NovelToon NovelToon

Pengantinku, Luar Biasa

Bab 1. Pernikahan

Silakan baca noted dulu di penghujung bab yang sangat panjang sepanjang jalan kenangan bersama mantan sebelum komentar. eeeaaakk!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam yang gelap, diiringi gerimis yang membasahi bumi. Khansa Isvara, duduk seorang diri di sebuah kereta api. Orang-orang akan lebih memilih untuk bergelung di bawah selimut. Namun tidak dengan Khansa Isvara, ia harus segera berangkat dari desa menuju ke Kota Palembang untuk melangsungkan pernikahannya esok hari.

Di usianya yang ke-9 tahun, Khansa Isvara telah kehilangan ibu kandungnya untuk selama-lamanya. Sedangkan ayahnya menikah lagi dengan Maharani, yang otomatis menjadi ibu tiri Khansa. Mereka tinggal di Kota Palembang.

Suatu ketika, Khansa terpergok mendorong kakek kandungnya dari tangga hingga mengalami luka yang cukup parah. Sang ayah tak segan untuk mengirim Khansa kembali ke Desa. Karena seorang peramal mengatakan gadis itu adalah pembawa sial. Ia tumbuh dan dibesarkan di pedesaan. Orang-orang menganggap, gadis itu dikucilkan oleh keluarganya sendiri.

Kemudian, di usianya yang menginjak 20 tahun, Khansa dijemput kembali oleh ibu tirinya untuk kembali ke kota. Wanita paruh baya itu berambisi ingin menikahkan anaknya dengan salah satu  keluarga besar di Kota Palembang. Diantaranya, Sebastian, Mahendra, Kawindra, Ugraha.

Leon Sebastian, seorang Tuan Muda Sebastian yang merupakan salah satu konglomerat terkaya di Negara ini. Pria yang memiliki perawakan 186 cm itu memiliki kekuasaan besar. Dia adalah pebisnis termuda dan tertampan yang menjadi penguasa dunia. Namun, selama ini belum pernah ada yang melihat wajah tampannya.

Pria itu tinggal di Villa Anggrek  hanya dengan neneknya selama bertahun-tahun. Dia memiliki riwayat penyakit yang parah dan hampir sekarat. Sehingga, sang nenek ingin cucunya segera menikah untuk mendapatkan keturunan.

Mendengar kabar tersebut, keinginan Maharani bergejolak. Ia memiliki dua orang putri kandung. Namun, karena tidak menyukai pria penyakitan itu, Maharani tidak rela menikahkan kedua anak gadisnya dengan Leon. Akhirnya ia mengajukan Khansa Isvara untuk menikah dengannya. Perjanjian pun telah disepakati oleh para generasi yang lebih tua.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Khansa duduk dengan tenang, tangannya menggenggam sebuah buku. Manik matanya bergerak ke kiri dan kanan membaca kata demi kata yang tersusun di sana. Konsentrasinya buyar dan sedikit terlonjak ketika pintu kereta tiba-tiba terbuka. Desir angin dingin berembus menerpa kulitnya. Bau anyir darah menyeruak dalam indera penciumannya.

“BRUGH!”

Ekor mata Khansa memicing ketika seseorang terjatuh tersungkur di bawahnya dalam keadaan tak sadarkan diri. Tak lama berselang, sekelompok pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam masuk ke dalam kereta dengan membawa senjata tajam dan hendak membunuh pria tersebut.

“Boss! Kita lenyapkan juga saksi matanya!” Salah seorang anggota itu, menyenggol lengan pria yang berperawakan besar, dengan bekas luka di wajahnya yang merupakan boss dari komplotan itu.

Kedua manik mata Khansa seketika membulat dengan sempurna. Dengan cepat, ia segera menutup buku di tangannya. Wajahnya nampak panik luar biasa.

“A—ampuni saya. To—long, jangan sakiti saya,” mohon Khansa memelas dengan menangkupkan kedua tangannya. Buku tebal tadi berada di sela tangannya.

“Hahaha!” Pria berwajah bekas luka itu tertawa menyeringai. Kakinya melangkah semakin mendekati Khansa. Matanya berkabut penuh gairah ketika melihat kecantikan Khansa, apalagi ketika menatap mata indah gadis itu.

Setelah mengatakannya, dia pun menerjang ke arah Khansa, hingga membuat bukunya terjatuh. Pria itu memeluk dengan posesif dan penuh nafsu, bos berbaju hitam itu membuang pisau di tangannya, lalu mengulurkan tangan untuk melepaskan pakaian Khansa.

Detik berikutnya, Khansa menepis tangan pria itu dan menggenggamnya dengan kedua tangan kecilnya yang putih mulus itu dengan kuat. Keadaanpun berbalik. Pria itu menengadahkan kepalanya dan melihat sepasang mata yang dingin menusuk, detik berikutnya pelipisnya ditusuk oleh sebuah jarum perak yang kecil dan panjang, lalu meninggal di tempat.

Para anak buah yang berada di samping merasa panik dan hendak menerjang Khansa, tapi tepat di saat itu, pria yang tadi terjatuh ke lantai segera berdiri dan merebut senjata di tangan pria berbaju hitam, tenggorokan para pria berbaju hitam dipotong dan terjatuh satu per satu.

Khansa sudah tahu sejak awal, meskipun pria ini berlumuran darah, tapi dia pura-pura pingsan, darah di tubuhnya adalah milik orang lain, pura-pura pingsan tidak lain hanya untuk membuat orang-orang ini lengah.

Kedua manik indah Khansa dan pria itu saling beradu. Menatap bayangan dirinya masing-masing pada bola mata keduanya. Meski pria itu tampak berantakan, namun tetap tidak memudarkan ketampanannya sedikit pun. Sedangkan pria tersebut, tertegun melihat kecantikan Khansa yang alami.

"Tuan Muda, maaf kami datang terlambat." Beberapa orang datang dengan napas terengah-engah. Yang diyakini Khansa merupakan bawahan pria di hadapannya itu.

Pria tersebut mulai mendekati Khansa selangkah demi selangkah, hingga mengikis jarak di antara mereka. Tangannya mencubit dagu Khansa. “Apa yang seharusnya aku lakukan padamu?” tanya pria itu pelan, namun penuh ketegasan.

Khansa mengerti, dia telah melihat hal seharusnya tidak dilihat, sulit baginya untuk pergi dengan selamat. Sedangkan pria di hadapannya ini lebih berbahaya dari para idiot tadi. Khansa mundur selangkah.

"Plak!"

Gadis itu memukul tangan Leon yang mencubit setengah wajahnya. “Jangan  macam-macam! Saya adalah pengantin Villa Anggrek!” ucapnya bernada ancaman.

Salah satu alis tebal pria itu terangkat, Hmm … pengantinku? gumamnya dalam hati. Bibirnya menampilkan senyum menyeringai. Kedua tangannya dimasukkan dalam saku celana, raut wajahnya tampak main-main.

“Berani Anda menyentuh saya, Anda akan berada dalam masalah besar! Pernikahan di Villa Anggrek telah diketahui oleh seluruh penjuru kota. Dan menggemparkan seluruh kalangan atas.  Orang di Villa Anggrek tidak akan mengampuni Anda. Terlebih lagi, 4 keluarga besar di kota Palembang!” ancam Khansa yang memang tidak tahu apa-apa. Telunjuknya bahkan mengarah pada pria itu sedari tadi. Tatapan matanya tajam dan dingin seolah hendak membunuh.

Terima kasih, ibu. Meskipun kau menyuruhku menaiki kereta murah, tapi demi mengharumkan namaku, ibu mengadakan pernikahan yang megah. Hingga diketahui oleh semua orang.—batin Khansa tak melepaskan tatapan waspada dari pria di hadapannya.

Hari ini Leon ingin dibunuh atas perintah dari mitra bisnisnya, siapa yang menyangka? Sungguh suatu kebetulan yang indah bisa bertemu dengan calon pengantinnya. Gadis berusia sekitar 20 tahun, pakaiannya berantakan, wajahnya pucat, tapi tatapan matanya justru sangat cerah dan tegas. Hal terpenting adalah dia itu pengantinnya.

Leon melepaskan Khansa, dan meninggalkan sebuah kalimat, "Kita akan bertemu lagi secepatnya." Kemudian dia pergi dengan membawa para bawahannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari yang cerah setelah semalam diguyur hujan tak begitu deras. Resepsi mewah pernikahan Leon Sebastian dan Khansa Isvara akan digelar di Palace Garden sebentar lagi.

Khansa duduk di depan cermin yang menampakkan pantulan wajah cantiknya yang tertutup oleh sebuah cadar. Hanya nampak sepasang mata cantiknya. Tubuh indahnya telah terbalut gaun putih yang  sangat glamour.

Terdengar langkah angkuh sepasang heels yang mendekat. Khansa menatap pantulan bayangan seorang gadis yang menatapnya sinis. Jihan Isvara, sang adik tiri semakin berjalan mendekat. Tangannya dilipat di dada. “Cih! Enggak usah bangga! Sadar diri! Kamu itu tak lain hanya seekor anjing yang dipelihara keluarga Isvara,” ucap Jihan mendecih.

Khansa berdiri dan memutar tubuhnya, “Siapa yang kamu sebut anjing?” tanyanya balik melayangkan tatapan tajam dan dingin.

“Tentu saja kamu! Siapa lagi yang ada di ruangan ini!” cetus Jihan dengan sombongnya.

Saat menyadari ada yang tidak beres, raut wajahnya berubah menjadi canggung, lalu menatap sepasang mata indah Khansa. Sejak kembali ke Kota, Khansa selalu memakai cadar, tapi hanya dilihat dari mata saja sudah bisa diketahui kalau dia pasti sangat cantik. Jihan merasa iri.

Jelas-jelas dia hanya anak kampung! Tapi sok misterius!—Jihan bergumam dalam hati.

"Sa, waktunya sudah tiba, ayo keluar!" Fauzan Isvara yang merupakan Ayah Khansa, dan Maharani sang ibu tiri membawa rombongan tamu penting ke dalam.

Khansa beranjak dari duduknya, ia melingkarkan lengan kecilnya pada lengan sang ayah dan berjalan keluar dari kamarnya perlahan.

Pandangannya mengedar, pesta telah digelar sangat meriah. Namun, satu hal yang membuat Khansa menautkan kedua alisnya heran. Gadis itu tidak melihat pengantinnya dimanapun bahkan sampai pesta berakhir.

Bersambung~

Note;

Novel ini merupakan misi kepenulisan dari Noveltoon, yang dikerjakan lebih dari 1 author. Outline yang diberikan sama sekitar 300-500 kata. Tapi ke depannya ada banyak perbedaan. Karena outlinenya semakin sedikit, sekitar 100-200kata dan harus dikembangkan jadi ribuan kata.

FYI outline dari bab 1-100 selebihnya saya mikir sendiri ya~

Jadi, kalau nemu kisah Khansa~Leon pada author lain, Kami TIDAK PLAGIAT ya gengs. yang mau lanjut baca silahkan... yang enggak juga gak masalah. tapi gausah tinggalin jejak bilang PLAGIAT!! karena ngembangin jadi ribuan kata tuh gak mudah.

Apalagi saya cuma anak tiri di sini yah.. gak pernah dipromoin ke mana2. wkwkwk.. sedangkan sebelah iklan FB, iklan IG, Banner paling Gede dong di depan. So please jangan nambah hancur mentalku! aku manusia biasa.

Tanyakan saja sama pihak NT kenapa yang dilolosin 2 author dengan misi yang sama. Padahal yang di push promosi satu doang. Saya sendiri gak tahu! Tiba2 dikontrak.

Bab 2. Bertemu Kembali

Maharani Isvara—ibu  tiri Khansa, dulunya adalah seorang ratu film populer saat masih muda, dia melahirkan 2 orang putri, tubuh dan wajahnya  terawat dengan baik hingga sekarang.

Wanita itu dulunya adalah pelakor yang kemudian menjadi istri sah, tapi dia sangat licik dan begitu pandai bermain trik. Tidak hanya berhasil menyembunyikan riwayat sebagai pelakor, tapi jugabergaul dengan baik di lingkaran para nyonya keluarga kaya dengan caranya yang pintar.

Menikahkan Khansa dengan keluarga konglomerat di Palembang, merupakan trik untuk mempertahankan kekayaannya. Tidak peduli dengan kebahagiaan Khansa ke depannya. Otaknya hanya berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut.

Karena ingin reputasinya baik, Maharani mengadakan resepsi pernikahan Khansa sangat mewah dan bagus. Pesta berlangsung dengan sangat meriah. Semua tamu undangan memujinya.

 

Saat duduk di pelaminan, Khansa bertanya dengan nada rendah, "Waktunya sudah tiba, kok ... mempelai prianya nggak datang menjemputku?"

Pertanyaan itu, sontak membuat para tamu saling pandang dan bertanya-tanya. Mereka pun akhirnya berasumsi, bahwa sebenarnya Khansa belum mengetahui keadaan suaminya yang sebenarnya. Hal itu membuat banyak sekali orang yang memarahi Maharani. Mereka pun mencibir dan mencemooh Maharani.

“Oh … astaga, kasihan sekali Khansa. Jadi kamu tidak tahu seperti apa suamimu?”

“Kau sungguh egois Maharani!”

“Jadi kamu meminta Khansa menggantikan putrimu untuk menikahi pria penyakitan ya?”

Masih banyak lagi cacian yang terlontar untuk Maharani. Banyak yang iba pada nasib Khansa yang harus dijodohkan dengan pria penyakitan. Fauzan merasa sangat bersalah. Namun, Khansa justru terdiam, tak begitu mempedulikan ocehan orang-orang yang membelanya.

Raut wajah Mahari tidak baik, dia melihat Khansa, tiba-tiba dia merasa telah meremehkan Khansa, sehingga membuatnya malu. ‘Awas kau Khansa! Waktu masih panjang, aku pasti akan memikirkan cara untuk membereskan kamu di lain waktu.’

Darahnya berdesir hebat. Sorot mata yang tajam pun ia layangkan pada anak tirinya itu. Kedua tangannya bahkan terkepal dengan kuat karena emosi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Acara resepsi telah selesai digelar. Khansa yang sudah mengganti gaun pengantinnya, kini dijemput oleh sopir Keluarga Sebastian. Ia tiba di Villa Anggrek, lalu langsung memasuki rumah baru.

“Silahkan, Nyonya Muda. Ini kamar Tuan Muda,” tunjuk seorang pelayan pada Khansa.

“Emm … terima kasih,” ucap Khansa mengangguk sopan.

“Kalau begitu, saya pamit undur diri, Nyonya.” Sang pelayan meninggalkan Khansa setelah membungkuk memberi hormat.

Gadis bercadar itu menyentuh gagang pintu, lalu mendorongnya perlahan. Tidak ada cahaya di dalam kamar itu sehingga gelap gulita, suasananya sunyi sepi. Khansa datang ke sisi kasur, samar-samar dia melihat seorang pria yang terbaring di atas kasur, seharusnya ini suami yang baru dinikahinya.

Khansa semakin mendekat, kemudian menyentuh pergelangan tangan pria itu dengan tujuan ingin memeriksa denyut nadinya, tapi dengan gerakan cepat, dia malah berbalik lalu ditindih oleh pria itu ke atas kasur.

Tubuhnya terhempas, meski terkejut namun Khansa menutupinya dengan baik. Ia bersikap tenang sembari memastikan sesuatu. Khansa merasa ada yang tidak beres, ‘Bukankah pria ini harusnya penyakitan? Sedangkan yang baru saja aku periksa adalah pria yang sangat sehat!’—gumam Khansa dalam hati penuh tanda tanya.

Khansa mencurigai identitas pria yang mengungkung tubuhnya saat ini, kemudian dia langsung menendang selakangan pria itu. Namun, gerakan gadis itu dapat terbaca, pria itu segera menghindar, lalu menekukkan lututnya dan menindih Khansa.

"Siapa kamu! Lepaskan aku!" gertak Khansa melotot tajam.

Khansa memberontak hebat, tubuh mereka bergesekan di balik kain tipis. Tangan Khansa dicengkeram kuat oleh pria yang menjadi suaminya itu.

Leon membelai wajah yang tertutup cadar itu. Ia mencoba menggodanya, "Pengantin baruku ramah banget! Mau naik ranjang ya?" bisiknya dengan nada sensual.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kedua mata Khansa semakin melebar mendengarnya, “Dasar pria mesum!” umpatnya kesal. Sedangkan Leon justru terkekeh mendengarnya. Gadis itu terus mengumpat sampai merasa puas.

Meskipun demikian, lama kelamaan Khansa bisa menerima kenyataan bahwa Leon adalah suami yang baru dinikahinya, tapi ada yang salah dengan rumornya, suaminya ini tidaklah lemah.

Kemudian, perlahan Leon mulai menyingkap pakaian Khansa. Namun perempuan itu memberontak, melepas cengkeraman tangan Leon dan menahan bajunya agar tidak terlepas. “Apa yang mau kamu lakukan?” seru Khansa penuh penekanan.

“Ssssttt! Dengarkan aku. Berpura-puralah mendesah, karena aku yakin nenek sedang menguping di depan kamar. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?” Leon berbisik di telinga Khansa. Membuat gadis itu menggeliat kegelian.

Leon yakin, sang nenek ingin memastikan keadaan Leon. Di usianya yang sudah matang, ia belum menemukan pasangan hidup. Hal yang ditakutkan adalah, cucu kesayangannya itu pria impoten. Karenanya, wanita baya itu menguping di depan kamar Leon untuk memastikan anggapannya salah.

“Ap—apa? Bagaimana? Aku tidak bisa,” jawab Khansa sambil berbisik pula.

Tidak ada cara lain, akhirnya Leon menyingkap pakaian yang dikenakan oleh Khansa. Jemarinya perlahan menyusuri perut rata itu.  Khansa menggigit bibir bawahnya yang masih tertutup cadar. Tubuhnya seperti menerima sengatan listrik. Jemari pria itu menyusuri kulit mulus Khansa, lama kelamaan semakin ke atas, berhenti di salah satu bukit kembar Khansa. Bermain-main di sana, hingga ….

“Ahh.” Akhirnya sebuah suara keluar dari bibir Khansa. Ia merasakan gelayar aneh di seluruh tubuhnya karena gerakan jemari Leon yang semakin liar. Leon menyeringai puas menatap ekspresi Khansa yang menggemaskan baginya.

“Bagus, terus … lanjutkan,” bisik Leon lagi. Bukan suara yang dibuat-buat, namun perempuan itu memang benar-benar terus meracau dan mengeluarkan suara-suara aneh seiring dengan sentuhan-sentuhan sang suami.

Nenek Leon yang berada di luar mendengarnya, beliau senang karena cucunya bukan impoten, dia pergi ke aula leluhur dan berdoa. “Oh, terima kasih Tuhan,” gumamnya sembari meninggalkan kamar cucunya.

Mendengar langkah kaki menjauh, Khansa seketika mendorong Leon, Leon juga langsung bangkit dari atas tubuh Khansa. Pria itu turun dari ranjang lalu menyalakan lampu saklar yang ada di tembok.

Ruangan menjadi terang seketika, Khansa terkejut saat melihat wajah Leon, Rupanya dia adalah pria yang ada di dalam kereta itu!

“Aku sudah pernah bilang bukan? Kalau kita akan segera bertemu lagi,” ucap Leon sambil mengurai senyum di bibirnya. Ia menatap Khansa dengan intens.

Kepala pelayan memberitahunya kalau keluarga Isvara menggunakan seorang gadis desa sebagai pengantin pengganti. Awalnya dia tidak terlalu memikirkannya, yang penting neneknya senang, apalagi kalau gadis desa itu adalah dia.

Tapi, emang ada gadis desa sepertinya? Leon sudah pernah menyaksikannya di dalam kereta, dia menyaksikan bagaimana gadis itu membuat pria bercodet terjatuh di dalam pelukannya.

Terdengar ketukan pintu dari luar menginterupsi lamunan Leon.

 “Masuk,” ucap Leon dengan lantang.

Paman Indra—sang kepala pelayan, membuka pintu lalu masuk ke kamar. "Tuan muda, Nyonya muda ... harus diapakan?" tanyanya setelah membungkuk dengan hormat.

Bersambung~

Mohon dukungannya ya, Kak... like komen fav gift and vote seiklasnya 😘

seperti inilah kira-kiraa cadarnya..

Bab 3. Penyakit Tuan Muda

Tatapan menyeringai terpancar dari kedua manik Leon. Ia menoleh pada Khansa yang masih terpaku, “Aku akan membuangnya ke halaman belakang dan menjadi makanan 2 serigala peliharaanku!” serunya tak melepas pandangan dari Khansa.

Gadis itu terdiam, kemudian membatin, serigala? Bukankah itu merupakan binatang buas? Dan merupakan binatang yang tidak bisa dijinakkan oleh manusia?

Khansa juga tengah berpikir dalam diam. 4 keluarga besar konglomerat di kota Palembang, Sebastian, Mahendra, Kawindra, Ugraha, dan keluarga Sebastian adalah salah satu di antaranya.

Tuan Muda keluarga Sebastian memiliki kekuasaan besar, dia adalah penguasa dunia bisnis termuda dan tertampan dalam legenda, tapi belum ada yang pernah melihat wajah aslinya, dia sangat misterius.

Sedangkan Khansa meneliti di Villa Anggrek, yang tinggal di sini hanya seorang cucu dan Neneknya, dan cucunya ini yang tak lain adalah suaminya, bukanlah pria yang penyakitan, jadi jelas bukan orang terhormat dari keluarga Sebastian.

Ini juga alasan kenapa Maharani tidak membolehkan putrinya menikah, dan ingin Khansa yang jadi penggantinya.

Oleh karena itu, di dalam pemahamannya, pria ini bukanlah orang yang punya kekuasaan tinggi, tapi Khansa melihat aura di sekujur tubuh pria ini, melihat keagungan dari gestur tubuhnya, rasa wibawa yang keluar dari tulangnya, seperti raja yang memerintah.

Setelah berpikir sejenak dan hendak berbicara, Khansa melihat Leon yang tiba-tiba menopang kedua tangannya di atas meja dan mengeluarkan ekspresi kesakitan. Keringat dingin nampak mulai bermunculan di keningnya. Leon mendesis, menahan rasa sakitnya.

“Tuan, Anda merasa sakit? Saya akan segera memanggil dokter,” tanya Paman Indra dengan raut khawatir. Pria paruh baya itu hendak keluar memanggil dokter. Pasalnya, jika seperti ini, tandanya penyakit yang diderita Leon kambuh.

“Tunggu! Paman,” gumam Leon sembari mengerang kesakitan. Paman Indra menghentikan langkahnya, menunggu perintah selanjutnya dari sang Tuan Muda.

“Bawa dia pergi dari sini!” Ia menunjuk ke arah Khansa tanpa menoleh. Satu tangannya memegang kepalanya yang berdentum hebat. Leon tidak mau jika Khansa akan menjadi sasaran di saat penyakitnya kambuh. Karenanya, ia menyuruh Khansa segera keluar dari ruangan itu.

“Baik, Tuan! Mari Nyonya, silahkan meninggalkan kamar ini,” pinta Paman Indra, meminta Khansa untuk segera pergi.

“Tidak, saya tidak akan pergi,” ucap Khansa tegas.

Khansa kembali ke keluarga Isvara memang karena punya tujuannya sendiri, dia perlu identitas sebagai pengantin Villa Anggrek. Istri dari sang Tuan Muda, dia tidak ingin pergi. Demi sebuah misi yang baru akan mulai dijalankan.

Dengan berani, Khansa melangkahkan kaki jenjangnya maju untuk memeriksa kondisi Leon, pria itu mengerutkan dahi, saat Khansa menyentuh pergelangan tangan Leon, memeriksa titik-titik syaraf pria itu.

“Saya sedikit memahami tentang pengobatan, baik tradisional maupun barat, saya bisa menyembuhkan penyakit Anda,” ucap Khansa mengelak kebingungan Leon.

Leon justru nampak marah besar, matanya menyalang merah, gerahamnya mengetat, “Pergi dari sini!” sentaknya dengan suara keras.

Paman Indra mencoba membujuknya sebelum kemarahan Leon memuncak, namun gadis itu masih bergeming.

Khansa masih tetap padapendiriannya, ia tidak menggeserkan kakinya dari hadapan Leon. “Anda punya gangguan tidur, mudah emosi, murung, tidak bisa tidur di malam hari. Saya mencium aroma obat tradisional yang mahal untuk mengatasi insomnia di tubuh Anda, jadi kesimpulan saya, Anda punya gangguan tidur,” papar Khansa dengan wajah serius.

Paman Indra terkejut karena Khansa dapat menebaknya dengan benar.

“Eumm … seberapa parah tingkat gangguan tidur, Tuan?” tanya Khansa sembari menganalisis lesinya. “Jika gangguan tidur mencapai tingkat terburuk, maka akan mengubah seseorang menjadi monster yang kejam, seperti ada diri lain yang tinggal di dalam tubuh, terlihat muram, menakutkan, berdarah dingin dan hampir mendekati mengerikan,” jelas Khansa.

Leon nampak semakin murka, tangannya terkepal kuat, terdengar giginya saling bergemeletuk, “Aaaarggh! Persetan dengan yang kau ucapkan!” bentak Leon melotot tajam.

Tangan lebar Leon mengulur. Detik berikutnya, dia mencekik tenggorokan Khansa. Hal itu membuat paman Indra panik.

“Tu—tuan Muda, tolong … lepaskan Nyonya, Tuan! Pergilah dari sini, Nyonya,” pinta Paman Indra dengan memohon.

“Uhuk! Uhuk!” Khansa kesulitan bernapas. Kedua tangannya berusaha menepuk lengan Leon agar melepaskannya. Namun, justru Leon semakin mengeratkan cengkeramannya di leher gadis itu. Wajahnya sudah semakin memerah, akibat berkurangnya pasokan oksigen di paru-parunya.

Khansa semakin tak kuat, di saat-saat terakhir, Khansa meraih sebuah jarum lalu menusukkannya ke kepala Leon. Cekikan Leon semakin mengendur dan terlepas seketika, Khansa terbatuk sambil menunduk, dengan napas terengah-engah, Khansa mencoba mengumpulkan oksigen di sekitarnya. Sedangkan Leon, jatuh terduduk di atas sofa.

Khansa tidak punya cara lain, dia hanya bisa berusaha sebisanya. Setelah keadaannya membaik, Khansa mulai memijat Leon dengan teknik kuno. Keadaan Leon perlahan tenang.

“Saya ingin membuat sebuah kesepakatan,” ucap Khansa. Tangannya masih sibuk bergerak memijat Leon. Pria itu menatapnya datar. Lalu Khansa melanjutkan ucapannya tanpa mendengar persetujuan dari pria itu.

“Jangan pernah mempertanyakan urusan pribadi saya. Dan saya akan membantu mengobati penyakit Anda, serta membantu berakting di depan nenek. Bagaimana?” tawar Khansa menatapnya dengan serius.

Leon tidak berbicara, namun juga tidak menyanggahnya. Khansa pun menyimpulkan bahwa Leon setuju dengan apa yang ditawarkannya. Seulas senyum nampak terbit di balik cadar yang masih dikenakannya.

Setelah yakin pria itu menyepakatinya, sebuah jarum kembali ditusukkan perlahan ke titik akupuntur Leon. Pria itu melemah, Khansa menangkap wajah samping Leon yang tampan dengan  telapak tangannya secara perlahan. Lama kelamaan, Leon tertidur di tangan gadis bercadar itu.

Kepala pelayan sontak terkejut, Leon seorang Tuan Muda keluarga Sebastian, yang mengambil alih keluarga Sebastian di usia belasan tahun, hingga dia dewasa. Sebelumnya tidak ada seorang pun yang berani bernegosiasi dengan Leon seperti ini, apalagi seorang gadis.

Selain itu, Tuan Muda sudah lama tidak tidur, bahkan master kelas dunia juga tidak bisa membuat Tuan Muda tidur nyenyak, tapi Tuan Muda malah tertidur di telapak tangan gadis itu. Ia sungguh takjub dengan kemampuan Khansa, Nyonya mudanya itu.

“Nyonya muda,” panggil Paman Indra dengan pelan.

Khansa menengadahkan kepalanya, menatap sang kepala pelayan, “Tenanglah, Paman. Sekarang keluarlah, saya akan berjaga di sini,” jawab Khansa dengan lembut.

Kepala pelayan tiba-tiba merasa tenang, dia mendengarkan perintah Khansa, “Baiklah Nyonya Muda, saya permisi. Jika membutuhkan sesuatu, jangan sungkan memanggil saya,” ujar sang kepala pelayan membungkuk hormat.

“Iya, Paman. Terima kasih,” sahut Khansa mengangguk. Kepala pelayan itu segera meninggalkan kamar Tuan Mudanya.

Khansa terus menopang kepala Leon, sampai saat dia sudah tertidur pulas barulah meletakkannya ke sofa, lalu menyelimutinya. Setelah semuanya beres, dia kembali ke atas kasur dan tidur.

Beberapa saat kemudian, Leon yang berada di atas sofa membuka matanya perlahan-lahan, ia beranjak dari sofa lalu berjalan ke tepi kasur, mengulurkan jemarinya yang jenjang untuk membuka cadar di wajah Khansa.

Bersambung~

Mohon dukungannya ya kakak... like komen gift dan vote seiklasnya. Terima kasih😘

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!