"Kak mela .. Jangan ambil uang Lily kak !,,, itu untuk biaya pengobatan Ibu." Teriak Lily penuh isak tangis berharap saudara kandungnya itu mengembalikan uang yang Lily dapatkan dari bekerja selama 1 minggu di Ladang jagung Pak Sungkar namun Mela berlalu begitu saja tanpa sedikit pun iba kepada adik semata wayangnya itu.
Setelah menerima upah dari Pak Sungkar. Lily bergegas pergi menuju Desa di seberang Laut untuk mencari kakaknya Mela yang bekerja di sana dan sudah setahun belum pulang sama sekali. Lily ingin mengajak Mela pulang karena Ibunya sakit. Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, Mela justru merampas semua uang Lily dan meninggalkannya begitu saja, tanpa peduli bagaimana Adiknya akan pulang tanpa memegang uang seperser pun.
Tanpa sengaja ada mata indah setajam Elang menyaksikan pertengkaran mereka. (Milik siapakah mata itu ??? Hayooo ....Tebakkk... )
******
White Lily, namanya. Gadis polos yang cantik, berwajah bulat dengan mata yang belok di tambah bulu mata yang sangat lentik, dengan hidung yang sedikit mancung dan bibir mungil namun merah alami benar benar terlihat sangat menawan dan sempurna. Warna kulitnya putih bersih dan tegas bagaikan bunga Lili Putih yang berkilau indah. Rambutnya tergerai indah dan panjang. Saat ini Lily baru memasuki usia 17 Tahun. Tak sesempurna parasnya, kehidupan Lily penuh lika-liku dan jauh dari kata sempurna. Keadaan memaksanya untuk bekerja keras banting tulang membantu ayahnya mencari rejeki seperti di Era Joseon rakyat kecil dan miskin yang paling tertindas di sini. Di era kerajaan Morlouis ini juga belum ada media elektronik. Aliran listrik pun hanya menerangi Kota-Kota besar di Negeri ini.
Lily bekerja di Ladang jagung Pak Sunkar dengan upah mingguan dan Ayahnya bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Desa.
Ibunya sakit-sakitan dan seharusnya di bawa ke Tabib termansyur di Kota. Namun penghasilan keluarga hanya cukup untuk makan seadanya dan beli ramuan herbal untuk Ibunya, namun Lily tak pernah menyerah dengan keadaan. Dia yakin Ibunya pasti sembuh dan kehidupannya akan membaik. Pasti suatu hari nanti ada kebahagiaan menantinya di balik keringat, tangis, dan doanya selama ini.
*******
Langkah kaki Lily gontai terus menelusuri setiap jalan yang ada di hadapannya.
Malam semakin mencekam, pohon-pohon mulai terlihat menyeramkan. Suara-suara hewan malam pun mulai berdendang, tak lupa juga cacing-cacing di perutnya mulai berdemo minta di beri makan.
"Aahhh apa yang harus ku lakukan,sedangkan di sakuku tak ada uang sepeserpun ". Ratap Lily dalam hati.
Dia bingung harus makan apa ?
Dan pulangpun harus naik kapal pakai apa ?
Di balik pohon-pohon yang bak raksasa itu Si
Mata Elang terus mengendap-endap mengikutinya.
Tak terasa langkah kaki Lily sudah sampai Dermaga.
Bbbbbbrruuukkk !!!!!!
Lily menjatuhkan badannya ke tanah berpasir putih di pinggir Dermaga. Dari sudut ini pemandangan laut nampak begitu indah dan menenangkan. Suasana sangat sepi mencekam, entah rasa takut Lily hilang kemana. Yang ada hanya,,, dia ingin menangis dan beteriak sekencang-kencangnya. Setidaknya ada yang mendengarnya dan memahaminya kalau dia sangat lelah dengan semua ini.
Begitulah Lily yang masih menyimpan air matanya sekuat tenaga dan menatap kosong ke arah laut yang begitu tenang.
"Aku ingin menangis,,, tapi aku takut tangis ku mengganggu ketenangan yang begitu damai di sini " Ucap Lily lirih sambil menghela nafas panjang..
Tiba-tiba ..
Tap.. tap.. (langkah kaki) Tap.. tap.. (mendekat)
"Menangislah jika kamu ingin menangis, terawalah jika kamu ingin tertawa, sesekali tak perlu memikirkan hal sesepeleh itu karena kamu juga berharga sama seperti lainnya".
Suaraaa lembut...
Tapi gantle ituuuu berasal dari mana ????? ..
"Hem..."
Lily kaget dengan suara emas yang lembut itu. Kemudian reflek menoleh kebelakang.
Sssssrrrrttttt.
Pria Misterius itu menatapnya dalam. Seperti si mata elang yang sangat sangat tajam.
Dari fisiknya kemungkinan dia berusia 11 tahun lebih tua daripada Lily.
Sinar lampu di Dermaga menyinari kehadiran Si Mata Elang itu, bagaikan seorang pangeran yang turun dari surga. Rambut gondrongnya di cepol berantakan. Bajunya kotor dan lusuh menandakan dia hanyalah manusia biasa. Namun semua itu tak menutupi ketampanan-nya yang luar biasa.
" Bermalamlah di Rumah, bersama Ibu dan Ayahku ". Ajak Si Mata Elang itu seolah paham betul dengan apa yang sedan menimpa Lily.
"Eeeh.. kamu pikir aku gadis murahan apa ?. Enak aja.. emm... Semudah itu ngajak aku bermalam di rumahmu.(membenarkan rambut dan wajahnya)". Jawab Lily sangat ketus namun terdengar getaran lewat nada suaranya yang menandakan bisa jadi dia salah tingkah.
"Aku kasian aja liat kamu , dari tadi berjalan sendirian. Lalu lintas kapal di dermaga ini sudah tutup. Maka dari itu aku menawarkan kamu menginap di rumahku hufttt.... (menghela nafas).. Kamu diam di rumah sama orang tua ku bukan sama aku ". Jelas Si Pria Mata Elang itu ..
"Gak perlu ! Makasih banyak yaa.. Aku mau tinggal di rumah Kakakku saja". Ucap Lily kemudian melangkah menjauh.
Baru melangkah dapat tiga langkah..
Tap..tap.. tap..
"Kakakmu yang tadi merampas uangmu dan mengusirmu itu ???" si pria itu keceplosan .
Deg..
Menghampiri pria itu..
"Kamu !!!! .. (geram....) Sejauh apa kamu mengikutiku ??. Gak usah sok tau sama kehidupanku yaa !!!!". Terhenti sejenak.
" Apa yang kamu mau dari aku ? kamu siapa ? perampok ? atau orang cabul ? ". Pertanyaan demi pertanyaan negatif dari Lily terus berhambur menyerang pria tampan itu .
" Tenang saja aku bukan orang jahat kok. Apa tampang yang ku punya terlihat sehina itu ??? (meweek) ". pria itu berusaha menenangkan suasana.
Kruyyuk ..kruyukkk .. kruyukk...
(Tenang ini bukan suara ayam berkokok tengah malam. Tapi suara dendangan dari cacing di perut Lily).
'Aduh.. kenapa lah harus berbunyi nyaring di keadaan yang lagi jaga image seperti ini' . Gumam Lily dalam hati sambil meremas perutnya menahan malu.
-----
"Ipen.. !!! Ipen.. !!!"
Suara wanita memecahkan suasana yang serba salah tingkah barusan.
Dari jauhh.Terlihat wanita paruh baya berjalan terhuyung huyung memanggil nama pria mata elang itu.
" Ya ampun Ibu. Pelan-pelan Bu! Jangan lari nanti kakinya keseleo". Teriak pria itu dan segera berhambur kepada wanita yang dia panggil Ibu.
" Ini nak bekal mu. ( Sambil menyodorkan bungkusan di tangannya.) Lagi-lagi kamu lupa bawa bekal. Kalau kelaparan di laut kamu mau makan apa, hah ?. Di darat masih enak masih ada penjual nasi, untung ibu masih sempet ngejar kamu Nak". Jelas wanita paruh baya itu terengah-engah.
" Iya Bu. Maafin ipen yaa .. ( sambil memijat pundak ibunya).. Lain kali Ipen gak akan lupa lagi dan memastikan kalau Ipen bawa dan makan bekal dari Ibu dengan sangat lahap". Ucap Ipen menenangkan hati Ibunya.
"Itu siapa pen ?? ( melirik gadis mungil di belakang Ipen)".
Menyadari bahwa Ibu Ipen memperhatikannya, Lily tersenyum lalu mengangguk.
" Oohhh jadi gini Bu.. ( menarik Lily agar lebih dekat dengan Ibunya).. Ini teman Ipen bu. Dia mau pulang ke desa seberang tapi ketinggalan kapal terakhir bu. Dia juga barusan di rampok. Ipen titip teman Ipen ya bu!. Selama Ipen pergi ke laut mencari ikan ". Ipen menjelaskan kepada Ibunya.
" Kamu diam di rumah sama Ibu ya .. ( Lagi-lagi mata elang itu menatap Lily dengan sangat dalam ) Besok pagi biar Ayahku mengantarmu ke dermaga. Aku tulus membantu mu dan aku tidak seperti semua omong kosong yang ada di pikiranmu (menepuk pundak Lily) " kemudian ipen pamit untuk berangkat mencari ikan, mengganti tugas Ayahnya yang Seorang Nelayan.
Deg.. Srrr...
Tak bisa di pungkiri lagi, ada desiran aneh di hati Lily. Hanya bisa mengangguk seolah terhipnotis meski tak ada yang menghipnotisnya.
Sepasang mata beloknya terus menatap punggung Ipen yang semakin menjauh, mengecil, mengecil kemudian menghilang.
" Neng !! Ini sudah tengah malam. Yuk ikut Ibu bermalam di rumah. Rumah Ibu tidak jauh dari sini kok ". Suara Ibu Ipen memecahkan lamunan Lily .
" Oh.. iya Bu mari . Maafkan aku jadi merepotkan ". Lily tersenyum, entah apa yang harus dia rasakan. haruskah bersyukur , merasa sungkan atau hal lainnya.
" Hari ini Ibu masak ayam rebus untuk bekal Ipen. Di rumah masih ada sisanya banyak. nanti kita makan sama sama yaa !! ,,".
" Baik Bu. Terimakasih banyak ".
*******
Seperti biasa ,, setiap fajar matahari malu-malu menunjukkan sinarnya. Suara kicau burung sahut menyahut bagai nyanyian surgawi, terdengar begitu merdu dan menenangkan. Deburan ombak saling menghatam dengan lembutnya menambah kedamaian di pagi ini.
Perlahan Lily membuka mata, di tatapnya atap genteng yang sudah renta, matanya terus menelusuri setiap sudut ruangan di mana dia berada saat ini . Tembok masih terbuat dari kayu, hanya ada tikar untuk tidur dan 1 kotak sebesar badannya untuk menyimpan barang barang. Dia menyadari mungkin ini adalah kamar Ipen. Tiba-tiba pandangannya terhenti pada satu barang yang tergantung di sebelah jendela. Hiasan rambut berbentuk Bunga Lili berwarna putih.
.
.
" Cantiknyaaa....". Mata Lily berbinar melihatnya, namun seolah tak asing dengan apa yang di hadapannya.
Pernakah dia melihatnya di suatu tempat ?.
' ah tidak mungkin.' Gumamnya dalam hati .
Tok tok tok...
" Neng hayuuk kita sarapan dulu sebelum berangkat !!" Suara hangat itu memanggil untuk keluar sarapan.
Pagi ini Lily yang baru tidur selama 4 jam terpaksa bangun karena harus cepat-cepat mengejar jadwal kapal agar tidak ketinggalan. Karena Lily mempunyai kewajiban bekerja Ladang jagung Pak Sungkar.
Keluarga Ipen sangat baik, ramah dan banyak bercerita. Menambah kehangatan di keluarga ini . Ipen adalah anak mereka satu-satunya. Mereka adalah keluaraga nelayan. Biasanya setiap hari Ipen dan ayahnya ke laut untuk mencari ikan. Tapi malam itu Ipen hanya berangkat sendiri karena Ayahnya ada keperluan di Rumah Kepala Desa.
Ipen ??
Entah kenapa nama itu harus Ipen.
Terlalu sederhana atau bahkan terkesan aneh. (kenapa gak sekalian upin atau ipin sih thoorr ??? bbrrr *pembaca tepok jidat* ) Sama sekali tak cocok dengan ketampanan wajahnya yang tak bisa di tutupi lagi.
Dengan berat hati Lily yang sudah di antar Ayah Ipen ke Dermaga.
" Terimakasih banyak Pak, atas bantuannya sejauh ini. Salam untuk Ibu dan Ipen". Pamit Lily
" Iyaa eneng hati-hati di jalan ya .. Jangan lupa, main lagi kalau ada waktu ". Ucap Ayah Ipen melambaikan tangan.
Lily tersenyum..
Ttttoooooooootttttt....
Bunyi kapal menandakan kapal mulai berangkat.
" Yeaahhhh kapalnya berangkat hmmm .. Ipen, aku berharap tadi masih bisa sempat bertemu denganmu setidaknya aku ingin meminta maaf dan berterimakasih .. hhuuuufftttt (menarik nafas panjang)". Ucap Lily monolog dan bayangan wajah ganteng si mata elang itu tak pernah pergi dari indra penglihatannya ...
*******
Terimakasih banyak kepada para pembaca setia. ini adalah novel perdana ku.
Menulis adalah hobbyku. Meski tulisan ku jauh dari kata sempurna setidaknya dapat menemani para pembaca. Namun aku akan terus berusaha dan belajar menjadi yang lebih baik lagi ..
Terus suport aku yaa teman teman .. !!!!
Fighting Ria go go go go !!!!
Gadis cantik, matanya indah dan lentik, kulitnya sangat putih bening. Rambut panjangnya tergerai indah meskipun berantakan di terpa angin.
" Aahhh wajahnya lebih dari sekedar kata cantikk... ". Lirih Ipen, mengingat kembali rupa gadis yang berhasil mempesonanya itu .
" Lalu kenapa kakaknya begitu kejam pada gadis yang polos itu ??" Ipen trus asyik dalam lamunan dan pertanyaan-pertanyaannya.
" Eh Ipen buruan udah siang ini !! kamu mau terus menua di tengah laut apa ??. Teriak Monde teman seperjuangan Ipen di tengah laut.
Ssrrr ... Ssrr...
bunyi desir ombak.
"Iya pulang lah.. ayo buruan tancap gas perahunya." Jawab Ipen
"Kamu itu dari tadi ngapain sih ngelamun terus ?? Mikirin hutang apa mikirin apa sih ? ". Tanya Monde kepo.
"Semalem aku ketemu gadis cantik banget mon.. Eeh egak.. Pokoknya lebih dari sekedar kata cantik". Ipen berbinar binar. "Gadis itu bukan orang sini mon. Disisi lain aku kasihan padanya. Pas lagi nyantai di warung Mbok Rukmi tanpa sengaja aku menyaksikan pertengkarannya dengan kakaknya. Dan kakaknya mengambil semua uang yang di miliki gadis itu Mon. Dia berjalan terkatung-katung tak tentu arah. Ku lihat wajahnya penuh putus asa. Aku terus mengikutinya karena takut gadis itu dalam bahaya." Jelas Ipen sambil mengingat ingat kejadian semalam.
" Trus gimana ?. Kamu berhasil menyapanya gak ? "
"Berhasil mon. Semalam sebelum berangkat kesini aku menitipkan gadis itu kepada ibuku untuk menginap di rumahku."
" Waaaww!. Tumben sekali kamu tertarik sama perempuan Pen ? " Tanya Monde sambil riwa riwi menata peralatan di dalam perahu untuk pulang.
" Yang ini beda Mon "
" Emang namanya siapa ?? "
Deg..
Ipen baru menyadari bahwa Ipen tidak tahu nama gadis itu.
" Eh iyaa.. Ayuk mon ayuk kita pulang!. Buruan Mon!. Bisa lebih cepet lagi gak sih ini perahu ?" Seru Ipen kacau.
'Semoga gadis itu belum pulang. semoga masih
sempet ketemu si gadis itu . Aku ingin dia menyebut namanya di depan mataku' . Doa Ipen dalam hati .
********
Di Dermaga..
"Ipen ngapain kamu kesini ?". Tanya Ayah ipen yang melihat Ipen tiba dengan lari hingga nafasnya tersenggal-senggal.
"Pak.. Gadis itu ? .. ". Tanya Ipen terputus-putus karena harus mengatur nafasnya.
" Baru aja berangkat. Itu kapalnya masih kelihatan ". Jawab Ayah Ipen sambil menunjuk kapal yang terbuat dari kayu itu.
"Nama Pak nama !!!! Nama gadis itu siapa ??"
" Loh bukannya itu temanmu. Kenapa kamu malah tanya bapak? ". Ucap lelaki paruh baya itu terheran-heran.
" Setidaknya kan Bapak atau Ibu basa basi lah, bertanya padanya dan bertanya siapa namanya ? tinggal di mana ? atau apalah gitu pak ". Rengek Ipen seperti bayi.
"Lah gimana sih kamu Pen ?" Ayah Ipen masih terheran-heran dengan maksud anaknya.
"Lagian kami terlalu sibuk bercerita tentang kamu Pen, jadi kami lupa bertanya dan membahas tentang si eneng yang cantik itu ".
Hhhhhhffffttttt ..
Ipen hanya bisa menarik nafas panjang.
********
**Bagaimana caraku mencarimu wahai gadis yang sangat elok ..
Aku tak tahu di mana keberadaanmu..
Asalmu .. Bahkan namamu ..
Kenapa engkau pergi dengan begitu tergesa-gesa..
Kenapa tak kau ijinkan aku untuk setidaknya tahu namamu ..
agar setidaknya aku bisa memanggil mu di kala rindu menyapa ..
agar setidaknya aku dapat menyebutmu dalam doaku ..
Tuhan .. ijinkan aku bertemu dengannya lagi ..
aku ingin mengenalnya
aku ingin menghapus air matanya
dan menggores senyum di sudut bibirnya
Aku benar benar sangat kehilangannya..
Bagaimana caraku menemukannya ?
Bidadari mungil tak bersayap** .
IPEN
di tengah malam yang gelap gulita.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!