NovelToon NovelToon

D.B.G ( Dalnim Bradiska Gentara )

#Ceritanya

   { Cerita ini hanya fiksi belaka yang   

               tidak di sengaja. Bila ada kesamaan   

                cerita, nama, atau        

             apapun itu mohon di maafkan}

..._________________...

Kini, terdapat seorang gadis yang baru saja menginjak usia 18 tahun. setiap harinya ia selalu tertidur melakukan pekerjaan tersebut selama satu tahun terakhir lamanya.

Kisahnya berawal saat dia melakukan balapan dengan black. namun, si black tidak baik - baik saja pada saat itu, rem motor yang tidak bisa menghambat kecepatan , di tambah juga si gadis dengan kefokusan yang minim.

Akibatnya, motor dia tergelincir saat membelokan setir dan dirinya terpental menjauh hingga sang kepala berkenalan dengan batu besar.

Sangat di sayangkan sekali, padahal garis finish sudah di depan mata.

Ceklek..

Suara pintu kamar V.I.P rumah sakit itu terbuka. menampilkan dua sosok pria dengan masing - masing membawa handphone dan kopi di tangan mereka, menggenakan pakaian casual yang memiliki perpaduan warna hitam - putih dan hitam - dark blue.

Mereka berdua berjalan menghampiri seorang pria yang berada di samping gadis tersebut. pria itu selalu setia berada di samping gadis nya bahkan dia rela meninggalkan pekerjaan yang sekali tanda tangan bernilai miliyaran.

"Bang, Lo di cariin Dady."

"Iya Jondi, kamu juga harus kerja."

Sino tertawa ketika mendengar perkataan Jack. "Sialan lo bang."

"Berisik kalian."

"Keluar bang, kerja, temuin Alexander."

"Katanya, ada hal penting yang harus di omongin sama Lo bang."

Jack sontak kaget saat sino menyebutkan nama Alexander tanpa menggunakan tambahan Daddy. "gila sekali anak ini." batin Jack.

Mendengar ocehan dari kedua saudara nya yang tidak ada habisnya terutama Sino, Jondi bergegas berdiri untuk meninggalkan ruangan V.I.P tersebut.

"Jondi stress hashtag kosong dua."

"Saya bingung dengan sifat dia yang ini. "

"Mulut Lo bang."

"Lo juga pasti bakal lakuin apa yang Jondi lakuin jika Lo bisa ninggalin work Lo."

"Tidak salah, tapi saya gak bisa ninggalin miliyaran demi stay di samping Dalnim."

"Terkesan kejam memang perkataan saya tapi ini janji saya dengan momi. "Menjaga dan menjalankan perusahaan dengan baik." apalagi sekarang harga pasar dengan perusahaan saya lagi bertolak belakang."

"kasian untuk story hidup Lo bang."

"Saya juga si." sambungan nya

"Bener lagi."

Sino menghampiri gadis yang sedang rebahan di depan nya itu sembari berkata dengan perasaan yang campur aduk. "Kalau ni bocah sadar gimana bang ?" tanya Sino kepada Jack.

"Pasti ngomel - ngomel soal Black."

"Pasti."

Bayangan Sino dan Jack...

"SINO ! Oli nya belum di ganti."

"Bangsat, ban dah tipis gak bilang - bilang."

"Kasian bangat black sekarat."

******Back to reality******

"Pemilik nya aja gitu." Seperti merencanakan nya dari awal, mereka mengucap kalimat tersebut secara bersamaan.

Pria dengan style celana pendek dan sweater itu terlihat sangat terburu-buru seakan mengejar sesuatu yang sudah di ujung waktu.

Namun saat ingin menaiki lift, dia dikejutkan dengan seseorang yang membuat nya terburu - buru. Alhasil dia memundurkan dirinya untuk memberikan jalan sekaligus meminta ketegasan dari pria yang lebih tua darinya.

"DADY di sini ??!." ucap Jondi terkejut.

"Terus yang kata Sino ?"

"Kamu lama Jondi, jadi dady yang dateng ke sini."

"Dady juga penasaran dengan keadaan gadis Gentara

" sambungan nya.

Jondi terkejut mendengar perkataan akhir yang keluar dari mulut Alexander. Tak sangka dia masih memiliki ingatan bahwa gadis Gentara nya sedang koma di rumah sakit.

karena bagaimana mungkin sejak awal gadis Gentara itu dibawa ke rumah sakit, Alexander hanya menyibukkan diri kepada perkejaan sekalipun itu hari libur dan ia free ia akan tetap menyibukkan diri dengan berkas - berkas data perusahaan.

Tidak heran jika jondi terdiam bukan ?

Jondi segera kembali sadar dari lamunannya untuk mengisi kekosongan perjalanan saat kembali ke kamar V.I.P Gentara.

"Tentang pekerjaan dad ?"

Alexander segera menyahuti pertanyaan Jondi. "Tepat sekali, tapi kita akan membicarakan hal itu nanti."

"Dan mungkin juga akan lebih dari itu."

"Akan lebih dari itu ?" Jondi kebingungan saat mengulangi kata Alexander

Ketika mereka Ingin sampai pada ruangan gadis Gentara, mereka melihat para dokter dan suster sedang berjalan terburu-buru menghampiri ruangan gadis Gentara sama seperti Jondi tadi.

Bapak dan anak tadi yang melihatnya pun segera mempercepat langkah mereka, di tambah lagi mereka melihat dua pria Gentara muda keluar dari ruangan gadis Gentara.

Menambah kepanikan saja.

Sesampainya mereka di depan ruangan tersebut Alexander lekas mengeluarkan suaranya untuk menanyakan apa yang sedang terjadi kepada gadis Gentara di dalam.

Dengan nafas yang Ter engah - engah Alexander melontarkan pertanyaan nya tanpa henti. "DALNIM KENAPA ?!!"

"APA YANG TERJADI DENGAN DALNIM ??!."

Jack menarik pelan lengan Alexander dia melakukan itu dengan tujuan Alexander dapat menenangkan dirinya terlebih dahulu, terlebih lagi kini mereka berada di tempat umum.

"Tenang dad."

"Anda tak akan berteriak - teriak begini di tempat umum kan ?

"Detak jantung Dalnim tiba - tiba berhenti dad."

Jack membatin dia sangat kesal kali ini "sialan Sino."

Sontak Jondi yang mendengar itu pun lemas tak bertenaga sama sekali. bagaimana dengan Alexander? Alexander memberdirikan dirinya ia menghampiri Sino yang langsung mencengkram kerah kemeja Drak blue Sino.

"KAMU BERCANDA SINO !!"

"BERCANDA MU KETERLALUAN SINO GENTARA."

Sino hanya terdiam selama beberapa detik sebelum dia membuka suara untuk menenangkan Alexander.

Sino menghela nafasnya kemudian dengan perlahan- lahan dia mengeluarkan oksigen yang dihirup, dia tak akan menjawab perkataan dengan nada sama dengan Alexander bukan. "Dad, Sino tau batas."

"KAMU KIRA SAYA BODOH ?? BEGITU SINO ??"

"Keras kepala sekali bapak tua ini." batin Sino.

"Begini dad." Dia meredakan emosi Alexander terlebih dahulu sebelum dia suruh Alexander untuk duduk.

Jack membuka suara dengan nada yang tenang. " Tenang dad, Anda mempunyai image yang harus dijaga."

"Tenangkan dirimu dad."

Sino pun melanjutkan perkataannya "Sino bercanda juga tau batasan dad , gak mungkin hal begini Sino bercanda in."

Mendengar perkataan Sino mereka semua terdiam

mereka sekarang hanya bisa mengangkat tangan untuk meminta keajaiban kepada tuhan tanpa campur tangan harta Gentara.

Harta memang bisa membeli segala hal yang Gentara family inginkan namun tidak dengan hal ini, terutama kasus Jessica.

Kisahnya

Tiga bulan lalu cuaca memang sudah memberitahu tetapi, momi tetap menerima job pemotretan di canada.

Akhir tanpa diduga seluruh awak pesawat sebanyak 400 penumpang kehilangan kendali akibat cuaca buruk yang terjadi.

Akibat kecelakaan tersebut 115 orang belum ditemukan ( termasuk cabin crew dan pilot), 50 orang kehilangan nyawa ( termasuk momi ), 15 penumpang kehilangan nyawa dan tubuh mereka, dan sisa lain keselamatan berpihak kepada mereka.

Dream Gadis Gentara

Hari itu momi sudah berpesan bahwa "Adek harus mandiri jangan menyusahi mereka, mereka memiliki tugas mereka sendiri." itu pesan momi sekaligus percakapan terakhir ku dengan momi.

Sudah tiga tahun berlalu momi pergi meninggalkan keluarga Gentara, rasanya aneh sekali. Hal seperti pagi yang selalu di bangunkan dengan Omelan dan teriakan momi untuk sarapan tiba tiba sirna, seperti hambar tak berasa.

"Diska..!! Wake up !!"

"kamu akan terlambat jika tidak bangun sekarang."

"Ayolah mom, hari ini weekend"

Ketika ingin melanjutkan tidur kembali, Dalnim. gadis Gentara merasa terkejut ketika ia mendengar dan membayangkan hal yang berada di alam mimpi.

Sontak saja ia terbangun dan segera memeluk Jessica yang sedang membuka gorden jendela kamar Dalnim.

Jessica terkejut akan tingkah Dalnim yang mendadak seperti tadi, walaupun begitu ia tetap membalas pelukan untuk Dalnim Bradiska Gentara atau yang sering ia panggil dengan Diska.

"Kenapa dengan anak momi yang satu ini ?" ucapnya sembari meng usak - usak rambut Dalnim.

"Mom, mommy mau pergi?"

"Mommy tolak aja job nya, cuaca kan lagi gak bisa di prediksi."

"Terus mommy kapan perginya?"

"Banyak sekali pertanyaan kamu Diska. "

"Mommy tetap harus pergi."

"Bukankah jika sudah janji tidak boleh di ingkari?"

"Tapi mom..." ucap Dalnim pasrah.

Dalnim sangat takut kala itu, ia serasa ingin mengikat Jessica agar tidak dapat kemana - mana namun Jessica tidak jauh beda dengan Alexander.

"Diska cuci muka habis itu turun ke bawah, mommy Udah buat breakfast kesukaan Diska."

Dalnim melepas pelukannya, ia pun lekas berdiri untuk berjalan ke kamar mandi sembari mengomel kecil walau ia tahu bahwa Jessica masih bisa mendengar perkataan nya.

"Bi Inah juga bisa."

ketika ia sudah membasuh muka Dalnim bergegas turun ke bawah namun dapat terdapat perkataan yang mau tak mau harus Dalnim dengan.

setengah jam yang lalu Jessica berangkat ke bandara dan 60 menit kemudian, pesawat yang Jessica tumpangi mengalami kerusakan cukup fatal.

Dalnim mendengar hal tersebut tidak percaya bahkan ia tidak dapat mengkontrol emosinya ia sangat tak percaya bahwa mommy Jessica sejam yang lalu baru saja ke kamarnya untuk membangunkan dirinya.

"ITU BERITA HOAX KAN DAD ??"

Begitu pula dengan ke empat pria Gentara, mereka hanya dapat membatu tak percaya.

"KENAPA DIEM ?? DALNIM TANYA LOH !!! PLEASE DAD ..!! JAWAB DALNIM DAD..!!!!!"

Dalnim seakan menjadi gila, ia stress seperti orang yang kehilangan akal sehatnya. Dengan tangan memegang kepala bahkan menjambak rambut dirinya hingga berbicara mengulangi kata yang sama tanpa henti.

"Enggggakkkm mungkin!"

"Tadi mommy barusan ke kamar. "

"Enggak mungkin... Enggak mungkin..."

"Engggggakkk.... bukan....bukan... itu bukan mommy... enggak mungkin.... ENGGAKKKK MUNGKINN...."

Setelah dengan kegilaan nya, Dalnim pun pingsan sontak ke 4 pria Gentara segera membawa Dalnim ke rumah sakit.

Apakah ini halusinasi Dalnim? tidak! ini adalah setengah scene kejadian nyata kepergian Jessica.

Kasus pertama anggota keluarga Gentara gila sementara, dan pertama kalinya Dalnim masuk ke rumah sakit plus ditambahkan koma 3hari lamanya.

Jika kalian penasaran hobi Dalnim apa ? keluar masuk rumah sakit dan koma. itulah jawabannya.

Back to reality.

Saat ini para dokter dan suster sedang berusaha menyelamatkan nyawa Dalnim, walaupun dalam data ilmu kedokteran kecil kemungkinan untuk terselamatkan.

Akan tetapi mukjizat maha kuasa itu benar adanya. Oximeter yang terletak di samping kasur pasien itu berbunyi kembali, para tenaga medis pun mengucap syukur kali ini.

Air mata yang menetes dari mata seorang gadis Gentara hingga getaran sedikit jari nya.

Dokter pun segera memeriksa keadaan Dalnim, seorang suster memberitahukan kabar gembira ini kepada keluarga Gentara.

"Dengan Gentara family ?." tanya sang suster

Akan tetapi Sino yang berdiri di samping pintu terkejut ketika mendengar perkataan tanya dari suster tersebut, alhasil Jondi lah yang menjawab pertanyaan suster itu.

"Bener."

"Gimana keadaan Adik saya sus ?" tanya Jondi khawatir.

Alexander segera menghampiri suster itu, ia seakan akan sedang mengintrogasi suster nya.

"Betul sus, gimana keadaan Dalnim?"

"Dia aman kan sus ?"

"Dokter bisa kan menyelamatkan nyawa anak saya sus ?"

Suster yang seakan sedang di selidiki hanya bisa tersenyum, sebelum menjawabnya pertanyaan Alexander.

"Kalian bisa melihatnya sendiri." sesudah berkata seperti itu, ia kembali ke kamar V.I.P Dalnim untuk mengambil sesuatu sebelum keluar kembali.

 

kericuhan pagi hari

{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang     

                tidak di sengaja. Bila ada kesamaan    

                cerita, nama, atau           

             apapun itu mohon di maafkan }

_________________

Mengeluarkan handphone milik dirinya dari saku baju, menyalakan handphone, dan mencari nama wali kelas Dalnim di papan pencarian. setelah menemukan nama wali kelas Dalnim, dady segera menelpon dan memastikan bahwa putri bungsu Gentara tidak berbohong.

Melihat Dady tengah memastikan kepada wali kelas, Entah ide jahat dari mana muncul di benak Arsino, Arsino mengajak Dalnim untuk taruhan sesuatu. Yang bisa di bilang ini sangat menyiksa bagi Dalnim tetapi penuh kebahagiaan bagi Sino.

Sebelum mengajukan ide konyol tersebut, terdapat wajah iblis terpasang dimuka Sino dan bisa dilihat secara terang-terangan. uhhhh mengerikan

"Woiy dek, lu mau taruhan tidak."

"Gak, enggak ada untung nya juga."

"Gak ada untung nya ya, tenang aja." batin Arsino

"Bang lu tau gak kemarin Dalnim....."

CUTT....

Tak ingin rahasia pribadi terbongkar, Dalnim segera menutup mulut Arsino dengan telapak tangan dirinya, tetapi dengan cepat bang Jack menanyakan terlebih dahulu.

"Emang Dalnim kenapa kemarin ?."

"Dalnim gak kenapa - kenapa bang."

"Yakin ?."

"Yoi."

Heran pisan euy tau aja aib gue "lu tau dari mana gue kemarin ngutang di warung depan ?." tanya Dalnim dengan bisik bisik kepada Sino.

"Sino ini, jangan di tanya jangan di ragukan."

"Bacot dah bacot."

"Lepas dulu tangan lu bau bener." menatap sinis Dalnim.

Sadar akan perkataan Sino, Dalnim segera melepaskan tangannya dan segera mengelap tangan yang bekas membungkam mulut Sino. ihh pasti banyak sekali kuman - kuman dan bibit kata terlarang yang menempel.

"Nah gitu dong, lagian lu ngapain pake ngutang ? kalo duit lu habis bilang nanti gue kasih, jangan ngutang. "

"Gue gak ngutang cuma gue bawa uang nya kurang Rp.1.000, lagian lu nanya gitu mau bayarin ?."

"Aduh ngapain juga minta dibayarin. gak penting itu yang penting sekarang lu jangan bilang - bilang aje dah." permohonan santai Dalnim kepada Sino.

Aura semangat menggelora di tumbuh Sino, yakin bahwa taruhan yang dia ajukan tidak jadi gagal. "Gue bayarin nanti, sekalian juga gue janji gak akan bocorin aib lu."

"Makasih dah."

"Tapi tidak gratis."

"Sial, mau dibayar gimana lu ?."

"Lu taruhan sama gue." bisik Sino kepada Dalnim.

Huff.... sebaiknya - baiknya menghindar jika sudah takdir gimana lagi."Kalo gue bener setiap ketemu lu, lu yang bayarin jajan gue." permintaan taruhan dari Dalnim.

"Apa apaan gak adil nih gue kan belum..."

"Elah gue juga tau lu mau taruhan mestiin jawaban dari wali kelas kan dah itu taruhan dari gue kalo lu gak mau ya tidak usah saja. " jawab santai Dalnim

"Kalian itu aneh sekali, masa begitu saja ditaruhkan." sindir dady kepada Dalnim dan sino

"Gimana dad ?." tanya penasaran Dalnim mengenai respon wali kelas.

"Kata gurumu sekarang itu berangkat dek." jawaban dady.

"kok ? tapi kemarin beneran ada pengumuman libur." pembelaan diri ala Dalnim

"Mungkin kuping kamu bermasalah lagi dek." sahut bang Jondi.

"Enggak juga."

"Nah kan sudah di duga bahwa Dalnim itu hanya mengarang cerita saja jadi, taruhan dari gue lu tidak boleh pake black selama satu bulan."

"Wah... wah.. wah... pemikiran yang bagus." kata bang Jack Dengan muka senang sembari bertepuk tangan.

"Bagus sino, Dady setuju dengan taruhan kali ini."

"Terlalu berlebihan tapi saya suka."

Mendengar bahwa taruhan nya adalah tidak boleh menggunakan motor kesayangan atau black dalam satu bulan, Dalnim terkejut tetapi dia terlihat santai dan tidak terlalu emosi. beda sekali dengan yang dulu.

"Enggak bisa gitu dong, ini lagi apa apaan kok pada ikut - ikutan."

"Bisa dong, kan Dalnim bohong jadi kita ikut ikutan." kali ini pembelaan diri ala bang Jack.

"Tapi Dalnim tuh gak bohong bang, susah amat percaya."

"Ya, lu biasa bohong jadi kalo mau percaya harus ber bukti dulu."

"Dad ada telpon itu."

"Gak usah mengubah topik."

"Heh anjir siapa yang ngubah topik." ucap ngegas Dalnim

"Elu."

Drrtt.. Drrtt...

Terdengar suara panggilan telpon dari Handphone Dady yang terletak di atas meja makan, Sontak membuat Anggota Gentara terkejut sebab nada dering yang tidak biasa.

"Dad, telpon."

"Iya tau Sino."

"Siapa dad ?."

"Wali kelas Dalnim."

"Speaker coba dad." usul Dalnim.

"Bener juga." sahut Jack.

Dady segera mengangkat telpon dan menyalakan speaker seperti yang Dalnim ucapkan.

Sebagai wali kelas bukankah lebih baik memberi sapaan hangat kepada wali murid ?. "Hallo Selamat pagi pak, dengan bapak Alexander Gentara wali murid Dalnim Bradiska Gentara."

"Selamat Pagi kembali, betul dengan saya sendiri."

"Apakah bapak tadi menanyakan bahwa sekolah meliburkan murid selama dua hari ?."

"Betul sekali saya menanyakan nya."

"Begini pak, untuk yang tadi itu saya sungguh meminta maaf atas keteledoran saya menjawab pertanyaan bapak."

"Arsino kalah, kasian sekali." Ledek jondi.

"Belum tentu."

"Jangan berisik." Tegur Dalnim.

"Iya... iya dek." ucap bersamaan Sino dan Jondi.

"Saya sungguh meminta maaf dikarenakan tadi saya sedang mengurus sesuatu jadi saya kira panggilan masuk itu teman saya, untuk sekarang hingga Minggu tiba sekolah meliburkan murid disebabkan rapat-rapat pengurus sekolah." penjelasan cukup panjang dari wali kelas Dalnim.

"Begitu, Terima kasih atas penjelasannya bu dan Terimakasih juga sudah mau meluangkan waktu untuk menerangkan."

"Tidak masalah pak, dan maaf atas keteledoran saya, saya berterima kasih kembali dan selamat pagi kembal.."

Tut... Panggilan telpon segara ditutup oleh Jackson, terlihat tidak sopan tetapi jika dibiarkan akan kelewatan., mereka tahu bahwa sifat buaya Dady sedang berkobar - kobar.

"Dad, jangan modus." panggil ketus bang Jack.

"Bang gak sopan ya !." Tegas Dady

"Dady atau Abang yang gak sopan."

"Nah bener - bener tuh." sahut sino penuh semangat.

"Dady tidak seperti kalian, jangan disamakan."

"Bicara lewat mulut mana lagi tuh ?." sindir menanya versi Arsino Gentara.

"Sopan juga wali kelas kamu dek, aslinya juga gitu ?." Pernyataan penasaran dari Bang jondi.

"Iya."

"Bagus dong."

"Iya."

Dikarenakan terdapat pekerjaan kantor yang harus diselesaikan, dady harus lebih dulu pergi ke kantor dan sekaligus menyampaikan informasi bawa sekarang terdapat meeting dan mengharuskan tiga putra Gentara menghadiri meeting tersebut.

"Dady baru mendapatkan info bahwa ada meeting yang harus kalian bertiga hadiri, segera habiskan sarapan kalian dan dady harap kalian tidak datang terlambat."

"Siap, laksanakan." jawab bersamaan tiga lelaki.

Setelah memberikan informasi hingga mendapat jawaban yang berhasil membuat dady tersenyum terharu, dady merapikan pakaian dan segera mungkin pergi ke kantor.

"Kok duluan dad ?."

"Iya, Dady ada pekerjaan yang belum selesai jadi harus berangkat lebih awal."

"Tapi sarapan nya belum habis." Tegur Dalnim

Sembari jalan perlahan menuju garasi Dady menjawab sedikit teguran Dalnim yang terlihat khawatir akan dirinya. "Nanti bisa lanjut makan di kantor dek, yasudah kalo gitu Dady pergi dulu, see you." sembari melambaikan tangan.

Saat ini tersisa empat anggota Gentara di ruang makan, masing - masing anggota sibuk akan sarapan mereka tetapi kesibukan itu tidak berlangsung lama. karena, menurut mereka saat - saat makan bersama itu terdapat waktu - waktu tepat untuk mendapat sekaligus membongkar aib jelek Anggota lain. sehingga terdapat permainan adu debat yang menegangkan.

seperti sekarang, sungguh menyuramkan.

"Jangan di tekuk gitu muka lu bang, santai aja kali."

"Ah ... bacot mulu lu, sini bagi naget lu."

"Ogah." menyingkirkan piring makan miliknya

"satu aja, jangan pelit pelit dong. " kata Arsino sembari berusaha merebut naget di piring Dalnim.

"Lu tuli ?." Berusaha menahan kesabaran sembari menyingkirkan piring dirinya.

"Hmm .... naget kali ini enak sekali bagi satu ya ? boleh ya ? boleh dong !."

"Sino habisin dulu yang di piring." tegur Bang Jack dengan sangat tegas.

"Kan udah habis bang."

Memastikan perkataan Sino dengan melihat isi piring Sino yang kenyataan nya memang tidak terdapat batang diri naget tersebut. Tetapi walaupun begitu masih terdapat sisa yang cukup di piring menu sarapan.

"Kan masih ada di piring, tuh didepan Sino tinggal ngambil aja."

"Ribet banget lu ." sambung Dalnim

"Diem lu."

Melihat jam tangan untuk menghitung waktu yang tersisa hingga menghitung waktu meeting akan dimulai sebelum menegaskan anggota yang berada di ruang makan. "25 Menit lagi meeting akan dimulai tolong kalian habiskan sarapan segera !." perintah bang jondi

"Tegas banget bang kek guru BK."

"Jangan membuang waktumu sino !."

"Baik - baik bos."

"Sino - Sino." ( batin bang Jack )

Begitulah keluarga Gentara, walaupun terkenal keluarga elit dan keluarga cukup terpandang, tetapi memiliki sifat yang jauh berbeda ketika di belakang kamera.

memang, menjadi perempuan satu - satu nya keluarga Gentara tidak segampang untuk dibayangkan. memiliki aturan-aturan tidak masuk akal untuk dipatuhi, merubah segala hal agar bisa tampil sempurna Ketika di depan kamera atau ketika acara - acara yang dihadiri orang - orang atas.

Di sisi lain wanita bernama Dalnim Bradiska Gentara itu memiliki kebahagiaan tersendiri lahir di keluarga Gentara, walaupun, momi sudah tidak bersama lagi. kebahagiaan Dalnim, kasih sayang yang Dalnim dapat, tetap Dalnim dapat walaupun ini hanya sementara atau selamanya.

1.

Age \= 46 year

Born \= 26-3-1975

Dia itu Alexander Gentara kepala keluarga Gentara. CEO sekaligus milyader dari keempat perusahaan makanan dan ekspor impor barang yang cukup ternama.

2

Age \= 26 year.

Born \= 9 - 2 - 1995.

Name \= Jondi Stevan Gentara.

Status \= Anak kedua keluarga Gentara.

Jondi Steven Gentara, pendiri perusahaan dan penerus perusahaan makanan kedua keluarga Gentara.

Age \= 27 year

Born \= 28 - 3 - 1994

Name \= Jacksonville Gentara

Status \= Anak pertama Keluarga Gentara

Penerus pertama perusahaan ekspor impor barang keluarga Gentara.

4.

Age \= 18 year

Born \= 30 - 12 - 2003

Name \= Dalnim Bradiska Gentara

Status \= Anak terakhir keluarga Gentara

Mempunyai pekerjaan yang berbeda, menyandang status sebagai Polwan, pendiri cafe dan penerus terakhir perusahaan makanan keluarga Gentara, menambahkan pengalaman untuk Dalnim Bradiska Gentara.

5.

Name \= Arsino Gentara

Status \= Anak ketiga keluarga Gentara

Age \= 21 year

Born \= 15 - 9 - 2000

Nah it Sino dia itu penerus ketiga perusahaan ekspor impor barang keluarga Gentara.

Di tulis dengan 1534 kata

Jangan lupa vote dan komen akan ceritanya

ありがとうございました

Hanya kebetulan

{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang     

                tidak di sengaja. Bila ada kesamaan    

                cerita, nama, atau           

             apapun itu mohon di maafkan }

________________

"Bang bisa cepetan sedikit ? saya cuma dikasih waktu 13 menit." protes Dalnim kepada abang ojol.

"Bisa mba, tenang saja" jawab santai Abang ojol

Hari libur pertama menjadi hari yang mengejutkan, setiap jam yang ada menjadi keajaiban atau pergantian hal menegangkan. Dimulai pagi terdapat sedikit sidang perdebatan yang sedikit menyuramkan hingga sekarang memiliki hari yang sedikit suram.

Sesudah sarapan selesai membuat rumah keluarga Gentara seperti tidak berpenghuni, semua anggota Gentara pergi bekerja di perusahaan masing - masing kecuali Dalnim. Dan sesuai perintah Dady yang mengharuskan tiga putra Gentara menghadiri meeting di sebuah perusahaan makanan.

Untuk Dalnim sendiri dia berniat menghabiskan waktu liburan dengan melanjutkan menonton sisa episode film yang belum terselesaikan. Tetapi, Dalnim harus menunda akibat perintah Dady menyuruh mengambil berkas perusahaan dan hanya boleh dikirim oleh Dalnim sendiri tanpa menggunakan black dan kendaraan lain. Cukup mengejutkan jika tidak boleh menggunakan black dan kendaraan lain, berarti hanya boleh menggunakan taksi dan ojol. memperkirakan waktu yang diberi hanya 13 menit Dalnim terpaksa memilih ojol motor untuk mengejar waktu.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di perusahaan tetapi, walaupun datang tidak terlambat ia perlu menggunakan waktu untuk berhadapan dengan resepsionis dan satpam. Inilah alasan malas untuk ke kantor. Akan tetapi hal ini itu paling menyenangkan.

Ingat akan waktu yang tersisa, Dalnim bergegas masuk perusahaan sesudah membayar ojol dengan sedikit tergesa - gesa.

"Selamat pagi kak, ada yang bisa saya bantu ?." Sapa hangat resepsionis

"Hmm... kalo ruang meeting dimana ya kak ?." tanya Dalnim dengan terengah-engah

"Ruang meeting berada di lantai dua, ketika sudah sampai di lantai dua, belok kanan, ruangan ketiga dari ruangan pertama." penjelasan dari resepsionis

"Terima kasih." Meninggalkan tempat resepsionis dengan berjalan pelan menuju lift.

Meletakkan tangan di dagu sembari mengingat kembali perkataan petunjuk dari resepsionis "Lantai dua, belok kanan, ruangan ketiga dari ruangan pertama, oke oke. "

  ------------------

"Ruangan ketiga dari ruangan pertama, berarti ini kan ?." menunjuk ruangan tersebut.

Tok... Tok... Tok...

"Permisi....."

"Masuk."

Mendengar Jawaban yang memperbolehkan masuk, Dalnim membuka pintu ruangan tesebut untuk melangkahkan kakinya masuki ruangan dengan sedikit rasa ragu akibat suasana ruangan yang penuh obrolan seketika berhenti dengan kehadiran seseorang.

"welcome my sister." sambutan Bang Jondi

Hanya membalas dengan senyuman yang terus berjalan menuju tempat Dady berada untuk memberi berkas permintaan dirinya dan berharap segera keluar dari ruangan tersebut untuk menghirup kembali udara segar dengan penuh kesantaian.

"Ini dad pesanan nya." memberi berkas yang diminta.

"hahaha.. pesanan, ongkirnya berapa ?."canda Sino

"Dua puluh ribu dikali waktu 13 menit ditambah ongkos bensin dua puluh ribu." jelas Dalnim.

"Buset ongkos apa ongkos itu."

"Ya, memang segitu."

Hanya menghela napas dalam-dalam sembari menggeleng - gelengkan kepalanya seperti, hari tanpa berdebat serasa hampa "Lagi dan lagi kalian itu selalu seperti ini."

"Sudah - sudah, berhubung orang yang Dady bicarakan sudah berada di tempat bagaimana jika segera diberitahu tujuan Dady menggandakan pertemuan ini ? ." usul Jondi Stevan Gentara

"Baik, sebelum itu saya Alexander Gentara ingin memperkenalkan putri bungsu keluarga Gentara, Dia adalah Dalnim Bradiska Gentara, penerus terakhir perusahaan GF ( Good Food ). Dan pertemuan kali ini saya ingin kalian semua menjadi saksi perpindahan tangan perusahaan GF ( Good Food ) kepada Dalnim Bradiska Gentara."

Tangan yang berada di atas kepala Dalnim mengusak - usak rambut dirinya "Keren dek, bangga gue."

"Tapi kan---"

"Dengan kata lain walaupun perusahaan ini sudah beralih tangan tetapi tetap dipegang dengan tangan sebenar dan akan diberi pada waktu yang tepat tiba" lanjut penjelasan bang Jondi

Berbalik arah kepada Dalnim dengan berkas perusahaan yang sudah mengatasnamakan dirinya, Dady memberikan berkas tersebut untuk menyesuaikan tema pertemuan kali ini.

Tetap menerima berkas tersebut walaupun dengan penuh ragu - ragu, Dalnim membungkukkan badannya untuk memberikan rasa hormat sekaligus terima kasih kepada semua yang menghadiri pertemuan kali ini.

Bertepuk tangan atas pengalihan tangan perusahaan GF ( Good Food ), Dalnim berusaha tetap tenang sebelum membuka suara untuk menghentikan riuh tepuk tangan.

"Nah dek, ada yang mau disampaikan ?."

"Jangan tegang gitu, rileks dek."

"Bener, gue harus rileks huff..." batin Dalnim sembari menghela nafas.

"Selamat siang semua, saya Dalnim Bradiska Gentara sungguh berterima kasih atas kehadiran kalian semua. Saya tidak menanti hal ini terjadi tetapi saya sungguh terkejut akan hal ini yang terjadi begitu cepat, saya tidak yakin ataupun berjanji ketika perusahaan ini berada di tangan saya sepenuhnya berjalan dengan baik, walaupun begitu mohon bimbingannya dan semoga bisa selalu bekerja sama dengan baik Terimakasih." pesan Dalnim kepada para Rekan bisnis yang berada di ruang tersebut.

Mendengar pesan Dalnim seperti seseorang yang sudah berpengalaman ruangan tersebut kembali riuh tepukan tangan sekalipun anggota Gentara, walaupun mereka sendiri tidak begitu menyukai kata tertengah Dalnim Bradiska Gentara.

Rekan bisnis 1 :"Ucapannya seperti orang berpengalaman."

Rekan bisnis 2 :"Betul sekali, padahal umur dia masih dibilang sangat muda."

Rekan bisnis 3 :"Antara ragu dan tidak ragu perusahaan ini dialihkan ke dia."

Rekan bisnis 4 :"Seperti tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan perusahaan."

Rekan bisnis 5 : "Walaupun begitu saya bersyukur perusahaan ini masih berada di tangan sebenar.

Keluarga Gentara hanya mendengar tanpa menegur - begitu pula dengan Dalnim, Mungkin perkataan mereka tidak semua nya salah.

Tak ingin ada kegaduhan akibat omong kosong belaka Dady membuka suara untuk mengalihkan topik. "berhubung sudah memasuki makan siang bagaimana jika kita menikmati menu makan siang perusahaan kali ini ?." ajak Dady kepada para Tamu.

"Ide yang cukup bagus" Jawab salah satu rekan bisnis.

 

 

Memasuki acara makan siang berakhir, ruangan meeting tersebut menjadi sepi tanpa ada seorang pun yang tertinggal, para rekan bisnis kembali ke perusahaan masing - masing. Jika keluarga Gentara mereka sedang berkumpul di sebuah ruangan khusus kedap suara yang memiliki suasana berbeda akan luar dan dalam, bisa dibilang mereka sedang berdebat kembali.

"DALNIM !!." Bentak seseorang

Sudah terdidik keras bahkan sudah terbiasa memenuhi, menanggani keinginan dady yang tak terbantah sejak dini Dalnim hanya tersenyum dengan menjawab Santai tanpa kembali melempar kata yang bernada sama "Lagi dan lagi, kan Dalnim sudah bilang jangan terlalu cepat akan peralihan tangan perusahan."

"Bener dad, lagian Dalnim masih terlalu muda."

"Sino belum waktunya Anda membuka suara."

"Tapi kan bang---"

"SINO !!! TIDAK SEMUA HAL TERDAPAT BERHAK ANDA."

"Sorry dad."

"Sudahlah dad tenangkan dirimu dahulu, bukankah tidak begitu baik untuk melampiaskan amarahmu ke sesama makhluk sosial ? and I am so sorry dad, tidak semua hal yang Dady inginkan dapat saya penuhi dengan baik."

"Dua orang yang memiliki pendapat tanpa bisa di bantah ataupun membantah."

Memegang kedua pundak Dady untuk duduk sambil seraya memijat pelan kedua pundak tersebut untuk mendinginkan kembali pikiran dan perasaan.

"Rileks dad, jangan terpaku akan suasana, Tidak semua hal harus terlaksana dengan baik." kata bang Jack

"Dady tau akan hal itu, tetapi dady mau kalian mendapatkan masa depan terbaik."

Melangkahkan kaki untuk duduk di samping kuris kosong yang terdapat di samping dady seraya lebih mendekatkan diri untuk menenangkan sekaligus meyakinkan dengan memegang lembut tangan Dady.

"Dad, Dalnim di sini berjanji akan melanjutkan jika cita - cita sebenar Dalnim tercapai. Dalnim tahu bagaimana perasaan Dady yang menghawatirkan masa depan Dalnim, tetapi tolong beri waktu untuk lebih menjelajah jauh jalan Dalnim."

"Kamu ini hahaha...." tawa bang Jack

"Dengan kedua takdir disatukan pasti akan lebih cepat terselesaikan."

Dia mengerti bahwa tidak semua hal yang dia inginkan harus terlaksana dengan baik, sesekali dia harus lebih mendengarkan seseorang tanpa mempedulikan dahulu keinginan dirinya.

Sebelum berkata laki - laki berumur 46tahun itu tersenyum tipis sambil menyentil pelan dahi Dalnim.

"kamu itu, Dady beri waktu untuk menjelajahi jalan kamu sampai kamu berumur 20tahun, jika tidak ada perkembangan kamu terpaksa meneruskan dengan target yang berbeda setiap Minggu tanpa bisa mengulangi kembali."

"Cuma tiga tahun, Dad itu terlalu sebentar." protes Arsino

"Memiliki satu kesempatan di setiap kesempatan."

"Tiga tahun ? memiliki satu kesempatan di setiap kesempatan ? WAH... TIDAK ADA GAME YANG LEBIH SERU DARI INI." ucapannya dengan penuh semangat

"Gimana Dalnim ? apakah Anda setuju dengan perjanjian kali ini ?."

"Thanks dad, saya sangat - sangat menyetujui perjanjian kali ini."

"Tapi kan dek it---"

"Ayolah bang, kesempatan langka untuk memainkan game secara nyata."

"Ingat dek satu kesempatan !." menggulang kata kembali

"Inget dong." jawab semangat Dalnim

"Mau gimana lagi." ucap pasrah Sino

"Dengan begini masalah terselesaikan dan tidak lagi terjadi perdebatan." mengeluarkan suara relatif kecil

"Mungkin salah bang, pasti takdir akan berkata lain dan ini hanya kebetulan damai, kebahagiaan semata." jawab Dalnim yang mendengar

Ruangan khusus kedap suara terdapat di masing - masing perusahaan gentara, ruangan tersebut bertujuan untuk membahas mengenai perusahaan bahkan untuk pertemuan atau meeting bila terjadi di setiap perusahaan gentara. Terkadang juga di pakai keluarga Gentara untuk menonton atau menyelesaikan perdebatan seperti yang terjadi tadi.

Ketika perdebatan menemukan jawabannya dan kembali damai, kepala keluarga Gentara menyuruh tiga putra Gentara kembali ke perusahaan mereka masing - masing untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Begitu pun dengan Dalnim dia diminta untuk menemani Arsino kembali ke perusahaan hingga pekerjaan dia selesai.

"Untung ikut lu paan ?."

"Ada, dah lu diem aja."

Mengikuti langkah Sino menuju ruangan kerja dirinya yang terbilang cukup berbeda dari ruangan lain.

Mengambil kursi berbeda Dalnim menidurkan dirinya sembari bermain handphone. Mengambil Tablet dilaci meja, Sino kembali berjalan ke arah Dalnim untuk mengembalikan tablet dirinya.

Mendaratkan pipi bokong di depan kursi kosong depan Dalnim, Sino kembali menaruh tablet berukurang melebihi tangan itu di depan meja dirinya.

"Nih untung ikut gue." sambil seraya menaruh tablet di meja.

Sebelum berkata wanita tersebut menggangkatkan badannya untuk kembali duduk sehingga dapat dengan muda mengambil tablet. "Gue kira hilang."

"Kemarin gue buru - buru jadinya salah bawa."

"Gitu ternyata."

"Habis dari sini lu mau kemana ?." tanya nya yang kembali sibuk mengetik keyboard laptop

"Mau ke markas, tadinya juga selesai nonton gue mau ke situ." Menjawab dengan asik menonton film anime.

Tercengang atas jawaban Dalnim, sino berhenti mengetik keyboard laptop. wajahnya yang berubah drastis dari sebelum hingga menekukan tangannya di depan dada sembari menatap serius Dalnim yang masih terbawa akan suasana film yang ia tonton "Lu masih ikut geng motor drak kode ?." kembali tanya nya.

"Hooh." masih menjawab santai.

"Masih main di sirkuit ?." menanya kembali.

"Iya dong bentar lagi gue main."

"Lomba ? Lo lupa ya kan Dady dah ngelarang lu main di sirkuit lagi !." tintanya tegas

"Hahaha....tenang saja, Dady dah tau. Semua."

"Syukur."

Menaro tablet di meja, Dalnim berdiri dan menggangkatkan kakinya untuk berjalan menghampiri Arsino dan duduk di sampingnya. "Hmm.. Bang gimana kalo kita taruhan ?, kalo gue menang lu gak boleh ngelarang atau ngungkit hal, kejadian, apapun itu yang sudah berlalu dan yang gue lakukan."

Merasa tertarik, Sino menjentikkan jarinya yang berarti di benak Sino terdapat ide taruhan cukup berbahaya. Mendekatkan dirinya kepada Dalnim, dengan sengaja tangannya bergerak menuju pipi Dalnim yang berniat untuk mencubit pipi chubby adiknya. Sekilas menatap wajah wanita di depan dirinya dan dibuat terpesona oleh mata indah perempuan tersebut dengan air yang hampir menetes dari matanya.

Semakin dibuat terlena oleh mata yang berkaca-kaca, tanpa sadar Sino telah menatap adiknya melebihi waktu lima detik. Perlahan sadar apa yang tengah terjadi, sino menggerakkan badannya untuk memeluk adiknya agar air di matanya tidak jatuh terlalu banyak.

Melepaskan pelukan, menatap kembali sembari seraya membersihkan air mata yang menempel di pipi Dalnim.

Dalnim mengerutkan dahinya heran atas apa perlakuan yang terjadi. "Kenapa lu bang ?." bertanya dengan heran

"Harusnya gue yang nanya ke lu, lu yang kenapa ? masa dicubit gitu doang nangis."

Kembali mencoba menjerna kejadian yang terjadi dengan perkataan Sino sekarang, Dalnim tak tahan akan rasa menggelitik untuk menggeluarkan tawanya.

"Hahahaha.... aduh.. hahaha.... wahahaha.... aduh Sino... lu goblok banget." katanya dengan tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal dari kursi.

Melihat Dalnim terjungkal, Sino ikut tertawa atas musibah yang terjadi sebelum menolong wanita tersebut. Hal manusiawi tertawa menolong.

"Awas jatoh hahaha....." mengulurkan tangannya untuk membantu Dalnim berdiri

Tak ragu - ragu, Dalnim segera menerima uluran tangan Sino untuk segera berdiri. "Sial, thanks."

"Kenapa bisa sampe gitu anjir hahaha..." kembali teringat atas musibah menimpa Dalnim yang menghasilkan tawa Sino kembali.

"Badan Hulk hati hello Kitty, mudah banget terbawa perasaan kalo soal wanita Haha...."

"Emang gue salah ? lu kan memang cengeng."

Kehilangan kesabaran yang dimiliki dirinya, Dalnim memberdirikan badannya sambil berjalan mendekat arah sofa untuk Menggambil bantal dan melempar ke arah Sino dengan tenaga dalam yang dimiliki dirinya.

"Soto ayam Lo, mata gue berkaca - kaca tadi karena gue keinget ending anime yang gue tonton tadi." katanya kesal setelah melempar bantal ke Sino.

"Gitu ? berarti gue salah dong ?."

Kembali fokus kepada handphone dalam menjawab singkat perkataan Sino "Yoi."

Sama seperti yang dilakukan wanita didepan dirinya, Sino kembali mengetik keyboard laptop untuk menyelesaikan pekerjaan dirinya.

Tak berselang lama, Sino kembali membuka suara untuk mengeluarkan ide taruhan di benaknya, dengan jari - jari mengetik keyboard laptop dan tatapan fokus akan layar laptop.

"Dek taruhan dari gue ketika lu kalah lu gak boleh main di sirkuit lagi."

"Hanya sirkuit ? jika--"

Sino memotong ucapan Dalnim yang sudah tau akan arah pembicaraan yang akan dia keluarkan. "Hanya sirkuit, anda setuju ?." pemastian Sino

"Saya setuju." Mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sekaligus menggikari perjanjian kali ini.

PUKUL 18.27

Sudah hampir sehari Dalnim menemani Sino bekerja, kini waktunya mereka kembali ke rumah untuk membersihkan, mengistirahatkan diri mereka.

Memang masalah itu bisa datang kapan saja, dimana saja dan bisa terjadi dengan siapa saja bahkan sering terjadi atau menimpa Dalnim dan Sino. Jika bisa dibilang bukan masalah yang menimpa mereka tetapi mereka yang mencarinya, seperti perdebatan akibat memilih makanan seketika pulang dari kantor.

Dalnim itu seperti brand ambassador Samsung walaupun tidak resmi, dia hanya memakai barang komunikasi walaupun ada beberapa yang bukan barang komunikasi ia miliki. Dan kira - kira seperti itulah tablet milik Dalnim yang salah di bawa Sino.

Smartwatch Dalnim itu adalah yang paling berguna di masa depan.

THANKS YOU ALL I really appreciate it

JANGAN LUPA KOMEN AKAN CERITANYA.

DI TULIS DENGAN 2225 KATA

감사 해요

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!