NovelToon NovelToon

I HATE YOU, BUT I LOVE

EPISODE 1

Di sebuah Cafe terkenal, terletak di tengah tengah kepadatan kota wasington Amerika Serikat. Terdapat tiga cewe yang mengisi salah satu meja kosong yang berada di sudut cafe. Mereka sedang tertawa terbahak bahak menceritakan tentang kejadian lucu di sekolah nya hari ini.

"Oh God!!, Gue benar-benar gak habis pikir sama lo Fela. Bisa bisanya Lo nolak cowok tampan, dan tajir seperti kak Devan"

"Oh jelas dong, pria playboy seperti dia bukan level gue" balas Fela sembari mengedipkan mata sebelah kanannya pada Ria. Seketika membuat Ria merasa ingin muntah.

Sementara Jihan, gadis yang paling mencolok diantara ketiga gadis itu hanya menggeleng kelapa melihat tingkah kedua sahabat nya.

Drrtttt.... Drttttt...

Jihan meronggoh saku celananya, ketika merasakan sebuah getaran di dalamnya.

"Bunda? " gumam Jihan membaca nama si pe nelfon yang terpampang jelas di layar ponsel nya.

"Bentar guys, gue angkat telfon dulu" ucap Jihan bangkit dari duduk nya dan mengambil jarak dari sana.

"Ok" sahut Ria dan Fela mengangguk, mereka masih asik membicarakan tentang kakak kelasnya itu.

Jihan berdiri di tepi jendela kaca cafe, dari sana ia bisa melihat indahnya suasana sore kota wasington.

"Halo Bun" sapa Jihan lembut. Setelah menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Halo sayang, apa kabar mu? "

Jihan tersenyum, suara lembut bunda nya sangat menyejukkan hati. Jihan merasa sangat merindukan bundanya saat ini.

"Jihan baik bun" balas Jihan. Tak lama kemudian senyum indah itu memudar, ketika suara bariton Burhan terdengar menggantikan suara bundanya.

"Halo, Jihan! kamu kemana aja? kenapa baru bisa di hubungi? "

"Aa.. ayah. Itu-... Jihan.. Kemarin banyak tugas ayah" jawab Jihan gugup.

"Tidak usah beralasan nak, pokoknya ayah sama bunda tidak mau tahu. Kamu harus pulang besok! "

Sontak kedua mata Jihan membola, " Tapi ayah, Jihan kan harus sekolah"

"Ayah tidak mau tahu Jihan, ayah tunggu di rumah! "

Tuttt..... Tutt.....

"Ayah!! Ayah.... Akhhh!!! " Jihan mendengus kesal menatap layar ponselnya. Sambungan telfon sudah di putus secara sepihak oleh ayahnya.

Bagaimana ini? masa gue pulang. Ahh... Ayah kenapa maksa begini sih.

Jihan kembali ke meja dengan wajah yang di tekuk. Ria dan Fela saling melempar tatapan bingung. Apa yang sudah terjadi pada Jihan?.

"Muka lo kenapa Jihan? lupa nyetrika? " ujar Fela dengan candaan. Jihan ingin menjawab pertanyaan kedua temannya, namun tertunda karena sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Cling~

Lea😘

[Jika lo gak balik besok, maka ayah dan bunda tidak akan anggap lo sebagai anak lagi. ]

Hufffff...

Jihan menghembuskan nafas gusar, ayahnya benar-benar membuat keputusan yang mutlak.

Ria dan Fela semakin bingung, tanpa permisi Fela langsung merebut ponsel Jihan.

"Ada apa sih, gue penasaran! "

Seketika Fela dan Ria melotot tak percaya pada Jihan setelah membaca isi pesan dari kakaknya Jihan.

"What??? ini serius Ji? "

"Maksudnya gimana sih" gumam Fela bingung.

"Jihan di suruh balik ke Indonesia besok" jelas Ria. Jihan hanya bisa mengangguk pasrah, ia tahu betul bagaimana sifat ayahnya. Sangat keras dan tidak bisa di bantah.

"Ahhkk... Gue bingung" Gumam Lea menghempaskan pipinya di atas meja.

Ria dan Fela ikut bingung, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Keduanya ikut merebahkan kepalanya di atas meja.

Cukup lama mereka terdiam memikirkan jalan keluar, tiba-tiba Fela meraih ponselnya. Ia mengetik sesuatu di layar benda pipi itu, kemudian menempelkan ke telinganya. Aksi Fela menarik perhatian Jihan dan Ria. Keduanya saling pandang, kemudian menatap Fela penasaran. Apa yang akan di lakukan gadis itu?.

"Halo Pa, Fela mau pulang besok? "

"Benarkah?? kenapa tiba-tiba? "

"Fela hanya kangen sama mama dan papa" balas Fela lagi. Sementara Jihan dan Ria membuka mulut, melongo mendengar ucapan Fela pada ayah nya.

"Akhirnya, kamu mau kembali juga. Yasudah, nanti, papa akan bicarakan hal ini sama mama kamu"

"Ok pa, bye"

Klik.

"Dah, selesai" gumam Fela tersenyum lebar.

"Lo serius mau balik? " tanya Jihan meyakinkan Fela.

"Lah kenapa gak serius? buat apa gue di sini kalo sahabat gue gak ada di sini?? " jawab fela enteng. Benar juga, mereka memutuskan tinggal di Amerika adalah karena ingin tetap bersama dengan Jihan.

"Wahh sekarang giliran gue! " ujar Ria langsung menyambar ponselnya, kemudian mengetik sesuatu ke akun whatsapp nya.

To Dady.

[Aku mau pulang besok, apa bisa di urus? ]

Little princess

[Tentu saja sayang, ini adalah kabar gembira bagi kami]

To Dady

[muahhhh, sayang dady dan momy]

Ria tersenyum lebar, tugas nya sudah selesai. Ria tentu tidak akan mau di tinggal sendiri di sini.

"Gue juga balik" ucap Ria memberitahu keduanya. Jihan terdiam, ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Ria dan Fela. Susah senang mereka jalan bersama.

"Ahhhh..... Kalian memang sahabat terbaik gue" ungkap Jihan menangis haru.

"Ya ampun, apa ini beneran Jihan aisyah Rafier?? " decak Fela histeris.

"Kenapa? apa yang salah? " Jihan menatapnya bingung. Ria pun ikut bingung.

"Seorang Jihan mengeluarkan air mata untuk kita Ria, masa lo biasa aja sih"

Ria dan Jihan mencebik, mereka pikir sesuatu yang mengejutkan, ternyata hanya itu.

"Seperti nya Balik bukanlah pilihan yang buruk" gumam Jihan.

"Tentu saja, selagi kita bareng bareng" sahut Fela.

Jihan Aisya Rafier, gadis yang berparas cantik itu adalah putri konglomerat keturunan Indonesia tulen. Jihan adalah anak kedua di keluarga Rafier. Ayahnya seorang pengusaha terkenal yang memiliki perusahaan besar yang bergerak di bidang elektronik.

Sejak umur 10 tahun, Jihan memilih tinggal di Amerika bersama bibi nya. Karena sebuah insiden membuat gadis cantik itu melarikan diri jauh dari keluarga. Sikap Jihan periang, mudah bergaul. Namun, sejak kejadian 7 tahun yang lalu membuat dirinya berubah menjadi dingin, sedingin es batu.

Banyak yang ingin mendekati Jihan, karena kecantikannya yang memancar membuat ia menjadi primadona di sekolahnya. Namun tidak ada yang berani mencoba mendekatinya. Bagaikan Singa betina mengamuk, dan bagaikan menyentuh salju. Tak dapat menyentuh sedikit pun.

Felan Xing, keturunan Indochina. Papa Fela merupakan keturunan orang china, sementara ibunya keturunan orang Indonesia asli. Fela juga merupakan orang kaya, ayah nya merupakan pengusaha hotel terbesar. Banyak hotel hotel milik keluarga Xing yang tersebar di Indonesia dan juga di luar negara Indonesia.

Paras Fela tak jauh beda dari Jihan, mereka terkenal dengan kumpulan 3 singa betina. Namun, Fela lebih terbuka orang nya. Ia terkenal dengan gelar playgirl. Sudah banyak cowo cowo patah hati karena gadis ini.

Riani Bincara, Gadis Indonesia tulen. Sama seperti Jihan. Ayah Ria merupakan pemilik perusahaan Interior terbesar di Indonesia. Sedangkan ibu Ria merupakan seorang model terkenal.

Ketiga gadis ini bertemu di salah satu tempat hiburan di Amerika Serikat. Tanpa sengaja Fela dan Ria bertemu dengan Jihan. Mereka yang tidak saling kenal di bantu oleh Jihan ketika Fela dan Ria sama sama tersesat di tempat wisata itu. Kemudian Jihan lah yang membantu kedua gadis yang tengah menangis di bangku taman tempat wisata itu.

Sejak saat itu mereka mulai berteman dan sering main bersama. Hingga waktu sekolah tiba, Fela dan Ria meminta kepada orang tuanya agar di pindahkan ke salah satu sekolah di Amerika. Bahkan mereka mengancam tidak mau sekolah jika bukan di Amerika.

Akhirnya kedua orang tua mereka mengijinkan mereka pindah dan hidup merantau bertahun tahun di negara orang. Meskipun tetap dalam pantauan mereka.

Setelah menghabiskan waktu bersama, ketiga gadis itu memutuskan untuk pulang. Mereka harus segera berkemas.

"Loh, Jihan. Kamu baru pulang? " Rima berjalan mendekati keponakannya. Lalu di peluknya tubuh mungil Jihan erat. Tanpa di sangka, sebentar lagi Rima akan berpisah dengan keponakan yang sangat ia sayang.

"Aunty sudah tahu? " tanya Jihan menengadah menatap wajah aunty nya. Rima mengangguk, pertanda ia sudah tahu semuanya.

"Hiks... Hiks... Maaf aunty, Jihan gak bisa lama lama di sini lagi" Jihan kembali memeluk aunty Rima erat. Bertahun tahun hidup bersama, membuat mereka saling terbiasa. Apalagi Rima tidak memiliki anak perempuan, jadi ia teramat senang ketika anak dari kakak nya itu memilih tinggal bersama nya.

"Gak papa sayang, aunty kan ada Zidan"

"Ah iya, sepupu nakal ku" kekeh Jihan di sela sela tangisnya.

Setelah acara tangis menangis selesai, Jihan di bantu Aunty Rima untuk berkemas. Tidak ada waktu lagi untuk bermain.

...----------------...

EPISODE 2

Seperti keinginan Burhan, kini Jihan sudah tiba di bandar udara tanah air. Sejak 7 tahun yang lalu, ini kali pertamanya Jihan menginjakan kaki nya kembali ke Indonesia.

"Wahhh Seger banget yah"

Fela menghirup udara serakus mungkin,seakan akan selama ini ia kekurangan oksigen. Ria menggeleng melihat tingkah Fela, seakan akan gadis itu baru pertama kali nya pulang ke Indonesia.

"Lebay deh, Lo Fela. Tiap bulan juga balik ke Indonesia" sindir Ria.

Fela tak menjawab ucapan Ria, ia malah meleletkan lidah nya pada Ria, kemudian berjalan lebih cepat menyusul Jihan yang sudah melaju di depan nya.

Ketiga gadis itu menyeret koper masing-masing menuju ke pintu keluar . Terlihat di depan sudah berderet 3 buah mobil mewah menunggu mereka.

Ketika melihat anak majikannya sudah berjalan keluar, para supir itu langsung membukakan pintu dan mengambil alih koper mereka untuk dimasukkan ke dalam bagasi.

"Silakan masuk non" Ucap mereka bersamaan.

Jihan mengangguk pelan, kemudian masuk ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu mobil, Jihan melirik kearah kedua sahabat nya yang masih berdiri di luar mobil.

"Jangan lupa kabarin gue ketika lo pada sampai di rumah" Teriak Fela memperingati kedua sahabat nya.

Jihan mengangkat jempolnya pertanda mengiyakan ucapan Fela. Semntara Ria,hanya mengangguk pelan. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil masing-masing.

Mobil Jihan melaju dengan kecepatan sedang, ketika hampir mendekati perempatan Jihan teringat dengan suatu tempat yang dulunya menjadi tempat Pavorit nya.

"Pak, mampir ke cafe Cuanlo yah pak" Pinta Jihan pada supir. Pak supir pun mengangguk menjawab ucap dari Jihan.

Setelah melihat respon pak supir, Jihan pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela kaca mobil. Matanya menyapu bersih setiap pemandangan kota yang terbentang di matanya.

Sudah banyak yang berubah, kota ini tampak semakin maju dari terakhir kali Jihan melihatnya. Setelah 7 tahun tak di kunjungi, Jihan merasa kotanya semakin indah, walaupun terdapat kemacetan yang lebih dari sebelumnya.

Setelah beberapa lama melaju, akhirnya mobil yang Jihan tumpangi berhenti di depan sebuah Cafe.

"Sudah sampai Non" Ucap pak supir memberitahu. Jihan pun dengan semangat keluar dari mobil nya, di bantu oleh pak supir yang membukakan pintu. Pertama kali yang ia lakukan adalah menatap gedung cafe.

"Masih awet dan terlihat sama" Gumam Jihan, sebuah lengkungan sabit menempel di bibirnya.

Dengan langkah ringan, Jihan melangkah masuk ke dalam cafe. Ia sudah tidak sabar untuk mencicipi eskrim ke sukaannya dan juga cofee Pavorit nya.

Belum sempat mencapai ganggang pintu, tiba tiba seseorang keluar dari dalam cafe dengan terburu-buru.

Brak~

"Aws.. " Jihan meringis menahan ngilu di bokongnya. Celana jins dan baju kaos putihnya terlihat kotor terkena ciprakan kopi. Jihan berusaha untuk berdiri, menepis nepiskan tangannya pada area bokong yang terdapat switer rajut sedang memeluk erat pinggang nya.

"Heh! Kalo jalan tu liat liat dong!! Basa ni!! " Bentak Jihan di sela sela aktivitas nya membersihkan celanya dan juga baju nya. Namun tidak ada respon.

Pria yang menyebabkan baju dan celana Jihan kotor hanya diam saja tanpa bereaksi apa apa. Hal itu Membuat Jihan yang sudah kesal semakin kesal. Seharusnya pria itu minta maaf atau menyesali perbuatannya. Bukan malah diam seolah olah Jihan baru saja menabrak patung.

"Kenapa diam aja? " Bentak Jihan lagi, sembari mendongakkan kepala nya. Di tatapannya pria yang sedang berdiri dengan angkuh di depannya. Jihan semakin kesal, pria itu terlihat tidak merasa bersalah, apalagi minta maaf.

Bukan hanya Jihan, pria yang bernama Alviro itu cukup kaget melihat reaksi cewe di hadapannya ini. Dia terkesan biasa saja ketika melihat wajah tampan Alviro.

"Dia pikir gue bakalan tertipu dengan sekpresi sombong nya itu. Gue tahu dia pasti seperti cewe cewe lain. " pikir Alviro, ia mengira Jihan sama seperti cewe cewe lain yang sengaja membuat masalah dengan Alviro, agar mendapat perhatian lebih dari seorang Alviro.

Alviro masih menatap wajah cantik wanita yang menatapnya sengit, hidung mancung, kulit putih dan tubuh profesional. Terkesan sempurna di mata Alviro.

Eh malah dia yang terpesona.

"Kenapa? Gak bisa make mata? apa perlu gue ajarin lo, bagaimana caranya memakai mata huh? " Hardik Jihan membuat Alviro tersadar, bahwa wanita yang di hadapannya ini bukanlah wanita idaman. Seketika pujian yang sempat terpikir di benak Alviro menguap begitu saja.

"Heh, lo pikir dengan gue diem. Bararti Gue yang bersalah huh?" Balas Alviro dingin.

"What?? Lo gila apa? . Jelas jelas lo yang jalan gak pake mata. Trus menubruk tubuh gue dan membuat baju gue kotor! " Teriak Jihan sembari menunjuk kaos dan celana nya yang kotor.

Kegaduhan yang mereka buat, memancing perhatian dari pengunjung cafe cuanlo, mereka mulai berkerumun menyaksikan perdebatan Alviro dan Jihan.

"Denger yah gadis sialan, gue tahu kok, lo sengaja kan cari masalah agar dapat perhatian dari gue? " Ucap Alviro dengan percaya diri nya.

"Cuih... Gak ada gunanya gue cari perhatian dari cowo sialan seperti lo" Balas Jihan meludah ke samping.

"Astaga..." mereka yang menonton perdebatan itu seketika menahan nafas melihat aksi berani Jihan.Baru kali ini ada gadis yang berani menghina seorang Alviro.

Tentu saja hal itu merupakan penghinaan bagi seorang Alviro. Siapa sih yang bisa menolak pesona pria tampan seperti Alviro?, Semua orang pasti tahu siapa Alviro, dan pasti akan klepek klepek juga berada di deketnya.

Namun Berbeda dengan Jihan,cewe ini terlihat biasa saja. Jihan tidak tergiur dengan pesona cowo menyebalkan yang ada di hadapan nya ini.

"Eh... Keributan apa tu? " Ucap Albi melihat kerumunan di depan cafe yang baru saja mereka tinggalkan.

"Eh itu Al, " Pekik Babas melebarkan matanya melihat ketua geng mereka terlibat masalah dengan seorang gadis cantik. Kelima anak Wolf berdiri tak jauh dari kerumunan itu, mereka hanya memperhatikan dari jarak jauh.

"Widih..... Sadis banget tu cewe. " Gumam Albi katika melihat gadis itu memberikan penghinaan kepada Alviro.

"Bener, baru kali ini ada cewe yang berani melawan Al" Sahut Babas.

"Udah, lu pada diem deh" Serga Liem.

"Tau ih" Sahut Eldi. Sementara ringgo hanya diem memperhatikan cewe yang sedang beradu mulut dengan Al.

"Cepat minta maaf! " Ucap Alviro mendesak Jihan agar mengakui kesalahan yang tidak di perbuat nya. Tentu saja Jihan menolak nya.

"Enak saja! Lo pikir gue yang sengaja menubruk ke tubuh najis lo itu Huh! " balas Jihan tak mau kalah. Mereka saling melempar tatapan tajam. Sampai kapanpun Jihan tidak akan mau meminta maaf pada pria brensek seperti Alviro. Sudah jelas pria itu yang bersalah, kenapa malah dirinya yang meminta maaf.

"Cantik yah Bas" Ujar Albi mengusap lengan babas.

"Iya bi, kenapa gak gue aja yah yang menubruk tu cewe" Sahut babas lagi.

Peletak!

"Aw sakit Eldi"

"Tau ih Liem, main jitak aja" Sungut keduanya mendelik kesal kepada Liem dan Eldi yang tiba-tiba melayangkan jitakan kuat kepada mereka.

"Kalian itu berisik tahu gak, Alvi lagi ada masalah juga. Malah mikir mikir yang begituan" Akhirnya Ringgo angkat bicara. Jika sudah begini maka mereka harus diem. Jarang jarang Ringgo mengeluarkan suara tanpa sesuatu yang penting.

Mereka kembali memperhatikan Alviro dan cewe itu. Mereka tidak berniat untuk melerai keduanya. Mereka malah merasa ini adalah tontonan yang menghibur. Kapan lagi kan, melihat Alviro begitu kesal dan tidak mau kalah dengan seorang cewe.

"Wahh cewenya berani banget yah, "

"Tapi cowo nya gak sadar diri, masa cewe di lawan"

"Iya yah, cemen banget"

Alviro melirik pada kerumunan yang membicarakan mereka. Ternyata lumayan banyak pengunjung di cafe Cuanlo hari ini. Karena tidak mau membuat kerumunan semakin banyak, Alviro memutuskan untuk pergi dari sana.

"Awas lo nanti! " Peringat Alvi menunjuk wajah Jihan, kemudian berlalu bersama teman temannya.

"Idih, di pikir gue takut! " Cibir Jihan melenggang masuk ke dalam cefe. Penonton aksi mereka tadi sudah mulai bubar dan kembali ke meja masing-masing.

Ketika memasuki cafe, Jihan merasa jika para gerombolan cewe menatap aneh kepadanya. Namun Jihan tampak acuh, ia pikir cewe itu berpikiran sama seperti cowo tadi. Menuduhnya sengaja melakukan hal bodoh tadi. Siapa dia, pikir Jihan mencibir.

"Bos.. Di luar ada kerumunan" Ucap salah satu pelayan pada Rendi. Si pemilik cafe cuanlo.

Rendi baru saja keluar dari kamar mandi, entah mengapa perutnya terasa sangat mules, sehingga membuatnya berlama lama di dalam kamar kecil itu.

Randi berjalan cepat ke depan, ia mencari cari dimana kerumunan itu.

"Yah, sudah bubar. Gue kan belum lihat pertempuran apa yang terjadi" Ucap Rendi mendramatisir. Rendi berbalik menuju ke ruangannya. Namun, ia cepat cepat membalik kan tubuhnya kembali ke tempat semula ketika melihat sosok yang tidak asing di mata nya.

Perlahan, pria tampan itu mendekati seorang gadis yang duduk di meja yang baru saja di kosongkan oleh geng wolf.

"Permisi? " Ucap Rendi sopan. Membuat gadis dengan rambut panjang di ikat tinggi menoleh padanya.

"Ah gue gak salah, ternyata ini benar-benar lo! " Ucap Rendi sembari melesat duduk di depan Zia.

"Kenapa? Gak suka? " Ketus Jihan

"Aiss kau ini, masih saja jutek dan judes" Gerutunya Rendi kesal, ia hendak menjitak Jihan, tapi terhenti ketika gadis itu menatapnya tajam.

Jihan kembali asik menikmati cappucino oreo krim coklat kesukaan nya. Ia mengabaikan Rendi yang menatap lekat dirinya.

"Lo kapan balik? " Tanya Rendi bersikap seperti biasa.

"Barusan" Jawab Jihan singkat.

"Gue serius Jihan! " Kelu Rendi cemberut.

"Gue juga serius, emang lo liat gue tertawa? " Balas Jihan lagi.

Rendi memejamkan matanya menahan kekesalan yang mendalam, jika tidak mengingat Jihan adalah adiknya Lea, maka Rendi sudah menenggelamkan Jihan ke dalam laut terdalam di muka bumi ini.

...----------------...

Sementara di basecamp , Alviro tampak mengamuk. Rasa malu yang cewe itu beri kepada dirinya masih terlihat di depan mata.

"El, selidiki tentang gadis itu " Titah Alviro.

"Buat apa Al? Lo tertarik sama tu cewe? " Tanya Babas. Alviro tidak menjawab, ia malah merebahkan tubuhnya di atas ranjang basecamp.

"Seperti nya tu cewe bukan tinggal di daerah sini deh, atau kota kota terdekat.Gue baru liat tu cewe" Gumam Albi.

"Bener, gue juga belum pernah liat tu cewe " Sahut Liem.

"Udah lah, ngapain juga kalian mikirin tu cewe. Sekarang pikirin gimana caranya kalian lulus ujian harian besok pagi" Lerai ringgo, menghentikan pikiran pikiran teman temannya tentang cewe itu.

"What?? gue belum ada membaca materi sedikit pun...." Erang Albi dan Babas bersamaan. Sementara Ringgo dan Liem hanya menggeleng melihat tingkah keduanya. Entah sejak kapan playboy cap katak itu pernah membaca buku.

Di antara mereka yang memiliki otak cerdas hanya ringgo dan Eldi, walaupun tidak juara, setidaknya mereka berdua tidak pernah mendapatkan nilai di bawa 85.

"Entah kutukan dari mana gue bisa punya teman kaya lo pada" Lirih Liem menghela nafas berat.

Bug.

"Sialan lo" Umpat Albi melempar bantal pada Liem. Di sambut gelak tawa ketika melihat wajah cemberut Albi dan Babas.

...-----------...

EPISODE 3

Sudah 3 jam berlalu, seharusnya Jihan sudah tiba di rumah. Tia, selaku bunda Jihan sejak tadi mondar mandir di depan suaminya.

"Duh, mas. Jihan kenapa belum sampai juga sih? "

Burhan yang sedang membaca koran melirik istrinya sebentar, kemudian kembali mekanjutkan membaca koran nya.

"Sabar bun, bentar lagi juga sampai kok"

"Duh mas ini gimana sih, udah 3 jam lo mas. Masa dari bandara ke rumah kita selama itu" kelu Tia ******* ***** jari jarinya melepas rasa khawatir nya, hingga suara pintu terbuka dan teriakan Jihan terdengar di telinganya.

"Nah tu dia sampai" ujar Burhan.

"Bunda.... Jihan pulang!!! " teriak Jihan setengah berlari, kemudian memeluk bundanya yang sudah bersiri sembari merentangkan tangan.

"Ucap salam kalo masuk itu" tegur Burhan. Ia melipat kembali koran yang sudah selesai di baca, kemudian menatap putrinya yang sedang berpelukan dengan istri nya. Seulas senyum lega tercetak di bibir Burhan, namun cepat cepat ia menghapusnya.

"Assalamu'alaikum! " sungut Jihan dengan wajah cemberut.

"Udah, gak usah cemberut. Ayah hanya kesal karena terlalu lama menunggu putri kesayangan nya" ujar Tia menghibur putrinya.

Burhan melotot mendengarnya, bukankah Tia yang sejak tadi gelisah menanti kepulangan putrinya? eh malah seenaknya menuduh dirinya. Untung istri, kalo bukan. Behhh.. Jadi pregedel, pikir Burhan.

Jangan salah paham, Burhan hanya di luar nya saja yang seperti itu. Sebenarnya dia sangat merindukan putrinya. Burhan bukan tipikal ayah yang langsung melihatkan kasih sayang kepada anak anak nya ketika sedang kesal.

"Ayah, sok cuek. Padahal rindu" ledek Jihan, kini ia beralih memeluk ayah nya.

"Dasar anak nakal" gumam Burhan sembari mencubit pipi Jihan gemas.

"Sakit ayah" rengek Jihan mengerucutkan bibirnya. Tia pun tak mau kalah, ia malah ikut memeluk Jihan dan suaminya.

"Dari mana aja lo? "

Jihan menatap kakaknya, ia duduk di antara ayah dan bunda nya. Kilatan mata Lea terlihat menakutkan bagi mereka.

"Seharusnya, 45 menit setelah lo tiba di bandara. Lo udah sampai di rumah"

"Kak, aku tuh.... " ucap Jihan berusaha ingin menjelaskan, namun Lea terus saja memotong ucapan nya.

"Jawab saja, gak usah banyak alasan" tegas Lea lagi. Membuat Jihan merasa semakin kesal, baru aja pulang udah di marah marahin. Pikir Jihan.

Burhan dan Tia saling melempar tatapan, bingung harus memberikan tanggapan seperti apa. Di sisi lain, Lea bener. Dan di sisi Jihan, ia baru pulang, tidak baik menginterogasi seperti itu.

"Udah ah, gue capek. Apalagi liat muka si tukang omel seperti kak Lea"

Jihan mengambil kopernya yang sudah di bawakan pak supir ke dalam rumah, lalu menariknya menuju kamar tidurnya.

"Ehh Jawab dulu" Lea menahan tangan Jihan.

"Ihhh Kak Lea, udah deh. Gak usah kepo! " rengek Jihan menghempaskan tangan Lea, ia mulai jengah dengan sikap kakaknya yang sejak dulu tak pernah berubah.

"Hehe sorry, gue becanda" kekeh Lea sembari memeluk adiknya dari belakang. Burhan dan Tia pun bernafas lega.

"Tapi aku tetap aja merajuk" balas Jihan melepaskan pelukan kakaknya, kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.

Blam~

Jihan menutup pintu kamarnya dengan hempasan kuat.

"Dasar bocah nakal! " gumam Lea.

"Kamu sih, Adiknya baru pulang malah di omelin"

"Ih bunda kok nyalahin Lea sih" balas Lea tidak mau di salahkan.

"Tapikan memang kamu yang buat adik kamu kesal"

"Ahh udah udah, Jihan nya juga udah merajuk tuh" lerai Burhan pusing melihat istri dan putri sulung nya malah beradu mulut.

"Au ah, sekarang Lea yang merajuk sama bunda dan ayah" ucap Lea, kemudian berbalik meninggalkan kedua orang tuanya.

"Lah dia ikutan merajuk" gumam Tia.

"Yah wajarlah, ibunya juga perajuk" Gumam Burhan menyindir istri nya.

"Maksud mas?" Tia menatap suaminya sengit.

"Eh gak, mas bilang wajar Lea merajuk. sebenarnya dia merasa bersalah sama adiknya" kila Burhan asal.

"Huh" dengus Tia kesal, kemudian berlalu dari sana. Kini Tia pun ikut merajuk. Alamat lah Burhan tidak dapat jatah malam ini.

"Dasar, ibu dan anak sama saja. Semua suka merajuk" cibir Burhan, ia kembali membuka lembaran koran yang belum ia baca.

Sementara di dalam kamar nya, Jihan membuka mulut lebar. Kamar nya masih sama persis seperti ia tinggal kan 7 tahun yang lalu.

"Kok bisa seperti ini? gue pikir kamar gue bakalan usang"

Jihan duduk di tepi ranjang, kemudian merebahkan tubuhnya terlentang menatap langit langit kamar yang terdapat tempelan tempelan stiker bintang. Dulu dirinya dan Lea menempelkan stiker stiker lucu di langit langit kamar nya.

"Suka? "

Jihan menoleh ke sumber suara, teekihat Lea berjalan mendekatinya. Kemudian duduk di samping nya.

"Kakak yang membuat kamar ini tetap sama seperti dulu? " tebak Jihan.

"Yup, sejak lo pergi, gue selalu merapikan kamar ini" jawab Lea mengangguk.

Jihan bangkit, ia memperbaiki duduk nya agar sejajar dengan kakaknya.

"Kak... " lirih Jihan.

"Gue hanya mau lo tetap berada di sini, bersama gue, ayah dan bunda"

"Mereka sangat kesepian tanpa lo, terkadang bunda menangis di kamar ini, hanya untuk mengenang lo"

Bibir Jihan terkatup, ia sudah tidak bisa berkata apa apa lagi. Ia tahu jika dirinya sudah membuat kesedihan yang mendalam kepada keluarga nya.

"Kak... Gue sebenarnya sangat ingin kembali, tapi... Gue... "

"Sudah lah Jihan. Itu hanya masa lalau. Ketika itu lo masih sangat kecil. " Potong Lea meyakinkan Jihan.

Tangan Lea mengusap bahu Jihan pelan "Lo udah dewasa sekarang, dan lo gak boleh lari lagi Jihan"

"Kak... "

"Tidak Jihan, lo harus bangkit. Kubur masa lalu lo yang udah buat lo terpuruk selama ini! " potong Lea. Lalu memeluk Jihan erat.

Jihan terdiam, jujur ini sangat berat baginya. Meskipun sudah 7 tahun berlalu, sakit yang ia rasakan di masa itu masih terasa.

"Gue akan coba" jawab Jihan pelan, membuat Lea semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jihan.

"Itu baru adek gue"

"Tapi, ada syaratnya" ujar Jihan.

Lea melepaskan pelukan nya, kemudian menatap Jihan lekat.

"Apa syarat nya? "

"Lo gak boleh marah marah lagi sama gue, lo harus manjain gue"

Lea mencebik, permintaan seperti apa itu. Tapi itu tidak masalah, Lea merasa syaratnya terlalu mudah.

"Deal" Lea kembali memeluk adiknya.

...----------------...

Plak!!

Pipi Alviro seketika memerah, terlihat cetakan jari Brian melekat di sana.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini huh? . Kamu itu pewaris Papa, keluarga Nugra.Jangan membuat nama keluarga kita tercoreng! "

"Pa, Bukan Alviro yang melakukan nya! "

"Kau pikir papa bodoh? . Sudah banyak laporan laporan yang datang pada papa! kau masih mau mengelak? " tegas Brian menatap nyalang putranya. Sementara Leni istrinya, hanya bisa diam sembari menutup mulutnya menyaksikan perdebatan ayah dan anak itu.

Alviro Raiyen Nugra, putra dari Brian Nugra dan Leni sariana Nugra. Pria tampan ini dulu merupakan anak yang baik, patuh dan juga pintar. Namun entah apa sebabnya, Alviro mendadak berubah, sikapnya berubah menjadi berandalan seperti saat ini.

Seringkali Alviro tertangkap polisi karena melakukan balapan liar bersama teman temannya. Bahkan pihak sekolah juga sudah memberikan laporan kepada Brian tentang nilai alviro yang semakin anjlok.

Alviro menunduk sembari memegangi pipinya, dadanya turun naik menahan deru nafasnya yang memburu.

"Papa tidak mau mendapatkan laporan laporan itu lagi! camkan itu! " tegas Brian.

Alviro tidak menjawab, ia malah pergi begitu saja dari hadapan kedua orang tuanya.

"Lihat kan anak mama"

"Loh kok mama sih yang di salahin" bantah Leni tidak mau di salahkan.

"Karena mama selalu memanjakan dia, lihat. Begitu sikapnya sama orang tuanya sendiri"

"Boro boro pa, buat jumpa sama Al aja susah, gimana mau manjain? "Jawab Leni sebal, kemudian ikut melenggang meninggakan Brian.

"Ahhh Ibu dan anak sama saja" gerutunya.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!