen mungkin ia telah ingkar pada prinsipnya untuk tidak menjalin hubungan dengan pria manapun sampai ia menyelesaikan pendidikannya. Tak apa menjadi jomblo adalah sebuah pilihan.

“Lah elu giliran dinner kagak ngajak gue. Pokoknya gue gak mau tahu nanti traktir gue juga yah buat pajak annive."

Anna meminta upah untuk hari ini. Tidak masalah baginya menikmati hari-hari tanpa seorang kekasih asal masih ada Salsa yang selalu setia menemani. Salsa menyetujui keinginan sahabatnya, bukan hal sulit mentraktir Anna.

Mereka bergegas pulang dan sesampainya diparkiran mata Anna memandang takjub pada sebuah mobil sedan putih yang terparkir tepat di samping motor Anna.

“Wuihh ini mobil kinclong bener, pasti yang punyanya juga ganteng,” ujar Anna masih dengan tatapan penuh takjub melihat mobil sedan putih yang memang terlihat mengkilat itu, Anna mematut dirinya didepan kaca mobil dengan percaya dirinya.

“Halah belum tentu siapa tau....”

Belum sempat Salsa menyelesaikan omongannya tiba-tiba saja kaca mobil sedan itu terbuka.

Anna langsung kikuk dan mukanya merah padam menahan malu karena sedang asyik ngaca tiba-tiba kaca mobil terbuka dan ada orangnya pula didalam.

“Ehhhh, maap pak maap.” Anna men-starter motor miliknya, disusul oleh Salsa yang langsung duduk di belakang Anna. Anna segera menarik gas motornya untuk meninggalkan parkiran.

Disepanjang perjalanan Salsa tidak mampu menahan gelak tawanya karena terus terbayang bagaimana ekspresi Anna yang terkejut dan malu.

Terlebih sosok pria yang didalam jauh dari ekspetasi yang Anna sudah bicarakan. Tak terbayang ketika kaca jendela mobil terbuka yang terlihat bukan pria tampan melainkan pria gundul yang kepalanya bersinar terang dan berwajah sangar, sungguh malang sekali nasibmu Anna.

Lagi, lagi dan lagi sosok pria dibalik pohon tersenyum sambil memegang ponselnya melihat kejadian yang menggelitik diparkiran.

Ulahnya telah berhasil. Membuat dua sejoli terbirit-birit meninggalkan parkiran.

Sesampainya dirumah Salsa langsung beristirahat karena kepalanya sudah penat dengan setumpukan tugas menjelang penyusunan skripsinya.

"Bi, kalau ada yang nyari aku bilang aja akunya istirahat yah didalam nanti bantu bangunin juga jam 5 sore aku mau dinner sama Eja nanti malam." Pesannya kepada Bi Inem.

"Baik non," jawab Bi Inem.

Salsa merebahkan tubuhnya yang lelah di atas kasur empuk. Tak butuh waktu lama ia telah terlelap menuju dunia mimpi.

Alarm pukul 17.00 telah berdering di gawainya, Salsa terbangun bergegas untuk mandi dan bersiap untuk pergi dinner romantis bersama Reza malam nanti.

***********

Dibalik tembok ujung koridor masih tersengal nafas seorang pria. Sepertinya dia sedang berusaha menyembunyikan keberadaannya entah dari pandangan siapa. Sementara mata gadis itu masih mencarinya.

“Huh, untung saja tadi terlihat dan buru-buru bisa bersembunyi tanpa ketahuan.”

Masih dengan nafasnya yang terengah-engah dan debaran jantungnya yang tidak beraturan, dia kembali mengintip melihat keadaan sekitar sampai dilihatnya dua wanita yang sudah berjalan meninggalkan toilet wanita.

Pria berwajah tampan tapi terkesan dingin itu hanya tersenyum mengambil ponsel dari dalam sakunya.

“Tunggu di mobil saja, saya mau berkeliling sebentar."

Dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana setelah sebelumnya ia memotret punggung seorang gadis dari kejauhan.

Bagian 3 (DINNER)

Adzan maghrib berkumandang, setelah selesai mandi dan menunaikan shalat maghrib Salsa bergegas membuka kotak kuning yang ia terima tadi pagi. Karena terburu-buru berangkat kuliah Salsa belum sempat membukanya.

Sungguh tak menyangka apa yang akan dia terima. Ketika membuka kotak berwarna kuning itu, terdapat secarik kertas yang mampu membuat hatinya semakin berbunga-bunga. Betapa beruntungnya ia mempunyai kekasih seperti Reza.

***Dear, Salsa

Tetaplah menjadi wanitaku.

Jangan pernah menyerah untuk terus berada di sisiku.

Aku berharap cintamu tak akan pernah kalah oleh perubahan musim atau waktu.

Tetap di sampingku.

Temani aku hingga akhir usia.

From : Your Eja***.

Tak perlu Salsa membalas surat cinta yang Reza berikan. Reza lebih tahu bagaimana perasaan Salsa terhadapnya.

Masih ada sesuatu didalam kotak itu selain selembar surat cinta untuk Salsa.

Tidak mengira bahwa Reza akan memberikan Salsa sebuah gaun.

Yups, sebuah gaun berwarna hitam polos selutut dengan model yang sederhana tapi mampu membuat kesan yang elegant.

Ternyata dibawah gaun itu masih terdapat satu buah kotak kecil berwarna merah. Isi dari kotak kecil itu semakin membuat Salsa terharu. Salsa bersiap memakai gaun yang sudah Reza berikan ternyata Reza mempunyai selera yang bagus.

Dengan perlahan Salsa menuruni anak tangga. Mamah dibuat pangling melihat penampilan anak perempuannya malam ini.

Cantik!

Gaun yang Reza berikan sungguh pas di badan milik Salsa. Ditambah dengan riasan di wajah Salsa yang membuat dirinya semakin terlihat cantik.

“Anak gadis mamah cantik banget.” Puji mamah Salsa.

“Iya dong siapa dulu papahnya.” Papahnya Salsa menyahut dari dalam dapur.

Tak lama bel berbunyi. Sepertinya Reza sudah datang. Salsa membuka pintu dan ternyata Pak Ali yang ditugaskan untuk menjemput Salsa sementara Reza telah menunggu Salsa di restoran.

“Eh Pak Ali, saya kira Reza yang jemput. Saya sudah siap tunggu sebentar saya pamit dulu yah Pak.”

Setelah pamit mereka meluncur menuju restoran tempat Reza menunggu.

Bukan hanya mamah Salsa, Reza juga benar-benar dibuatnya pangling melihat Salsa yang berjalan begitu anggun menggunakan dress hitam selutut.

“Hai,” sapa Salsa

“Hai juga Ca, kamu cantik banget aku sampai

pangling loh melihatnya, ayo duduk Ca!”

Reza tersenyum tetapi dibalik senyumnya dia menyimpan penuh keheranan. Bukan hanya karena melihat penampilan gadisnya yang begitu anggun mengenakan gaun hitam, akan tetapi Reza merasa ada yang aneh ia ingat betul bahwa ia memilihkan gaun berwarna peach untuk Salsa dibutik langganannya.

“Apa mungkin gaunnya tertukar?” tanya Reza dalam hati, ia urung menanyakan kepada kekasihnya karena tidak ingin merusak suasana dinner romantisnya bersama Salsa.

“Ja, ko bengong sih? Makasih yah atas gaun dan surprise bucket bunganya, ditambah dinner romantis ini. Salsa sayang banget sama Eja,” ucap Salsa penuh bahagia.

“Iya Ca sama-sama. Reza juga sayang banget sama Salsa, mau dansa Ca?”

Salsa menjawab dengan sebuah anggukan kepala. Malam ini wajahnya bertabur senyum yang menghiasi bibir ranumnya.

Reza menggenggam pinggul Salsa erat, mengisyaratkan bahwa Reza tidak ingin Salsa pergi meninggalkan dirinya. Suasana malam yang temaram begitu terasa sangat romantis sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta berdansa diperaduan bagaikan dunia milik berdua yang lain cuma ngontrak.

Hingga satu hal menyadarkan Reza. Betapa terkejutnya ia melihat sebuah cincin melingkar di jari manis kekasihnya itu.

Melihat pandangan Reza kearah jari manisnya, Salsa memeluk Reza seraya berbisik lembut ditelinganya.

"Terima kasih Ja untuk cincinnya, aku suka sekali dan akan selalu ku pakai cincin pemberianmu ini tidak akan pernah aku lepaskan Ja."

Reza hanya terdiam enggan menjawab apa yang baru saja Salsa ucapkan. Semakin ia eratkan pelukan kepada gadisnya.

"Aku tidak mau kehilanganmu! Setelah lulus kuliah aku akan melamar dan menikahimu. Aku berjanji," ucap Reza lirih penuh kekhawatiran.

Salsa membenamkan kepalanya pada dada bidang Reza. Dimana tempat ternyaman untuk Salsa bersandar dari berbagai macam keadaan. Tapi entah mengapa Salsa merasa sesuatu aneh terjadi pada Reza sekarang. Salsa menaruh pertanyaan besar di kepalanya.

Malam yang terasa amat membahagiakan untuk sepasang kekasih. Bercengkrama, berdansa dengan penuh nuansa romantis dan berkesan. Gerak-gerik mereka tidak luput dari pandangan sepasang mata yang penuh misteri. Ada perasaan iri, bahagia dan kemarahan yang bercampur dikilatan netra coklatnya.

“Kebahagiaan itu tidak akan lama," gumamnya.

***********

Disebuah butik seorang pria bertubuh tegap mengenakan kacamata hitam, mengamati dengan teliti gaun yang sedang dikemas pada sebuah kotak berwarna kuning.

"Singkirkan gaun berwarna peach itu! Bilang saja jika gaunnya tertukar aku bisa pastikan kalian tidak akan dipecat."

"Baik Tuan."

Yah jelas saja tidak akan dipecat, bukankah tuan sendiri pemilik Butik ini? Orang kaya mah bebas. Karyawan itu berbicara dalam hatinya.

"Segera kirimkan! Tetap dengan nama pengirim yang sama."

Setelah memerintah karyawannya pria tampan itu melenggang bebas pergi meninggalkan Butik miliknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!