Pria dingin , memiliki rupawan yang eksotik ini mengemudi terburu - buru karna harus menghadiri pertemuan rapat di hotel berbintang lima .
Reunian bersama sahabatnya di restorant tadi malam membuat ia bangun kesiangan , di tambah lagi asistennya , Alena , tidak bisa hadir karna sakit .
Pria ini bernama Azril Malik Anggara , sang pewaris muda dari keluarga Anggara , meski begitu ia sangat mandiri , dan tanggung jawab dengan pekerjaan . Jadi wajar Perusahaan yang bergerak di bidang Advertising ini melejit hingga go international .
Azril yang mengemudi kecepatan tinggi tak sengaja menabrak seorang pria paruh baya yang sedang melintas .
" aaaaaaagghhhhh " teriak pria paruh baya
Brugghhhhhhhhhh
Azril bergegas keluar , terlihat pria itu sudah menggelepar namun masih bisa bernafas .
Dengan sigap , Azril membawanya ke rumah sakit dan membatalkan pertemuannya karna kemalangan .
Ia mengantarnya sampai ke UGD , terlihat pria itu memandangnya dengan hati yang teduh .
Beberapa menit kemudian Dokter keluar , wajah datar sang Dokter menciut nyalinya yang sudah ketakutan .
" Bagaimana dia ? apa dia baik- baik saja ? " tanyanya , mengusap kasar wajah yang sudah menetes keringat dingin karna takut .
" Akibat kecelakaan itu kakinya patah , dan mengalami kebocoran di jantung , harapan untuk hidup sangat tipis , kita cuma bisa berdoa semoga ada mukhjizat , tadi bapak itu menyuruh anda masuk ke dalam ? " ucap sang Dokter , menepuk bahunya dan berlalu pergi .
Azril melangkah cepat masuk ke dalam , terlihat pria itu terbaring lemah , namun masih bisa bicara . Suara masih terbata-bata melambai tangan menyuruh Azril duduk di sampingnya .
" Saya mintak maaf Pak ! saya benar- benar tidak sengaja ! " ucap Azril mencium tangan sang Bapak yang sudah tak berdaya .
" Sudah Nak , saya tidak akan menyalahkanmu ! mungkin ini sudah takdir saya , cuma satu yang menganjal di hati saya " lirihnya , mulai memikirkan putri kesayangannya bernama Syafa ,bederai air mata jatuh mengalir di wajah pucatnya .
" Apa itu Pak ?, katakan saja ! , insyallah saya akan melakukannya " ujar Azril menatap sang bapak .
" Mau kah kau menikah dengan Putriku ? saat ini dia sedang mondok di salah satu pesantren yang terdekat di kota ini , jika pun saya pergi , saya tidak khawatir karna ada yang menjaganya " tutur sang bapak bernama Imron .
" Menikah ??? " gumamnya dalam hati , memaling muka dengan gelisah . Namun Pak Imron mengenggam kedua tangannya " aku mohon !!! , putriku seorang yatim dan dia juga sholeha " desah Imron membuat Azril tak bisa memilih , apalagi ini darurat .
" Baiklah Pak , saya akan melakukannya " ucap ragunya yang mulai ingin berdiri .
" Kau mau ke mana ? "
" aku mau cari penghulu untuk menikahiku " tegas Azril mulai melangkah , namun tanggannya di tarik
" tidak ada waktu lagi Nak , akulah yang menikahimu ? " titahnya menyuruh Azril duduk , kemudian meminta perawat dan dokter yang bertugas kala itu menjadi saksi .
Azril melongo seakan tak percaya , secepat ini statusnya akan menjadi suami . Menikah perkara yang selama ini ia elakkan tapi menghampiri tanpa memberi waktu untuk memilih .
Perasaan takut , gugup , gemetar menyelimutinya saat ini , apalagi ini pertama kali ia berani melakukannya sendiri tanpa di dampingi oleh keluarga sendiri .
Namun saat ingin ijab kabul Pak imron melupakan syarat Sah pernikahan , salah satunya adanya Mahar .
Azril bingung , semua terjadi secara mendadak tanpa persiapan . Saat itu yang ada di dompetnya hanya ada uang senilai sepuluh ribu rupiah , kartu kredit ada namun tak bisa di gunakan karna ketinggalan di mobil waktu membawa Pak Imron ke rumah sakit .
Saksi , serta mahar sudah ada , ijab kabulpun di mulai .
Selesai Pak Imron mengucapkan ikrar suci pernikahan untuk putrinya dan kata SAH terucap dari para Saksi , Azril menghela nafas berat .
Pak Imron sedari tadi menahan sakit memberi nomor telpon untuk menghubungi putrinya .
Azril menghubungi dan menyuruh gurunya untuk menyampaikan ke Syafa karna ia harus menemani Pak Imron yang sudah sakaratul maut , nafasnya sesak dan kata tauhid yang terakhir dari mulutnya , memberi kesan wajah berseri dan senyum .
Selang tiga puluh menit , sang gadis bernama Syafa berlari . Dengan penampilan syar'i menuju Pria yang terbaring di selimuti kain putih hingga menutup kepalanya .
Langkahnya melambat dan berat seakan ada yang menghalangi untuk sampai ke pria berselimut tanpa bersuara .
" Baaaapakkkk " ucap ragu Syafa
Satu-satu putih , bening , menjulur mengalir di putih pipinya . Ia memeluk , bibir mengatup mengigit menahan kesedihan yang begitu dalam . Di buka kain penutup wajah , air mata pun deras mengalir .
Di kecupnya kening sang bapak yang ia cintai , mencium tangan yang begitu dingin .
Azril yang baru dari parkiran sontak tak sengaja melepas ponselnya , " apa dia istri ku ? " ucap pelannya dengan segera mengambil ponselnya terjatuh .
Syafa yang terdengar bunyi benturan menoleh ke arah Azril yang masih membungkuk mengambil serpihan ponselnya terjatuh .
" Maaf ini kartu card mu , tadi terlempar di kaki ku ! " lirih Syafa dengan mata yang masih memerah .
Azril merasa gugup , saat ia mengangkat kepalanya terlihatlah wajah , putih , berseri itu mengugah hatinya hingga ia tak mampu berkejib .
Syafa bergegas berdiri dan kembali menatap bapaknya kembali .
" Di_dia benar-benar cantik , meski umurnya masih 15 tahun namun sifat kelembutan terlihat di aura wajahnya " gumamnya dalam hati
" Kaamuu Syafa yahh ? , putri Pak Imron " tanya Azril .
Syafa hanya menunduk " iyyya , kamu tahu dari mana ? "
" Akulah yang membawa bapakmu ke sini , dan aku ingin memberikan ini untuk mu "
Azril memberi surat wasiat dari Pak imron menyuruh Syafa ikut bersama Azril .
Syafa membacanya , air matanya mengalir , dan memberanikan diri menatap Azril yang berdiri menyandar dinding .
" Sekarang jawab aku ! , hubunganmu dengan bapak apa ? , sampai bapak menyuruhku ikut bersamamu ? " tanya Syafa serius , matanya tak sengaja menatap Azril yang lagi bingung menjawab pertanyaan yang sulit di utarakan , apalagi amanah Pak Imron tunggu ia berusia 20 tahun .
" Aku dan bapakmu sudah kenal lama , bahkan sudah ku anggap seperti bapak ku sendiri , jadi kau tak usah bertanya lagi " tegas Azril berlalu pergi , berlama di situ membuatnya semakin pusing .
Usai Pemakaman di lakukan , Syafa hanya menatap dalam pemakaman sang bapak yang begitu memberi kesan dalam saat ini .
Kepergian sang bapak , membuatnya sedih yang kian mendalam . Sosok Imron di mata Syafa sangat istimewa , memiliki sifat kelembutan , penyayang , dan tanggung jawab dunia akhirat terhadap putri semata wayangnya .
Syafa yang mulai beranjak , terlihat seorang pria yang tak asing yaitu Azril menunggu di pintu gerbang pemakaman .
" Syafaaa , segera siapkan dirimu ! , sebentar lagi aku akan kembali ke kota ku " tegasnya , membuyar pikiran Syafa
" secepat ini ?? , apa tidak bisa nanti atau sebulan lagi ? " tawarnya , meminta pengertian agar Azril memahami perasaannya saat ini .
" Tidak bisa Syafa , pekerjaan di kantorku sudah menumpuk , aku tak punya banyak waktu ! " pinta Azril , berharap ada pengertian dari sang istri .
Syafa yang berat ikut Azril ke kotanya , memikirkan alasan untuk menghindari permintaan sang bapak .
Dia pun memilih untuk bernegosiasi dengan alasan ingin melanjutkan sekolahnya di sini .
" Tapiii , aku belum siap untuk ikut dengan mu , kau kan tahu , aku tidak mungkin mengikuti pria yang baru ku kenal , yahhh , meskipun ini wasiat bapak ku " lirihnya memelas agar Azril menuruti permintaannya .
" Jika aku di izinkan untuk mengungkapkannya , maka sudah ku ungkapkannya , tanpa harus berbelit belit begini " lirihnya dalam hati
" Tidak bisa Syafa , sekarang ini akulah yang bertanggung jawab atasmu , aku tidak bisa tenang kalo kau tak ikut dengan kakak ! " pinta Azril sedikit tersenyum mengungkap itu .
" Kakak ??? "
" hehm , apa kau keberatan memanggilku kakak ? , aku masih muda , nih lihatlah KTP ku ! " Azril menyerahkan KTP , sontak Syafa melongo menatapnya .
" Dua lima " ucap Syafa ragu , Azril hanya tersenyum melihat tingkah Syafa .
" Baiklah kakak , tapi ingat jaga batasmu ! " pesan Syafa berusaha agak menjauh saat berbicara dengan Azril .
" Jika kau mengizinkan , aku ingin menyelesaikan pendidikanku dulu ? "
" Baiklah , tapi setiap liburan kau harus pulang ke rumah ku , " tegas Azril , berjalan ke arah mobil hitam pengeluaran baru miliknya .
" okeee , tapi mengapa harus rumah kakak ? "
" karna rumahmu di sini sudah ku jual " ucap Azril mengagetkan dirinya .
" maafkan aku terpaksa berbohong " lirih Azril dalam hati
Syafa menghela nafas berat , " apa lagi yang kau tunggu , bocil ? , cepetan naik , kakak akan mengantarkanmu ke pesantren " pintanya , menarik tangan Syafa dengan segera ia mengingatkannya .
" Ingat kak ! jaga batas " tegas Syafa , lagi- lagi membuat Azril menghela nafas .
" Gini - gini amat , jadi suamimu Syafa , berat rasanya . Harus serba salah dan banyak besabar untuk menahannya , seperti api dan air yang sulit menyatu " ucap batin Azril
Sepanjang perjalanan mereka tampak diam , dan Syafa hanya menikmati pemandangan dari jendela mobilnya .
" Oh yah kak , ngomong- ngomong kakak tahu alamat pesantren ku ? "
" yah tahulah , apa kau tak lihat ! kakak hanya mengikuti peta di ponsel kakak "
Syafa menatap ponsel yang menempel di kemudi mobil Azril , " Masya allah , Syafa baru tahu ponsel zaman sekarang sangat keren ! " puji Syafa menyentuh hati Azril karna merasa Syafa baru pertama melihatnya .
" Kamu mau ??? " tawar Azril menoleh Syafa yang masih malu .
" Tidaklah kak , Syafa gak punya uang ! , syukur-syukur Syafa masuk pesantren karna beasiswa untuk fakir miskin " ujar polos Syafa menggetarkan perasaannya .
Semua santriwati menatap mobil yang masuk di perkarangan Pesantren yang begitu luas .
Terlihatlah Syafa yang keluar bersama seorang Pria nan gagah , membuat yang menatapnya jadi pangli .
" Kalau gitu Syafa duluan , terima kasih udah mengantar sampai ke sini " ujarnya yang terus berjalan menuju mes nya yang tak jauh dari area itu .
" Syafa tunggu ! "
" Nah , ambil lah ponsel ini untukmu " Azril menyerahkan ponsel miliknya , namun Syafa menolak karna peraturan sekolah .
" Baaaik lah , kakak pamit yah ! " ucap Azril melambaikan tangan sembari masuk dan menyetir mobilnya .
Syafa yang tak peduli kepergian Azril terus saja berjalan , terlihat dua temannya Riska dan Ayu sedang menunggu di pintu dengan senyum yang penuh arti .
" Siapa tu cowok ? guanteng bangeett " puji Riska mencubit lengan Ayu , menatap Syafa yang terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan kedua sahabatnya itu .
Syafa duduk di pinggir kasur , matanya teduh menatap foto sang bapak yang baru saja meninggalkannya untuk selamanya .
" kamu sihh Riska , Syafa tuh lagi sedih malah di lontarkan pertanyaan tak penting " ujar Ayu , mengusap punggung Syafa
" maafin aku yahh , " sahut Riska penuh penyesalan
" gag apa-apa , aku hanya lagi sedih saja ! " ucap Syafa memeluk kedua sahabatnya .
Sementara Azril pulang dengan raut yang berbeda , pertemuan pertama dengan Syafa memberi warna baru dalam kehidupannya setelah bertahun menyimpan luka yang dalam karna kandasnya hubungan dengan sang model bernama Diana .
Setiap hari ia hanya bisa menatap foto sang istri lewat ponsel miliknya . Ia mengambilnya saat Syafa berada di mobilnya kemarin .
" kau tu bocil ! tapi mengapa membuat ku jatuh cinta padamu secepat ini " tanya Azril menatap foto Syafa .
Besok paginya , ia bergegas menuju ke kantor .
Tak bekerja beberapa hari membuatnya harus lembur , berkas menunggu di meja sudah menggunung .
Dia bersandar di kursi sambil membuka map yang tersusun untuk di pelajari serta di tandatangani .
Kelelahan membuatnya tertidur , rasa ngantuk membawa dirinya bermimpi sang istri .
Air matanya menitik , rasa takut mengelabui perasaannya .
Ia melirik jam tangan , ternyata masih jam 12.00 siang . Azril mengambil ponsel dan menelpon Syafa lewat telp milik Pesantren .
Syafa yang lagi istirahat berlari , panggilan sirine menyuruhnya ke majelis guru .
" Syafa , kemari Nak ? "
" ada apa Ustadzhah ? , sepertinya penting sekali "
" Ini ada telpon dari kakakmu , katanya ada yang ingin ia bicarakan ? " ucap Ustadzhah Dahlia menyerahkan telp genggam .
" Hallo , assalam mu'alaykum "
" wa'alaykumussalam bocil , gemana kabarmu ? oh yah kapan liburan semester " tanya Azril menjengkelkan Syafa .
" besok kak , tadi baru saja pembagian Raport ! , emangnya ke...?
" pembagian Raport ??? , kog gak bilang sama kakak ? kan kakak langsung ke sana .
" maaf kak , tapi Syafa gak punya nomor ponsel kakak ! " lirih Syafa , mengerutkan dahinya melihat Azril perhatian dengannya .
" yaampuun kakak lupa ! "
" baiklah kak , kalo gitu udah yahh telponannya , karna ada anak santri lain mau memakai telp ini , assalam mua'laykum "
tut tut tut
" Ini Bocil , aku belum siap nelp , malah di putusin " gerutu Azril meletak kasar ponsel di meja .
Begitulah yang mereka lakukan hingga Syafa mendapat gelar hafidzhah .
Enam tahun Syafa menimba ilmu , akhirnya menghasilkan yang luar biasa untuknya .
Mendapat predikat santriwati penghafal tercepat tidak membuatnya bangga , ia selalu merendah saat orang - orang memujinya .
Hari ini pihak sekolah mengadakan perpisahan , Syafa merayakan tanpa di dampingi walinya . Ia sengaja tidak memberi tahu Azril karna tak ingin merepotkan sang kakak . Azril seorang pengusaha tentu kesibukannya banyak .
" Syafa , Lu napa ? bengong saja ! " tanya kedua sahabatnya
" tidak apa- apa kog " jawab Syafa beranjak pergi menuju gedung yang di gunakan untuk acara perpisahan para santri lainnya .
Namun saat ia ingin melangkah terdengar teriakan seseorang memanggil namanya .
" Syafa aaaa ! " teriaknya , Sontak Syafa menoleh .
Syafa bukan senang , ia malah berjalan cepat tanpa menatap Azril yang sudah menunggu menyambut kedatangan dirinya .
Azril pun bergegas berjalan mengejarnya " Syafa ! " panggil Azril dengan raut kecewa
" Siapa yang menyuruh kakak ke sini ? " tanya Syafa menahan kesal pada Azril .
" Guru mu yang menelpon ku , makanya aku ke sini ! " ujar Azril yang tidak mendapati keramahan Syafa menyambutnya .
" sudahlah Syafa mau masuk ! "
" Syafa , tunggu ! , aku belum selesai bicara " tegas Azril yang sudah sedikit emosi melihat perlangkuan Syafa padanya .
Acara perpisahan tampak di mulai , raut wajah Azril masih terlihat kesal . Kelakuan Syafa hari ini benar- benar buatnya tak mengerti.
Para santriwati berdiri berjejer sembari memakai selempang bertulisan nama pribadi.
Terlihatlah Syafa yang berdiri terdepan bermain nasyid bersama teman- temannya.
Acara pun usai , Syafa terlihat menangis saat menyalami para Ustadzhah yang sudah membimbingnya hingga ia bisa seperti ini.
Ia memeluk Sahabatnya begitu erat , " Riska , Ayu , pasti aku merindukan kalian " lirihnya menatap kedua sahabat , namun terhenti saat Azril memberinya sebuah bunga.
" yaampunn Syafa , sosweet banget kakakmu ! , jadi iri aku " puji Riska menaikkan alisnya
" iyya , aku juga " sahut Ayu , membuat Syafa jadi salah tingkah .
" kalian apaan sihh , ini hanya bunga biasa tanpa unsur apa-apa ! , jadi jangan baper yahh !"
Kemudian seseorang pria datang memberi hadiah kepada Syafa , " selamat yah Syafa , atas keberhasilan kamu menjadi santriwati tercepat dalam hafalan " ucap Ustadz Haris yang mengagumi Syafa selama ini .
Syafa menerima pemberian dari Ustadz impiannya , ia memberi bunga dari Azril ke temannya , Ayu .
Azril melihatnya begitu kecewa , di depan matanya , Ustadz itu menyatakan cinta pada Syafa , " Syafa , sebenarnya saya malu ingin mengungkapkan karna ini pertama kali saya mengungkapkan pada seorang wanita " ucapnya gugup terlihat beberapa kali sang Ustadz mengelap keringat dingin.
" Emangnya Ustadz mau ngomong apa ? " tanya penasaran Syafa
" Iya Ustadz " sahut Riska dan Ayu
Sementara Azril terdiam tanpa berbicara , telinganya panas mendengar ucapan sang Ustadz.
" Cukup Ustadz , Syafa belum siap menikah " ucap Azril pergi , kemudian menarik paksa Syafa masuk ke dalam mobil.
Kemarahan Azril sudah meluap , ia mengemudi mobil dengan cepat dan membawa Syafa ke dalam sebuah penginapan.
Usai menyelesaikan administrasinya , Azril mengajak Syafa masuk ke dalam kamar , wajahnya merah padam membuat Syafa menangis.
" Mengapa kau tega memperlakukanku seperti ini , selama ini ku sangat menghormartimu , tapi hari ini kau benar-benar membuat ku kecewa " cetus Azril yang tak mampu menahan kecemburuan saat sang Ustadz mengutarakan cintanya ke Syafa .
" Seharusnya aku yang bertanya ? , kau bukan siapa- siapa aku , tapi kau mengatur hidupku . Asalkan kau tahu pria yang mengutarakan cinta padaku itu memiliki perasaan yang sama " teriak Syafa , kali ini ucapan Syafa lagi-lagi menyakiti perasaan Azril yang bertahun tahun menjaga rahasianya.
" Cukup Syafa ! , kau benar - benar sudah melewati batas kemampuanku.Sebenarnya aku ini adalah suamimu . Bapakmu lah yang memaksa aku menikahimu, apa kau ingin buktinya ? " tegas Azril , ia mengoceh ponsel di saku celananya dan memperlihat video rekaman pernikahannya.
Syafa menyaksikan dengan deraian air mata , bagaimana bisa bapaknya menikahkannya tanpa persetujuan dari dirinya.
Ia kaget , menerima Takdir yang tak ia impikan selama ini hingga ponselnya terlepas dari tangannya.
" Ini tidak mungkin " lirihnya menutup telinganya , seakan rekaman itu selalu berputar di ingatannya .
Syafa terduduk , air matanya terus saja tumpah luah , perasaannya hancur .
Azril melihat Syafa begitu sakit harus menerima kenyataan pahit , ia pun berusaha mendekati namun Syafa tak ingin ia menghampiri hatinya yang begitu sakit masih perih menerima takdir ini.
" Syafa , ku tak ada maksud ingin menyakitimu , aku janji akan jadi suami yang baik untukmu ! , " ucap Azril serius ,
Syafa masih terdiam membisu , ia pun berlari keluar menuju pemakaman sang bapak yang tak jauh dari penginapan.
Azril memutuskan keluar demi menenangkan pikirannya yang sudah bingung membujuk Syifa . Berbagai cara sudah ia lakukan tapi Syifa masih diam seribu bahasa .
" Bapaaak " lirihnya mencium batu kecil , air matanya mengalir .
" Mengapa bapak tega menikahiku dengannya ? aku sama sekali tidak mencintainya , aku masih takut seperti Ibu yang meninggalkan bapak hanya demi pria kaya , orang kaya hanya bisa menghina kita " lirihnya mengusap air matanya
Syafa yang kelelahan , membuatnya tidak sadarkan diri di kuburan . Azril yang baru menyadari kepergian Syafa bergegas mencari ke segala tempat , namun hasilnya nihil .
Hingga akhirnya ia memutuskan mencari di pemakaman Pak Imron , telihat Syafa yang terbaring lemah , suhu tubuhnya meningkat .
" Yaampunn Syafa , mengapa kau menyiksa dirimu seperti ini ? , sungguh aku tak sanggup melihat kau begini ! "
Azril mengangkat Syifa ke dalam mobil , wajah Syifa begitu pucat membuat ia sangat begitu khawatir . Azril memutuskan membawa ke penginapan dan sambil mampir ke Apotek untuk membeli obat .
Ia melatakkan di tempat tidur , suhu tubuh Syafa semakin tinggi , Syafa terus saja mengigau , menangis dalam tidurnya .
" Aku tidak mau menikah denganmu , hiks , hiks , " tangisan Syafa hingga tersedu- sedu .
" Syafa sebegitukah kau menolak pernikahan ini , aku tak menyangka perihal ini akan membuatmu begitu sakit , mungkinkah aku harus melepaskanmu ? " lirih Azril , ia sedih menatap Syifa , air mata jatuh
Syafa yang tersadar , bergegas bangun dan melihat ruangan di sekitarnya . Terlihatlah Azrul tertidur duduk di sampingnya karna kelelahan mengkompres Syifa .
Syafa menatap dalam Azril , wajah teduh nan tulus itu menghiasi kala dirinya sedang tidur .
" Ternyata jika kau tidur , kau sangat tampan ! tapi mengapa kau malah memilihku menjadi istri mu ! " ucap pelannya , ia ingin mengusap rambut hitam itu , namun sang pemiliknya terbangun . Syafa pun dengan cepat menarik tangannya .
" Aku senang akhirnya kau sudah sadar , kau mau makan apa ? biar aku yang belikan " ucap ramahnya melayani Syafa , ia melangkah namun langkahnya tertahan karna Syafa menariknya .
Azril tersenyum , namun mengingat ucapan Syafa saat tidur wajahnya berubah meredup .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!