Happy Reading 😊
Pagi itu Sandi berlari menuju lantai atas rumahnya. Dia baru saja mendapatkan telepon dari kepala pelayan rumah mengatakan bahwa neneknya mengalami drop lagi. Penyakit yang di deritanya sudah cukup parah.
"Nenek, bagaimana keadaannya?" Tanya Sandi dengan raut wajah khawatir.
"Nyonya besar mengeluh sakit lagi Tuan." Jawab salah satu pelayan.
Sandi mendekat ke arah ranjang dan melihat kondisi sang nenek yang sedang menutup matanya sambil menahan sakit.
"Nenek, di sebelah mana yang sakit?" Tanya Sandi lembut.
"Sakit dibagian sini." Jawab sang nenek menunjuk pada bagian bawah perut kanannya.
"Kita ke Rumah Sakit ya Nek, kondisi nenek tidak bisa dibiarkan seperti ini." Sandi menghubungi seseorang untuk segera menyiapkan mobil.
Awalnya nenek menolak, tapi dengan segala bujuk rayu Sandi akhirnya sang nenek mau di bawa ke rumahsakit.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit akhirnya Sandi berhasil membawa nenek Sari ke rumah sakit ternama di Jakarta. Karena jalanan macet membuat Sandi terlihat kesal dan panik.
Akhirnya setelah beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah sakit tersebut.
Dokter langsung melakukan penanganan dan segera memeriksa keadaan nenek Sari.
Selama ini Sandi hanya tinggal bersama neneknya, orang tuanya berada di luar Negeri dan sangat jarang kembali ke Indonesia.
Sejak kecil Sandi sudah di asuh oleh neneknya tersebut, hingga sekarang dia hanya mau tinggal bersama neneknya dari pada ikut kedua orang tuanya yang tinggal menetap di Jerman.
Bahkan Sandi lebih memilih meneruskan perusahaan peninggalan sang kakek dari pada menjadi CEO di perusahaan sang Papa yang ada di Jerman. Dia tidak ingin meninggalkan sang Nenek yang sangat dia sayangi itu.
Sandi Prayoga adalah seorang pria berusia 25 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Prayoga Grup.
Sifatnya ramah dan baik hati, berwibawa, tampan dan di sukai banyak wanita, tapi hanya satu wanita yang bisa meluluhkan hatinya yaitu Renata Putri.
Renata adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai model, usianya 25 tahun. Dulu sewaktu kuliah Renata juga menjadi idola di kampusnya.
Memiliki tubuh indah dan seksi dan tentu saja wajah yang cantik blasteran Amerika Indonesia membuatnya langsung bisa di lirik oleh salah satu agensi model di Indonesia. Renata adalah cinta pertama Sandi, mereka telah berhubungan selama dua tahun. Sandi sangat mencintai Renata, begitupun sebaliknya.
Sempat berpisah setelah selesai kuliah karena Renata harus keluar Negeri untuk mengikuti ajang kontes modeling.
Tetapi setelah bertemu kembali dua tahun yang lalu, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lagi.
Sandi terlihat berbalas pesan dengan sang kekasih, Renata mengatakan akan pulang sebentar lagi.
"Aku sangat merindukanmu sayang, cepatlah pulang, aku sangat kesepian di sini. Apalagi sekarang kondisi Nenek semakin tidak baik."
"Iya sayang, tunggu aku ya, sebentar lagi aku pasti akan kembali."
Sandi tersenyum melihat balasan dari kekasihnya itu. Pria itu duduk di sofa dekat ranjang Neneknya di salah satu ruang rawat VIP rumah sakit terkenal di Jakarta.
"Sandi,, Sandi!" Nenek Sari memanggil nama cucu satu-satunya itu.
Sandi langsung berdiri dan berjalan menghampiri neneknya.
"Iya Nenek, Sandi di sini," Ucap Sandi menyentuh tangan neneknya.
"Rasanya sakit sekali," Rintih Nenek Sari.
"Aku akan memanggil dokter dulu ya Nek, Nenek pasti baik-baik saja."
Kondisi Nenek sari semakin memburuk, hal itu membuat Sandi begitu sedih.
"Sandi, sepertinya Nenek sebentar lagi akan meninggalkanmu, rasanya Nenek sudah tidak kuat," ucap sang
nenek.
"Tidak Nek, Nenek pasti sembuh," Sandy menyentuh tangan neneknya.
"Sebelum Nenek pergi ada satu permintaan yang Nenek inginkan dari kamu, harus kamu kabulkan, nak?"
Sandi menggeleng cepat, dia tidak ingin sang nenek pergi meninggalkan nya.
"Nenek ingin sebelum mati kamu harus menikah dengan seorang wanita yang sangat cantik dan juga solihah, kamu harus bisa menuruti permintaan nenek, Sandi," Sandi mendesah pelan.
Ini sudah yang kesekian kalinya sang nenek memintanya untuk menikahi seorang wanita pilihannya. Wanita yang pernah menyelamatkan nyawanya dulu. Menurut nenek dia adalah wanita yang pantas menikah dengan Sandi dan akan menjadi jodohnya.
Sebenarnya Sandi sudah memperkenalkan Renata kepada sang nenek, tapi nenek Sari langsung menolaknya mentah-mentah. Entah kenapa nenek sangat tidak menyukai Renata, padahal kekasihanya itu adalah wanita yang baik dan ramah.
"Nenek, tapi Sandi sudah memiliki kekasih, Sandi sangat mencintai Renata Nek, kami saling mencintai." Ucap Sandi menatap sang nenek Sendu.
Tiba-tiba nenek memejamkan matanya, detak jantungnya melemah. Sandi yang melihat itu seketika panik luar biasa.
"Dokter!! Tolong nenek saya dokter!" Saking paniknya Sandi sampai melupakan untuk memencet tombol yang berada di sisi ranjang untuk memanggil dokter.
Sandi keluar dari dalam ruang rawat itu dan berlari sambil berteriak memanggil dokter. Pria itu sangat takut kalau neneknya benar-benar akan pergi meninggalkannya.
Di sisi lain, di sebuah butik yang bernama Permata Colection, seorang wanita cantik, dengan hidung mancung dan bibir yang menawan sedang sibuk mengamati sebuah desain rancangan gaun buatannya sendiri.
Senyum mengembang kala dia mendapatkan sebuah ide menggambar gaun dengan hasil yang sangat memuaskan.
Namanya Aulia Permata gadis cantik berhijab, sifatnya baik, rendah hati, mandiri dan juga ramah. Cerdas dan mempunyai sebuah butik yang dia dirikan atas kerja kerasnya sendiri. Wanita berusia 22 tahun itu pekerja keras, tidak mengenal lelah untuk mencapai cita-citanya menjadi designer terkenal di Indonesia.
Aulia bukan dari kalangan orang kaya raya, kedua orang tuanya hanya mempunyai sebuah toko baju di kawasan Jakarta pusat.
Tetapi dua tahun lalu orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan dan membuat mereka langsung meninggal di tempat kejadian.
Pelakunya melarikan diri dan sampai sekarang masih dalam pengejaran. Aulia hanya seorang diri karena dia hanyalah anak tunggal dan tidak memiliki keluarga.
Entah di mana keluarganya, Aulia tidak pernah tahu karena orang tuanya mengatakan mereka dulu berasal dari Sulawesi dan merantau ke Jakarta pada saat Awal menikah.
Aulia melihat ponselnya berdering, diapun menatap layar dan menampilkan sebuah nama Seorang yang sudah sangat lama dia kenal. Aulia langsung menjawabnya.
"Assalamualaikum, ada apa Dokter menelepon? Kenapa sudah lama tidak menyapaku? pasti Dokter sangat sibuk ya?"
"Waalaikumsalam, maaf karena baru bisa menghubungi mu Aulia, akhir-akhir ini aku sangat sibuk, apakah kita bisa bertemu akhir pekan nanti?"
Aulia tersenyum mendengar ucapan dari sahabat baiknya itu. Namanya Adam Setiawan, seorang dokter ahli bedah di salah satu rumah sakit di Jakarta. Dia adalah sahabat baik Aulia.
"Entahlah, aku juga sangat sibuk, nanti aku kabari lagi."
"Oh, baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya dulu ya, ada pasien yang sedang menunggu ku."
Aulia menatap layar ponselnya yang sudah tidak menyala. Wanita itu menganggap Adam sudah seperti kakak kandungnya sendiri.
Tiba-tiba ponselnya berdering kembali. Wanita itu melihat layar ponselnya menampilkan sebuah nama 'Nenek Sari'.
"Assalamualaikum Halo nenek apa kabar? Kenapa sudah lama tidak menghubungi Lia, Nenek sehat-sehat saja kan?"
"Waalaikumsalam."
Aulia mengernyit ketika mendengar suara seorang pria di balik telepon.
Bersambung.
Hai akak reader 🥰 selamat membaca kisah cinta Aulia, Sandi dan Renata ya. Jangan lupa like, komen, bunga dan kopinya ☕ 🌹
Happy Reading 😊
"Assalamualaikum,, Halo Nenek, apa kabar? Kenapa sudah lama tidak menghubungi Lia, Nenek sehat-sehat saja kan?"
"Waalaikumsalam."
Aulia mengernyit ketika mendengar suara seorang pria di balik telepon.
"Maaf, ini siapa?" Aulia bertanya dengan hati-hati, wanita itu takut telah terjadi apa-apa dengan Nenek Sari, karena yang mengangkat telepon itu adalah suara berat pria.
Aulia masih berusaha mendengarkan jawaban dari pria itu, tetapi setelah 10 detik tidak ada jawaban disana.
"Halo,, anda siapa Tuan? di mana Nenek, apakah beliau baik-baik saja?"
Di seberang telepon Sandi menjauhkan ponsel sang Nenek dari telinganya. Pria itu menghela napas kasar, entah kenapa dia merasa sangat muak mendengar suara wanita di seberang telepon. Sebenarnya Sandi sangat berat hati untuk menghubungi wanita itu.
Tetapi sang Nenek menginginkan Sandi untuk menghubungi Aulia sore itu.
"Nenek,, ini teleponnya sudah tersambung," Sandi memberikan ponsel itu kepada neneknya.
"Kamu saja yang jawab, bilang sama Aulia kalau Nenek sedang sakit dan Nenek ingin dijenguk olehnya." Nenek menyerahkan kembali ponselnya kepada Sandi.
"Halo, halo!! cepat katakan,, Nenek di mana?"
Sandi berusaha mengontrol emosinya ketika neneknya menyuruh ia untuk berbicara kepada Aulia mengenai keadaan nya.
"Nenek, sekarang ada di rumah sakit Health Husada, cepat kamu segera kesini karena saat ini Nenek sangat ingin bertemu denganmu."
Tuutt..!
Sandi meremas ponsel itu kuat, entah kenapa Sandi tiba-tiba sangat membenci wanita itu, gara-gara dia yang pertama kali bertemu dengan nenek dan mendapatkan tempat di hati neneknya, karena telah menolong nyawanya, mengakibatkan sang kekasih yang bernama Renata tidak bisa diterima oleh nenek Sari.
Sandi tidak pernah tahu alasan apa yang membuat nenek begitu membenci kekasihnya itu, padahal selama ini Renata sangat baik dan selalu bersikap sopan dan lembut.
Tapi menurut neneknya Renata bukanlah wanita yang baik, bahkan setiap Renata datang ke rumah, Nenek pasti langsung pergi dan masuk ke dalam kamar, sengaja menghindari Renata karena tidak menyukai wanita itu.
Sikap nenek Sari jelas terang-terangan tidak menyukai Renata. Hal itu tentu saja membuat Sandi frustasi karena kekasihnya itu selalu marah melihat nenek Sari begitu membencinya.
Tetapi sangat berbeda dengan Aulia, seorang wanita yang belum pernah di jumpai oleh Sandi. Tetapi dia selalu mendengar nama 'Aulia' di sebut oleh sang nenek.
"Aulia itu gadis yang baik, cantik, ramah dan tentunya Sholihah, Nenek sangat menyukai gadis itu, dia adalah jodohmu di masa depan Sandi."
Sedangkan di sisi lain.
Aulia sangat terkejut mendengar berita bahwa nenek Sari sedang berada di rumah sakit, Wanita itu langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan segera berkemas.
Aulia melangkah keluar dari dalam ruangannya dan mendatangi salah satu pegawainya yang bernama Sita.
"Sita, aku akan pergi keluar sebentar, kalau nanti ada yang mengambil pesanan gaun pengantin, sudah aku siapkan di dalam lemari itu," ucap Aulia menunjuk ke arah lemari yang ada di sudut.
"Baik Mbak Lia, emangnya Mbak Lia mau pergi ke mana?" tanya Sita dengan logat jawanya yang kental.
Sita memang asli orang Jawa, tepatnya dari daerah istimewa Yogyakarta, usianya setahun lebih muda dari Aulia. Orangnya supel dan pandai bergaul, sudah bekerja dengan Aulia setahun ini.
"Ada deh, mau tau aja apa mau tau banget?"
"Ehhmm mau tau aja deh Mbak, tapi juga nggak terlalu kepo kok," Aulia tersenyum melihat tingkah konyol wanita itu.
"Aku pergi dulu ya, tolong jaga baik-baik semuanya, kuserahkan padamu Sita." Ucap Aulia kemudian keluar dari dalam butik.
Wanita itu berjalan kearah mobilnya yang terparkir di halaman, sebuah mobil sedan Toyota Vios keluaran terbaru hasil jerih payah sendiri selama menjadi perancang busana.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit akhirnya Aulia sampai di rumah sakit.
Sedangkan di dalam, Sandi benar-benar tidak suka dalam situasi yang seperti ini. Pria itu merasa tidak suka dengan cara nenek yang yang memaksanya untuk menikah dengan Aulia.
Apalagi sekarang Aulia sedang menuju ke rumah sakit atas kemauan neneknya. Kalau boleh berkata jujur, Sandi tidak ingin bertemu dengan wanita itu.
"Mana Aulia nak, apa dia bersedia untuk menjenguk nenek?" Sandi menoleh ketika neneknya mencari sosok Aulia.
"Iya nak, sebentar lagi dia pasti akan tiba." Jawab Sandi berusaha terus tersenyum lebar..
Aku harus bersabar demi Nenek. Batin pria itu.
"Assalamualaikum," Sandi menoleh ketika ada seorang wanita mengucapkan salam dan masuk ke dalam kamar itu.
Sandi menatap wajah wanita berjilbab itu dengan tatapan yang tidak biasa. Rasanya dia sudah muak dengan drama ini.
Sandi tidak ingin menikah dengan Aulia, pria itu hanya mencintai Renata dan tidak akan ada yang bisa menggantikan Renata di hatinya.
"Aulia, nenek senang sekali bisa melihat mu lagi,, Nenek sangat merindukanmu." Aulia menyentuh tangan nenek Sari untuk menyemangati dirinya.
Sandi benar-benar tidak menyukai itu. seharusnya nenek bisa menerima Renata.
###
"Iya sayang, baiklah aku harus segera ke rumah sakit," Ucap Sandi mematikan panggilan di ponselnya.
Saat ini dia baru saja menelepon Renata kekasihanya, pria itu benar-benar merindukan kekasihnya tersebut.
Tiba-tiba ponsel Sandi berdering kembali. Pria itu segera mengangkat panggilan itu.
"Halo, ada apa?"
"Halo tuan Sandi, cepatlah ke rumah sakit karena kondisi nenek sedang tidak baik,"
"Apa!! kondisi nenek semakin drop? baiklah aku akan segera ke rumah sakit."
Sandi segera memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia benar-benar merasa khawatir dengan kondisi neneknya yang semakin menurun.
Sandi masuk ke dalam kamar rawat itu dengan
perasaan yang gelisah.
"Nenek, bertahanlah!" seru Sandi melihat nenek yang sedang di tolong oleh seorang dokter dan 2 orang perawat.
"Sandi, nenek sudah tidak tahan lagi, rasanya mungkin sudah waktunya kamu memenuhi janjimu kepada Nenek,"
"Tidak Nek, bertahanlah, Sandi tidak ingin kehilangan Nenek, dokter tolong selamatkan Nenek saya."
Ketakutan terbesar Sandi adalah ditinggalkan oleh neneknya. Dokter menyuruh Sandi untuk
menunggu di luar.
Sebelum keluar Sandi mengatakan pada sang nenek bahwa dia bersedia menikah dengan Aulia, asalkan sang nenek sembuh kembali.
Pilihan yang sangat sulit, tentu Sandi harus mengorbankan perasaan Renata kalau dia benar-benar menikah dengan Aulia.
Tapi sepertinya takdir sudah memainkan dirinya, menjalankan amanat sang nenek, Sandi rela untuk menekan perasaannya dan menikah dengan wanita pilihan neneknya tersebut.
Yang terpenting saat ini dia sudah bisa memenuhi permintaan neneknya itu, untuk urusan ke depannya Sandi akan memikirkan jalan hidupnya sendiri.
Bersambung.
Hai akak reader semuanya, di part berikutnya sudah mulai sedih ya, pasti bikin mewek juga, siapkan tissue yang banyak di rumah.
Jangan lupa untuk selalu mendukung karya othor dengan cara like, komen, bunga dan kopinya, Vote juga boleh.
Terima kasih.
Happy Reading 😊
Aulia dan Sita sedang makan siang di dalam butik, biasanya Sita membawa bekal makanan sendiri. Tetapi saat ini Aulia mentraktir Sita karena baru saja mendapatkan bayaran dari gaun pengantin rancangannya yang di hargai lumayan mahal.
"Kalau setiap hari di traktir makanan mahal seperti ini, bisa-bisa tubuh dan juga dompetku jadi melendung, Mbak," Sita mengoceh sambil mengunyah.
Bahkan mulutnya saat ini penuh dengan makanan. Tidak tanggung-tanggung, Aulia membeli makanan yang begitu banyak, katanya buat syukuran juga karena telah berhasil membuatkan gaun yang sangat memuaskan untuk pelanggannya.
"Kenapa badan dan dompetmu bisa melendung? Memangnya balon?" Aulia terkekeh melihat tingkah sahabat sekaligus pegawainya itu.
"Ya,, kalau di traktir makanan enak setiap hari badan jadi tambah subur, tanpa harus memasak dan mengeluarkan tenaga. Kalau dompet kan nggak berkurang tapi malah bertambah bisa dapat bonus setiap dapat pesanan yang memuaskan pelanggan seperti ini. Kamu memang the best Mbak Lia." Sita mengacungkan kedua jempolnya.
Aulia tertawa melihat tingkah sahabatnya itu, Sita memang wanita yang unik, lucu dan tidak pernah jaim alias jaga image. Aulia sangat senang bisa bertemu dan kenal dengan Sita.
"Eh, ada pelanggan datang mbak," ucap Sita melihat seorang pria yang masuk ke dalam butik.
Aulia menoleh dan menatap pria itu dengan kening yang mengkerut.
Bukankah dia cucunya Nenek Sari? apakah ada sesuatu dengan nenek sampai cucunya kemari!
"Tuan, apa ada kabar dari Nenek?" tanya Aulia mendekat tiba-tiba, membuat Sandi menatap aneh kepadanya.
Aulia yang menyadari sikapnya terlalu berlebihan, akhirnya dia memundurkan langkahnya. Bukan bermaksud untuk mencoba menggoda pria didepannya itu, tetapi memang Aulia refleks dengan tindakannya.
Sandi menghela napas, dia harus bisa menguasai emosi dirinya saat ini. pria itu sudah berjanji kepada neneknya untuk segera melamar Aulia dan mempersuntingnya.
Salahkah dia apabila mempunyai firasat buruk terhadap wanita berhijab di depannya itu. Ya, Sandi sempat berfikir bahwa semua ini adalah rencana Aulia yang telah menghasut neneknya agar menikahkan mereka.
Entah kenapa Sandi menjadi berpikir seperti itu, tetapi kenyataannya memang banyak wanita yang berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya ataupun menjadi istri sah-nya.
"Ayo ikut aku ke rumah sakit, nenek ingin bicara denganmu," Aulia tersentak mendengar ucapan pria itu. Raut wajahnya sama sekali tidak ramah, bahkan di matanya ada kilatan kebencian.
Tetapi Aulia segera menyingkir kan semua pikiran buruk tentan pria di depannya ini. Mungkin memang sedang menghadapi banyak masalah.
"Oh, baiklah, silahkan duduk dulu, aku mau membereskan sisa makan siang kami," Aulia tersenyum.
Sandi hanya diam tanpa menjawab, bahkan menoleh pun tidak. Pria itu langsung berjalan kearah sofa yang ada di ruangan itu dan langsung duduk di sana.
"Ada apa mbak? kenapa wajah pria itu mengerikan sekali?" jiwa kepo Sita meronta.
"Dia adalah cucu Nenek Sari, yang ku ceritakan waktu itu, katanya neneknya ingin bicara denganku," jawab Aulia sambil membereskan makanannya di bantu Sita.
"Aku tidak suka melihat raut pria itu, seperti langit hitam yang suram."
"Huss, jangan bicara aneh-aneh, nanti aku nitip butik lagi ya?"
"Iya mbak, serahkan semuanya pada Sita, kalau mbak Aulia sibuk aku bisa di andalkan, mbak."
Aulia tersenyum mendengar jawaban gadis bertubuh mungil itu.
Sandi melihat ponselnya, sepuluh menit yang lalu kekasihnya telepon, tetapi dia tidak bisa mengangkat nya.
"Maaf sayang, hari ini aku sangat sibuk jadi tidak bisa mengangkat telepon darimu."
Sandi membalas pesan itu sambil menunggu Aulia.
###
Aulia meremas ujung hijabnya dengan tangan yang sudah basah.
Di sinilah Aulia sekarang, di sebuah rumah sakit di mana nenek Sari di rawat. Air matanya sudah membasahi pipi mulusnya sejak sejam yang lalu.
Aulia menatap pria tampan di depannya itu yang tidak lain adalah Sandi Prayoga, cucu satu-satunya nenek Sari. Pria itu tiba-tiba datang ke butiknya dan membawanya ke rumah sakit.
"Aulia, nenek ingin kamu mau menerima lamaran Sandi dan menikah dengannya. Nenek rasa umur nenek sudah tidak lama lagi, hanya itu keinginan Nenek," ucap nenek Sari lemah.
"Nenek pasti baik-baik saja dan akan segera sembuh," jawab Aulia memegang lembut tangan wanita paruh baya itu.
Sandi sedari tadi hanya diam, dalam hati pria itu merasa tidak rela harus menikahi wanita yang baru saja di kenalnya itu. Ingin sekali menolak tapi kondisi nenek yang semakin parah membuat Sandi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menurut.
"Sandi, nenek hanya ingin kamu menikah dengan Aulia, dia gadis yang sangat baik, hanya itu keinginan nenek satu-satunya sebelum nenek pergi menghadap Tuhan."
"Nek, jangan berkata seperti itu!" Sandi menelus pelan bahu neneknya.
"Nenek tidak akan tenang kalau belum melihat kamu dan Aulia menikah." Sandi menutup matanya menahan rasa gejolak di hatinya.
Sakit, perih, hancur, itulah yang Sandi rasakan.
Dia memikirkan Renata, padahal mereka juga telah merencanakan pernikahan di tahun ini. Bagaimana seandainya kalau kekasih yang sangat di cintainya itu tahu kalau dia menikah dengan wanita lain.
Tapi melihat kondisi nenek serta keinginan terakhirnya itu membuat Sandi tidak mempunyai pilihan. Sandi sangat menyayangi neneknya, sedari kecil hanya nenek Sari yang mengasuh, melindungi serta mencitainya sepenuh hati.
Mamanya tidak pernah memperdulikan tentang keadaan nya, dia lebih mementingkan pekerjaan dari pada mengurusi anak semata wayangnya itu.
Aulia gelisah, dia benar-benar tidak menyangka bahwa nenek Sari menginginkan dia menikah dengan cucunya. Aulia ingin sekali menolak karena dia juga tidak mengenal Sandi sama sekali. Tetapi melihat mata sendu nenek Sari membuat Aulia tidak bisa membuka mulutnya sama sekali.
Sandi melirik ke arah Aulia dengan sinis.
Ternyata kamu benar-benar wanita murahan, diam saja tanpa bisa menolak, kamu sama saja dengan wanita di luar sana.Batin Sandi.
"Baiklah nek, kalau memang nenek menginginkan Sandi menikah dengan wanita itu, Sandi akan menurutinya." Jawab Sandi berusaha menahan rasa sakit di hatinya.
"Tapi..!"
"Bersiaplah Aulia, aku akan secepatnya mengurus pernikahan kita." Ucap Sandi menyela.
Aulia diam membeku di tempat, bagaimana bisa dia menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal itu.
"Aku meminta waktu untuk melakukan shalat istikharah terlebih dahulu, Mas."
"Baiklah," jawab Sandi.
Aulia keluar dari ruangan itu dan pergi menuju Mushola yang ada di rumah sakit.
"Sandi, aku tahu kamu pasti sangat keberatan untuk menikah dengan Aulia, tapi nenek jamin bahwa dia adalah wanita yang tepat untukmu, wanita shalihah yang bisa membimbingmu ke jalan yang benar, bukan kekasihmu itu, karena nenek tahu siapa Renata." Sandi hanya diam tanpa menjawab.
Bersambung.
Mana nih like dan komenya 🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!