***
Rani dan John adalah sepasang kekasih yang sudah memulai hubungan saat mereka masih duduk di bangku SMA. Tepatnya saat mereka kelas 2 SMA. Mereka saling mengenal saat mereka sama-sama masuk organisasi sosial di sekolahnya. John menyukai Rani, seorang gadis cantik yang memiliki hati yang sangat baik dan tulus.
Dan jika di hitung sampai sekarang, mereka telah berpacaran Selama 7 tahun. Sekarang umur Rani 25 tahun dan umur John 26 Tahun, umur mereka hanya terpaut 1 tahun namun mereka sama-sama dewasa dalam menjaga keharmonisan hubungan nya. Bukti nya John menghargai keputusan Rani yang ingin menjaga kesucian nya. Rani punya prinsip jika dirinya harus melakukan itu hanya dengan suami nya kelak.
***
"Sayang, kamu dimana? kok sampai sekarang tidak bisa dihubungi?"
pesan Rani pada John. Bagaimana tidak, John sudah tidak mengubungi nya selama 1 minggu, nomornya pun selalu sibuk.
Mereka juga tidak dalam keadaan bertengkar. Jadi tidak ada alasan kenapa John tidak menghubungi nya.
"Yasudah lah, mungkin dia sedang sangat sibuk mengurusi perusahaan ayahnya." gumam Rani mengontrol pikiran nya agar tetap dalam mode positif. Karena memang pacarnya adalah seorang tuan muda yang kaya, ayah nya adalah pemilik perusahaan internasional yang sangat besar.
Segera Rani bergegas untuk mandi, dan bersiap untuk rebahan. karena memang hari ini adalah hari weekend. Rani memang tipe pembersih dihari weekend saja dia tetap menyempatkan diri mandi 2 kali sehari.
Tok ... Tok ... Tok
"Rani, bisa turun kebawah sebentar? Ibu mau ngomong," teriak Ibu nya dari luar pintu kamar Rani
"Baik Bu, sebentar," segera Rani bergegas kebawah.
"Ada apa Bu?"
"Begini nak, sebentar lagi adik-adikmu sudah ada yang masuk kuliah, dan kau tayu kan Gina sangat pintar. Dia sangat ingin kuliah di luar negeri,"
Seolah mengetahui pembicaraan ini menjurus kemana, wajah Rani seketika berubah.
Memang Rani memiliki 5 orang adik, semua nya adalah anak angkat dari ayah dan ibunya yang sekarang. Dulu ayah angkatnya adalah seorang pengusaha yang sangat kaya, tapi karena ada suatu masalah, ayah nya pun bangkrut dan sekarang ayahnya mengidap penyakit kanker dan beberapa penyakit komplikasi.
Ibu angkat Rani hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, ayah dan ibu angkat Rani merupakan orang yang dermawan dan sangat baik hati. Bahkan saat mereka bangkrut pun mereka masih berusaha menghidupi ke 6 anak angkat mereka. Total nya ada 6 termasuk Rani.
Dan sekarang Rani adalah salah satu tumpuan keluarga, Rani bekerja disalah satu perusahaan swasta. Gajinya memang lumayan besar, tapi tentu saja tidak cukup untuk membiayai pengobatan ayah nya dan biaya sekolah adik-adik nya.
"Iya Bu, katakan lah," ucap Rani sudah menunduk.
"Begini nak, teman bisnis ayahmu dulu ada yang melamar mu. Dia masih muda, umur nya 30 tahun. Ibu lihat dia orangnya sangat baik dan sopan, jadi Ibu sudah mengatur makan malam kalian malam ini,"
"Dia bilang dia sudah mengenalmu, dia sudah lama tertarik padamu, makanya dia mau melamar mu. Disamping itu, Ibu mau berterus terang kalau kamu menerima lamarannya dia akan membiayai sekolah adikmu, dan ayahmu akan mendapat saham di perusahaan nya,"
"Ibu mohon kamu pertimbangkan dulu ya Nak, jangan berpikiran aneh tentang permintaan Ibu ini, Ibu hanya merasa dia tepat menjadi calon menantu Ibu. Apalagi kamu harusnya sudah menikah di usia segini,"
ucap Ibunya sangat lembut agar putrinya ini tidak tersakiti oleh permintaannya.
Mendengar permintaan ibunya membuat Rani terdiam, dia tidak bisa menyalahkan ibunya. Karena memang ibunya tidak salah, dia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Rani.
"Baik Ibu, nanti malam Rani akan coba bertemu dengan dia," balas Rani tersenyum pasrah.
"Baik Nak, Ibu sudah mempersiapkan gaun untukmu," seru Ibunya terdengar sangat antusias saat menerima respon Rani yang bahkan tidak menolak sedikitpun.
Segera ibunya berlari ke kamarnya dan membawa satu dress berwarna peach.
"Ini dulu adalah gaun Ibu saat kencan pertama dengan ayahmu, ukurannya pun pas dengan mu," dengan wajah berbinar dan penuh harap, ibunya menyodorkan gaun yang dibawa olehnya.
"Baiklah Ibu, Rani akan mengenakan gaun ini nanti, sekarang Rani mau mandi dulu," balas Rani sambil mengambil gaun yang di sodorkan ibunya.
"Baiklah Nak, Ibu akan menyiapkan makan siang bersama Gina. Nanti langsung turun saja ke bawah ya," seru Ibunya masih terlihat begitu senang.
***
Segera Rani naik ke atas dan masuk ke kamarnya, diraihnya ponselnya dan diketiknya pesan ...
"John, aku dijodohkan oleh ibuku dengan teman bisnis ayahku dulu ...."
Tapi tetap saja tidak ada balasan dari John.
"Baiklah terserah mu," ketus Rani sambil bersiap-siap untuk mandi.
Didalam kamar mandi, Rani berendam di dalam bathtub, dia mencoba membuang stressnya. Dia juga sedang memikirkan cara, bagaimana caranya agar perjodohan ini tidak terlaksana. Karena memang dia sudah berjanji hanya akan menikah dengan John. Walaupun John sekarang tidak bisa dihubungi, tapi tetap saja Rani mempercayai nya. Mengingat 7 tahun perjalanan cinta mereka, sungguh lah tidak mudah melepaskan hal itu. Karena memang sudah terlanjur nyaman.
"Aaaaaahh, aku pusing! John kau dimana?" teriak Rani di dalam kamar mandi. Dia sedang sangat membutuhkan teman cerita sekarang.
"Huh, saat aku membutuhkan mu, kau malah tidak ada! dasar!" gerutu Rani sembari memukul-mukul bebek mainan yang ada di bathtub itu.
***
Setelah Rani menyelesaikan mandinya, dia dibuat terkejut oleh keberadaan Gina, adiknya sedang tiduran di kasur. "Ngapain kau disini? aku mau tidur dulu," ucap Rani ingin sendirian dan tidur sebentar.
"Dih, kaka mah gitu sama Gina, Gina baru aja bantuin ibu masak. Gina mau cerita-cerita dulu, bentar lagi kan Gina udah berangkat ke luar negeri kak buat kuliah," balas Gina dengan ekspresi sedih.
Melihat itu Rani jadi tidak tega, "Aduh adikku ini memang sungguh manja, membuat kaka nya gemes terus," respon Rani sembari memeluk adiknya Gina.
"Kau mau cerita apa? cepatlah kakakmu ini sibuk. Dunia mimpi dan pangeranku sedang menunggu," ucap Rani pura-pura melihat jam di dinding kamarnya.
"Hahaha, bentar lagi juga Kaka akan bertemu dengan pangeran Kaka. Kaka sudah kenal belum sih sama calon suami Kaka?" tanya Gina meledek.
"Idih, kau itu masih kecil. Tidak usah mengurusi urusan orang dewasa," balas Rani sembari mencubit pipi adiknya itu.
"Tapi kan Kak, aku sudah pernah melihat calon suami mu. Saat Kaka bekerja, dia datang kesini menjenguk ayah. Dia SANGAT TAMPAN!" ucap Gina membelalakkan matanya.
"Masa sih dek? setampan apa?" jawab Rani kepo.
"Dih kepo, katanya tadi aku tidak usah mengurusi urusan orang dewasa, hahaha," ledek Gina sembari kabur dari kamar Rani. dia sangat senang melihat kakaknya penasaran.
"Aih, dasar kamu ya. Nanti Kaka enggak akan kasih kamu uang jajan, bleekkk," balas Rani sembari menjulurkan lidahnya meledek Gina dan langsung menutup pintu kamarnya agar Gina tidak bisa masuk.
"Kaka jangan gitulah, terus nanti aku makan bakso gimana? masa iya aku lihatin temen aku makan bakso, terus aku cuman menelan ludah?" Gina mengucapkannya sembari memelas dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rani.
"Kaka cuma bercanda Gina, kamu kesana lah dulu. Kaka ingin tidur sebentar," jawab Rani dalam kamar.
"Okey aku akan berhenti ganggu Kaka, yang penting jajan Gina tetap lancar," ucapnya sembari pergi dari pintu kamar Rani.
"Dih dasar, adikku ini memang punya banyak akal," sungut Rani dan kemudian dia pun terlelap.
***
Di kantor Gama.
***
"Bagaimana Ron, sudah kau persiapkan semuanya?" tanya Gama ke Roni asisten pribadinya.
"Sudah Tuan, nanti malam kalian akan mengadakan makan malam bersama," balas Roni hormat
"Baiklah, kau boleh lanjut bekerja," ucap Gama seraya menyuruh assistennya itu beranjak dari ruangannya.
"Baik Tuan, saya permisi dulu," jawab Roni sopan.
"Lihat saja John, akan aku rebut kekasih mu, kau boleh memiliki perusahaan ayah. Tapi ada harga untuk semua itu, akan aku rebut semua yang kau cintai," sinis Gama sembari memandangi ke menara-menara di luar kantornya.
Gama sudah mengetahui tentang hubungan John yang dirahasiakannya selama ini, Gama pun tahu betapa John sangat mencintai kekasihnya itu. Gama berencana menikahi kekasih John dan menyiksanya, dia ingin John melihat orang yang dicintainya menderita.
Gama sangat dendam dan tidak suka pada John, John adalah adik tirinya, dari Istri kedua ayahnya.
Dulu ayah Gama selingkuh, saat ibunya sakit. Bahkan ayahnya tega membawa selingkuhan dan anaknya ke rumah. Saat itu Gama masih kecil, tapi Gama sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya.
ayahnya begitu tega bermesraan di depan ibu Gama, terkadang Gama melihat ibunya menangis. Hal itu benar-benar membuat Gama sangat marah pada ayahnya.
Ayahnya begitu memanjakan anak yang dihasilkan dari perselingkuhan itu. Ya, anak itu adalah John. Dan melihat pemandangan itu benar benar membuat Gama berang.
Sampai beberapa bulan setelah selingkuhannya tinggal dirumah, ibu Gama meninggal. Saat itu Gama bersumpah akan menghancurkan ayahnya, menghancurkan perempuan murahan yang sekarang jadi ibu tirinya dan menghancurkan John.
Sekarang Gama memiliki perusahaannya sendiri, dia tidak pernah bergantung sedikit pun pada kekayaan ayahnya.
Gama bertekad akan menghancurkan ayahnya sampai ke akar, agar ayahnya tahu penderitaan Gama.
Saat ini Gama sengaja membiarkan John mempelajari perusahaan ayahnya itu, Gama ingin John mengambil alih perusahaan itu dan saat itu lah Gama berencana menghancurkannya.
"Hahaha, aku tidak sabar melihat wajah penderitaanmu John, akan kubuat kau merasakan penderitaan ku. Juga ibu mu, akan ku buat dia merasakan neraka. Kita tunggu saja tanggal mainnya," geram John sambil menghisap rokok di tangannya.
Di rumah Rani.
"Ibu, lihatlah kak Rani, wajahnya kok musam begitu, jadi makin jelek!" ledek Gina, Gina memang sangat suka bercanda.
Gina sangat tidak suka saat kakanya Rani bersedih, Gina akan berusaha sekeras mungkin untuk menghibur kakanya itu.
"Iya ibu lihatlah, makan siang keluarga yang amat sangat sakral ini jadi ternodai," timpal Deni bercanda.
"Apaan sih adik-adik ku ini sungguh perhatian ya sama kakaknya, mana berani kaka memasang wajah musam. Apalagi saat ini ada ayah disini. Makan siang sakral kita ini bisa berubah jadi ajang penceramahan nanti," jawab Rani agar semuanya tidak khawatir.
Rani pun menjaga agar ayahnya tidak mulai berceramah, bisa memakan waktu 2 jam nanti, jika ayahnya sudah memulai ceramah yang berunsur nasehat itu.
"Sudah, sudah, makanlah cepat," gerutu ibu nya menghentikan perdebatan anak-anaknya itu.
"Ehhh, Deni berdoa dulu," decak ibunya saat mendapati Deni sudah ingin memakan makanannya.
"Eh iya bu hehe, maapin yee," respon Deni cengengesan.
Hal itu membuat semuanya tertawa terbahak-bahak. Makan siang sakral keluarganya pun dimulai seperti biasa. Penuh kehangatan dan canda tawa.
(Notes : dibilang sakral hanya karna Saat waktu makan tidak boleh ada satu anggota keluarga pun yang tidak hadir, saat makan merupakan saat saat penting keluarga nya berkumpul bersama)
***
Flashback on.
"John, bulan ini kau ke London dulu ya, belajarlah disana bersama teman Ayah, Ayah mau kau mengambil alih perusahaan ini," ucap Deffan tegas pada putranya John.
"Baiklah Ayah," jawab John menyanggupi dan John segera pergi ke ruangan itu hendak menghubungi kekasihnya Rani.
"Loh, nomornya dari kemaren kok enggak bisa di hubungi yah?" gumam John keheranan.
Namun John tidak menyerah, John pun mengirim pesan pada Rani.
"Sayang, lagi apa? aku rindu padamu,"
tapi tak kunjung ada balasan, padahal besok John sudah harus berangkat ke London. Ingin sekali John menjumpai Rani, tapi terhalang karena banyak berkas yang harus ia kerjakan sebelum ke London.
"Ah sudah lah, lagian kami saling percaya. Sudah 7 tahun menjalin hubungan, di tinggal 1 bulan bukan masalah," benak John percaya pada Rani.
Ke-esokan harinya, John berangkat ke London. John sudah mencoba menelepon Rani berulang kali juga mengiriminya pesan, tapi tidak kunjung ada respon.
"Yasudah lah mungkin dia sedang sibuk, akupun harus serius dulu dalam bulan ini, setelah ini aku akan melamarnya." benak John melanjutkan perjalanannya.
Di kantor Gama.
"Hahaha, pergilah bajingan! kau tidak tahu bahwa aku telah meretas nomormu. Kau tidak akan bisa menghubungi kekasih tercinta mu bulan ini. Dan saat kau pulang nanti, dia akan menjadi istriku. Haha," Gama tertawa sampai menggema di ruangannya itu. Gama membayangkan ekspresi putus asa John akan seperti apa nanti.
Ya, memang Gama telah merencanakan semuanya dengan sangat matang. Bahkan dia mempekerjakan IT terbaik agar bisa meretas nomor John, dan membuatnya tidak bisa menghubungi Rani, begitupun sebaliknya.
Sebenarnya dia bisa melakukan sendiri akan tetapi banyak hal yang harus ia dulukan, dan hal itu bukan hal sulit untuk dilakukan.
Dan rencana pendekatan ibunya Rani pun dimulai. Pertama-tama Gama datang ke rumah Handoko Mahendra, pura-pura ingin menjenguk dan menanyakan kabar.
Kebetulan dulu mereka adalah teman bisnis, jadi tidak heran jika Handoko menyambutnya dengan baik.
Lalu, Gama mendekatkan diri kepada Sheryl Winata, ibunya Rani. Betul saja ibunya langsung menyukai Gama, karena memang Gama pandai sekali bersandiwara.
Menurut Sheryl, Gama adalah orang yang santun dan ber-empati tinggi. Apalagi Sheryl sangat antusias dan senang saat mengetahui Gama tertarik kepada putrinya Rani.
Memang Rani tidak memberitahukan perihal hubungannya dengan John kepada siapapun, karena memang John adalah seorang tuan muda yang kaya. John takut Rani kena masalah jika hubungan mereka dipublikasikan. Karena itu lah mereka menutupi hubungan mereka.
Flashback off.
***
"Baiklah Nak Gama, nanti Ibu akan coba membicarakan perihal keinginan mu yang ingin menikahi putri ku. Malam ini kalian makan malam saja, kau atur lah tempat makannya. Nanti Ibu akan mengatur Rani agar mau kesana," ucap Sheryl antusias.
"Wah, terimaksih banyak Bu. Gama memang sangat menyukai Rani, Gama janji nanti akan menjaga Rani sepenuhnya," respon Gama dengan sangat ramah.
Ya tentu saja, itu hanya sandiwara belaka. Mana mungkin seorang Gama akan setia pada satu perempuan. Jika tidak karena ingin membalaskan dendam, Gama mungkin tidak akan mau menikah dan mengikat janji suci pernikahan.
Bagi Gama kesetiaan itu setipis kulit ari buah salak. Sangat tipis dan mudah hancur,
Gama belajar dari pengalaman ibunya, betapa kesetiaan ibunya telah di khianati ayahnya sampai ibunya meninggal.
"Baiklah Bu, Gama permisi dulu ya, mau mempersiapkan makan malam dengan Rani," ucap Gama sangat sopan sembari mengundurkan diri untuk mempersiapkan makan malam yang sudah ia rencanakan.
"Baiklah Nak Gama, hati-hati yaa di jalan," respon Sheryl dengan ramahnya, Sheryl begitu senang saat tahu putrinya akan menikahi orang yang sangat baik seperti Gama.
***
Di kediaman Rani.
***
"Putriku, sudah kah selesai kau berdandan?" tanya Sheryl sambil berjalan ke dalam kamar Rani.
"Sudah dong Ibuku sayang," respon Rani sembari memeluk Ibunya
"wah Lihatkan kau cocok sekali mengenakan dress lama Ibu," tanpa sadar air matanya Sheryl menetes.
Melihat itu Rani begitu panik,
"ada apa Ibu? kenapa Ibu menangis? kalau Ibu menangis Rani akan sangat sedih dan tidak bisa ikut makan malam," melihat ibunya menangis sungguh membuat hati Rani sakit.
Rani tidak bisa melihat air mata ibunya, itu sangat menyakitkan bagi Rani.
"Tidak apa-apa Nak, Ibu hanya merasa sangat senang. Gama adalah orang yang sopan dan baik. Belum juga kau menikah, Ibu sudah sangat sedih seperti ini," jawab Sheryl sembari memeluk putrinya itu.
"Ibu jangan menangis, lihatlah makeup Sheryl hancur lagi," tangisan Sheryl makin deras membasahi pipinya. Tadi saat melihat ibunya menangis, tanpa disadari Sheryl ikutan menangis juga.
"Aduh, cucilah mukamu sana. Mulai lah bermake up lagi, maafkan Ibu karena membuat mu sedih," ucap Sheryl sembari mengelap air mata Rani.
"Ibu sih, pake acara nangis di depan Rani, Ibu tahu sendiri Rani orangnya gimana," gerutu Rani sambil membersihkan makeupnya yang sudah hancur akibat air matanya itu.
1 jam kemudian,
"Ibu, Ayah, Rani berangkat dulu yah," ucap Rani sembari pergi ke alamat yang diberikan ibunya.
"Baiklah Nak, hati-hati dijalan ya," Respon ayah dan ibunya itu.
"Nanti pulang ceritain yah Kak," teriak Gina dari balkon kamarnya.
"Diamlah, kamu masih anak-anak," respon Rani meledek dan langsung bergegas pergi.
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit, samapai lah Rani di restoran yang sangat mewah. Letaknya berada di puncak menara yang sangat tinggi.
"Yaampun mewah sekali ini," benak Rani terpukau melihat kemewahan restoran yang ia datangi itu.
"Halo Nona Rani, silahkan," ucap seorang pria berperawakan tinggi sambil menuntun Rani kesebuah meja yang sudah di duduki seorang pria yang lain.
Sesaat setelah pria itu melihat Rani, dia langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.
"Gama," ucap Pria sembari tersenyum ke arah Rani.
"Ooh halo nama saya Rani," Rani membalas salaman pria itu dengan sopan dan ramah.
Dimulai lah makan malam mereka, sungguh tercengang Rani melihat makanan yang di mejanya. Sangat mewah dan terlihat sangat enak.
Tanpa berpikir panjang, dia segera melahap makanan yang dimejanya dengan sangat cepat. Rani memang memiliki nafsu makan yang besar.
Melihat itu Gama tercengang. "Yaampun lihatlah wanita ini. Tidak menjaga sikapnya di hadapan seorang laki-laki. Apa yang membuat John menyukai nya? dia seperti gelandangan!" gumam Gama dalam hati, Gama merasa risih akan sikap yang baru saja Rani perlihatkan padanya.
"Eh Tuan Gama makan juga, makanannya enak sekali loh," ucap Rani sembari mengunyah makanan di mulutnya. Rani kebingungan karena dari tadi, Gama hanya diam dan hanya melihat dirinya makan.
"Oh iya Rani, dengan melihat mu makan saja aku sudah sangat senang sampai aku lupa, aku juga butuh amunisi," jawab Gama dengan sangat ramah dan gaya yang bercanda.
"Haha, jangan gombal Tuan, tidak akan mempan," respon Rani melanjutkan makan nya.
"Idih, siapa yang gombal? kalo tidak karena pembalasan dendam ku, mana mau aku satu meja dengan mu!" gumam Gama merasa kesal akan respon Rani barusan.
Setelah beberapa menit, semua makanan yang ada di meja sudah habis di lahap oleh Rani.
"Wah, enak sekali. Baru kali ini Rani memakan makanan yang sangat enak. Terimakasih ya Tuan," Rani mengakatan itu sambil memegangi perutnya yang sudah membuncit akibat kekenyangan.
"Aduh, lihatlah dia, sudah seperti babi. Bagaimana mungkin seorang wanita makan begitu banyak dihadapan seorang pria? berantakan lagi, sangat tidak anggun," gumam Gama geleng-geleng. Baru kali ini Gama menjumpai jenis wanita seperti Rani. Biasanya Gama memang berinteraksi dengan perempuan-perempuan yang sangat anggun dan cantik.
"Haha, kau makan sangat lahap. Aku sangat senang telah membawamu kesini, melihatmu bahagia aku pun jadi ikut bahagia," jawab Gama sambil tersenyum ke arah Rani. Sungguh Gama sangat pandai bersandiwara, cocok memenangkan penghargaan oscar.
***
Diluar dugaan Gama, sesi makan selesai begitu cepat. Karena memang Rani makan dengan sangat cepat, bukan karena Rani tidak mau berlama-lama, tapi memang Rani adalah tipe orang yang makan dengan lahap dan juga cepat.
Karena merasa suasana menjadi hening, segera Rani membuka percakapan. Karena sebenarnya pun banyak sekali yang ingin Rani tanyakan.
"Tuan Gama, ibuku bilang, Tuan melamar aku karena memang sudah mengenaliku. Tapi aku merasa tidak mengenalimu?" tanya Rani menyelidik. Karena dia memang tidak mengenali Gama.
"Oh iya Rani, aku sudah lama kenal dengan dirimu, aku adalah Direktur Utama di perusahaan mu bekerja. Aku sering melihatmu dan juga bertemu dengan mu di Lift, tapi mungkin kamu tidak memperhatikan aku," balas Gama mengarang.
"Hah? Direktur di perusahaan aku bekerja? pantas namanya serasa tidak asing," gumam Rani terbelalak mengetahui kenyataan itu.
"Eh iya mungkin saja Tuan, hehe," respon Rani tiba-tiba gugup dan kurang nyaman.
"Jangan gugup Rani, lagian sekarang aku ini calon suami mu," balas Gama lembut sembari melempar senyuman terbaiknya.
"Hah? tunggu, tunggu Tuan, calon suami? aku kan belum setuju Tuan. Aku datang kesini ingin membicarakan perihal itu, sebenarnya aku sudah punya kekasih Tuan, jadi aku ingin menolak permintaan Tuan," jawab Rani menunduk, karena memang niatan awalnya memenuhi janji makan malam ini adalah untuk menolak lamaran Gama.
"Sialan anak ini! berani sekali menolak aku? belum pernah ada yang berani menolak ku sebelumnya!" decak Gama geram karena mendapat penolakan telak dari Rani.
"Aku sudah tahu kamu punya pacar, aku juga ingin memberikan kamu sebuah informasi tentang pacarmu," jawab Gama sembari memberikan sebuah amplop ke depan Rani.
Segera Rani menerima amplop itu dan membuka nya. Betapa syoknya Rani melihat foto-foto yang berada di dalam amplop itu, bergetar tangannya memegang foto itu.
Dilihatnya dengan sangat jelas, foto kekasihnya John sedang memasangkan cincin di jari manis seorang gadis cantik yang sedang mengenakan dress mewah. Dan dilihatnya pula undangan yang berada di dalam amplop, 'John Yu x Christy Lin' itulah nama yang tercetak di undangan itu.
Rani merasakan hatinya hancur, dia tidak bisa memproses peristiwa ini. Bagaimana mungkin John tega menghianati dirinya.
"Tidak mungkin, pasti ada yang salah," gumam Rani menepis kenyataan yang baru saja di lihatnya.
"Rani, kamu pasti tidak tahu kan jika John pergi ke London untuk merayakan pertunangannya dengan Christy. Kamu telah di khianati olehnya, disamping itu kamu tidak bisa menolak pernikahan kita. Karena ayahmu butuh pengobatan intens segera, adikmu juga butuh dana yang besar. Disini aku hanya ingin membantumu, tidak mungkin kan kamu menolak permintaan ibumu?" Gama menjelaskan ke Rani dan mempertegas bahwa Rani tidak punya pilihan lain selain menikahi dirinya.
Mendengar itu Rani semakin bingung, sedari tadi otaknya sudah berhenti bekerja. Dia sudah tidak bisa mencerna semua perkataan Gama. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah John.
"Tidak mungkin John berselingkuh, kesetiaan kami tidak serapuh ini. Tidak mungkin," tepis Rani dalam hatinya, Rani belum bisa menerima dan mempercayai kenyataan yang baru saja ia ketahui itu.
"Tuan, Rani ingin pulang. Masalah pernikahan biarlah nanti ibu yang mengurusnya," balas Rani dengan suara yang begitu lemah. Dia sudah ingin sekali menangis dan berteriak tetapi dia tahan, Rani tidak ingin menangis di hadapan orang yang baru ia kenal.
"Baiklah, take your time. Untuk masalah pernikahan, nanti akan aku urus. Kamu tinggal hadir saja di pernikahan, malam ini ku anggap jawaban itu sebagai persetujuan dari mu," ucap Gama saat Rani mengatakan akan pulang.
Satupun perkataan Gama sudah tidak bisa masuk ke kuping Rani, yang Rani inginkan hanyalah pergi dari gedung ini dan berteriak sekencang-kencang nya.
"Baiklah Tuan, Rani permisi dulu," ucap Rani dengan tatapan kosong dan wajah yang sendu.
Asisten Gama bergegas ingin mengantarkan Rani, tapi sudah langsung ditolak oleh Rani.
"Tidak usah tuan, saya ingin pulang sendiri. Tolong jangan ganggu saya dulu," balas Rani menolak Roni Doon.
Segera Gama mengodekan ke Roni untuk membiarkan Rani sendiri.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!