NovelToon NovelToon

Adam & Hawa

Chapter l

"Maafkan aku, Oppa. Aku tidak bisa menuruti permintaanmu. Untuk saat ini, aku masih ingin menata hati untuk bisa berhadapan denganmu. Dan ketika aku sudah siap, kita bisa bertemu kembali. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu sekarang, Oppa. I love you, Oppa."

...----...

"Apa maksudnya? Bukannya semalem lo pergi itu buat ketemuan sama Hawa? Mana gak ngajak-ngajak gue lagi? Wah, bener-bener menyebalkan sekali lo, ya, Bim!" Adam mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa dia merasa marah ketika tahu, bahwa manajernya bertemu dengan wanita yang dia sukai.

Bima mengernyitkan dahinya bingung. Ada apa dengan Adam? Dan kenapa Adam seperti marah kepadanya?

"Eits, tunggu dulu! Gue kemaren itu beneran pergi bareng temen-temen gue dan waktu malem kita nongkrong di Pendopo Lawas, nggak sengaja ketemu sama Hawa. Jadi, ya kita duduk semeja bareng sama yang lain. Jujur gue juga nggak nyangka bisa ketemu lagi sama Hawa di sana," terang Bima, sambil membereskan peralatan, serta baju Adam, lalu dimasukan ke dalam koper. Pekerjaan mereka sudah selesai dan waktunya mereka untuk pulang.

...------...

"Kenapa tak menghubungiku? Aku, kan, bisa langsung datang saat kamu menghubungiku. Tolong, Hawa! Jangan menyiksa diri kamu sendiri. Katakan jika kamu ingin bertemu denganku!"

"Aku ... aku hanya tidak ingin mengganggumu, Oppa," elak Hawa.

"Maafkan aku, jika selama 2 minggu ini tidak menghubungimu. Aku hanya tidak tahu harus berkata apa saat bertemu denganmu. Diri ini terlalu malu setelah ditolak olehmu. Jujur, hatiku cukup terluka saat itu. Tapi, setelah 2 minggu tidak melihatmu ... Aku sadar, kalau sudah benar-benar jatuh hati padamu," ungkap Adam jujur.

Adam menggenggam tangan Hawa lembut.

Tangan mereka kini saling bertaut, bahkan air mata sudah membasahi pipi kedua insan tersebut. Mereka terlalu mencintai satu sama lain, tetapi memilih memendamnya sehingga membuat mereka menderita sendiri.

"Hawa. Apa kamu mau menjadi kekasihku?" tanya Adam gugup.

Netra Adam menatap tegas ke arah Hawa, tanpa ada keraguan sehingga gadis itu kembali menitikkan air mata. Tangannya pun bergerak menghapus cairan bening yang sudah lancang membasahi wajah Adam. Dengan bibir bergetar menahan isak tangis, Hawa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Adam.

Melihat itu, Adam langsung meraup tubuh Hawa dalam pelukannya.

"Terima kasih, Sayang! Terima kasih, sudah bersedia menjadi kekasihku. Aku janji akan menjaga kepercayaan kamu."

Hawa melepaskan rengkuhan mereka. Pipinya berubah merah merona karena malu.

"Berarti, kita sekarang sudah resmi jadi sepasang kekasih, kan?" tanya Adam.

"Nggak tau,"

"Yakh, mana bisa begitu? Kan, tadi kamu sudah mengangguk. Berarti tandanya kita sudah pacaran. Jangan bikin saya marah, yah sayang! Mau aku cium kamu kamu sekarang juga?" ancam Adam.

Hawa langsung berdiri, dan berniat pergi menjauh dari jangkauan Adam. Tetapi, ia tidak bisa melakukannya, karena Adam sudah memerangkap tubuh kecilnya dalam rengkuhan.

"Eits, tidak bisa! Kamu tidak bisa lari lagi dariku, karena aku sudah mengikatmu dengan cintaku. Hahaha

...------...

"Lo nggak akan mempermainkan dia, kan? Seperti lo mempermainkan mantan-mantan lo dulu." Desak Bima.

Adam menolehkan kepalanya, lalu melihat ke arah sang manajer yang sedang menunggu jawaban pertanyaan dari pria tersebut.

"Maksud lo apa, bertanya seperti itu?"

"Gue tau kalau selama ini lo pacaran itu, cuma buat seneng-seneng doang. Tapi, please! Tidak untuk dia."

Adam semakin tidak mengerti, apa maksud dari ucapan sang manajer.

Iya, dia akui kalau selama ini ia pacaran hanya untuk bersenang-senang saja. Namun, semenjak mengenal gadis itu, dia sudah lupa akan segalanya. Yang ia inginkan sekarang adalah selalu bersama dia setiap waktu, bahkan sekarang pun, ia sudah merindukan sang kekasih.

"Gue chat dia, ah! Siapa tau dia lagi nggak sibuk," cetus Adam.

Ia langsung mengeluarkan ponsel, lalu mencari nomor kontak kekasihnya.

Bima yang merasa diabaikan langsung merebut ponsel Adam.

"Bang, apa-apaan sih? Gue mau chat Hawa, jadi balikin ponsel gue!"

"Lo belum jawab pertanyaan gue?"

"Pertanyaan yang mana, sih?"

"Ckckck. Nggak usah pura-pura bego deh, lo. Gue yakin lo tadi denger ucapan gue. Jadi, jawab sekarang juga!" Hardik sang manajer.

Ia menghela nafas, lalu matanya menatap datar Bima.

"Gue mau tanya dulu sama lo, Bang?" tanya Adam sambil memangku tangannya.

"Apa?" jawab Bima.

"Kenapa Lo sekhawatir itu, sama dia? Lo lagi nggak berniat menusuk gue dari belakang, kan Bang?" tuduh Adam.

"Astaghfirullah. Kenapa lo tega banget nuduh gue kaya gitu?" tanya Bima tak mengerti.

Bima menyugar rambut frustasi. Sedangkan Adam hanya diam, tak merasa bersalah dengan ucapannya. Justru, ia penasaran apa yang akan Bima katakan.

"Oke, gue bakalan jujur sama lo. Iya, Dulu gue emang sempet, suka sama dia, tapi ... tunggu dulu! Jangan marah dulu." Sergah Bima saat melihat Adam yang bangun dari kursi.

Adam menatap sengit manajernya. Beruntung, mereka sekarang sedang berada ruangan tertutup. Coba kalau ada yang denger, bisa jadi gosip nanti.

"Tapi itu dulu! Sebelum gue tahu, kalau dia cinta sama lo. Makanya, gue berharap banget sama lo, untuk tidak menyakiti hatinya." Ungkap Bima.

TBC

Yuk lanjut baca ceritanya. Dijamin nggak bakalan nyesel deh.

Diam Diam Cinta ll

Suasana apartemen yang di dominasi warna putih dan abu-abu, terlihat cukup lengang. Mungkin dikarenakan sang pemilik kamar masih tertidur pulas di atas ranjangnya.

Pria itu adalah Adam Alditri. Seorang superstar yang tengah naik daun dan namanya pun selalu dielu-elukan oleh penggemar setianya. Paras tampan, serta suara khas milik Adam--biasa dipanggil-- selalu bisa membius setiap orang yang mendengar.

Bakat Adam Alditri sendiri selain menyanyi, dia juga merambah dunia akting. Maka dari itu, semakin membuat namanya melambung tinggi.

"Eungh, berisik banget, sih!" keluh pria yang masih berada di atas ranjangnya.

Tangan pria itu lalu meraba ke atas nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Saat benda yang sedari tadi membuat kupingnya pengang berhasil di dapat, ia pun langsung membuang asal.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Matahari pun sudah mulai berada bosan mengintip Adam dari balik jendela, tetapi ia tetap tidak merasa terusik. Dasar bebal.

"Astaga, itu orang tidur, apa mati, sih? Jangan bilang dia lupa, kalau saat ini punya jadwal! Menyebalkan sekali." Seseorang berperawakan tinggi dan tampan sedang berusaha membuka pintu dari luar.

Bunyi password pintu yang sedang di tekan dari luar, tidak juga membuat sang pemilik apartemen curiga. Kalaupun ada maling, mungkin Adam tidak akan sadar.

Pintu apartemen terbuka sempurna. Menampakkan sosok laki-laki bertubuh tegap dan berparas tampan, masuk kedalam apartemen sang Artis.

"Adam! Adam!" panggilnya dengan kesal.

Wajah laki-laki itu merah seperti menahan emosi, kepada sang pemilik rumah. Ia menatap tajam ke arah pintu kamar yang masih tertutup rapat itu. Dengan sekali sentak, pintu kamar itu terbuka lebar, sedangkan Adam sama sekali tidak terganggu.

"Astaga. Adam, apa yang lo lakukan? Ini tuh udah jam sepuluh! Bangun gak lo!"

Lelaki itu adalah Bima Negara--manajer Adam Alditri, kakak tingkat di fakultas tempat mereka belajar dulu.

Lantas bagaimana bisa, Bima menjadi seorang manajer? Sudah jelas karena mereka adalah sahabat baik sejak SMA. Bima dan Adam bertemu pertama kali, karena suatu kejadian yang cukup memalukan.

Saat itu, Bima sedang pendekatan dengan seorang adik kelas di sebuah cafe. Namun saat Bima akan membayar, tiba-tiba dompet di saku celana tidak ada. Gadis itu pun malu hingga pergi begitu saja, meninggalkan Bima yang tengah kebingungan.

Adam yang saat itu baru saja selesai menyanyi di cafe, langsung membantu Bima membayarkan tagihan makan pemuda tersebut. Bima yang merasa malu, langsung meminta maaf dan berjanji akan mengganti uang Adam nanti, ketika bertemu kembali.

Dari situlah persahabatan mereka bermula hingga bertahan sampai saat ini. Adam menjadi Artis, sedangkan Bima sebagai manajernya.

Bima yang marah langsung menarik selimut Adam, kemudian membuangnya ke lantai. Kini, terpampanglah tubuh polos milik Adam yang hanya tertutupi boxer.

"Bangun, Adam!" teriak Bima, sambil menimpuk wajah Adam dengan bantal yang dia temukan di samping kakinya.

"Berisik, Bim! Lima menit lagi," omel Adam, lalu menarik guling yang tadi Bima lemparkan.

Sang manajer berdecak.

"Setengah jam lagi, lo itu ada jadwal pemotretan, Adam!" hardik sang manajer. "Jadi, nggak ada lima menit-menitan lagi. Bangun sekarang juga! Atau, lo mau gue guyur pake air seember!" Imbuhnya penuh ancaman.

Bima berkacak pinggang, sambil melihat si Artis yang mulai terusik.

"Gue baru tidur tadi subuh, Bim. Lo bisa ngertiin gue nggak, sih?" Adam masih memejamkan mata ketika menjawab pertanyaan dari si manajer.

"Siapa yang nyuruh lo buat tidur subuh? Gak ada. Padahal udah jelas semalam kita pulang jam sepuluh," cibir Bima tidak mau mengalah. "Gak usah banyak alasan deh, Dam! Lebih baik mandi sekarang, atau HP lo, gue sita selama seminggu," imbuhnya.

Dia sangat tahu, kalau sang artis tidak bisa sehari saja tanpa ponsel di tangan. Entah apa yang di lakukan Adam, ia pun tidak tahu. Karena ia juga tahu kalau sang artis butuh privasi.

"Sh*it! Lo bisa banget, sih, bikin gue emosi pagi-pagi," umpat Adam, lalu beranjak bangun dari atas ranjang dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi.

Bima hanya mengangkat bahu, tidak perduli dengan segala ucapan sang artis. Ia menyiapkan baju yang akan dikenakan oleh Adam sekarang dan untuk nanti di pemotretan. Ia juga sudah menyiapkan semua kebutuhan lainnya di dalam mobil Alphard yang diparkiran di basemen bawah.

Mereka sengaja menggunakan mobil yang besar untuk memudahkan mereka untuk menaruh barang-barang kebutuhan Adam nantinya.

Adam keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian pinggul sampai lututnya saja. Adam melirik kearah Bima yang kini sedang memainkan ponselnya lalu asma mengambil baju yang sudah di ambilkan oleh Bima di atas ranjangnya.

Bima melirik Adam yang kini sedang mengenakan baju, kemudian memilih keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil air minum. Satu tegukan kini mulai membasahi tenggorokan si manajer. "Hah, leganya."

Adam keluar dari kamar setelah mengenakan kaos berwarna putih bertuliskan Celine dan juga celana bahan berwarna khaki. Bajunya dimasukkan kedalam celana, jangan lupakan kacamata membingkai penampilan Adam, semakin tampan. Rambutnya yang sudah mulai panjang makin membuat penampilannya semakin membuat anak gadis ingin menguap lembut rambut Adam yang lembut.

"Buruan Bim! Tadi siapa yang nyuruh gue buat cepet-cepet. Kenapa malah lo yang kaya siput," sindir Adam dengan kurang ajarnya, tetapi jangan harap Bima akan sakit hati dengan ucapan Adam yang seperti itu.

Karena sedari awal, mereka sudah membuat perjanjian untuk tidak menggunakan bahasa sehari-hari. Jadi, jangan heran jika kalian melihat tingkah mereka yang cukup kurang ajar satu sama lain.

"Kalau bukan idola banyak orang udah gue bunuh lo dam."

"Kkkkk...kaya berani aja Lo sama gue."

"Stop. lebih baik kita buru-buru pergi sekarang dari pada Lo telat malah bikin ribet."

"Iya..iya..Ohya Bim, gue nanti pemotretan sama siapa?"

"Maksud Lo pasangan Lo gitu?"

"Iya."

"Sama artis pendatang baru. Kalau nggak salah namanya Berliana. Lo tau dia kan? ituloh yang viral gara-gara filmnya yang laris manis itu."

"Ah dia."

"Jangan bilang Lo nggak tahu dia yah dam?"

"Emang penting banget gue harus ngafali semua nama artis..?"

"Ckckck seengganya Lo nanti harus pura-pura aja mengenal dia supaya tidak membuat orang lain mengecap Lo artis sombong."

"Sejak kapan gue jadi terkenal jadi artis sombong? Setahu gue, gue ini terkenal dengan ....."

"Ok berhenti membanggakan diri Lo sendiri. Gue udah bosan dengernya."

"Kkkkk...."

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit dari apartemen. Mobil mereka sampai di lokasi pemotretan yang berada cukup dekat dengan letak apartemen si artis. Adam merapikan rambut, serta penampilan, sebelum turun dari mobilnya. Saat membuka pintu mobil banyak fans Adam yang sudah berbaris antri menunggu idola merek turun dari mobilnya.

Suara pekikan dari para fans nya yang menyambut kedatangannya membuat Adam yang sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini memilih tersenyum dan melambaikan tangannya dengan senyum yang lebar membuat para fansnya berteriak histeris.

Setelah sampai di dalam gedung Adam berjalan dengan santai sambil menyapa beberapa rekan sesama artisnya yang sedang berjalan melewatinya. Sesampainya di ruang ganti yang berisi beberapa orang seperti make up artisnya dan juga lainnya. Adam langsung duduk di kursi yang sudah disediakan lalu sang MUA langsung menundukkan kepalanya memberi salam kepada Adam, dan Adam sendiri membalasnya tak kalah ramah membuat sang MUA menjadi salah tingkah.

"Lo udah tau kan konsepnya sin, jadi jangan sampai lupa yah." Ucap sang manajer kepada Sinta snag MUA, Adam sendiri memilih diam saat wajahnya di berikan polesan make up. Adam juga mengabaikan Bima yang sedang berbicara dengan sang juru kamera yang ada di luar , Adam sejujurnya adalah orang yang pendiam tapi karena tuntutan dalam dunia entertainment ini mengharuskan nya untuk menjadi orang yang suka beramah tamah dengan orang lain.

Pernah sekali Adam merasa jenuh dengan semua ini, tapi kembali lagi Adam tidak mau membuat orang tuanya kecewa karena sudah mendukungnya. Selama ini penyemangat hidupnya adalah keluarganya dan juga fansnya.

Selama ini banyak rumor yang menyebarkan rumor kalau Adam adalah seorang playboy karena seringnya Adam berinteraksi dengan artis wanita. Padahal Adam sendiri tidak pernah berpacaran dengan wanita yang di gosipkan dengannya itu, kenal saja tidak bahkan jadi bagaimana mereka pacaran. Emang netizen itu Maha benar,jadi mau mengelak pun susah. Jadi lebih baik Adam menutup mulut saja dari pada harus cape-cape berkoar-koar tidak jelas. Selama gosip yang beredar tidak merugikan atau menjelekkan keluarganya Adam akan diam saja.

"Dam Lo langsung ke tempat pemotretan aja,mereka udah nungguin Lo. Gue mau telfon beli makan dulu buat kita."

"Hemm...jangan lama-lama Bim."

Pemotretan yang berlangsung 1 jam setengah itu berjalan lancar , untuk pengambilan gambar Adam dan juga Berliana berganti kostum 4 kali sesuai permintaan sang owner. Setelah selesai dan juga saling berterimakasih kepada semua rekan kerja setimnya Adam kembali keruang riasnya dan menemukan Bima yang kini sedang menunggunya di sofa , saat Bima menyadari kedatangan Adam dia langsung membuka nasi bok yang sudah di belinya tadi.

Mereka makan sambil berbicara tentang jadwalnya hari ini. Adam hanya mengangguk saja mendengar jadwalnya hari ini, Adam percaya Bima sudah memperhitungkan semuanya jadi Adam hanya mengikutinya saja.

"Habis ini kita ke kantor agensi dulu buat bertemu dengan direktur, tadi dia berpesan buat bawa lo kesana."

"Paling masalah kerjaan lagi Bim. Bim kapan jadwal rekaman gue buat album baru gue?"

"Kalau nggak salah Minggu depan. Kanapa..? Lo udah nggak sabar yah?"

"Hmmm...gue merasa passion gue itu di sana. Jadi gue ngerasa nyaman aja kalau di suruh nyanyi. Beda kalau gue harus akting, gue merasa bukan gue aja."

"Seenggaknya lo bisa ngelakuin itu semua. Jadi, jangan buat beban Maslaah akting itu. Lagian lo juga udah nolak semua drama yang disodorkan sama Lo. Gue juga harus sabar dengerin direktur yang terus menanyakan kenapa Lo selalu menolak tawaran main drama lagi."

"Maaf yah Bim Lo harus jadi tumbal karena keegoisan gue." Adam memandang wajah Bima dengan perasaan tidak enak.

"Santai aja dam,gue juga nggak mungkin maksa Lo buat melakukan hal yang nggak Lo suka."

"Thanks Bim. Lo emang paling ngerti gue."

"Jangan makasih doang dong, harusnya Lo kasih gue liburan selama seminggu biar gue ngerasa kerja keras gue buat Lo itu nggak sia-sia."

"Kkkkk...Sabar, Bim! Bulan depan gue janji akan kasih lo liburan, selama seminggu tanpa gangguan dari gue."

Bima langsung tertawa bahagia saat bayang-bayang seminggu tanpa jadwal yang membuat dirinya merasa diburu-buru oleh waktu itu. Adam sendiri lebih memilih meneruskan makannya yang belum habis.

Tbc

Diam diam Cinta lll

Gadis yang bernama Hawa citra febryanti kini sedang berada di sebuah restoran bintang lima yang terletak di sebuah Hotel terbesar di kota ini. Hawa datang kesini bukan untuk menikmati sajian makanan mahal yang ada di restoran ini,tapi maksud kedatangannya kali ini adalah untuk membuntuti seorang artis yang sedang menjadi target beritanya, Berliana nama artis tersebut.

Atasannya yang bernama pak Rohmat memintanya untuk mengikuti keseharian dari artis tersebut lalu melaporkannya kepada beliau.

Kalian tak perlu heran dengan pekerjaan Hawa yang seperti ini, ini termasuk pekerjaan ringan bagi Hawa. Ketika awal-awal Hawa masuk kedunia jurnalistik, Hawa sudah melewati masa percobaan yang berat , seperti meliput langsung sebuah penggebrekan seorang bandar narkoba yang letak rumahnya berada di pelosok hutan dan selama seminggu pengintaiannya bersama polisi setempat mereka hanya makan ala kadarnya.

Bahkan Hawa pernah tidak makan seharian hanya karena harus bersembunyi dari pengejaran seorang bodyguard dari politisi yang tidak mau beritanya di publikasikan oleh tempat kerjanya setelah tertangkap basah berselingkuh di sebuah hotel oleh Hawa. Entah Hawa harus bangga atau malah menangis karena sejak kejadian itu di publikasikan , hawa mendapatkan bonus yang cukup banyak dari Atasannya.

Tapi setelah kejadian itu Hawa menjadi lebih berhati-hati lagi dalam mencari berita ,dia tidak mau mempertaruhkan nyawanya kembali hanya demi mencari berita ekslusif.

"Kalau seperti ini lama-lama gue jadi kaya penguntit yang fanatik yang tidak mau melepaskan pandangan matanya dari idolanya sedetik pun. Mending kalau yang gue stalkerin idola gue, lah ini malah suruh ngintilin artis cewek modelan kek Berliana. Depan doang baik tapi di belakangnya udah kaya ular. Hiihhhhh..." Hawa yang kini duduk berjarak 1 bangku dari Berliana kini sedang sibuk menyeruput minumannya, telinganya di setting sedemikian rupa supaya bisa mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh artis tersebut dengan laki-laki yang menjadi teman kencannya.

Kata sang atasan.. Berliana ini ada main dengan sutradara filmnya dan dia juga di beritakan mendapatkan sponsor dari sebuah elite yang belum di ketahui siapa orang tersebut. Makanya Hawa sekarang berada disini, di tempat yang mengharuskannya menggunakan gaun Sabrina yang memperlihatkan bahu mulusnya membuat lelaki yang berada di sekitarnya berpaling dua kali hanya untuk melihatnya dan bahkan ada yang dengan terang-terangan menatap Hawa lama.

Wajahnya yang putih bersih di padu padankan dengan make up tipis serta liptiks berwarna merah membuat aura kecantikannya makin terpancar. Hawa sendiri jarang berpakaian seperti ini karena memang bukan style nya, Hawa lebih suka mengikat rambutnya keatas seperti ekor kuda dengan baju yang longgar lalu mengenakan celana jeans serta sepatu kets sebagai pelengkap gaya busananya.

Tapi ini demi pekerjaan nya yang menuntutnya untuk berdandan seperti ini dan tidak mungkin juga Hawa masuk ke restoran bintang lima dengan gaya busananya yang kaya gembel kata adiknya.

"Sayang~...Besok aku kan ada pemotretan sama Adam, terus aku kan nggak mungkin pakai baju yang sudah aku pakai, jadi kami mau kan sayang nemenin aku buat belanja hari ini..?" Hawa mencibir gaya bicara si berber itu yang dibuat mendayu-dayu seakan kurang belaian. Saat pendengarannya mendengar nama idolanya di sebut-sebut , hawa langsung memberengut sebal saat mendapat informasi bahwa idolanya akan satu projects dengan Berliana.

Mimpi apa gue semalam? sampai bisa tahu suami masa depan gue satu projects dengan wanita ular itu.

Hawa mencoba menekan rasa panas di hatinya saat rasa cemburu menguasainya. Hawa juga merilekskan pikiran nya supaya bisa fokus mengintai targetnya kembali. Hawa tidak mau pekerjaannya terganggu karena rasa cemburu.

Gue harus profesional, gue nggak boleh mencampuradukan masalah pribadi dengan kerjaan , yang ada kalau sampai gue gagal bisa-bisa gue di babat sama pak Rohmat.

Setelah mendapatkan foto Berliana yang sedang bergelayut manja dengan pasangannya yang di bilang sudah muda lagi. Mungkin dia adalah salah satu sponsor yang di beritakan selama ini.

"Kena Lo berber. Tinggal tunggu mainnya saja. Dan BOOM....!!!! Karier Lo akan habis setelah berita ini keluar. And sorry..!! gue lakuin ini karena ini adalah tugas gue sebagai bud*k korporat".

Sambil memasukkan ponselnya Hawa berbicara sendiri dengan dirinya sendiri, kali ini tugasnya sudah berakhir dan besok dia akan mengikuti targetnya kembali. Dan senyum manis terukir di wajah cantiknya saat memikirkan kemungkinan terbaiknya saat besok dia akan bertemu idolanya ,siapa lagi kalau bukan Adam alditri.

Hawa beranjak dari kursi yang di tempatnya dan berjalan menuju pintu keluar restoran yang terhubung dengan lobby Hotel langsung. Saat berada di luar Hawa mengirimkan hasil buruannya hari ini dan juga hasil rekaman percakapan antar Berliana dengan sponsor nya.

Hembusan nafas lega keluar dari bibir merah Hawa, dia kini sedang menatap langit siang ini yang cukup terik yang bisa membakar kulit tubuhnya. Hawa berjalan menuruni tangga kecil dan mencoba menghentikan taxi online yang sudah dia pesan tadi. Taxi itu bergerak meninggalkan hotel bintang lima itu dengan kecepatan sedang mengikuti arah GPS yang akan mengantarkan Hawa ke alamat tujuan.

...----------...

Siang ini Hawa sudah menyiapkan semua peralatan bertempurnya kembali, kali ini pakaian yang di kenakan Hawa mengikuti gaya para artis terkenal jika sedang menyamar untuk keluar rumah. Yaitu celana jeans ,kaos oblong dengan jaket berwarna senada serta topi untuk melengkapi penyamarannya. OOTD kali ini Hawa sudah seperti ter*ris ,bagaimana tidak semua yang di kenakan Hawa berwarna Hitam.

"Ah..hampir lupa. Gue mau bawa sesuatu dulu buat suami masa depan gue." Hawa mengambil paper bag yang sudah dia siapkan kemarin saat berbelanja di Mall, dia membeli gantungan boneka beruang kecil untuk di berikan kepada idolanya.

"Semoga dia suka dengan hadiah yang gue berikan padanya." hawa tertawa sendiri saat otaknya memikirkan kemungkinan yang akan terjadi saat dirinya bertemu dengan Adam. Jantung Hawa berdetak kencang saat dirinya tahu akan bertemu dengan idolanya sebentar lagi.

"Sudah dua Minggu gue nggak lihat wajah suami masa depan gue. Semua ini gara-gara kerjaan gue..!! Mereka menyita semua pikiran dan waktu gue..!! Dan akhirnya,,,setelah sekian lama Tuhan mempertemukan kita kembali Oppa." Hawa memeluk paper bag nya seperti diaemeluk idolanya, Hawa menjadi teringat wajah Adam yang tampan.

Wajah Adam yang memang mirip seperti member boyband asal Korea yang bernama Kim Tae Hyung. Membuat banyak fans Adam memanggilnya Oppa. Dan Adam sendiri juga tidak keberatan ataupun mempermasalahkan tentang panggilan oppa padanya , yang makin membuat fansnya semakin merasa senang.

Sesampainya di tempat lokasi pemotretan Adam dan juga targetnya , Hawa melihat sekeliling area yang di dominasi oleh fans Adam karena mayoritas perempuan dan sedikit laki-laki.

"Hawa Eonni..!" Panggil salah satu fans Adam yang sudah sangat mengenal Hawa. Hawa tersenyum melambaikan tangannya kemudian menghampiri gerombolan para fans Adam.

"Annyeong haseyeo eonni." Sapa salah satu gadis yang berkuncir dua.

"Annyeong yeorobun. Mianhae eonni baru Dateng, soalnya kerjaan eonni lagi nggak mau di duakan jadi kemarin eonni sibuk banget." Sesal hawa kepada semua teman satu fandomnya.

"Gwencanha eonni. Kita juga tau kok eonni lagi sibuk, makanya kita nggak ganggu eonni. Oh iya..!! eonni kok tahu sih kalau oppa ada pemotretan di sini? Padahal kita nggak ada yang ngasih tahu eonni loh..?."

"Justru eonni tahu malah dari target buruan eonni, makanya eonni kesini. Oh iya oppa udah Dateng belum?" Jawab hawa sambil memperbaiki maskernya yang turun sedikit.

"Ehm..udah eon. Mungkin sebentar lagi Oppa keluar eon, eonni mau nunggu disini atau gimana?"

"Eonni mau masuk kedalam dulu deh. Eonni harus dapet foto target eonni setelah itu eonni baru lihat oppa. Kalau gitu eonni pergi dulu yah... bye..!"

"Bye eonni." Hawa pergi meninggalkan gerombolan para gadis itu lalu masuk kedalam gedung, saat memasuki gedung tadi hawa memberitahukan id card Pers nya kepada petugas yang berada di depan supaya hawa bisa masuk kedalam.

Sambil melihat-lihat suasana sekitar dan mencari tempat yang strategis untuk mengambil foto , hawa berjalan ke arah sudut ruangan yang menghubungkan langsung dengan salah satu ruangan dengan tempat pemotretan.

Hawa menyeting kameranya dengan mengambil gambar dengan sembarang arah, saat bidikan kameranya tidak sengaja membidik sosok laki-laki yang sedang berjalan kearahnya, tangan Hawa tidak sengaja menekan tombol shulter dan membuat orang tersebut menyadari keberadaan nya.

Adam yang merasa sedang di foto langsung menatap orang tersebut, bahkan Adam memberikan senyum terbaiknya kepada orang tersebut. Walaupun Adam tidak bisa melihat langsung wajah orang tersebut ,seengganya Adam cukup hafal dengan postur tubuh orang tersebut. Karena bukan sekali dua kali Adam melihat orang tersebut, bahkan Adam yakin orang tersebut sudah lama mengikuti kegiatannya sejak dia baru awal-awalnya berkarier di dunia musik hingga sekarang.

Adam berjalan mendekati orang tersebut untuk menyapanya karena dia cukup penasaran selama dua Minggu ini dia tidak melihatnya di antara fans nya yang lain. Tadi saat baru turun dari mobil Adam juga tidak melihatnya di luar, tapi saat dirinya mau pulang justru sosoknya baru nampak.

Hawa yang melihat Adam berjalan semakin mendekat kearahnya, langsung menurunkan kameranya dan membiarkan kameranya menggantung di tubuhnya. Hawa langsung gelagapan sendiri saat Adam berjalan mendekatinya, karena baru kali ini Adam berinisiatif mendekatinya karena biasanya dia hanya mendapatkan Adam yang tersenyum kearah kameranya seakan dia memang tahu keberadaan nya.

Hawa langsung menurunkan topinya kebawah lagi untuk menutupi wajahnya yang memang sudah tertutupi dengan masker hingga hidungnya. Adam yang menyadari kegugupan dari gadis di depannya langsung tersenyum menenangkan,agar gadis itu tidak gugup dengan kehadirannya.

"Hai. Apa kabar?" Sapa Adam sambil tetap melukiskan senyum manisnya.

"Emm..baik." Jawab Hawa sambil menahan rasa gugupnya ,saat di sapa terlebih dahulu oleh idolanya.

"Kemarin kemana saja? "

"Hah...!!" Hawa langsung menutup mulutnya karena tidak sengaja memperlihatkan wajah konyolnya. Hawa merasa terkejut karena idolanya menyadari keberadaannya yang menghilang kemarin. perut hawa terasa melilit saat keberadaanya memang di anggap oleh idolanya.

"Kemarin beberapa hari sepertinya saya tidak melihat anda di antara yang lain..?"

"Ahh....itu... Sebenarnya kemarin dua Minggu saya sedang bekerja di luar kota dan tidak memungkinkan saya untuk hadir di setiap kegiatan Oppa " Sambil menggigit bibirnya hawa menceritakan keabsenanya dalam kegiatan fansgirling nya.

Adam merasa lucu dengan fans nya yang satu ini, Walaupun dia bukan fans yang berada di barisan terdepan tapi gadis ini selalu terlihat di matanya karena gaya memotretnya yang selalu membawa kursi dan menaikinya. Sebenarnya banyak yang melakukannya tapi entah kenapa Adam selalu bisa menemukan keberadaan gadis tersebut di antara fans yang lainnya.

"Ahh...saya jadi merasa tidak enak kepada anda, karena sudah sering mengganggu kerja anda. Dan saya juga berterima kasih karena sudah menjadi fans saya selama ini." ucap Adam tulus sambil mencoba melihat wajah dari fans nya ini yang cukup misterius. Karena selama ini memang yang Adam lihat gadis ini selalu mengenakan pakaian tertutup dan jangan lupakan topi dan juga masker yang selalu terpasang di wajah dan kepalanya.

Hawa makin menundukkan kepalanya saat pipinya bersemu merah karena mendapatkan ucapan terima kasih dari idolanya langsung.

"Oppa jangan berbicara seperti itu, seharusnya saya yang berterima kasih kepada oppa karena telah hadir di dunia ini. Kalau bukan karena oppa mungkin saya tidak akan menjadi seperti ini. Oppa adalah hadiah dari Tuhan untuk kita semua, jadi tetap jaga kesehatan yah oppa. Igeo,,seonmul.!" (ini.. hadiah)

Hawa memberikan paper bag kehadapan Adam, lalu Adam mengambilnya dengan hati yang berdesir. Selama ini dia belum pernah mendengar ucapan yang begitu tulus dari orang di sekitarnya tentang keberadaannya kecuali keluarganya.

Adam menjadi penasaran dengan dengan sosok yang ada di hadapannya sekarang, dia ingin sekali melihat wajah gadis tersebut tapi Adam tidak berani mengatakannya takut di kira tidak sopan. Selama ini dia sudah terbiasa bertemu dengan banyak wanita cantik yang berbeda-beda,tapi entah kenapa saat melihat keberadaan gadis ini di sekitarnya membuat hatinya tenang.

"Sekali lagi terima kasih. Ahh..saya hanya ada ini tolong kamu terima sebagai balasan dari hadiah yang kamu berikan kepada saya." Adam memberikan gelang kesayangannya yang selalu dia pakai kepada hawa, entah kenapa dia ingin memberikan gelang kesayangannya kepada gadis di depannya.

Tangan Hawa gemetaran saat Adam memberikan barang kesayangannya kepada dirinya. Hawa merasa ini seperti mimpi dan hawa tidak ingin bangun lagi.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!