Diandra Aniston berjalan sempoyongan di sebuah hotel mewah, dia baru saja menghadiri pesta penting perusahaan keluarganya bersama kakak tiri dan Ibu tirinya atas perintah sang Ayah, agar tak perlu repot pulang ke rumah di tengah malam karena acara sampai larut membuat mereka menyewa kamar di hotel itu.
"Pusing," ucap gadis itu sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat setelah menenggak segelas wine, padahal biasanya dia tidak mudah mabuk seperti ini.
"Dian ada apa denganmu!" ucap seorang wanita yang tak lain adalah kakak tiri Dian yang bernama Bella. Dia memegang lengan Dian yang terlihat pusing dan gelisah, Bella tersenyum sinis saat melihat Dian mulai tidak berdaya.
"Kak Bella, aku... aku pusing," cicit gadis berusia 23 tahun itu.
"Kau pusing, sudah ayo kuantarkan kau ke kamar, " ucap Bella dengan senyuman licik di wajahnya.
Dengan cepat Dian menepis tangan Bella, dia menyadari ada sesuatu yang salah dengan minumannya tadi dan tidak berhati-hati saat menerima minuman dari pelayan.
"Aku sendiri saja, tak usah menolongku!" ucap Dian ketus sambil berjalan sendiri menuju lift. Dian sadar kalau dia terkena jebakan dua wanita ular dimana salah satunya sedang tersenyum puas dari sudut ruangan menatapnya pusing seperti saat ini.
Bella tersenyum sinis menatap Diandra yang sudah berjalan sempoyongan menuju lift.
"Aku akan menjadi nona satu satunya di keluarga Aniston, kau harus bergabung dengan Ibumu yang sudah mati itu, Bella Aniston akan menajadi satu satunya nona muda di keluarga Aniston!" Ucap Bella dalam hati.
Gadis itu merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang yang telah dia sewa sebelumnya untuk menjebak dan melecehkan Diandra di dalam kamar Dian.
"Target sudah di jalan, kau tunggulah di depan pintu kamarnya, lakukan tugas mu dengan baik, nikmati saja gadis bodoh itu, ahhh... Dan lagi dia itu masih perawan," ucap Bella yang berbicara di sudut ruangan dengan senyuma jahat di bibirnya.
"....."
"Terserah,kau bisa menikmatinya sampai pagi tapi ingat mengambil gambarnya, jika kau tidak bisa melakukannya jebak dia dengan orang lain, kurasa banyak pria hidung belang di tempat ini," ucap Bella.
"...."
"Ck... Iya tenang saja wajahmu tak akan ku ekspos, aku akan mengekspos wajah si bodoh itu,"
"..."
"Lakukan saja, bosnya aku atau dirimu !!!" Bentak Bella dengan nada kasar hingga membuat beberapa tamu undangan melirik perempuan itu, namun dengan cepat Bella menunduk seraya meminta maaf untuk menjaga citra baiknya di hadapan para tamu undangan.
Bella mematikan ponselnya, dia terlalu emosi menghadapi orang suruhannya yang banyak maunya itu.
"Hemm... Huffft sekarang saatnya menunjukkan pada publik siapa nona Aniston sebenarnya," ucap Bella sambil merapikan rambutnya dan dan berjalan dengan anggun ke tengah tengah pesta.
Matanya jelalatan mencari pria pria muda dan kaya raya untuk dijadikan sebagai sasaran.
Dan..
Hap..
Matanya menangkap pemandangan langka dimana tiga pria tampan sedang duduk menikmati wine mereka, seutas senyuman licik terukir indah di wajah gadis itu.
Dia melenggak lenggok ke arah ketiga pria itu hingga seorang pria buruk rupa menabrak bahunya.
Brukk
Mereka berdua terjatuh, sontak ketiga pria itu tampak terkejut namun mereka diam saja.
"Maafkan saya nona," ucap pria buruk rupa itu.
"Arrhhhhhkkkk.... Monster!!!!" Pekik Bella saat melihta wajah pria yang tampaknya sedang pusing itu.
Seluruh mata tertuju pada mereka, Bella cepat cepat berdiri dan menatap kesal ke arah pria berwajah seram itu.
Plaakkk...
"Beraninya kau menyentuhku dasar sampah masyarakat!!!!" Pekik Bella dengan wajah merah padam menahan amarah yang sudah membuncah.
Ketiga pria tadi mengepalkan tangan mereka saat melihat hal itu di depan mata mereka.
"David!!" Batin para pria yang tak bisa berbuat apa apa saat pria buruk rupa bernama David itu mengetukkan jarinya ke lantai sebagai pertanda agar mereka tenang dan tidak membongkar rahasia nya.
"Maafkan saya nona, saya cukup pusing hingga tidak memperhatikan jalan saya," ucap David sambil menahan sesuatu yang akan meledak di dalam dirinya.
David memakai pakaian pelayan hingga dia tampak seperti salah satu pelayan di acara pesta itu, dan sebuah masker yang terpasang di wajahnya meski masih menunjukkan bekas luka bakar di wajah sebelahnya kirinya.
"Hmm... Ekhmm," Bella melirik para tamu undangan dan ketiga pria tampan tadi, dia berusaha dengan baik menjaga chemistry-nya di depan orang-orang penting itu.
"Baiklah, karena aku berasal dari keluarga Aniston yang penuh hormat aku akan memaafkanmu, pergilah, jangan lakukan kesalahan yang sama," ucap Bella sambil menampakkan senyum palsu di wajahnya.
"Terimakasih nona," ucap David sambil berlalu dari hadapan gadis itu dan berlari dnegan cepat sebab tubuhnya benar benar sudah panas.
"Dasar munafik!" umpat David di dalam hatinya.
Beberapa menit yang lalu, David tengah minum dengan ketiga pria tampan itu. Dia memakai topeng berwarna hitam yang menutupi wajahnya, jika dia hadir di acara itu maka semua orang akan tau siapa dirinya, dia adalah David Nicholas Saputra pesohor di negeri Jerman.
Seorang pria blasteran Jerman Indonesia, yang hidup memisahkan diri dari keluarga Besarnya di Indonesia setelah kejadian buruk yang menimpa dirinya.
Pebisnis ulung yang tidak pernah menampakkan wajahnya ke hadapan publik, dan tentu saja dia tidak hanya berperan besar dalam dunia bisnis, dia juga memegang kendali dalam dunia bawah.
Seorang pelayan menghidangkan minuman untuk mereka, ke empat nya asik dengan obrolan mereka sambil menenggak minuman itu, dan David sama sekali tidak menaruh curiga pada minuman itu.
Beberapa menit kemudian David menyadari kalau dirinya sudah terkena jebakan entah dari siapa yang berani bermain-main dengan dirinya.
"Aku pergi dulu, sepertinya aku dijebak, kalian cari tau siapa bajingan yang berani beraninya melakukan itu padaku!!" Titah David sambil berjalan meninggalkan mereka dengan tetap tenang agar siapa pun yang mengikutinya tidak merasa curiga.
"Tapi Dav, kau akan dalam bahaya!!" Ucap Joel salah satu sahabatnya namun tak dihiraukan pria itu karena obat itu mulai menunjukkan efeknya.
David berjalan menuju toilet pria. Dia menuju sebuah toilet di ujung ruangan itu.
Ceklek,
David membuka pintu rahasia melalui dinding toilet tertutup itu.
Cepat cepat dia mengganti pakaiannya menjadi pakaian pelayan dan membuka topengnya lalu memakai masker.
Wajah cacatnya terpampang dengan jelas, David mencari sesuatu di dalam lemari dalam ruangan itu, ya obat penawar untuk perangsang itu.
"Arhhh.. ***** " kesal David saat kotak obatnya tak ada disana, bagaimana dia bisa selengah itu meninggalkan obat penawar yang seharusnya dia bawa selalu di dalam kantong celananya.
"Aku harus ke atas, akhhh... Sial!!!" Umpat David sambil menggebrak meja dalam ruangan rahasia itu.
Dengan cepat dia berjalan melalui pintu bangunan yang lain dan berusaha berjalan senormal mungkin layaknya seorang pelayan.
"Heh pelayan tolong ambilkan wine!" Ucap salah satu tamu undangan, dengan cepat David membungkuk dan menuruti ucapan pria itu.
David berjalan dengan cepat melewati tamu undangan hingga akhirnya dia bertubrukan dengan Bella yang berlenggak-lenggok di tengah pesta.
"Arhhh sialan!!" Umpat David dalam hatinya, namun dia harus menjaga agar penyamarannya tak terbongkar.
Hingga saat Bella menampar wajahnya dia benar benar geram saat ini, namun berusaha setenang mungkin menghadapi wanita itu.
Kembali ke masa sekarang, David berlari sekencang-kencangnya menuju kamarnya di lantai atas gedung itu.
Sementara itu Dian berjalan sempoyongan, tubuhnya terasa panas, dia merasa gelisah dan tak mampu bertahan dengan kegelisahannya.
"Arhhh kenapa panas sekali," ucap Dian yang kini sudah berada di dalam lift. Matanya mulai sayup, dia tak dapat melihat pintu dengan jelas.
.
.
.
Jangan lupa like, vote dan komen kalau kamu suka, jadilah pembaca yang mau mengapresiasi karya author terimakasih 😉😉😉
Diandra berjalan sempoyongan dan berusaha mencari dimana kamarnya. Namun tiba tiba tangan seseorang menarik dirinya membuat Dian terhuyung dan langsung terhempas ke dalam pelukan orang itu.
"Kemari, bantu aku !" ucap Seorang pria yang tampaknya mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh Diandra.
Pria dengan masker yang menutupi wajahnya, dia adalah David yang sudah tidak mampu menahan pengaruh obat dari minuman yang ditenggaknya beberapa saat yang lalu.
"Emphhh... arhhh panas," gumam Dian yang kini menempel di dada Pria asing yang menarik dirinya tadi.
prak
Masker pria itu dilepaskan, tampaklah wajah seorang pria yang benar benar buruk rupa dan sangat menyeramkan namun tidak membuat Dian takut, dia memegang wajah itu sambil meracau tidak jelas.
"Apa ini sakit? punyaku selalu sakit setiap hari," gumam Dian yang menatap David dengan tatapan sayup.
Wajah bagian kirinya tampak memiliki bekas luka bakar yang sangat menyeramkan, hampir setengah wajahnya terbakar membuat penampilannya benar benar menyeramkan.
"Bantu aku," ucap pria yang mulai kehilangan kesadarannya itu, Dia menurut dia memang membutuhkan sentuhan seseorang saat ini.
"Eghh... panash aku benci ini, bantu aku!" Dian ikut meracau.
Diandra di tarik ke dalam kamar pria itu, dengan cepat mereka saling mecumbu satu sama lain, menyalurkan hasrat dalam diri mereka masing-masing.
Pria itu menutup rapat pintu kamarnya tanpa melepaskan kunci kamar dari pintunya karena dia sudah dipenuhi hasrat.
David, Dia adalah pria berdarah dingin, pebisnis yang disegani dalam dunia bisnis dan ditakuti oleh orang orang karena wajah seramnya.
Tatapan dinginnya mampu membunuh sejuta umat yang berani menatap dirinya.
Wajah khas Eropa dengan mata bagai emerald yang bersinar indah menjadi daya tarik pria itu.
Hanya saja sebuah tragedi besar di masa lalu membuatnya kehilangan seluruh semangat hidupnya, yang bahkan membuat wajahnya menjadi semenyeramkan itu.
Orang yang mengenal wajah aslinya hanya sedikit, dan di kehidupan sehari-hari dia hanya seorang pria miskin buruk rupa yang tidak punya apa apa.
David dikenal sebagai seorang pelayan di sebuah restoran dan Bekerja paruh waktu di hotel itu sebagai pelayan.
Dia akan muncul sebagai tuan Nicholas yang terhormat dengan memakai topeng untuk menutupi identitasnya jika ada acara besar seperti saat ini.
"Aku akan bertanggungjawab, kumohon bantu aku," gumam pria yang mulai mencumbu tubuh indah seorang Diandra Aniston.
Dia menyerang bibir gadis itu dengan lembut, permainan lembut yang berusaha dia lakukan sebaik mungkin di sela sela kesadarannya.
Diandra yang kehilangan kesadarannya ikut terbuai dengan sentuhan sentuhan lembut pria asing itu di tubuhnya, mengusap punggungnya dnegan lembut dan memberikan sensasi yang berbeda dalam dirinya.
"Eghh..." gadis itu melenguh saat bibir tipis pria itu mengecap leher jenjangnya dan bermain di area collarbone-nya yang terlihat seksi.
"Maaf kan aku," bisik pria itu lagi, dia ingin menghentikan ini namun efek obat perangsang itu membuatnya tak bisa menolak mencumbu tubuh Dian yang memberikan sensasi dingin di tubuhnya.
"Disini nyaman, dingin, tidak panas," racau Dian yang *****4* bibir pria itu dengan rakus.
"Apa dia juga..." David bergumam sendiri namun sedetik kemudian dia melanjutkan memuaskan hasratnya yang mulai memuncak apalagi Diandra semakin liar mencumbu dirinya akibat pengaruh obat yang dimasukkan dalam minumannya.
Perlahan dia membawa tubuh gadis yang sudah dikuasai obat itu ke atas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di atas kasur king size, tangannya bergerak naik turun mengusap punggung gadis yang merengkuh di bawah tubuh itu.
"Ahh..." Dian merasakan tubuhnya semakin bergairah dengan permainan panas dari pria asing itu.
Tangan kekar pria itu mulai menelusup ke punggung Dian mengusap lembut punggung kecil itu namun ada sesuatu yang terasa kasar di bagian punggung gadis itu namun David tidak memperdulikan hal itu, dia membuka resleting gaunnya sambil memberikan tanda kemerahan di leher jenjang nan harum gadis itu.
Pria itu menegakkan tubuhnya dan membuka pakaian atasnya sendiri hingga tampaklah tubuh atas yang begitu mempesona, kotak kotak yang tampaknya dilatih dengan keras hingga menghasilkan pahatan yang indah di perut pria itu.
Srakkk...
Dalam sekali tarik, dia berhasil membuka gaun gadi itu dan terpampang lah gunung dan lembah yang siap untuk dijelajah oleh si pendaki.
Mereka benar benar kehilangan kesadarannya dan melakukan hal yang seharusnya tak mereka lakukan, hubungan yang tidak seharusnya terjadi dengan cara yang salah yang entah akan membawa kebaikan atau keburukan bagi mereka berdua.
Des*h4n demi des*h4n, peluh dan er4ngan nikmat kini terdengar menggema di dalam ruangan kamar yang cukup besar itu.
Pakaian mereka berhamburan di atas lantai, teronggok begitu saja.
"Hemph... Arrhhhh... Sa..kiit," Dian menangis saat merasakan rasa sakit di tubuh bawahnya ketika sesuatu memaksa masuk dan menerobos dinding pertahanannya.
Dengan pelan namun pasti mereka saling menyatu dan menikmati keindahan surga dunia dengan cara yang benar benar salah.
David menyemburkan benihnya di dalam goa sempit gadis yang kini sudah sah menjadi wanita dewasa itu.
"Ahhh.." mereka melenguh bersama saat mencapai puncak pelepasan mereka.
Keduanya tertidur dengan lelap dalam posisi saling memeluk akibat rasa lelah karena pergulatan panas mereka.
Tap... tap... tap
Terdengar suara ribut ribut di luar, ya suara di luar akan terdengar tetapi suara di dalam ruangan itu tidak akan terdengar karena di desain kedap suara.
Setelah terlelap beberapa jam, David mulai mendapatkan kesadarannya, dia menatap wajah teduh gadis yang baru saja dia renggut keperawanan nya tanpa ada ikatan pernikahan yang sah.
David menyerngitkan keningnya saat melihat wajah Dian dengan lebih jelas, sepertinya dia mengenali wajah itu.
"Aku telah menghancurkan kehidupan seorang gadis perawan," batin David.
"Maaf kan aku," ucap David sambil memeluk tubuh gadis itu dengan erat, namun sesuatu membuat dirinya benar benar penasaran.
Dia membuka selimut mereka, ditatapnya tubuh telanjang gadis itu bukan karena n4fsu melainkan penasaran dengan sesuatu yang terasa kasar di punggung wanita itu.
Dia melihat punggung itu dan betapa terkejutnya dia saat melihat bekas luka bakar di punggung Diandra yang cukup lebar dan sudah berubah menjadi keloid.
Matanya kembali menatap wajah perempuan itu dan langsung mencari sebuah tanda di belakang telinga perempuan itu.
Mata David terbelalak dengan apa yang dilihatnya, dia tak menyangka akan menemukan seseorang yang sudah dikiranya meninggal justru terjebak dengan dirinya pada kondisi yang sama sama dalam pengaruh obat.
"Lily..., ka..kau kah itu, Li..lily..." ucap David dengan suara bergetar menatap wajah Diandra wajah seorang gadis yang ada dalam ingatannya dan sudah dicarinya selama beberapa tahun belakangan ini namun tidak ditemukan tetapi akhirnya mereka dipertemukan takdir dalam keadaan seperti ini.
"Kita bertemu kembali, maafkan aku," ucap David sambil menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat, tanpa dia sadari air matanya lolos begitu saja saat melihat wajah Diandra yang dipanggilnya Lily itu.
"Bagaimana bisa kau ditempat ini, ada apa? Apa yang terjadi padamu? Kenapa aku tidak bisa menemukan dirimu ?" Ucap David sambil mengusap wajah wanita itu.
"Oh Tuhan ku harap dia tidak terpuruk karena kejadian ini, " ucap David lagi.
.
.
.
Hai semuanya pembaca karya author, silahkan berikan Like, Komentar dan Vote kamu ya untuk mendukung author supaya Author semakin semangat merilis up terbaru dari novel novel Author, terimakasih 😊😊
David menatap wajah Wanita itu, tampak gurat kesedihan jelas di wajah Dian, bahkan saat tidur pun dia tidak tenang.
"Siapa yang beraninya menjebakku? Dan apa yang terjadi pada Lily, melihat pakaiannya dia sepertinya tamu undangan di pesta itu, tapi apa yang terjadi?" Gumam David sambil memeluk Dian.
Lama dia memeluk wanita itu hingga dia kembali terlelap dan menyusul Dian ke dalam dunia mimpi.
Pagi kembali berkuasa atas langit Jerman, Diandra membuka matanya, dia merasakan sakit yang sangat hebat di seluruh tubuhnya.
"Eghh.... " Diandra melenguh, dia menggerakkan tubuhnya, rasanya sangat sakit, ingatannya langsung kembali pada apa yang terjadi semalam.
Diandra benar benar terkejut dengan apa yang terjadi. Di buka nya matanya dan di tatapnya seseorang dengan wajah seram tengah terlelap di sampingnya sambil memeluk dirinya.
"Ya... Tuhan, ahhh... Ba.. bagaimana ini, aku... Aahhhh Mamaaa.... Dian... Hiks hiks hiks" dia hanya bisa menangis di dalam hatinya, dia menutup mulutnya berusaha menahan tangisnya agar tidak keluar.
Dia menatap wajah itu, wajah yang tenang dan sangat damai, bahkan hanya menatap wajahnya saja bisa membuat hati Dian terasa hangat, awalnya dia terkejut dengan wajah itu, namun sesaat kemudian dia tidak lagi takut, seketika itu juga dia tersadar kalau dia dalam masalah besar saat ini.
"Maafkan aku melibatkan mu, aku tau pasti mereka menjebakku disini," lirih Dian sambil berusaha melepaskan pelukan pria itu dari tubuhnya dengan sangat pelan, dia berusaha berdiri meski bagian bawahnya masih terasa sakit, Dian berusaha sekuat tenaga untuk bangkit.
Dia mencari pakaiannya, namun sudah robek di atas lantai, dengan cepat Dian membuka sebuah lemari yang ada di dalam kamar hotel itu dan dilihatnya beberapa pasang pakaian.
"Sebaiknya aku memakai ini," gumam Diandra.
Cepat cepat dia memakai pakaiannya. Dian menulis sebuah pesan untuk pria berwajah seram yang dia pikir dijebak bersama dengan dirinya.
"Maaf karena telah melibatkan mu, aku dijebak,maafkan aku, aku tak akan menuntut pertanggungjawaban," begitulah isi pesan wanita itu, sambil menangis dia meletakkan kertas itu di atas nakas, air matanya terjatuh dan membasahi kertas itu.
Dian merapikan rambut panjangnya, dia berjalan tergopoh-gopoh keluar dari ruangan itu, sambil menangis, Dian memakai masker dan topi yang ada di dalam kamar hotel itu, tubuhnya terasa sangat sakit.
Dia berjalan menuju ruangan dimana kamarnya berada dan berusaha bersikap senormal mungkin.
Diandra masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan hancur dan terpuruk dengan semua hal yang terjadi pada dirinya.
Dia menutup pintu kamarnya dengan keras, lalu duduk bersandar pada dinding, dia merosot ke lantai, duduk sambil memeluk lututnya dan menangis sejadi jadinya disana, sungguh dirinya sudah hancur.
Di jebak oleh kakak tirinya sendiri dan tidur dengan pria asing berwajah buruk rupa yang bahkan tidak dikenalinya.
"Hiks hiks hiks, tega kalian, aku tau pasti ini jebakan kalian, ahhhhh.... Mama bantu Dian, hiks hiks hiks, bagaimana ini" tangis gadis itu sambil menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak dan berat.
Diandra Aniston adalah anak dari Brandon Aniston dan mendiang Katherine Frandina Aniston, Mama Diandra meninggal dalam sebuah kebakaran beberapa tahun silam saat mereka menginap di sebuah hotel mewah ketika sedang berlibur.
Saat itu usia dia baru menginjak usia 15 tahun dan dia menjadi korban kebakaran itu bersama Mamanya dan orang lain di hotel itu.
Diandra juga menjadi korban kebakaran itu oleh karena itu dia mempunyai bekas luka bakar di punggungnya, hanya saja akibat kejadian itu, Diandra mengalami amnesia akibat benturan keras di kepalanya, dia tak mengingat masa lalunya lagi, dia hanya mengingat Mamanya yang meninggal karena menyelamatkan dirinya.
Diandra yang lupa ingatan dengan segala keterpaksaan tuan Brandon mengubah nama gadis itu entah untuk tujuan dan maksud apa.
Nama gadis itu sebelumnya adalah Sharon Lily Aniston, namun setelah Brandon menikah dengan Helen istri keduanya mereka memutuskan mengubah nama Lily dan mengganti seluruh identitas perempuan itu.
Dian diberitahu oleh Ibu tirinya kalau Mama kandungnya meninggal karena dirinya yang nakal dan bermain main dengan api hingga menyebabkan kebakaran dan menewaskan Mamanya sendiri.
Helen menanamkan rasa bersalah yang teramat besar di dalam diri Dian membuat gadis itu tak bisa berkutik, tentu saja semua ini diketahui oleh tuan Brandon, namun dia menganggap kalau memang Dian adalah pembunuh istrinya, oleh karena itu dia mengikuti permainan Helen.
Lelah menangis di kamarnya, Diandra terlelap di atas sofa, rasa sakit di tubuhnya masih terasa, apalagi hatinya saat ini benar benar sakit.
Flashback,
Diandra dan keluarga Aniston sedang makan pagi bersama seperti kebiasaan yang selalu mereka lakukan.
"Ma, nanti kamu Bella dan Dian harus menghadiri acara penting perusahaan, Papa gak bisa ikut karena ada rapat dewan direksi sekaligus makan malam perusahaan," jelas tuan Brandon.
"Apa dia harus ikut Pa?" Tanya Bella dengan nada tidak suka sambil melirik Dian yang diam saja dan melanjutkan makan paginya, dia sudah biasa menghadapi hal seperti itu setiap hari, padahal Bella hanya anak tiri tetapi dengan mudahnya tuan Brandon lebih menyayangi Bella.
"Dia harus ikut, Papa gak mau Citra keluarga kita buruk dan dianggap tidak akur, " ucap tuan Brandon.
"Emm.. Dian gak usah ikut Pa, Dian ada pekerjaan, Dian gak perlu hadir ke acara itu," ucap Dian.
"Tidak, kau harus ikut, apa nanti kata orang kalau Keluarga Aniston tidak hadir di acara itu, jangan buat malu Papa!" Tegas tuan Brandon sambil menatap Dian dengan tegas.
"Tapi.." Dian berhenti berbicara saat melihat tangan Helen Mama tirinya naik turun seolah mengatakan untuk menurut saja dan jangan banyak bicara.
"Sudahlah Dian kamu ikuti saja kemauan Papa, jangan melawan!" Tegas nyonya Helen dengan tatapan tajam ke arah Dian.
Dian menunduk, "baiklah, " cicit gadis itu dengan suara pelan. Tuan Brandon sama sekali tidak melirik anak gadisnya, dia benar benar membenci gadis itu karena telah membuat istri pertama yang sangat dicintainya meninggal dunia.
"Cih... Kuharap kau tidak membuat malu keluarga karena perangai burukmu itu, jangan sampai mempermalukan kami di acara itu, kau tak perlu banyak berbaur cukup duduk diam saja," ucap Bella dengan nada sarkas.
"Yang dikatakan Bella benar, jangan membuat malu keluarga, cukup perbuatan mu di masa lalu membuat keluargaku hancur jangan lagi membuat masalah baru!" Tambah tuan Brandon.
"Sudahlah Pa, jangan mengingat masa lalu lagi, semuanya sudah berlalu Papa harus jaga kesehatan jangan sampai gara gara memikirkan dia Papa jadi sakit," ucap Nyonya Helen dengan mulut berbisanya.
"Huffft... Maaf Ma, Papa hanya kesal dengan pembawa sial itu!" Ucap tuan Brandon.
Degh....
Jantung Dian berdegup kencang, hancur hatinya saat disebut sebagai pembawa sial oleh Papanya sendiri.
Tuan Brandon menatap Dian dengan tatapan sendu, entah apa yang dipikirkan oleh pria itu, sepertinya dia punya banyak masalah yang harus diselesaikan.
Flashback end
Lama Dian terlelap, dia masih memakai pakaian dari kamar David.
Tiba-tiba pintu kamarnya di buka dengan kasar, tampak tuan Brandon masuk dengan wajah memerah dan marah, Nyonya Helen dan Bella juga ikut masuk ke dalam ruangan itu dengan wajah pura pura kesal.
"Periksa tubuhnya!" Ucap Tuan Brandon sambil menunjuk Dian yang terlelap.
Bella dengan cepat membuka pakaian Dian, dan menunjukkan bekas kemerahan di leher Dian yang sangat banyak.
.
.
.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA, MOHON BERI DUKUNGAN DENGAN CARA LIKE,VOTE DAN KOMENTARI KARYA INI, 😉😉😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!