NovelToon NovelToon

Bintang Kecil Untuk Faila

Menunggu

 

 

“Fai, aku tidak akan mungkin jatuh cinta padamu, kita sudah hidup lama satu atap dan kamu sudah seperti adik untukku. Jadi, tolong berhentilah.” Frans menatapku tanpa minat.

“Kamu bilang kamu mengangapku seperti adik. Seorang kakak tidak akan meniduri adik perempuannya, kan?”

Perkenalkan namaku Faila Kirana usia 24 aku lahir dan tumbuh  di  Malang  sebuah Kota di Jawa Timur. Kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih kecil. Saat kedua orang tuaku meninggal, kakekku mengantarku ke sebuah panti asuhan

Tepat saat lulus dari bangku SMP. Aku hijrah  ke Jakarta, tinggal di rumah sahabat ibuku,  aku diterima baik dan diperlakukan seperti anak sendiri.

Karena  hal itulah  membuatku nyaman dan betah tinggal di rumah  mereka. Aku jatuh cinta pada salah satu anak pemilik rumah, namanya Frans Devan. Lelaki tampan yang membuat kaum hawa terpesona, termasuk diriku.

‘Apakah itu berlebihan?  Iya itu memang berlebihan , aku sudah ditampung dan diterima baik di rumah keluarga  Frans,  aku masih maruk, jatuh cinta pada anak mereka’

                                          *

Aku, masih berdiri di ambang pintu rumah milik keluarga Frans,

Menunggunya Frans  pulang, ia orang yang paling sibuk, selain sibuk kuliah, ia juga ikut latihan Basket,  Aku tinggal di ruamah Frans sekitar empat  tahun yang lalu,  bulanya aku lupa, apa lagi tanggalnya lebih lupa lagi.

Tinggal   satu rumah  bersama Frans membuatku bersemangat,

Bersemangat bangun pagi, karena bisa ikut menemaninya olah raga, bersemangat  berangkat kuliah karena  bisa berangkat

 Bersama dengannya, hidupku terasa bersemangat jika ada  Frans.

Kami sama –sama masih menempuh pendidikan di salah satu perguruan Negeri di Depok jawa barat.

Aku selalu mengekor kemanapun ia pergi,  dimana ada dia di situ ada aku, aku seperti  bayangannya untuknya.

Kalau  di tanya apa ia tergangu atau marah? Jawabannya sudah pasti” Iya”

Tapi ia sudah terbiasa dengan segala tingkah dan kelakuanku,  aku selalu menempel pada Frans, bak permen karet

Awalnya sih ia risih dan selalu mengusirku, karena ia bilang malu sama teman- temanya, setiap kali mengusirku dengan paksa,  aku akan mengadu pada maminya Frans.

Di rumah ia akan  di omelin dan di potong uang saku akhirnya ia lelah membiarkanku mengekorinya.

                                *

“Duduklah  Fai” nanti  juga  datang  panggil  mami  yang  terlihat santai.

Mereka  sudah  terbiasa  dengan  diriku  dan  segala tingkahku, tante dan o,   duduk  bersantai  di  ruangan  tamu, mencicipi cemilan yang aku  hidangkan

Walau  kami  tinggal  dalam  satu rumah, maksudku  satu  atap,  dengan Frans, tidak lantas hubungan kami  menjadi dekat.  Ia terkadang memiliki sikap yang tidak mudah  di tebak. Terkadang  perhatian, membuat siapapun yang dekatnya akan salah paham

Tapi aa terkadang menjadi sangat dingin melebihi dinginnya balok Es.

Tapi itulah yang   membuatku semakin pensaran pada Franas.

Besi saja bisa melebur jika dibakar,  Balok es pun akan mencair bila kena panas.

Bagi orang lain itu Cinta yang gila. Tapi untukku,   Ini namanya bunga-bunga cinta. Aku hanya ingin tetap bersamanya selamanya. Umurku saat ini  hampir beranjak 23  tahun, sudah  dewasa  memang  dan  sudah  cukup  dewasa,   tapi  banyak orang   bilang  sikapku  masih kekanak- kanakkan

‘Horeeee orang yang kau tunggu akhirnya datang juga’ aku bersemangat bersenandung ria dalam hati melihatnya sudah datang.

Frans tiba sudah  hampir  malam dan  mami  sama  papinya  sudah  pergi  ke  kamar  mereka.   Tinggal   aku  sendiri  yang  masih  berada  di sana menunggu sang pujaan hati  pulang.

Aku berlari kecil menghampri Frans.

“Kok pulangnya malam bangat Kak?” Tanyaku  membantu  membawa  tas  punggung   miliknya

“Iya,” jawabnya, membiarkanku membawa tas ke kamarnya.

Seperti  biasa, ia akan  cuek  dan acuh,  walau  bagaimana  aku  bertindak  dan  melakukan  apapun  dia  akan cuek,  setelah  menyerahkan  tas  rangsel  miliknya. Ia lalu melonggos  masuk  kekamar.

 Aku mengekor dari  belakang, tapi kali ini raut wajahnya terlihat lebih suram dari biasanya, ia tidak  membuka  pakainya  seperti yang biasa ia lakukan,

Biasanya membuka pakaianya, tanpa sungkan,  walau  aku  berdiri  di sana  sepanjang  waktu. Frans tidak pernah merasa malu ataupun terganggu, mungkin di matanya,  aku bukanlah seorang wanita dan tidak perlu merasa malu.

  Saat  aku duduk di sisi ranjang Frans, ia menatapku dengan tatapan tidak suka atau lebih tepatnya ia mengusirku.

“Pergilah  ke kamarmu,  aku mau istirahat.” Tatapan matanya tegas, seperti Bos lagi memerintah bawahannya

Aku  juga  tidak  mau  mendengar  kalimat  menyuruh itu,  aku  membereskan  isi  dari   tas rangsel miliknya  dan  duduk  di  sisi  kasur  miliknya

 

 

“Ada  apa?” Aku bertanya  dengan suara yang dibuat selembut mungkin

“Aku  lagi  tidak  ingin  membicarakan  apapun,  jadi  tidurlah,” jawab Frans tegas.

“Aku  tidak  mau ….  ceritakan  dulu,”   desakku  kekanak-  kanakkan

“Fai! Dengar  baik  baik, aku  punya  sedikit  ruang  frivasi untukku dan ini  kamarku”

“ Tapi  ceritakan  dulu,”   rengekku seperti anak kecil.

“Baiklah  besok  aku  akan  menceritakannya, jadi tolonglah keluar   dari kamarku”

 Frans endorongku  keluar  dari  kamarnya,  aku  memilih menurut takut, ia bertambah kesal.

Aku  bangun sangat pagi seperti biasa, berharap lelaki tampan itu segera turun dan kami berangkat sama-sama ke kampus. Tetapi pagi ini, Frans sudah berangkat sangat pagi, sepertinya ia menghindar dariku.

“Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali  Fai,” ujar mami  Frans, saat aku  menunggu Frans. Wanita cantik itu menatapku dengan iba.

“Baiklah Mi, aku berangkat sendiri saja”

Berangkat sendiri ke kampus tanpa Frans,

Saat tiba di kampus sahabatku Tari mulai mengintrogasiku dengan pertanyaan yang itu-itu lagi;

“Kenapa kamu yang  harus mengejar-ejar dia, sih?” Tanya sahabatku, ia heran melihatku sifatku selama ini.

“Karena aku yang lebih mencintainya,” jawabku apa adanya.

“Itu bukan cinta, Aneh!” Tangannya  itu menoyor  kepala ini.

“Terus,  karena apa donk?” Tanyaku dengan tawa tertahan, lucu melihat  alisnya yang saling menyatu.

“Karena lo gila, karena ketampanannya,” ucapnya lagi dengan kesal.

Aku hanya tertawa  setiap kali melihatnya marah.

“Aku  mencintainya, bukan hanya karena dia memiliki badan kotak kotak kayak Roti sobek, ini.” Menunjuk roti di tanganku.

“Terus? Karena apa ?” tanya Tari sahabatku,  mulutnya masih di penuhi roti. Ia memasukkanya sekaligus, takut aku minta sebagian.

“Karena hidupku bergantung padanya”

Aku dan Tari mengambil jurusan yang sama Ahli Gizi. Tari tinggal di asrama Putri di kampus, sedangkan aku menumpang  hidup di rumah Frans di terima dengan baik oleh keluarganya. Walau aku tahu Frans tidak pernah  mencintaiku karena ia punya selera tinggi untuk wanita yang  jadi kekasihnya.

Tetapi usaha keras akan membuahkan hasil, aku akan selalu mengejarnya sampai aku mendapatkannya.

Bersambung …

Akan melakukan apapun untukmu

Aku  tinggal di rumah  Frans tujuanya  hanya ingin sekolah dan mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kakekku berharap aku bisa sarjana tetapi  harapan orang tua itu, sepertinya tidak akan berjalan mulus, aku saat ini jadi semakin malas belajar, alhasil nilai semesterku semuanya minus.

Aku jurusan Fakultas Kesehatan Masayarakat Ahli gizi  memasuki Semester Enam. Niat awalnya  masuk  ke  Universitas. Tujuan utamaku  hanya  ingin kuliah   dan mendapatkan gelar  sarjana,   entah kenapa,  tujuanku  jadi  berubah  haluan,   bukannya mengejar  cita- cita   malah  mengejar  laki- laki berwajah tampan itu.

 “Aku  ingin  mengurus rumah  tangga  setelah  menikahimu,  karena itu  tidak ada  niatku  kuliah lagi,  hanya ingin  bersamu,” kataku hari itu.

“Kuliah dulu yang benar, menikah mah.. gampang, banyak laki-laki yang hebat nanti Fai untuk kamu.” Frans memainkan remote TV ditangannya, menganti canelnya dengan malas, raut wajahnya tidak berselerah celana boxer yang di pakai menyingkap sampai di atas paha, memperlihatkan otot  paha yang keras,

Ia seakan membuatku terbuai lagi, sengaja atau tidak kali ini,  ia meneguk minuman dari botol  minum di sampingnya,  jangkungnya naik turun terlihat sangat seksi

Otak mensumku bergentanyangan, aku berfantasi liar melamun sampai ke langit ketujuh, membayangkan Frans menarik pinggangku yang lebar untuk  duduk di pangkuannya, aku membayangkan ia memelukku.  Lamunanku  behenti saat tangan Frans memukul kepalaku dengan botol bekas minumnya.

“Lo, lamunin apa sih, ndut!”

“Mikirin kamu, kita lagi berciuman.”

Ia tertawa  miring mendengar pengakuan polosku

“Jangan kebanyakan mikirin yang mesum-mesum, entar bawah lo, basah,” ujar Frans ia berdiri.

“Sudah basah,” jawabku apa adanya.

“Iya ampun Fai, lu  itu polos apa bodoh sih, gue itu cowok Fai, lu gak takut, gue  apa-apain lagi,  terus gue tinggal?”

Ia menatapku dengan tatapan tegas, seperti seorang kakak yang mengajari, banyak hal untuk adek perempuannya yang kurang didikan.

“Tidak, aku tidak takut Kak Frans, justru aku pengen di cium sama Kakak, bagaimana rasanya di cium, kata Tari rasanya seperti makan permen nano-nano, tapi saat aku memakan permen itu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya ciuman,” kataku.

Mendengar itu frans menarik napas panjang, matanya menelitiku,

“Fai, lu itu  sudah dewasa bukan anak puber lagi, masa seperti itu sudah kamu lewati, bahkan lebih Fai,” bisik Frans pelan.

“Ngak    frans,  aku belum pernah, aku tidak pernah pacaran. Aku melakukannya saat itu baru pertama sama Kakak,” ucapku.

Tangan Frans membekap mulutku, ia melirik ke arah pintu.

“Sttt … Jangan kencang-kencang nanti mami mendengar, kamu tidak pernah bilang siapa-siapa kan? Ingat iya ini rahasia kita berdua”

“Tapi aku ingin melakukanya lagi. Kak aku iklas”

“Fai … Hentikan, kamu akan melakukanya dengan orang yang kamu suka  dan mencintaimu nanti”

“Tapi aku menyukaimu Kak Frans. Aku hanya akan melakukannya dengan Kak Frans, tidak mau sama orang lain”

Frans terlihat putus asa mendengarku.

“Tapi aku tidak menyukaimu, Fai. Apa yang kita lakukan beberapa  tahun lalu,  satu kesalahan.” Menatapku dengan tatapan sendu.

“Tapi aku  sudah mencintai Kak Frans dari  sejak aku SMP”

“Perasaan tidak bisa dipaksakan Faila, kamu sudah seperti saudaraku sendiri, mami sama papi sangat menyayangimu, kami semua juga.”

“Tapi seorang kakak tidak akan merengut kesucian adik perempuannya kan. Kak?”

“Fai … Fai! Aku sudah bilang itu satu kesalahan, kita tidak seharusnya melakukan itu”

“Tapi mami mau kok aku jadi menantunya dia mendukung kakak”

“Aku yang tidak bisa Fai. Tolong mengertilah”Frans menatapku  tajam.

Frans keturunan India, Papinya orang india dan Maminya orang Manado. Jadi perpaduan kulit hitam Papinya dan kulit putih ibunya terciptalah anak-anaknya memiliki kulit coklat dengan hidung lurus tegas, seperti pelosotan.

Frans mempunyai empat saudara dan semuanya berjenis kelamin laki-laki.

Papinya Frans memiliki beberapa Restauran mewah

Restaurant itu yang jadi ladang mata pencarian untuk  mereka .

“Tapi aku tidak mau di anggap saudara aku mau jadi istri kamu, aku akan jadi istri yang baik nantinya,  hanya mengurus rumah dan anak-anak dan mengurus kamu,” kataku dengan wajah bersemangat, aku akan  bersikap bodoh amat setiap kali ia menolakku, aku tidak akan mau menyerah pada Frans.

“Ah … otak gue  jadi sakit, sudah, sudah terserah lu. Keluarlah dari sini, gue mau tidur.” Lagi-lagi lelaki  berwajah  tampan aktor India itu mengusirku dari kamarnya.

“Tapi aku mau berciuman Frans, aku ingin merasakanya, ajarin aku sekali saja,” kataku   lagi.

“Kamu gila iya, Fai, kamu itu perempuan. Perempuan itu harus punya harga diri,”  kata Frans.

Aku mendekatinya lalu  duduk di pangkuanya melingkarkan tangan ini,  di lehernya.

“Ajarin aku,” ucapku  menempelkan bibir ini dengan paksa.

“Fai.. kamu gila iya, kamu berat, kaki sudah mau patah.” Frans ingin berdiri  tapi aku menahan tubuhnya.

Melakukanya dengan paksa, jika biasanya lelaki yang meminta duluan, tetapi saat ini, aku yang  melumat paksa.

“Baik-baik, aku melakukannya,”ucapnya kemudian, aku melepas tanganku dari lehernya. “Awas kamu berdiri dulu, kamu berat.” Frans memintaku  berdiri.

Matanya menatap wajah ini dengan tatapan mata datar, ia terlihat melakukanya,  karena aku memaksanya.

Aku masih menunggu reaksi dari Frans, napasku tertahan menunggu reaksi Frans.

Tangannya meraih pinggangku dan memposisikan tubuh kami  saling berhadapan, mataku semakin membelalak dan membulat, bola ini memutar dan aku  tersenyum rianf tidak sabar menunggu sentuhan Frans. Lelaki yang aku kagumi  dari sejak dulu.

Lagi-lagi ia menarik napas panjang, sepertinya ia sangat berat hati melakukan hal itu.

Saat ini posisi kami berdiri saling berhadapan  dan ia sedikit mendorong tubuh ini ke dinding , awalanya aku kaget, tetapi posisi tubuhku sekarang lebih nyaman bersandar di tembok kamar Frans. Kamar bercat putih itu saksi saat Frans mengambil hal yang paling berharga dari hidupku. Itu jugalah yang membuatku tidak bisa melepaskan lelaki tampan itu begitu saja. Dulu saat aku memakai  seragam putih abu-abu  Frans merengut  mahkotaku, saat itu juga aku mengantungkan segala harapan dan cintaku pada Frans seorang, aku tidak tahu bagaimana indahnya pacaran bagaimana  manisnya sebuah ciuman.

Maka saat ini, aku menanginya pada Frans, lelaki yang paling aku cintai. Karena ia masuh menatapku dengan ragu, aku tidak  ingin menunggu lama. Lalu aku kembali bertindak duluan,  aku merangkulkan tangan ini lagi ke lehernya , aku yang duluan mendaratkan bibir ini,  menyentuh bibir Frans dada besarku menekan kuat otot dada Frans, ukuran dadaku memang besar dan montok karena tubuh memang berisi alias bahenol.

Aku merasakan bagian kenyal di dadaku terhimpit oleh tekanan dada frans , tubuh itu menekan tubuh ini ke tembok kamar. Akhirnya ia melayania apa yang aku minta.

Ia ******* bibir ini dengan lembut, melakukanya dengan  baik.

Tadinya aku  pikir Frans akan melalukanya dengan kasar karena aku memaksa. Namun, lelaki berkulit  coklat ini mempeelakukan diri ini dengan baik malam itu,  membuatku  bagai terbang ke angkasa paling indah terdampar di lautan kenikmatan. Anganku kembali melayang terbang sampai ke langit ke tujuh.

Aku merasakan aliran listrik mulai mengaliri tubuh ini menyinggapi tubuhku, keringat sudah membasahi tubuhku kami berdua. Di tengah aktifitas panas itu Frans bertanya.

“Fai, aku tidak ingin-”

Sebelum ia melanjutkan kalimatnya aku membekap mulutnya denan bibi  ini, ia tampak pasrah dengan sikapku, ia hanya diam saat aku melepaskan kaos polo yang ia pakai. Ia hanya diam menatapku  dengan pasrah. Hingga semua kain penghalang itu terlepas dan tubuh kami saling menyatu.

“Fai aku tidak ingin kamu menyesal,” ucap Frans menatapku dengan tatapan lelah.

“Tidak akan, Kak,” ucapku dengan napas memburu.

“Fai aku minta-”

Lagi-lagi aku membungkam mulutnya dengan ciuman panasku, aku tidak ingin ia menyebut sepatah katapun. Aku tidak butuh kata-kata, aku hanya butu kehangatan dari tubuh Frans. Lelaki yang membuatku selalu merasa gila jika tidak melihatnya lelaki yanga sangat aku cintai. Aku tergila-gila padanya, bahkan rela melakukan apapun untuknya. Aku tersenyum manis padanya  dan berbaring di samping tubuh Frans yang bermandikan keringat.

Bersambung ..

Selalu diabaikan

Selalu diabaikan

Kriiing …!

Kriiing …!

Tanganku meraba-raba  nakas kecil di samping tempat tidurku.

Tanganku menekan benda berisik itu dan berhenti.

“Selamat pagi dunia” kataku merentangkan  kedua tangan mengerakkan otot

Menyeret langkah kaki ini dengan malas menuju kamar mandi, membasuh wajahku sebelum melangkah kedapur,

Menyajikan serapan pagi untuk keluarga Frans, dalam keluarga Frans  semua menu makanan harus yang sehat-sehat.

Aku  mulai belajar memasak agar bisa  menyajikan makanan sesuai standar keluarga Frans. Aku  memilih jurusan ahli gizi sebenarnya agar bisa selalu menyajikan menu sehat nanti untuk Frans dan anak-anak kami. Maka serapan pagi ini;

Serapan hari ini banana Fancake dan potongan-potongan buah segar.

Setelah selesai serapan Frans langsung pamit.

“Frans tunggu aku,” teriakku, saat ia bergegas mau berangkat duluan.

Aku biasa menumpang  untuk berangkat  ke kampus, walau  nilaiku  jelek  setiap  semester,  aku  tidak peduli yang penting  aku  bisa  melihat Frans setiap saat, melihatnya  bermain  bola basket  bersama  teman - temannya hal yang paling menyenangkan untukku.

 Kebanyakan kalau  di kampus,  sepanjang  hari  tugasku menemani  lebih tepatnya mengekor pada  Frans. Dia  salah  satu deretan  cowok  idola di kampus, Frans cowok populer di kampus kami,  para mahasiswa perempuan akan menatap Frans dengan tatapan dalam setiap kami melintas, membuat hati ini sering sekali merasa panas.  Mata wanita  akan  meleleh  melihatnya,  ia  jago  main basket   ditambah lagi ia jago main  gitar  menambah  bonus  menjadi  idola  para  wanita termasuk  diriku.

Kakek,  sudah s mengingatku  beberapa  kali agar menuntaskan kuliah, aku mengacuhkannya, aku bisa dekat  setiap hari dengan Frans hal yang luar biasa untukku.

Apa Frans juga menyukaiku? jawabannya tentu saja.  Tidak

Aku masih berjuang untuk mendapatkanya, aku memang hobby memasak sejak dari kecil.

Kakekku meninggalkanku  di panti asuhan . Merasakan kehidupan yang keras. Kehidupan yang keras itu juga  menjadikanku wanita yang pantang  menyerah hingga saat itu, pantang menyerah untuk mengejar  impian termasuk  mengejar pria yang  aku suka.

 Rumah Keluarga Frans sudah sebagai  rumah  sendiri  bagiku. Mami  dan  papi  sudah menyerahkan  dapur  rumah itu padaku,  untuk menyiapkan menu makanan menjadi  tugasku, tugas  masa memasak itu aku ambil alih dari  bibi Atun, asisten rumah Frans  yang  sudah puluhan  tahun  mengabdi  untuk  keluarga  Frans aku ingin  belajar jadi  seorang istri untuk Frans.

 Kadang  kalau  aku tidak pengen  masak,  tugas itu  ku  kembalikan lagi buat  bi Atun.

Pulang dari kampus hari ini Frans  hanya diam, ia tidak banyak bicara padaku. Setelah malam  panas kami malam itu, aku berpikir ia akan berubah sedikit baik padaku karena aku sudah memberikan tubuh ini seutuhnya padanya. Tetapi dugaanku salah, bukan makin dekat Frans selalu ingin menghindar dariku.

Aku jadi sedih, tidak tahu harus bagaimana lagi untuk mendapatkan hati Frans, aku sudah melakukan semuanya. Tetapi ia tisak pernah sekalipun ia mengangapku.

Saat di dalam kamar, ku tatap tubuh ini di pantulan kaca.

‘Iya tubuhku  bengkak seperti anak gaja, tetapi aku merasa aku tetap cantik walau pipiku bakpau tetapi tetap manis, Serius  aku ….

Frans tidak mau keluar dari kamarnya sejak kami pulang sekolah, aku sudah melakukan berbagai cara untuk  menemuinya tetapi tetap tidak berhasil aku mencoba  lagi. Tepat saat bibi  membawa jus jeruk hangat pesanan Frans.

“Bi, biar aku yang membawa ke kamar Frans iya”

“Tapi Non ….” Si bibi  menatapku dengan tatapan khawatir.

“Sudah, tidak apa-apa Bis, biar saja  saya saja.” Mengambil alih nampan di tanganya.

  Tok …! Tok ….!

“Iya?”

“Frans ini jus jeruknya pesanan kamu, si bibi memintaku mengantar ke sini”

Lama  menunggu diam, aku masih berdiri di depan pintu Frans.

“Minum sajalah, aku tidak meminumnya,” ucapnya

Aku merasa sangat kecewa, sekaligus merasa sangat sedih. Tetapi percayalah aku tidak akan menyerah.

                      *

Pagi ini, Frans kabur duluan tidak menungguku.

 Aku  memasukkan pancake  ke dalam termos  bekal  yang selalu aku,  bawakan untuknya. Pagi  tadi  Frans belum  sempat  serapan, jadi aku akan membawakan serapan pagi  untuk Frans.

Frans,  berangkat  pagi  sekali  dengan alasan ingin latihan basket sebelum pertandingan nanti siang.

Aku berharap latihan itu alasan yang sebenarnya, bukan karena  pemaksaan  yang aku lakukan  malam itu.

Tapi belakangan ini, ia sering sibuk latihan sepanjang  hari dan   sering  melewatkan  serapan  paginya,  sebagai  calon  istri  yang  baik. Aku  harus  ikut  andil  pada  kesehatan  tubuh Frans,  untuk  aset  kami  nantinya setidaknya  itu   yang  selalu  aku  pikirkan.

Jam  kuliahku  siang,  aku  berlari  ke lapangan basket, ternyata benar,  ia ada pertandingan hari ini, lapangannya   sudah  di  padati manusia   dan kebanyakan  para  gadis - gadis  muda dari kampus.

 Cewek -cewek  muda  penggemar  basket. Frans devan  sebagai  kapten di timnya, jeritan histeris para  wanita  muda itu  terdengar  memenuhi lapangan basket  hari  itu,  saat  dia men dribble bola  lalu  memasukkan nya  kedalam  keranjang .

Tubuhnya  yang  tegap  dan  senyumnya  yang  menawan, tak pelak membuat cewek cewek seperti  kena setruman aliran listrik dengan  jantung yang berdebar - debar.

Termasuk   diriku, bahkan  sekelompok cewek cewek  pengemar  Frans Devan . Membuat clup Franslovers yang  pencetusnya  seorang gadis bernama Rania   yang selalu  menyebut  diriku  ‘babu’  si  penganggu  dan  aku  menyebutnya  nenek lampir versi melania, bahkan  club  yang di bentuk  sudah  memiliki  banyak  anggota.

  Ada lagi pengemar panatik lain, bernama Tiara  seorang  anak pengusaha Batubara yang  ikut  tergila-  gila  pada  Frans dan sering kali Rania  dan Tiara  adu  Banteng  memperebutkan perhatian  Frans . Jadi posisiku sebenarnya dalam keadaan sulit, cinta sepihak.

Saat pertandingan masih berlansung,  aku mendekati lapangan basket, keringat  yang  membasahi  tubuh Frans  membuatnya  semakin  seksi,  membuat teriakan dan jeritan histeris dari para pengemarn

Akhirnya  prewitt  panjang  menderu  memenuhi lapangan menandakan  pertandingan telah usai dan kali ini di menangkan   NBD 3-2  tim Frans dan teman- teman tepuk  tangan  sorak  meriah   mengisi  seisi  lapangan  basket di Universitas ternama  itu

“Frans!” teriakku  sambil   melambaikan tangan  kearahnya.  Tapi  suaraku  sepertinya dikalahkan jeritan para cewek-cewek pengemanya yang  sedari  tadi mengkerumuninya  dengan  sangat  ramai.

Melihat  itu  hatiku  tidak  senang.   Aku  menerobos blokkade cewek- cewek  pengemar itu,  aku tarik  tangannya  dari  cewek - cewek yang mengkrubuninya,  aku menariknya paksa menjauh sampai  keluar  lapangan,   para cewek-cewek pengemarnya meneriakiku, karena aku membawa Frans.

“Lu kenapa sih Fai!” Frans membentakku dengan wajah marah, ia meyingkirkan tangan ini dari lengannya.

“Aku  membawa ini untuk Kakak,” ucapku menahan  volume suaraku, kemarahan di wajah Frans membuatku ingin berteriak menangis.

 Aku menunjukkan  rantang  bekal pancake yang  ku buat tadi pagi.

“Aduh  Fai,  tidak usah seperti ini lagi, gue  sudah  serapan, kan  gue  uda bilang  jangan  bawa-  bawa begituan  lagi, gue malu, lihat … lihat semua mata teman-temanku menatapku aneh, mereka mentertawakanmu Fai dengan segala tingkah konyolmu”

“Aku  tidak  mau  kamu  sakit,  makan   di luar   itu  kan tidak  sehat,” jawabku dengan  santai seperti biasanya.

Tidak perduli apapun, aku menarik tangannya lagi,  membawanya di kursi taman kampus, aku membuka bekalnya untuk ia makan.

“Ayo makan,” ungkapku penuh semangat.

“Fai  gue  masih belum lapar. Ayolah Fai jangan seperti ini … gue itu bukan anak kecil lagi, berhenti melakukan begini terus.. gue capek Fai, gue malu ama teman-teman gue, berhenti mengikuti  gue terus-menerus, cobalah untuk mencari pria lain Fai. Lelaki di luar sana sangat banyak,” ucapnya menatapku dengan tatapan serius.

Aku sudah biasa dengan kalimat seperti itu pengusiran dari cara halus sampai kasar,  ia sudah lakukan, dua tahun sudah aku melakukan hal yang sama setiap hari. Aku memang orang yang gigih, kali inipun aku mengacuhkan sikap penolakan itu, aku selalu mengangap semua hanya angin berlalu.

“Ini  baju  salinnya,  aku  mengeluarkan bag  kecilku dari tasku,” wajahnya datar.

“Letakkan saja disitu, ndut..,” katany, tanpa menolehku, matanya menatap serius ke ponselnya.

Aku  sudah  mengerti dirinya ,  kalau  dia  buru  -buru  dia  akan  sering  lupa bawa  baju ganti, maka itu aku selalu membawa baju ganti untuknya.

“Aku masuk iya, aku ada kuliah siang hari ini,” kataku meninggalkan Frans.

“Iya”

Aku berjalan meninggalkanya, saat aku  meliriknya dari jauh,  ia  masih sibuk dengan ponsel tanpa menyentuh bekal aku letakkan.

Tari sudah menungguku, ia juga melihat kami dari jauh.

“Fai, lo gak capek di acuhkan terus-menerus begitu sama Frans?”

“Gak, aku biasa saja, semuakan butuh proses,”  jawabku ceria merangkul pundak mungil Tari sahabatku.

“Ini sudah berapa tahun lebih,Fai,” ucap Tari nada suaranya lagi-lagi  terdengar  kesal.

“Kita masuk, nanti kita bahas,” kataku menariknya ke dalam kelas

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!