Rizar Abran Maulana, seorang Pilot 27 tahun.
Jihan Addara Puteri, biasa dipanggil Darra 21 tahun seorang artis dan model papan atas.
Amelia Kamil, 21 tahun asisten sekaligus sahabat Darra.
Eriska Praweswari, 23 tahun..
🎀
🎀
🎀
🎀
🎀
Disebuah rumah mewah nan megah, sebuah keluarga sedang menikmati sarapan pagi.
"Darra, ada yang mau Kakak bicarakan denganmu nanti setelah sarapan temui Kakak di ruangan keluarga," seru Jiyyad.
"Baik Kak, tapi jangan lama-lama ya soalnya Darra ada kelas pagi ini."
"Iya, Kakak janji ini tidak akan lama."
Kedua orang tua Darra dan Jiyyad hanya mampu saling pandang satu sama lain. Hingga akhirnya sarapanpun selesai, Darra menyusul Kakaknya ke ruangan keluarga dan disana juga sudah ada kedua orang tuanya.
"Apa yang ingin Kakak bicarakan dengan Darra?" tanya Darra.
"Sini duduk samping Kakak," sahut Jiyyad dengan menepuk tempat kosong yang berada di sampingnya.
"Wajah kalian kenapa kok pada tegang seperti itu sih? Sebenarnya apa yang mau di bicarakan kepada Darra?" tanya Darra.
"Begini Darra, sebentar lagi kamu menginjak usia dua puluh satu tahun dan kamu sudah pantas untuk menikah dan mempunyai pendamping, jadi Kakak memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan sahabat Kakak," seru Kak Jiyyad.
"Apa? Dijodohkan? Kakak jangan bercanda deh, ini sudah tahun 2021 bukan zamannya Siti Nurbaya lagi ngapain pakai di jodoh-jodohkan segala, Darra tidak mau di jodohkan," tolak Darra.
"Darra sayang, apa yang dikatakan Kakakmu itu benar, kamu itu sudah dewasa Papa dan Mama pun sudah semakin tua, kami ingin sekali melihat kamu menikah dan Mama pikir sahabat Kak Jiyyad itu cocok denganmu," seru Mama Wina.
"Dia orang yang baik, sopan, dewasa, dan yang pastinya sholeh, Papa juga sangat menyukainya," sambung Papa Rahmat.
"Apa? Jadi Mama dan Papa sudah bertemu dengannya tapi tidak mengajak Darra?" seru Darra tidak percaya.
"Maafkan Mama sayang, tapi sahabat Kak Jiyyad itu belum mau bertemu denganmu selama kamu masih belum menyetujui perjodohannya," sahut Mama Wina.
"Kalian itu aneh ya, jelaslah Darra akan menolaknya karena Darra tidak mengenalnya dan tidak tahu wajahnya seperti apa," seru Darra.
"Kamu jangan meragukan kalau masalah wajah, karena Rizar pria yang sangat tampan," sahut Kak Jiyyad.
"Oh, jadi namanya Rizar? Tapi tetap saja Darra tidak mau dijodohkan, Darra bisa cari sendiri jadi kalian tidak perlu repot-repot menjodohkan Darra."
"Cari sendiri bagaimana? sampai sekarang juga kamu masih sendiri, kamu tidak pernah tuh membawa seorang pria sekali pun ke rumah ini untuk di kenalkan kepada kami, pokoknya Mama dan Papa tidak mau tahu kamu harus kenalan dulu dengan Rizar dan bertemu dengannya," seru Mama Wina.
"Tapi Ma..."
"Tidak ada tapi-tapian, pokoknya kamu harus menuruti keinginan terakhir Mama dan Papa," seru Papa Rahmat.
"Memang pekerjaan sahabat Kak Jiyyad itu apa?" tanya Darra.
"Dia seorang sopir."
"Whaaaatttt..sopir? Kalian mau buat Darra susah dan menderita menikah dengan seorang sopir?" kesal Darra.
"Ya ampun Darra, meskipun dia seorang sopir tapi dia sanggup kok nafkahi kamu," seru Kak Jiyyad.
"Mau di simpan dimana muka Darra Kak, kalau teman-teman kuliah dan artis Darra tahu bahwa Darra akan menikah dengan seorang sopir, bisa hancur reputasi Darra."
"Sayang, jangan merendahkan pekerjaan seseorang yang penting pekerjaan dia halal dan satu lagi, Papa yakin kalau Rizar akan membahagiakan kamu," seru Papa Rahmat.
"Membahagiakan bagaimana Pa? Memangnya dia mampu memberikan makanan yang mahal kepada Darra setiap hari? Apa dia mampu belanjain Darra setiap hari?" tanya Darra.
"Kakak yakin dia mampu, karena Rizar itu orangnya rajin menabung."
"Tahu ah, kalau begitu Darra pergi dulu pagi ini Darra ada kelas dan pulang kuliah Darra langsung shooting," seru Darra.
Darra pun mencium tangan kedua orang tuanya dan Kakaknya, kemudian Darra pergi karena saat ini Darra ada kelas pagi dan ditambah nanti siang Darra ada shooting untuk FTV.
"Darra, Kakak belum selesai bicara," teriak Kak Jiyyad.
"Nanti saja dibicarakan lagi, Darra buru-buru sudah telat," sahut Darra.
Darra pun bergegas masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan mobilnya menuju kampus.
Butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai di kampus karena kemacetan di pagi hari yang membuat Darra terlambat tapi untung saja Dosennya belum datang.
"Aduh Darra, kamu kemana saja sih jam segini baru sampai? untung Pak Jali belum datang," seru Amel yang merupakan manager sekaligus sahabat Darra.
"Sorry Mel, tadi Kak Jiyyad ngajak bicara dulu mana jalanan macet pula."
"Kak Jiyyad ngajak kamu bicara apa?" tanya Amel.
"Nanti saja ceritanya, tuh Pak Jali sudah datang."
"Oke."
Darra dan Amel pun akhirnya fokus mengikuti kegiatan belajar dengan serius.
Waktu pun berjalan dengan cepat, proses belajar pun selesai. Darra dan Amel berjalan berdampingan menuju parkiran.
Selama menuju parkiran, semua mata Mahasiswa tidak ada henti-hentinya memandang ke arah Darra.
"Kamu memang bagaikan magnet Dar, semua mata pria tidak ada yang berkedip kalau melihat kamu," seru Amel.
"Ya iyalah, pria mana yang tidak tertarik sama aku," sahut Darra dengan sombongnya.
Darra pun melempar kunci mobilnya kepada Amel dan Amel dengan sigap menangkapnya. Siang ini mereka menuju lokasi shooting karena Darra harus menjalani shooting.
Sesampainya ditempat shooting, Darra segera mengganti pakaian dan setelah itu Darra mulai melakukan proses shooting. Sedangkan Amel hanya diam, dia memperhatikan proses shooting Darra.
Shooting kali ini baru selesai pukul sembilan malam.
"Terima kasih Darra," seru sang sutradara.
"Sama-sama, terima kasih semuanya yang sudah bekerja keras hari ini, kalau begitu saya pamit dulu, bye semuanya," seru Darra melambaikan tangannya.
Darra dan Amel pun masuk ke dalam mobil Darra, kali ini Amel kembali yang mengendarai mobilnya.
"Mel, kita mampir dulu ke restoran aku lapar banget."
"Oke."
Tidak membutuhkan waktu lama, Amel memarkirkan mobilnya di halaman sebuah restoran. Keduanya langsung masuk dan memesan makanan.
"Oh iya Dar, memangnya tadi Kak Jiyyad ngomongin apa sama kamu?" tanya Amel.
"Kak Jiyyad mau jodohin aku sama sahabatnya Mel," sahut Darra lesu.
"Whaaaattt..serius?"
"Seriuslah."
"Terus kamu jawab apa?"
"Ya aku tolaklah, ini bukannya zaman Siti Nurbaya kali main jodoh-jodohan segala, kaya aku orang jelek saja aku bisa cari pasangan sendiri bahkan semua pria mengejar-ngejar aku, tidak susah buat aku cari pasangan tapi ya karena saat ini aku masih belum mau menikah," sahut Darra dengan cemberut.
"Apa kamu masih mengharapkan Dion?"
"Entahlah Mel, aku sangat membencinya tapi hati aku juga tidak bisa dibohongi kalau aku masih punya rasa untuknya."
"Ya ampun Darra, move on kamu jangan mengharapkan lagi pria brengsek kaya Dion, sadar kalau Dion itu sudah mengkhianati kamu dan selingkuh di belakang kamu bukan hanya sekali tapi sudah berkali-kali, kamu itu cantik terkenal pula semua pria antri ingin menjadi pacar kamu jadi sudahlah lupain Dion."
Darra tampak merenung, Darra tidak bisa berjanji untuk melupakan Dion karena bagaimana pun Dion adalah cinta pertamanya dan bukankah kata orang kalau cinta pertama itu sulit untuk dilupakan.
"Bagaimana kalau kamu terima saja perjodohan itu, supaya kamu mpve on dan ga kepikiran Dion terus," seru Amel.
"Gila kamu Mel, masa aku harus nikah sama pria yang sama sekali belum aku kenal. Aku kan harus tahu dulu bagaimana wajahnya, apa pekerjaannya, jangan sampai orang itu nantinya tidak bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan aku," sahut Darra dengan santainya.
"Kalau soal harta kayanya aku ga ragu deh, secara temannya Kak Jiyyad pasti dia seorang pengusaha."
"Pengusaha apaan, kata Kak Jiyyad juga dia hanya seorang sopir," batin Darra.
Darra dan Amel pun selesai makan malam, Darra langsung pulang menggunakan mobilnya sedangkan Amel memakai jasa taxi online.
🎀
🎀
🎀
🎀
🎀
Salamat datang di karya terbaru Author semoga kalian suka dan jangan lupa dukungannya ya🙏🙏😘😘
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
✈️
✈️
✈️
✈️
✈️
Keesokkan harinya...
Pagi-pagi sekali Darra sudah packing pakaian dibantu oleh Mbok Iyam.
"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Mama Wina.
"Aduh, maaf Darra lupa ngasih tahu Mama. Hari ini selama satu minggu Darra ada shooting diluar kota."
"Apa? shooting dimana?"
"Di Sukabumi Ma, Darra ada tawaran shooting FTV dan setting tempatnya itu didaerah pedesaan gitu."
"Mau Kak Jiyyad anterin, Dek?" seru Kak Jiyyad yang sudah berdiri diambang pintu.
"Tidak Kak, Darra bawa mobil sendiri saja."
"Terus bagaimana dengan pembicaraan kita kemarin? Rizar sudah nanyain kamu terus loh, dia ingin bertemu langsung dengan kamu, Dek."
"Aduh Kak Jiyyad, Darra itu masih dua puluh satu tahun masih sangat muda untuk menikah. Kalian kan tahu karir Darra itu sekarang lagi bagus-bagusnya, kalau Darra tiba-tiba menikah bisa-bisa Darra ga lirik lagi sama label."
"Ya kalau kamu sudah tidak laku, ya kamu berhenti saja jadi artis."
"Astaga Kak Jiyyad, apa yang bisa diharapkan dari seorang sopir? kalian mau lihat Darra hidup susah, menderita gitu?" ketus Darra.
"Ya ampun Darra, orangtua mana yang mau anaknya menderita. Kalau kita sudah memilihkan calon suami untukmu, itu tandanya kita sudah melihat bibit, bebet, bobot calon suami kamu," seru Mama Wina.
"Kalau kalian sayang sama Darra, ya setidaknya kalian jodohkan Darra sama pengusaha gitu biar Darra tidak malu, bukannya sama sopir."
"Astaga Darra, uang itu tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Kamu jangan menilai sesuatu hanya dari uang saja, tapi yang penting hatinya," bentak Kak Jiyyad.
"Sudah ah, aku malas bertengkar sama Kakak. Aku mau berangkat sekarang."
Darra pun mencium tangan Mama dan Kakaknya itu.
"Darra berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Ingat Darra, minggu depan Rizar mau datang ke rumah kamu harus bersikap baik sama dia," ucap Kak Jiyyad dengan tegas.
"Terserah Kakak sajalah."
Darra pun menggeret kopernya dan segera masuk ke dalam mobilnya, kemudian Darra pun melajukan mobilnya menuju rumah Amel.
"Anak itu benar-benar ya," geram Kak Jiyyad.
"Kamu sih Kak, kenapa ga bilang saja kalau Rizar itu seorang Pilot dan dia juga punya usaha restoran," seru Mama Wina.
"Justru itu Ma, Mama lihat kan reaksi Darra tadi kaya apa? Jiyyad sudah janji kepada Rizar untuk menyembunyikan identitasnya, Rizar ingin lihat apa Darra masih mau menerima Rizar kalau Rizar seorang sopir? dan Jiyyad juga setuju dengan usul Rizar, Jiyyad ingin Darra menjadi anak yang mandiri tidak manja lagi dan yang paling penting, Darra tidak merendahkan profesi seseorang walaupun pada kenyataannya Rizar memang seorang sopir, tapi sopir pesawat terbang," sahut Jiyyad.
"Ya sudahlah terserah kamu saja."
Sementara itu, selama dalam perjalanan Darra tampak cemberut.
"Mereka itu apa-apaan sih main jodoh-jodohin segala, memangnya mereka pikir aku tidak bisa apa cari pasangan sendiri," gerutu Darra.
Tidak lama kemudian, mobil Darra pun sampai didepan rumah Amel. Mereka berdua segera berangkat menuju Sukabumi tempat diadakannya shooting.
"Ra, kamu tahu ga lawan main kamu kali ini?" tanya Amel disela-sela perjalanannya.
"Siapa? soalnya aku belum sempat baca."
"Jeslin Amara."
"Apa?"
Cekiiiiiiiiitttttt....
Darra langsung menghentikan mobilnya secara mendadak, membuat Amel kaget.
"Astaga Darra untung dibelakang kita tidak ada mobil kalau enggak, kita bisa celaka," ketus Amel.
"Mel, seriusan lawan main aku wanita itu? kenapa kamu tidak bilang dari awal sih, kalau tahu dari awal, aku ga bakalan nerima job inu."
"Ya mana aku tahu, aku juga baru baca tadi malam."
"Ya sudah kalau begitu aku batalin saja, aku ga mau satu scene sama wanita ular itu."
"Kita sudah tanda tangan kontrak Darra, kalau dibatalin memangnya kamu mau bayar finalty? gede loh finaltynya."
"Tapi aku ga mau ketemu sama dia, Amel."
"Darra, sudahlah lagipula shootingnya juga cuma satu minggu kok. Kalau kamu sekarang membatalkan kontrak, wanita itu akan merasa bahagia berarti kamu kalah, tunjukkin dong kalau Darra bukan wanita lemah lagi dan kamu sudah move on dari si Dion brengsek itu."
Darra hanya mampu menghembuskan nafasnya secara kasar, Darra pun mulai melajukan kembali mobilnya.
***
Sementara itu di sebuah restoran Kak Jiyyad dan Rizar sedang melakukan pertemuan.
"Bagaimana dengan Darra, apa dia mau menikah denganku?" tanya Rizar.
"Belum sih, namanya juga dijodohkan dia belum pernah bertemu apalagi mengenal kamu jadi ya wajarlah kalau dia menolak, tapi kamu tenang saja aku yakin kalau Darra akan menerima lamaran kamu," sahut Jiyyad.
"Kamu tahu kan Yad, pertama kali aku melihat Darra pas diacara pernikahan kamu dengan Anggi, aku kira kamu mengundang bintang tamu artis terkenal ke pernikahan kamu, setelah aku tanya-tanya ternyata Jihan Adarra Ar-rasyid itu adik kamu, dan dari saat itu aku merasa tertarik dengan adikmu mungkin itu yang dibilang cinta pada pandangan pertama," seru Rizar dengan tawa kecilnya.
"Zar, adikku itu sangat manja dari kecil dia memang sudah terbiasa dimanja sama Mama dan Papa, hingga akhirnya Darra menjadi pribadi yang sombong apalagi sekarang dia sudah menjadi artis terkenal, makin menjadi saja kelakuannya. Aku khawatir sama Darra makannya pas aku dengar kamu tertarik kepada adikku, aku langsung menerimanya dan berniat menjodohkan Darra denganmu."
"Apa kamu yakin akan melanjutkan rencanamu itu?" tanya Rizar.
"Sangat yakin, aku sudah mengatakan kalau pekerjaan kamu seorang sopir, Darra dari kecil memang sudah terbiasa dengan hidup mewah makannya sekarang dia menjadi anak yang manja, tujuan aku merencanakan itu karena aku ingin Darra belajar hidup sederhana, supaya dia lebih menghargai uang tidak seperti sekarang dia bisanya cuma menghambur-hamburkan uang, walaupun itu uang hasil kerja kerasnya sendiri tapi aku tidak suka dia seperti itu, makannya dengan Darra menikah sama kamu, kamu bisa mendidik Darra dan aku yakin kamu bisa mengubah Darra menjadi lebih baik lagi," seru Jiyyad.
"Iya, insyaalloh Yad."
***
Setelah menjalani perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya Darra dan Amel pun sampai disebuah desa yang sangat asri.
"Dar, bangun kita sudah sampai," seru Amel.
Darra merentangkan kedua tangannya, setelah pemberhentian di rest area Amel menggantikan Darra untuk membawa mobilnya.
"Sudah sampai ya."
Darra dan Amel pun keluar dari dalam mobilnya disambut dengan para crew.
"Jadi, kamu lawan mainku kali ini," seru Jeslin dengan sinisnya.
Darra hendak melangkahkan kakinya dan berusaha tidak memperdulikan Jeslin tapi dengan cepat Jeslin menghalangi jalan Darra.
"Woi, sombong sekali kamu baru aja jadi artis kaya gitu sudah sombong."
"Minggir," seru Darra dingin.
"Astaga, kamu masih sama ya kaya dulu manja dan sombong. Pantesan saja Dion lebih memilih aku daripada kamu karena kamu lebih mementingkan karir dibandingkan pacar sendiri," sindir Jeslin.
Tiba-tiba Darra menjambak rambut Jeslin..
"Aw, lepasin apa-apaan sih kamu," sentak Jeslin.
"Jangan pernah ungkit masalalu, dan asalan kamu tahu alasan Dion selingkuh bukan karena aku kurang perhatian tapi karena Dion lebih mementingkan nafsunya dibandingkan cinta makannya dia selingkuh sama kamu karena dia tahu kalau kamu seorang wanita mu***an," seru Darra dengan menghempaskan kepala Jeslin.
Darra langsung meninggalkan Jeslin menuju kamar untuk dia istirahat, sedangkan Jeslin tampak kesal.
"Awas kamu Darra," gumam Jeslin.
✈️
✈️
✈️
✈️
✈️
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
✈️
✈️
✈️
✈️
✈️
Selama proses shooting, Darra dan Jeslin tidak pernah akur selalu saja ada bahan untuk bertengkar membuat para crew dibuat pusing dengan kelakuan mereka.
"Kamu bisa akting tidak sih, katanya artis papan atas tapi setiap dapat giliran scene selalu saja diulang-ulang ga pernah sekali jadi," sindir Jeslin.
"Ini semua gara-gara kamu, mood aku jadi jelek dan aku harus ngulang terus mana aku dapat semprotan dari sutradara lagi, kalau tahu lawan mainku kamu ga sudi aku nerima tawaran ini," ketus Darra.
"Idih, siapa juga yang mau kerjasama sama artis gadungan kaya kamu."
"Apa!! artis gadungan? kurang ajar."
Darra menghampiri Jeslin dan Darra langsung menyiram Jeslin dengan air mineral yang dia bawa.
"Sialan, kamu ngajak ribut sama aku!!" teriak Jeslin.
Jeslin menjambak rambut Darra, Darra tidak mau kalah dia pun membalas jambakan Jeslin keduanya saling jambak satu sama lain.
"Darra sudah, jangan bertengkar," seru Amel.
Darra dan Jeslin tidak ada yang mau mengalah, bahkan penampilan keduanya sudah acak-acakkan.
"Stoooooooopppp....." teriak Pak Topan yang merupakan seorang sutradara.
Akhirnya Darra dan Jeslin pun menghentikan aksinya.
"Kalian berdua ikut saya."
"Ini semua gara-gara kamu," kesal Jeslin.
"Kamu yang duluan mulai."
Pak Topan pun membawa Darra dan Jeslin kesebuah ruangan.
"Kalian itu apa-apaan sih? kenapa jadi bertengkar seperti ini, untung disini tidak ada wartawan kalau sampai ada, habis karir kalian sampai disini."
"Dia yang mulai Pak," sahut Darra.
"Apaan, dia yang tadi duluan nyiram saya pakai air mineral," seru Jeslin.
"Diaaaaaammm....."
Darra dan Jeslin langsung menundukkan kepalanya..
"Saya tidak tahu dan tidak mau tahu apa masalah kalian, tapi yang saya mau tolong bersikaplah profesional apalagi kamu Darra, saat ini kamu itu sedang menjadi sorotan dimana-mana kamu mau reputasi kamu hancur gara-gara ada berita kamu berkelahi dengan Jeslin?"
Darra dengan cepat menggelengkan kepalanya..
"Nah, kalau begitu sekarang kalian bersalaman saling meminta maaf dan saya minta tidak akan ada lagi hal-hal yang seperti barusan."
"Iya Pak," sahut Darra dan Jeslin bersamaan.
Keduanya pun akhirnya meninggalkan ruangan itu tanpa bersalaman seperti yang diminta oleh Pak sutradara.
Waktu pun berjalan dengan cepat, satu minggu sudah Darra menjalani shooting dan malam ini Darra memutuskan untuk pulang langsung ke Jakarta.
"Ra, kamu yakin kita pulang sekarang?" tanya Amel.
"Iya, aku sudah tidak betah lama-lama disini apalagi melihat wajah menyebalkan itu membuat mood aku jelek."
"Ya sudah kalau gitu."
Darra dan Amel pun pamit kepada semuanya dan langsung meninggalkan lokasi shooting, karena sudah malam kondisi jalanan pun terlihat lengang membuat Amel dengan leluasa melajukan mobil Darra tanpa kendala apapun.
Saat sampai di Jakarta, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan Amel memutuskan untuk menginap di rumah Darra.
***
Keesokkan harinya...
"Mbok, Darra sudah pulang ya?" tanya Mama Wina.
"Iya Nyonya tadi malam."
"Jam berapa dia sampai rumah?"
"Kira-kira jam satu subuh Nyonya, Non Amel pun menginap disini."
"Oh...ya sudah, Mbok bisa kembali bekerja."
"Baik Nyonya."
Tidak lama kemudian, semua anggota keluarga pun berkumpul untuk sarapan. Bahkan anak dan istri Jiyyad pun sudah ada.
"Darra sudah pulang, Ma?" tanya Jiyyad.
"Sudah, kata Mbok Iyam Darra sampai jam satu subuh."
"Luna ingin ketemu Onty cantik, Oma!"
"Iya, ketemunya nanti saja ya soalnya Onty cantiknya masih tidur," sahut Anggi.
"Oke Mama."
Jiyyad selama ini tinggal di Malaysia, dia mendapat tawaran kerja di perusahaan asing yang ada di Malaysia tentu saja Jiyyad tidak membuang kesempatan itu apalagi gaji disana sangatlah besar.
"Ma, jangan lupa nanti malam Rizar mau kesini untuk bertemu dengan Darra," seru Jiyyad.
"Iya Kak."
"Apa kita tidak keterlaluan Kak, menjodohkan Darra dengan pria yang belum dia kenal?" seru Papa Rahman.
"Tidak Pa, Rizar anak yang baik dan sholeh, Jiyyad yakin kalau Rizar bakalan bisa mengubah kelakuan Darra yang manja itu. Pokoknya Mama dan Papa tenang saja, Jiyyad yang akan tanggung jawab kalau sampai terjadi kenapa-napa sama Darra," sahut Jiyyad.
***
Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, Darra mulai merentangkan kedua tangannya sedangkan Amel terlihat masih terlelap tidur.
Darra turun dari ranjang dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Darra keluar dari kamar mandi dan melihat Amel sudah terduduk diatas tempat tidur sembari mengotak-ngatik ponselnya.
"Mandi dulu sana biar seger," seru Darra.
Amel pun langsung masuk ke dalam kamar mandi, setelah selesai Darra dan Amel pun turun ke bawah untuk sarapan.
"Mbok, orang rumah kemana? kok sepi?" tanya Darra.
"Den Jiyyad dan Tuan pergi ke kantor, Nyonya dan Non Anggi sedang belanja sepertinya sebentar lagi pulang."
"Jadi Mbak Anggi ada disini, Mbok!!"
"Iya, sudah hari."
Darra dan Amel pun sarapan bersama, setelah sarapan Amel pun pamit pulang sedangkan Darra kembali lagi ke kamarnya.
"Onty cantiiiikkk!!"
Suara cempreng itu membangunkan Darra seketika.
"Ya ampun Luna."
Luna langsung berlari naik ke atas tempat tidur dan memeluk Onty cantiknya itu.
"Onty cantik, Luna kangen sama Onty."
"Onty juga kangen sama Luna."
"Kenapa Onty ga pernah nengokkin Luna lagi?"
"Ontynya sibuk sayang."
"Luna sering lihat Onty di tivi, Onty cantik banget."
"Masa?"
Luna dengan cepat menganggukkan kepalanya, Darra dengan gemas menciumi pipi temben keponakannya itu.
"Sayang, kok gangguin Onty cantik sih?" seru Anggi.
"Mbak Anggi, apakabar?"
"Baik Alhamdulillah."
"Sayang nanti malam kamu siap-siap ya, soalnya Kakak kamu akan mengajak Rizar makan malam di rumah kita."
"Apa Ma!! Darra tidak salah dengar? Cepat banget sih Ma?" tanya Darra tak percaya.
"Tidak Nak, soalnya Nak Rizar ingin cepat-cepat melangsungkan pernikahan kalian."
"Dan Mama sudah menyetujuinya?" tanya Darra.
"Tentu saja, bahkan Papa juga sangat menyukai Rizar."
"Sebenarnya ada apa dengan kalian? Kenapa kalian jadi suka kepada orang yang baru kalian kenal?" seru Darra dengan menyilangkan kedua tangannya dan melipatnya di atas dada.
"Baru pertama kali? Kita sudah kenal dengan Nak Rizar sudah lama, bahkan saat Kak Jiyyad menikah pun dia datang," sahut Mama Wina.
"Hah, kok Darra ga tahu."
"Mau tahu bagaimana, kamu itu selalu sibuk bahkan jarang di rumah apalagi kalau sudah shooting untuk film layar lebar kamu bisa tidak pulang berhari-hari," sahut Mama Wina.
Darra menghela nafasnya..
"Ya sudah Darra juga ingin melihat seperti apa wajah yang namanya Rizar itu," seru Darra.
"Pokoknya kamu bakalan terpesona melihat Nak Rizar, dia tampan loh Ra," goda Mama Wina.
"Masa?"
"Pokoknya tampannya maksimal, Ra!!" seru Anggi.
"Hmm...Dara jadi penasaran," sahut Darra.
***
Malam pun tiba..
Darra saat ini sudah mengunakan dress warna putih bunga-bunga dengan panjang selutut, rambutnya dia biarkan digerai indah.
Tiba-tiba terdengar suara mobil masuk ke halaman rumahnya, Darra segera menuju jendela untuk melihat siapa yang datang. Sebuah mobil Brio putih berhenti di depan rumahnya, seorang pria tinggi, putih, dan gagah keluar dari mobil itu.
Pria itu memakai kemeja navy dan celana panjang warna hitam, namun sayang wajahnya tidak terlihat karena pria itu keburu masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba jantung Darra berdetak tak karuan.
"Kok jantungku berdebar-debar sih," gumam Darra sembari memegang dadanya.
Sementara itu di bawah, semuanya menyambut kedatangan Rizar dengan senang hati.
"Nak Rizar, mari silakan dudduk," seru Papa Rahman.
"Terima kasih Om."
"Sebentar ya, tante panggilkan Darra dulu."
Mama Wina pun segera naik ke atas untuk memanggil Darra.
Tok..tok..tok..
"Sayang, ayo cepat keluar Nak Rizar sudah datang," seru Mama Wina.
"Iya Ma, tunggu sebentar."
Tidak lama kemudian, Darra pun keluar...
"Masyaalloh, puteri Mama cantik sekali pasti Nak Rizar akan terpesona dengan kecantikan puteri Mama."
"Ah Mama bisa saja."
"Ya sudah, yuk kita turun tidak baik membuat orang menunggu."
Darra pun mengikuti langkah Mamanya dari belakang, selama turun dari kamarnya Darra terlihat menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap pria yang akan dijodohkan kepadanya.
Sesampainya di bawah, Rizar sangat kagum dengan kecantikan Darra, walaupun Rizar sering melihat Darra di layar televisi tapi setelah melihat secara langsung ternyata lebih cantik aslinya.
"Dek, kenalkan ini Rizar sahabat Kakak," seru Jiyyad.
Perlahan Darra mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya Darra saat melihat Rizar.
"OMG...tampan sekali," batin Darra.
"Hallo, aku Rizar sahabatnya Jiyyad," seru Rizar dengan mengulurkan tangannya.
"Da--darra."
"Bagaimana kalau kita makan malam dulu, nanti setelah itu baru kita berbincang-bincang," seru Anggi.
"Ide bagus Ma, yuk Zar kita makan malam dulu," ajak Jiyyad.
"Silakan Nak Rizar, makan yang banyak ya jangan sungkan-sungkan," seru Papa Rahman.
"Iya Om, terima kasih."
"Nak Rizar mau makan sama apa biar tante ambilkan untuk Nak Rizar."
"Terserah tante saja, semuanya Rizar suka kok," sahut Rizar sembari menoleh ke arah Darra.
Darra yang merasa di perhatikan oleh Rizar langsung menundukkan kepalanya.
"Ini Nak Rizar, makan yang banyak ya."
"Astaga tante, ini terlalu banyak."
"Tidak apa-apa, kamu harus makan yang banyak karena menghadapi puteri tante membutuhkan tenaga," ledek Mama Wina.
"Mama, apaan sih," ketus Darra tidak terima.
"Sudah-sudah, sekarang kita makan dulu," potong Papa Rahman.
Disela-sela menyantap makanannya, Darra terlihat curi-curi pandang kepada Rizar.
"Tampan sih, tapi sayang hanya seorang sopir," batin Darra.
Tidak lama kemudian semuanya pun sudah selesai makan malam, Jiyyad mengajak semuanya untuk berkumpul di ruangan keluarga.
"Bagaimana Dek, kesan pertamanya setelah melihat Rizar?" tanya Jiyyad.
"Lumayan tampan," sahut Darra dengan santainya.
"Terus mengenai penawaran Kak Jiyyad kemarin bagaimana? Apa kamu akan menerima perjodohan ini? Rizar pria baik dan sholeh, insyaalloh dia akan membimbing dan mendidik kamu," seru Kak Jiyyad.
"Maaf sebelumnya, apa aku boleh menjelaskan tentang aku kepada kalian semua, khususnya untuk Darra supaya dia tidak menyesal nantinya kalau menikah denganku yang apa adanya ini."
"Silakan Rizar dengan senang hati," sahut Papa Rahman.
"Darra, maaf sebelumnya karena aku sudah lancang ingin menikahimu, jujur pertama kali aku melihat kamu disaat acara pernikahan Jiyyad dan Anggi. Aku sama sekali tidak tahu kalau artis terkenal yang saat ini sedang naik daun adalah adik dari sahabatku, aku sudah jatuh cinta kepadamu sejak pada pandangan pertama dan dari saat itu aku mulai mencari tahu tentang kamu. Aku hanya anak yatim piatu dan pekerjaan aku juga hanya sebagai sopir, tapi jika kamu menerima lamaranku, aku akan senang sekali tapi kalau kamu menolak, aku juga akan menerima dengan lapang dada," seru Rizar.
"Sayang sekali, wajah setampan dan penampilan sekeren itu hanya seorang sopir," batin Darra.
"Dek, itu ditanya sama Rizar apa jawabanmu?" sentak Jiyyad membuyarkan lamunan Darra.
"Apa yang bisa aku jawab, bukannya kalian menginginkan perjodohan ini, menolak pun sepertinya tidak mungkin karena kalian tidak akan membiarkan aku menolaknya, maka dengan sangat terpaksa aku harus menerimanya," sahut Darra.
Semuanya terbelalak dengan jawaban Darra, mereka saling pandang satu sama lain.
"Maaf, tapi aku tidak mau memaksa seseorang kalau memang kamu tidak mau, aku tidak apa-apa," seru Rizar.
Darra menatap satu persatu wajah dihadapannya itu, dilihat dari raut wajah keluarganya terlihat kalau mereka sangat mengharapkan Darra menerima Rizar menjadi suaminya.
Darra pun menghembuskan napasnya secara kasar..
"Ya sudah, Darra menerima Mas Rizar," sahut Darra dengan lemas.
"Kamu serius sayang?" tanya Papa Rahman.
"Kamu tidak bercanda kan, Dek?" sambung Jiyyad.
"Ih kalian itu kenapa sih? Bukannya kalian yang menjodohkan Darra dan menginginkan Darra menikah dengan Mas Rizar, tapi disaat Darra menerimanya, kalian malah tidak percaya," kesal Darra.
"Alhamdulillah," sahut semuanya bersamaan.
"Aku janji, walaupun pekerjaan aku hanya sebagai sopir tapi aku akan membahagiakanmu," seru Rizar.
"Aku pegang janji Mas."
Setelah berbincang-bincang akhirnya Rizar pamit pulang dan Darra pun langsung naik ke atas menuju kamarnya. Darra merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, pandangannya menerawang jauh.
"Apa aku tidak keterlaluan ya, menerima lamaran Mas Rizar hanya buat pelampiasanku saja?" gumam Darra.
Tanpa dia sadar, akhirnya Darra pun terlelap dengan masih menggunakan dressnya.
✈️
✈️
✈️
✈️
✈️
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!